Desi Mayasari, 2013 Meningkatkan Kecerdasan Spasial Anak Usia Dini Melalui Pembelajaran Seni Tari Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu BAB III METODE PENELITIAN A. Rancangan Penelitian 1. Metode Penelitian Metode penelitian yang penulis terapkan adalah Penelitian Tindakan Kelas (PTK). Penelitian tindakan (action research) merupakan penelitian yang diarahkan pada mengadakan pemecahan masalah atau perbaikan. Guru-guru mengadakan pemecahan terhadap masalah-masalah yang dihadapi dalam kelas, kepala sekolah mengadakan perbaikan terhadap manajemen di sekolahnya. Penelitian ini difokuskan kepada perbaikan proses maupun peningkatan hasil kegiatan. Penelitian tindakan demikian diklasifikasikan sebagai penelitian tindakan kolaboratif atau collaborative action research (Oja & Sumarjan, 1989, stinger, 1996). Pengertian lain yang diungkapkan oleh David Hopkins (Indri Indriyani, 2011: 40) PTK adalah suatu tindakan yang dilakukan oleh guru atau kelompok guru untuk menguji anggapan-anggapan dari suatu teori pendidikan dalam praktik, atau sebagai arti dari evaluasi dan melaksanakan seluruh prioritas program sekolah. Ciri atau karakteristik utama dalam penelitian tindakan adalah adanya partisipasi dan kolaborasi antara peneliti dengan anggota kelompok sasaran. Peneliti tindakan adalah salah satu stategi pemecahan masalah yang memanfaatkan tindakan nyata dalam bentuk proses pengembangan inovatif yang
29
Embed
BAB III METODE PENELITIAN A. Rancangan Penelitian 1 ...repository.upi.edu/8703/4/s_paud_0804132_chapter3.pdfAdapun PTK dalam kajian ini yaitu melalui pembelajaran seni tari untuk meningkatkan
This document is posted to help you gain knowledge. Please leave a comment to let me know what you think about it! Share it to your friends and learn new things together.
Transcript
Desi Mayasari, 2013 Meningkatkan Kecerdasan Spasial Anak Usia Dini Melalui Pembelajaran Seni Tari Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu
BAB III
METODE PENELITIAN
A. Rancangan Penelitian
1. Metode Penelitian
Metode penelitian yang penulis terapkan adalah Penelitian Tindakan Kelas
(PTK). Penelitian tindakan (action research) merupakan penelitian yang
diarahkan pada mengadakan pemecahan masalah atau perbaikan. Guru-guru
mengadakan pemecahan terhadap masalah-masalah yang dihadapi dalam kelas,
kepala sekolah mengadakan perbaikan terhadap manajemen di sekolahnya.
Penelitian ini difokuskan kepada perbaikan proses maupun peningkatan hasil
kegiatan. Penelitian tindakan demikian diklasifikasikan sebagai penelitian
tindakan kolaboratif atau collaborative action research (Oja & Sumarjan, 1989,
stinger, 1996). Pengertian lain yang diungkapkan oleh David Hopkins (Indri
Indriyani, 2011: 40) PTK adalah suatu tindakan yang dilakukan oleh guru atau
kelompok guru untuk menguji anggapan-anggapan dari suatu teori pendidikan
dalam praktik, atau sebagai arti dari evaluasi dan melaksanakan seluruh prioritas
program sekolah.
Ciri atau karakteristik utama dalam penelitian tindakan adalah adanya
partisipasi dan kolaborasi antara peneliti dengan anggota kelompok sasaran.
Peneliti tindakan adalah salah satu stategi pemecahan masalah yang
memanfaatkan tindakan nyata dalam bentuk proses pengembangan inovatif yang
Desi Mayasari, 2013 Meningkatkan Kecerdasan Spasial Anak Usia Dini Melalui Pembelajaran Seni Tari Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu
“dicoba sambil jalan” dalam mendeteksi dan memecahkan masalah. Dalam
prosesnya, pihak-pihak yang terlibat dalam kegiatan tersebut dapat saling
mendukung satu sama lain (Suharsimi Arikunto, 2010:129).
Menurut penjelasan-penjelasan diatas dapat disimpulkan bahwa PTK
adalah dilakukan untuk meningkatkan efektifitas, metode mengajar, pemberian
tugas, penilain, evaluasi dan sebagainya. Peneliti telah mempersiapkan rancangan
penelitian sambil melakukan pengamatan, kemudian melaksanakan refleksi,
peneliti dapat bersama-sama dengan guru dan kepala sekolah sehingga dapat
melakukan pengamatan dan melaksanakan refleksi/evaluasi dalam bentuk diskusi
bersama.
Adapun PTK dalam kajian ini yaitu melalui pembelajaran seni tari untuk
meningkatkan kecerdasan spasial, dan bertujuan untuk meningkatkan hasil dan
proses pembelajaran di dalam kelas khususnya untuk meningkatkan kecerdasan
spasial anak.
