Lusi Siti Aisah, 2015 PEMBELAJARAN MATEMATIKA BERBASIS FENOMENA DIDAKTIS MELALUI PENDEKATAN SAINTIFIK UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN KONEKSI MATEMATIS DAN SELF-ESTEEM SISWA SMP Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu BAB III METODE PENELITIAN Penelitian ini bertujuan untuk melihat apakah terdapat perbedaan peningkatan kemampuan koneksi matematis dan self-esteem antara siswa yang memperoleh pembelajaran matematika dengan berbasis fenomena didaktis melalui pendekatan saintifik dengan siswa yang memperoleh pembelajaran matematika dengan bahan ajar buku kurikulum 2013. Metode penelitian yang digunakan adalah metode kuasi eksperimen. Pada penelitian ini subjek tidak dikelompokkan secara acak, tetapi keadaan subjek diterima sebagaimana adanya (Ruseffendi, 2010). Hal ini disebabkan sulitnya peneliti untuk mengambil subjek penelitian secara langsung. Menurut Cresswell (2010), untuk rancangan kuasi eksperimen dengan desain non-equivalent pretest and postest control group design, kelas eksperimen dan kelas kontrol diseleksi tanpa prosedur acak. Kedua kelas tersebut sama-sama memperoleh pretes dan postes, akan tetapi kelas eksperimen saja yang diberikan perlakuan. Pembelajaran pada kelas eksperimen menggunakan pembelajaran matematika berbasis fenomena didaktis melalui pendekatan saintifik sedangkan pembelajaran pada kelas kontrol menggunakan bahan ajar buku kurikulum 2013. A. Desain Penelitian Penelitian ini menggunakan desain kelas kontrol non-ekuivalen sebagai berikut O merupakan pre-test dan post-test dan X perlakuan terhadap kelas eksperimen. Penelitian ini melibatkan kemampuan matematis awal siswa (KMA) untuk melihat pengaruh pembelajaran berbasis fenomena didaktis melalui pendekatan O X O O O (Ruseffendi, 2010 : 53)
22
Embed
BAB III METODE PENELITIAN - repository.upi.edurepository.upi.edu/16613/6/T_MTK_1207147_CHAPTER 3.pdfdilaksanakan pada semester ganjil tahun pelajaran 2014/2015. Pemilihan siswa SMP
This document is posted to help you gain knowledge. Please leave a comment to let me know what you think about it! Share it to your friends and learn new things together.
Transcript
Lusi Siti Aisah, 2015 PEMBELAJARAN MATEMATIKA BERBASIS FENOMENA DIDAKTIS MELALUI PENDEKATAN SAINTIFIK UNTUK MENINGKATKAN
KEMAMPUAN KONEKSI MATEMATIS DAN SELF-ESTEEM SISWA SMP Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
BAB III
METODE PENELITIAN
Penelitian ini bertujuan untuk melihat apakah terdapat perbedaan
peningkatan kemampuan koneksi matematis dan self-esteem antara siswa yang
memperoleh pembelajaran matematika dengan berbasis fenomena didaktis melalui
pendekatan saintifik dengan siswa yang memperoleh pembelajaran matematika
dengan bahan ajar buku kurikulum 2013. Metode penelitian yang digunakan
adalah metode kuasi eksperimen. Pada penelitian ini subjek tidak dikelompokkan
secara acak, tetapi keadaan subjek diterima sebagaimana adanya (Ruseffendi,
2010). Hal ini disebabkan sulitnya peneliti untuk mengambil subjek penelitian
secara langsung. Menurut Cresswell (2010), untuk rancangan kuasi eksperimen
dengan desain non-equivalent pretest and postest control group design, kelas
eksperimen dan kelas kontrol diseleksi tanpa prosedur acak. Kedua kelas tersebut
sama-sama memperoleh pretes dan postes, akan tetapi kelas eksperimen saja yang
diberikan perlakuan. Pembelajaran pada kelas eksperimen menggunakan
pembelajaran matematika berbasis fenomena didaktis melalui pendekatan saintifik
sedangkan pembelajaran pada kelas kontrol menggunakan bahan ajar buku
kurikulum 2013.
A. Desain Penelitian
Penelitian ini menggunakan desain kelas kontrol non-ekuivalen sebagai
berikut
O merupakan pre-test dan post-test dan X perlakuan terhadap kelas eksperimen.