2. Desain Penelitian Tindakan Kelas
Menurut Hopkins (Masnur Muslich, 2009: 8) PTK adalah suatu bentuk
kajian yang bersifat reflektif yang dilakukan oleh pelaku tindakan untuk
meningkatkan kemantapan rasional dari tindakan-tindakannya dalam
melaksanakan tugas dan memperdalam pemahaman terhadap kondisi dalam
praktik pembelajaran.
Pelaksanaan penelitian terdiri atas beberapa siklus, setiap siklus mengikuti
tahap-tahap penelitian tindakan kelas yang terdiri atas, perencanaan penelitian,
Desi Mayasari, 2013 Meningkatkan Kecerdasan Spasial Anak Usia Dini Melalui Pembelajaran Seni Tari Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu
pelaksanaan penelitian, observasi, dan refleksi. Tahap-tahap tersebut membentuk
spiral. Tindakan penelitian yang bersifat spiral itu dengan jelas digambarkan oleh
Hopkins (1985) sebagai berikut :
plan
Reflective
Action/observation
Revised plan
Reflective
Action/observation
Revised plan
Reflective
Action/observation
Model Penelitian Tindakan Kelas Oleh Hopkins
Desi Mayasari, 2013 Meningkatkan Kecerdasan Spasial Anak Usia Dini Melalui Pembelajaran Seni Tari Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu
Pendekatan yang penulis gunakan adalah pendekatan kualtitatif,
pendekatan kualtitatif adalah suatu penelitian yang ditujukan untuk
mendeskripsikan dan menganalisis fenomena, peristiwa,aktivitas sosial, sikap,
kepercayaan, persepsi, pemikiran orang secara individual maupun kelompok
(Nana Syaodih Sukmadinata, 2008:60).
Loncoln (Nana Syaodih Sukmadinata, 2008:60), melihat penelitian
kualitatif sebagai penelitian yang bersifat naturalistik. Penelitian ini bertolak dari
paradigma naturalistik, bahwa “kenyataan itu berdimensi jamak, peneliti dan yang
diteliti bersifat interaktif, tidak bisa dipisahkan. Para peneliti mencoba memahami
bagaimana individu mempersepsi makna dari dunia sekitarnya. Melalui
pengalaman kita mengkonstruksi pandangan kita tentang dunia sekitar, dan hal ini
menentukan bagaimana kita berbuat.
B. Lokasi dan Subjek Penelitian
Penelitian ini akan dilakukan di Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD) Nurul
Hikmah yang berlokasi di Jln. Cikutra terusan citra Green Garden No. 20 RT. 03
RW. 05 Kelurahan Neglasari Kecamatan Cibeunying kaler Kota Bandung 40124.
Dengan subjek penelitian siswa Kelompok A sebanyak 16 orang anak.
C. Definisi Operasional Variabel
Untuk membatasi istilah atau Definisi Operasional dalam penelitian yang
dilakukan, maka peneliti memandang perlu untuk memberikan penjelasan yang
terdiri dari Kecerdasan Spasial dan Pembelajaran Seni Tari untuk Anak usia dini.
Definisi operasional variabel dalam penelitian ini adalah sebagai berikut: (1)
Desi Mayasari, 2013 Meningkatkan Kecerdasan Spasial Anak Usia Dini Melalui Pembelajaran Seni Tari Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu
Kecerdasan Spasial dan (2) Pembelajaran Seni Tari, berikut ini adalah devinisi
operasional tersebut:
1. Kecerdasan spasial
Adalah kemampuan seorang anak untuk memahami secara lebih
mendalam mengenai hubungan antara objek dan ruang, juga dalam
kecerdasan ini anak mampu mengubah bentuk suatu objek menjadi bentuk 3
dimensi yang kompleks dan memvisualisasikan dalam bentuk baru
(Campbell, 1996: 97). Sedangkan, menurut Indra (Musfiroh, 2004:67)
kecerdasan spasial adalah anak mampu memperkirakan jarak dengan benda
dalam spasial yang masih terbatas.
Menurut Hamzah B. Uno dan Masri Kuadrat (2009:39) keterampilan
kerja dari kecerdasan spasial, diantaranya adalah; melukis, menggambar,
membayangkan, menciptakan penyajian visual, merancang, berkhayal,
membuat penemuan, memberi ilustrasi, mewarnai, menggambar mesin,
membuat grafik, membuat peta, berkecimpung dalam fotografi, membuat
dekorasi, membuat film.
Dalam Penelitian ini yang dimaksud dengan kecerdasan spasial adalah
kemampuan seseorang untuk bisa memperkirakan, membaca, melihat
hubungan jauh, dekat, sempit dan luasnya aspek ruang antara keberadaan
dirinya dengan keberadaan teman atau benda lain, menilik ruang yang terkecil
sekalipun, sehingga bisa dikatakan kemampuan untuk melihat ruang dari
Desi Mayasari, 2013 Meningkatkan Kecerdasan Spasial Anak Usia Dini Melalui Pembelajaran Seni Tari Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu
ketepatan mata dan insting yang dapat ditingkatkan melalui pembelajaran seni
tari.
2. Pembelajaran Seni Tari
Seorang pakar pendidikan seni tari Indonesia, Soedarsono (Desfina,
2005:4) menyatakan bahwa tari adalah ekspresi jiwa manusia melalui
gerakan-gerakan tari yang ritmis dan indah. Sedangkan menurut Enoch
Atmadibrata (Desfina, 2005:4), mengemukakan bahwa tari adalah susunan
sikap tubuh di dalam ruang yang berlandaskan ritme dan gerak. Menurut
Hawkins dalam Setiawati (Wiwiek Waqiah,2011:24) mengungkapkan bahwa
tari adalah ekspresi jiwa manusia yang di ubah oleh imajinasi dan diberi
bentuk gerak yang simbolisasinya sebagai ungkapan yang menciptakan gerak.
Menurut Heni Komalasari (2011:468) mengungkapkan bahwa tari adalah
salah satu ekspresi manusia yang diungkapkan melalui gerak-gerak yang
indah dan memiliki makna tertentu.
Pendidikan Seni tari untuk anak usia dini menurut Desfina (2005:4)
adalah gerak berirama yang ritmis dan indah sesuai dengan karakter
perkembangan anak usia dini. Sedangkan menurut Iyus Rusliana (2008:12)
pembelajaran seni tari untuk anak usia dini adalah mengenalkan tari dan
gerakan yang sesuai dengan kodrati anak-anak atau yang selaras dengan
karakteristik anak-anak baik berkaitan dengan jasamaniah maupun rohaninya.
Adapun tema yang digali dari permainan, alam, binatang, dan lain-lain.
Desi Mayasari, 2013 Meningkatkan Kecerdasan Spasial Anak Usia Dini Melalui Pembelajaran Seni Tari Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu
Dalam penelitian ini yang dimaksud dengan pembelajaran seni tari
adalah penerapan pembelajaran dengan cara mengekspresikan jiwa yang
dapat meningkatkan kecerdasan spasial dengan menumbuhkan kepekaan
unsur gerak tari, yaitu:
a. Volume, yaitu luas atau sempitnya jangkauan ruang penari.
misalnya; jalan luas atau jalan sempit.
b. Level, yaitu tinggi, sedang dan rendahnya sikap penari. Misalnya;
berdiri, berjingjit, dan berjongkok.
c. Pola lantai, yaitu lintasan yang dibentuk saat penari melakukan
gerak. Misalnya; pola zig zag, vertikal, horizontal, maju, mundur,
berputar ke kanan, berputar ke kiri, ke arah kanan dan ke arah kiri.
D. Instrumen Penelitian
Sebuah penelitian membutuhkan alat ukur yang baik, sehingga dalam
penelitian dibutuhkan instrumen sebagai alat ukur tersebut. Menurut Suharsimi
Arikunto (2010:203) Instrumen penelitian adalah alat atau fasilitas yang
digunakan oleh peneliti dalam mengumpulkan data agar pekerjaannya lebih
mudah dan hasilnya lebih baik, dalam arti lebih lengkap, lebih cermat, sistematis
sehingga lebih mudah diolah.
Berikut ini adalah prosedur yang ditempuh dalam pengadaan instrumen
yang baik (Suharsimi Arikunto, 2010:209) adalah:
Desi Mayasari, 2013 Meningkatkan Kecerdasan Spasial Anak Usia Dini Melalui Pembelajaran Seni Tari Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu
1. Perencanaan; meliputi perumusan tujuan, menentukan variabel,
kategorisasi variabel. Untuk tes, langkah ini meliputi perumusan tujuan
dan pembuatan tabel spesifikasi.
2. Penulisan butir soal; atau item kuesioner, penyusunan skala, penyusunan
pedoman wawancara.
3. Penyuntingan; yaitu melengkapi instrumen dengan pedoman
mengerjakan surat pengantar, kunci jawaban, dan lain-lain yang perlu.
4. Uji coba; baik dalam skala kecil maupun besar.
5. Penganalisaan hasil; analisis item, melihat pola jawaban peninjauan
saran-saran, dan sebagainya.
6. Mengadakan rivisi; terhadap item-item yang dirasa kurang baik, dan
mendasarkan dari pada data yang diperoleh sewaktu uji coba.
Instrumen tes bersifat mengukur, karena berisi pertanyaan atau pernyataan
yang alternatif jawabannya memiliki standar jawaban tertentu, benar-skala
ataupun skala jawaban. Instrumen yang berisi jawaban benar-salah, dapat
berbentuk tes pilihan jamak (multiple choice), benar-salah (true false),
menjodohkan (matching choice), jawaban singkat (short answer) ataupun tes isian
(completion test).
Berikut ini adalah kisi-kisi instrumen penelitian kecerdasan spasial yang
digunakan dari saat observasi sebelum tindakan (pra siklus), siklus I dan siklus II:
Tabel 3.1
Kisi-kisi Instrumen Penelitian Kecerdasan Spasial
Dimensi
(Variabel Kecerdasan
Spasial)
Indikator Pernyataan Item Pernyataan
1. Kemampuan
untuk
mengamati
hubungan posisi
a. Anak memiliki
persepsi
tentang arah
suatu tempat,
1) Anak dapat
menunjuk dan
memberi
keterangan yang
a) Anak dapat
menunjuk dan
memberi
keterangan yang
Desi Mayasari, 2013 Meningkatkan Kecerdasan Spasial Anak Usia Dini Melalui Pembelajaran Seni Tari Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu
objek dalam
ruang (spasial
relation)
pola lantai,
suatu objek
atau simbol.
berhubungan
dengan arah, yaitu:
kanan dan kiri.
berhubungan
dengan kanan.
b) Anak dapat
menunjuk dan
memberi
keterangan yang
berhubungan
dengan kiri.
2) Anak dapat
melakukan gerakan
angsa sesuai pola
lantai
(yaitu;melingkar
berputar ke kanan
atau ke kiri,
bergerak ke kanan
dan ke kiri, maju
atau mundur)
c) Anak dapat
melakukan
gerakan angsa
terbang sesuai pola
lantai berputar ke
kanan.
d) Anak dapat
melakukan
gerakan angsa
terbang sesuai pola
lantai berputar ke
kiri
e) Anak dapat
melakukan
gerakan angsa
terbang sesuai pola
lantai bergerak ke
kanan.
f) Anak dapat
melakukan
gerakan angsa
terbang sesuai pola
lantai bergerak ke
Desi Mayasari, 2013 Meningkatkan Kecerdasan Spasial Anak Usia Dini Melalui Pembelajaran Seni Tari Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu
kiri.
g) Angsa dapat
melakukan
gerakan angsa
terbang sesuai pola
lantai ke depan
(maju)
h) Anak dapat
melakukan
gerakan angsa
terbang sesuai pola
lantai ke belakang
(mundur)
i) Anak dapat
melakukan
gerakan angsa
berjalan sesuai
pola lantai
berputar ke kanan.
j) Anak dapat
melakukan
gerakan angsa
berjalan sesuai
pola lantai
berputar ke kiri
k) Anak dapat
melakukan
gerakan angsa
berjalan sesuai
pola lantai
bergerak ke kanan.
Desi Mayasari, 2013 Meningkatkan Kecerdasan Spasial Anak Usia Dini Melalui Pembelajaran Seni Tari Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu
l) Anak dapat
melakukan
gerakan angsa
berjalan sesuai
pola lantai
bergerak ke kiri.
m) Anak dapat
melakukan
gerakan angsa
berjalan sesuai
pola lantai ke
depan (maju)
n) Anak dapat
melakukan
gerakan angsa
berjalan sesuai
pola lantai ke
belakang (mundur)
o) Anak dapat
melakukan
gerakan angsa
makan sesuai pola
lantai berputar ke
kanan.
p) Anak dapat
melakukan
gerakan angsa
makan sesuai pola
lantai berputar ke
kiri.
q) Anak dapat
Desi Mayasari, 2013 Meningkatkan Kecerdasan Spasial Anak Usia Dini Melalui Pembelajaran Seni Tari Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu
melakukan
gerakan angsa
makan sesuai pola
lantai bergerak ke
kanan.
r) Anak dapat
melakukan
gerakan angsa
makan sesuai pola
lantai bergerak ke
kiri
s) Anak dapat
melakukan
gerakan angsa
makan sesuai pola
lantai ke depan
(maju)
t) Anak dapat
melakukan
gerakan angsa
makan sesuai pola
lantai ke arah
belakang
(mundur).
a. Anak dapat
memahami
gambar
berdasarkan
bentuk dan
ukuran (besar,
sedang/kecil
1) Anak dapat
membedakan
gambar angsa
kecil, sedang atau
besar.
u) Anak dapat
membedakan
gambar angsa
yang berukuran
kecil.
v) Anak dapat
membedakan
Desi Mayasari, 2013 Meningkatkan Kecerdasan Spasial Anak Usia Dini Melalui Pembelajaran Seni Tari Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu
dan panjang /
pendek)
gambar angsa
yang berukuran
sedang.
w) Anak dapat
membedakan
gambar angsa
yang berukuran
besar.
2) Anak dapat
membedakan
gambar angsa
dengan leher lebih
panjang atau lebih
pendek.
x) Anak dapat
membedakan
gambar angsa
dengan leher lebih
panjang.
y) Anak dapat
membedakan
gambar angsa
dengan leher lebih
pendek.
b. Anak dapat
membedakan
volume gerak
yang luas dan
sempit.
Anak dapat melakukan
volume gerak yang luas
dan sempit.
z) Anak dapat
melakukan volume
gerak yang luas
gerakan angsa
terbang
aa) Anak dapat
melakukan volume
gerak yang sempit
gerakan angsa
terbang
bb) Anak dapat
melakukan volume
gerak yang luas
gerakan angsa
berjalan
cc) Anak dapat
Desi Mayasari, 2013 Meningkatkan Kecerdasan Spasial Anak Usia Dini Melalui Pembelajaran Seni Tari Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu
melakukan volume
gerak yang sempit
gerakan angsa
berjalan
b. Kemampuan
membedakan
suatu objek dari
objek yang
lainnya
(diskriminasi
visual)
c. Anak dapat
membedakan
gerakan
dengan level
tinggi, sedang
dan rendah,
yaitu
:berjingjit,
berdiri, dan
membungkuk.
Anak dapat melakukan
gerakan dengan level
tinggi, sedang dan rendah,
yaitu :berjingjit, berdiri,
dan membungkuk.
dd) Anak dapat
melakukan gerakan
angsa terbang
dengan level tinggi
(berjingjit)
ee) Anak dapat
melakukan gerakan
angsa terbang
dengan level
sedang (berdiri)
ff) Anak dapat
melakukan gerakan
angsa terbang
dengan level
rendah
(membungkuk)
gg) Anak dapat
melakukan gerakan
angsa berjalan
dengan level tinggi
(berjingjit)
hh) Anak dapat
melakukan gerakan
angsa berjalan
dengan level
sedang (berdiri)
ii) Anak dapat
Desi Mayasari, 2013 Meningkatkan Kecerdasan Spasial Anak Usia Dini Melalui Pembelajaran Seni Tari Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu
melakukan gerakan
angsa berjalan
dengan level
rendah
(membungkuk)
jj) Anak dapat
melakukan gerakan
angsa makan
dengan level tinggi
(berjingjit)
kk) Anak dapat
melakukan gerakan
angsa makan
dengan level
sedang (berdiri)
ll) Anak dapat
melakukan gerakan
angsa makan
dengan level
rendah
(membungkuk)
Sumber : di adaptasi dari Apriany, dalam Watiah(2011:62) dan BSNP permen
standar PAUD Formal dan Nonformal UU No. 58 tahun 2009 tentang Standar
Pendidikan Anak Usia Dini, disesuaikan dengan penelitian.
Keterangan :
BB : Berkembang Baik (mampu melakukan sendiri)
DP : Dalam Proses (mampu melakukan sendiri dengan bantuan guru)
Desi Mayasari, 2013 Meningkatkan Kecerdasan Spasial Anak Usia Dini Melalui Pembelajaran Seni Tari Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu
PS : Perlu Stimulus (tidak mampu melakukan sendiri dan harus dibantu)
Dibawah ini adalah daftar pedoman observasi yang merupakan penjabaran
dari kisi-kisi instrumen di atas yang digunakan dari saat observasi sebelum
tindakan (pra siklus), siklus I dan siklus II:
Tabel 3.2
Pedoman Observasi
No. Pernyataan Item Pernyataan Nama Anak
BB DP PS
A. Anak dapat menunjuk
dan memberi keterangan
yang berhubungan
dengan arah, yaitu:
kanan dan kiri.
1. Anak dapat menunjuk
dan memberi
keterangan yang
berhubungan dengan
kanan.
2. Anak dapat menunjuk
dan memberi
keterangan yang
berhubungan dengan
kiri.
B. Anak dapat melakukan
gerakan a ngsa sesuai
pola lantai (yaitu;
melingkar berputar ke
kanan atau ke kiri,
bergerak ke kanan,
bergerak ke kiri, maju
atau mundur)
3. Anak dapat melakukan
gerakan angsa terbang
sesuai pola lantai
berputar ke kanan.
4. Anak dapat melakukan
gerakan angsa terbang
sesuai pola lantai
berputar ke kiri
5. Anak dapat melakukan
gerakan angsa terbang
Desi Mayasari, 2013 Meningkatkan Kecerdasan Spasial Anak Usia Dini Melalui Pembelajaran Seni Tari Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu
sesuai pola lantai
bergerak ke kanan.
6. Anak dapat melakukan
gerakan angsa terbang
sesuai pola lantai bergerak
ke kiri.
7. Angsa dapat melakukan
gerakan angsa terbang
sesuai . pola lantai ke
depan (maju)
8. Anak dapat melakukan
gerakan angsa terbang
sesuai pola lantai ke
belakang (mundur)
9. Anak dapat melakukan
gerakan angsa berjalan
sesuai pola lantai
berputar ke kanan.
10. Anak dapat melakukan
gerakan angsa berjalan
sesuai pola lantai
berputar ke kiri
11. Anak dapat melakukan
gerakan angsa berjalan
sesuai pola lantai
bergerak ke kanan.
12. Anak dapat melakukan
gerakan angsa berjalan
sesuai pola lantai
bergerak ke kiri.
Desi Mayasari, 2013 Meningkatkan Kecerdasan Spasial Anak Usia Dini Melalui Pembelajaran Seni Tari Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu
13. Anak dapat melakukan
gerakan angsa berjalan
sesuai pola lantai ke
depan (maju)
14. Anak dapat melakukan
gerakan angsa berjalan
sesuai pola lantai ke
belakang (mundur)
15. Anak dapat melakukan
gerakan angsa makan
sesuai pola lantai
berputar ke kanan.
16. Anak dapat melakukan
gerakan angsa makan
sesuai pola lantai
berputar ke kiri.
17. Anak dapat melakukan
gerakan angsa makan
sesuai pola lantai
bergerak ke kanan.
18. Anak dapat melakukan
gerakan angsa makan
sesuai pola lantai
bergerak ke kiri.
19. Anak dapat melakukan
gerakan angsa makan
sesuai pola lantai ke
depan (maju)
20. Anak dapat
melakukan gerakan
Desi Mayasari, 2013 Meningkatkan Kecerdasan Spasial Anak Usia Dini Melalui Pembelajaran Seni Tari Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu
angsa makan sesuai
pola lantai ke arah
belakang (mundur).
C. Anak dapat membedakan
gambar angsa kecil,
sedang atau besar.
21. Anak dapat
membedakan gambar
angsa yang berukuran
kecil.
22. Anak dapat
membedakan gambar
angsa yang berukuran
sedang.
23. Anak dapat
membedakan gambar
angsa yang berukuran
besar.
D. Anak dapat membedakan
gambar angsa dengan
leher lebih panjang atau
lebih pendek.
24. Anak dapat
membedakan gambar
angsa dengan leher
lebih panjang.
25. Anak dapat
membedakan gambar
angsa dengan leher
lebih pendek.
E. Anak dapat melakukan
volume gerak yang luas
dan sempit.
26. Anak dapat melakukan
volume gerak yang luas
gerakan angsa terbang
27. Anak dapat melakukan
volume gerak yang
sempit gerakan angsa
terbang
Desi Mayasari, 2013 Meningkatkan Kecerdasan Spasial Anak Usia Dini Melalui Pembelajaran Seni Tari Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu
28. Anak dapat melakukan
volume gerak yang luas
gerakan angsa berjalan
29. Anak dapat melakukan
volume gerak yang
sempit gerakan angsa
berjalan
F. Anak dapat melakukan
gerakan dengan level
tinggi, sedang dan
rendah, yaitu :berjingjit,
berdiri, dan
membungkuk
30. Anak dapat melakukan
gerakan angsa terbang
dengan level tinggi
(berjingjit)
31. Anak dapat melakukan
gerakan angsa terbang
dengan level sedang
(berdiri)
32. Anak dapat melakukan
gerakan angsa terbang
dengan level rendah
(membungkuk)
33. Anak dapat melakukan
gerakan angsa berjalan
dengan level tinggi
(berjingjit)
34. Anak dapat melakukan
gerakan angsa berjalan
dengan level sedang
(berdiri)
35. Anak dapat melakukan
gerakan angsa berjalan
dengan level rendah
Desi Mayasari, 2013 Meningkatkan Kecerdasan Spasial Anak Usia Dini Melalui Pembelajaran Seni Tari Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu
(membungkuk)
36. Anak dapat melakukan
gerakan angsa makan
dengan level tinggi
(berjingjit)
37. Anak dapat melakukan
gerakan angsa makan
dengan level sedang
(berdiri)
38. Anak dapat melakukan
gerakan angsa makan
dengan level rendah
(membungkuk)
Keterangan :
BB : Berkembang Baik (mampu melakukan sendiri)
DP : Dalam Proses (mampu melakukan sendiri dengan bantuan guru)
PS : Perlu Stimulus (tidak mampu melakukan sendiri dan harus dibantu)
E. Studi dokumentasi
Studi dokumentasi merupakan pengkajian terhadap peristiwa, objek, dan
tindakan yang direkam dalam format tulisan, visual (foto) atau Audio Visual.
Dokumen-dokumen tersebut dikumpulkan dan dianalisis sebagai bahan laporan
penelitian. Data dalam penelitian ini di peroleh melalui kegiatan pembelajaran
meningkatkan kecerdasan spasial melalui pembelajaran seni tari, adapun foto dan
dokumentasi video yang diambil adalah aktivitas yang dilakukan selama
penelitian berlangsung
Desi Mayasari, 2013 Meningkatkan Kecerdasan Spasial Anak Usia Dini Melalui Pembelajaran Seni Tari Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu
Dokumentasi berasal dari kata dokumen, yang artinya barang-barang
tertulis. Di dalam melaksanakan dokumentasi, peneliti menyelidiki benda-benda
tertulis seperti buku-buku, majalah, dokumen, peraturan-peraturan, catatan harian
dan lain sebagainya.
F. Observasi
Observasi adalah teknik pengambilan data yang mengoptimalkan
kemampuan peneliti dari segi motif kepercayaan, perhatian, perilaku tidak sadar,
kebiasaan, dan sebagainya.
Lembar observasi sebagai alat observasi yang digunakan untuk
memperoleh data tentang aktivitas anak selama penelitian berlangsung, serta
sebagai fasilitas dan sumber belajar yang mendukung dalam penerapan
pembelajaran seni tari dengan membubuhkan tanda checklist (√) pada lembar
observasi yang telah disiapkan. Jenis observasi yang dilakukan dalam penelitian
tindakan kelas ini adalah observasi nonpartisipatif yang hanya mengamati dan
mencatat semua perilaku anak dan guru dalam proses pembelajaran dengan
menggunakan pembelajaran seni tari untuk meningkatkan kecerdasan spasial.
G. Wawancara
Wawancara merupakan salah satu bentuk teknik pengumpulan data yang
banyak digunakan dalam penelitian pada pelaksanaan secara lisan dalam
pertemuan tatap muka secara individual.
Desi Mayasari, 2013 Meningkatkan Kecerdasan Spasial Anak Usia Dini Melalui Pembelajaran Seni Tari Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu
Wawancara di lakukan kepada responden seperti kepala sekolah dan guru
untuk mengetahui kondisi guru serta sekolah, latar belakang siswa dan bagaimana
kemampuan visual spasial anak, program yang digunakan dalam merangsang
kemampuan visual spasial anak, kendala dan upaya yang dihadapi guru dalam
meningkatkan kemampuan visual spasial anak.
Wawancara digunakan untuk mempertegas dan melengkapi data yang
diperoleh melalui observasi dan dokumentasi, melalui wawancara diharapkan data
yang diperoleh benar-benar menggambarkan kejadian sesuai dengan keadaan
sebenarnya. Harapan lainnya melalui wawancara ini adalah diperolehnya data
yang masih dirasakan kurang lengkap / belum terjaring melalui observasi dan
dokumentasi.
Adapun format wawancara sebelum dan sesudah tindakan adalah sebagai
berikut :
Tabel 3.3
Format wawancara sebelum tindakan
No Variabel Sub Variabel Pertanyaan
1 Meningkatkan kecerdasan
spasial anak melalui
pembelajaran seni tari
Menurut ibu apa yang
dimaksud dengan
kecerdasan spasial?
Apakah ada indikator
yang dapat meningkatkan
kecerdasan spasial di
dalam kurikulum yang
digunakan?
Desi Mayasari, 2013 Meningkatkan Kecerdasan Spasial Anak Usia Dini Melalui Pembelajaran Seni Tari Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu
Menurut ibu
pembelajaran yang
seperti apa yang dapat
meningkatkan
kecerdasan spasial?
Menurut ibu apa yang
dimaksud dengan
pembelajaran seni tari?
Menurut ibu apakah
pembelajaran seni tari
dapat meningkatkan
kecerdasan spasial?
Strategi Strategi apa yang ibu
gunakan untuk
meningkatkan
kecerdasan spasial anak
dalam kegiatan
pembelajaran?
Menurut ibu, apakah
anak senang dengan
strategi yang digunakan
selama ini?
Tercapaikah tujuan ibu
dengan menggunakan
strategi yang ibu gunakan
selama ini?
Tabel 3.4
Format wawancara setelah tindakan
No. Variabel Sub Variabel Pertanyaan
1 Meningkatkan Tanggapan guru Pernahkah ibu
Desi Mayasari, 2013 Meningkatkan Kecerdasan Spasial Anak Usia Dini Melalui Pembelajaran Seni Tari Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu
kecerdasan spasial anak
melalui pembelajaran
seni tari?
terhadap kegiatan
pembelajaran melalui
pembelajaran seni tari
memberikan
pembelajaran seni tari
seperti ini sebelumnya?
Bagaimana tanggapan
ibu terhadap
pembelajaran seni tari
untuk meningkatkan
kecerdasan spasial anak
yang baru dilakukan?
Menurut ibu adakah
kendala-kendala yang
ibu hadapi dalam
meningkatkan
kecerdasan spasial anak
melalui pembelajaran
seni tari yang baru
dilakukan?
Menurut ibu adakah
keunggulan dan
kelemahan dari
pembelajaran seni tari
yang baru dilakukan?
Saran terhadap
pembelajaran seni tari
Bagaimana saran ibu
terhadap meningkatkan
kecerdasan spasial anak
melalui pembelajaran
seni tari?
Pedoman wawancara sebelum dan setelah melakukan tindakan diatas adalah
merupakan uraian beberapa pertanyaan yang akan diberikan pada ibu kepala
Desi Mayasari, 2013 Meningkatkan Kecerdasan Spasial Anak Usia Dini Melalui Pembelajaran Seni Tari Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu
sekolah dan guru kelas kelompok A, dengan tujuan untuk mengetahui pendapat,
tanggapan dan kesan dari pihak pengajar di PAUD Nurul Hikmah tersebut
mengenai penerapan pembelajaran seni tari untuk meningkatkan kecerdasan
spasial anak.
H. Prosedur Penelitian
Terdapat beberapa tahapan yang dilakukan dalam pelaksanaan penelitian
tindakan kelas ini, yaitu:
1. Perencanaan Tindakan (plan)
a. Membuat skenario pembelajaran dengan membuat perencanaan
tertulis untuk kegiatan pembelajaran selama penelitian yang berupa
Rencana Kegiatan Harian (RKH) dan Rancangan Perencanaan
Pembelajaran (RPP) pembelajaran seni tari untuk meningkatkan
kecerdasan spasial anak;
b. Mempersiapkan rangsang visual yang bersumber dari alam, yaitu
gerakan hewan angsa dan rangsang visual melalui gambar yang bisa
dilihat anak, anak akan diberikan gambar angsa yang kecil, sedang
dan besar, selain itu melalui rangsang gagasan atau ide yang diberikan
berupa cerita bergambar “angsa buruk rupa” sebagai apresiasi cerita
sebelum melakukan eksplorasi gerak dari pembelajaran seni tari
terhadap unsur volume, pola lantai dan level untuk meningkatkan
kecerdasan spasial anak;
Desi Mayasari, 2013 Meningkatkan Kecerdasan Spasial Anak Usia Dini Melalui Pembelajaran Seni Tari Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu
c. Mempersiapkan kisi-kisi instrumen, merekam dan menganalisis data
dari hasil proses dan hasil pelaksanaan;
d. Membuat pedoman observasi untuk mengamati proses dan hasil
tindakan, lembar wawancara untuk Kepala TK dan guru;
e. Melakukan stimulasi gerakan dan tarian angsa terhadap ke tiga unsur
ruang seni tari yaitu; volume, pola lantai dan level untuk
meningkatkan kecerdasan spasial anak.
2. Pelaksanaan Tindakan / Observasi (action/observation)
Pelaksanaan tindakan meliputi skenario tindakan yang telah
direncanakan, dilaksanakan dalam situasi yang aktual. Pada saat yang
bersamaan, kegiatan ini juga disertai dengan kegiatan observasi. Pelaksanaan
meliputi:
a. Melaksanakan kegiatan pembelajaran seni tari untuk meningkatkan
kecerdasan spasial anak.
b. Peneliti mengobservasi selama proses pembelajaran berlangsung.
3. Observasi
Observasi berfungsi untuk mengetahui kesesuaian pelaksanaan
tindakan dengan rencana tindakan dan untuk mengetahui seberapa besar
pelaksanaan tindakan yang sedang berlangsung mulai dari siklus I, siklus II,
dan siklus berikutnya yang dapat menghasilkan perubahan yang diinginkan
Desi Mayasari, 2013 Meningkatkan Kecerdasan Spasial Anak Usia Dini Melalui Pembelajaran Seni Tari Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu
serta yang terpenting adalah observasi ini diharapkan dapat mengenali dan
merekam dengan lengkap gejala-gejala yang direncanakan ataupun tidak
direncanakan baik itu mendukung maupun menghambat efektifitas tindakan.
4. Refkeksi (Reflective)
Refleksi merupakan kegiatan mengkaji semua informasi yang
diperoleh dari penelitian. Kegiatan refleksi dilaksanakan secara koloboratif
antara peneliti dengan guru untuk mendiskusikan hasil dari kegiatan yang
sudah dilakukan. Pada bagian refleksi dilakukan analisis data mengenai
proses, masalah dan hambatan yang dijumpai dan dilanjutkan dengan refleksi
terhadap dampak pelaksanaan tindakan yang dilaksanakan.
I. Teknik Analisis Data
Analisis data merupakan usaha (proses) memilih, memilah, membuang
dan menggolongkan data. Teknis data dalam penelitian ini berlangsung dari awal
penelitian yaitu mulai dari saat melakukan observasi, perencanaan tindakan,
pelaksanaan tindakan, sampai refleksi terhadap tindakan. Kegiatan pengumpulan
dan analisis data yang benar serta tepat merupakan jantungnya penelitian.
Analisis dan interpretasi data diperlukan untuk merangkumkan apa yang
telah diperoleh, menilai apakah data tersebut berbasis kenyataan, teliti, ajeg, dan
benar. Analisis data juga diberikan untuk memberikan jawaban terhadap
pertanyaan-pertanyaan yang diajukan.
Desi Mayasari, 2013 Meningkatkan Kecerdasan Spasial Anak Usia Dini Melalui Pembelajaran Seni Tari Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu
J. Validitas Data
Validitas merupakan salah satu syarat penting dalam pelaksanaan seluruh
jenis penelitian termasuk dalam penelitian tindakan kelas. Sebuah instrumen
dikatakan valid apabila mampu mengukur apa yang diinginkan. Sebuh instrumen
dikatakan valid apabila dapat mengungkap data dari variabelyang diteliti secara
tepat Partical validity yaitu validitas praktis yang bersyaratkan seluruh anggota
kelompok penelitian tindakan meyakini dan mengakui alat yang digunakan dalam
penelitian tindakan kelas layak digunakan. Hasil dari analisis penelitian data
penelitian divalidasi melalui tekhnik triangulasi dan member – check.
1. Teknik triangulasi yaitu dengan menggunakan berbagai sumber data untuk
mencek kebenaran data yang dianalisis oleh peneliti.
2. Teknik member – check yaitu melakukan pengecekan kembali dari sumber
data. Dengan demikian berarti peneliti melakukan pengumpulan data
ulang, agar hasil yang diperoleh betul-betul mantap dan dapat dipercaya.
Pengumpulan data ulang dapat dilakukan dengan melakukan wawancara
data yang tidak terstruktur agar responden tidak merasa bosan diberikan