Penelitian ini melibatkan kemampuan matematis awal siswa (KMA) untuk
melihat pengaruh pembelajaran berbasis fenomena didaktis melalui pendekatan
O X O
O O (Ruseffendi, 2010 : 53)
40
Lusi Siti Aisah, 2015 PEMBELAJARAN MATEMATIKA BERBASIS FENOMENA DIDAKTIS MELALUI PENDEKATAN SAINTIFIK UNTUK MENINGKATKAN
KEMAMPUAN KONEKSI MATEMATIS DAN SELF-ESTEEM SISWA SMP Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
saintifik terhadap peningkatan kemampuan koneksi matematis dan self-esteem
siswa.
B. Populasi dan Sampel Penelitian
Menurut Sugiyono (2009 : 49) populasi merupakan wilayah generalisasi
yang terdiri atas objek/subjek yang mempunyai kualitas dan karakteristik tertentu
yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan kemudian ditarik
kesimpulannya. Sedangkan sampel adalah sebagian dari populasi itu.
Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh siswa kelas VIII di salah satu
sekolah menengah pertama di kota Cirebon Provinsi Jawa Barat yang
dilaksanakan pada semester ganjil tahun pelajaran 2014/2015. Pemilihan siswa
SMP sebagai subyek penelitian didasarkan pada pertimbangan siswa tersebut
merupakan kelompok siswa yang dirasa siap untuk menerima perlakuan penelitian
ini baik secara waktu dan materi yang tersedia. Sedangkan sampel penelitiannya
adalah siswa kelas VIII di sekolah tersebut sebanyak dua kelas. Pengambilan
sampel dilakukan berdasarkan pertimbangan (sampling purposif) yaitu
pertimbangan guru mata pelajaran matematika. Pertimbangan ini berdasarkan atas
kemampuan siswa yang relatif setara dilihat dari nilai rata-rata kedua kelas yang
rata-ratanya tidak jauh berbeda. Selain itu, pertimbangan ini berdasarkan atas
waktu yang memungkinkan kedua kelas yang diambil tidak ada irisan waktu
karena diampu oleh satu guru matematika.
C. Kemampuan Matematis Awal (KMA)
Kemampuan matematis awal adalah kemampuan atau pengetahuan yang
dimiliki siswa sebelum pembelajaran berlangsung. Arends (Izzati : 2010)
menyatakan bahwa kemampuan awal siswa untuk mempelajari ide-ide baru
bergantung kepada pengetahuan mereka sebelumnya dan struktur kognitif yang
ada. Informasi tentang KMA digunakan untuk penempatan siswa berdasarkan
kemampuan matematis awalnya. KMA diperoleh dari guru matematika yang
mengajarkan berdasarkan hasil ulangan tengah semester dan tes prasyarat.
Siswa dikelompokkan menjadi tiga kelompok yaitu kelompok kategori
tinggi, sedang, dan rendah berdasarkan kemampuan matematis awalnya. Berikut
41
Lusi Siti Aisah, 2015 PEMBELAJARAN MATEMATIKA BERBASIS FENOMENA DIDAKTIS MELALUI PENDEKATAN SAINTIFIK UNTUK MENINGKATKAN
KEMAMPUAN KONEKSI MATEMATIS DAN SELF-ESTEEM SISWA SMP Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
adalah kriteria penempatan kategori KMA yang didasarkan pada rata-rata ( ̅) dan
simpangan baku (s). Adapun kriteria penempatan kategori KMA dapa dilihat pada
tabel 3.1 berikut.
Tabel 3.1
Kriteria Penempatan Kategori KMA
Dari perhitungan data pengetahuan matematis awal siswa untuk kedua kelas
(eksperimen dan kontrol), diperoleh ̅ dan s =13, 09. Perhitungan lebih
lengkapnya dapat dilihat pad lampiran. Banyaknya siswa berdasarkan kategori
KMA (tinggi, sedang, dan rendah) dapat dilihat pada Tabel 3.2 berikut.
Tabel 3.2
Banyaknya Siswa Berdasarkan Kategori KMA
Kategori KMA Kelas
Total Eksperimen Kontrol
Tinggi 4 6 10
Sedang 27 27 54
Rendah 7 5 12
Total 38 38 76
D. Variabel Penelitian
Variabel penelitian dalam penelitian ini melibatkan tiga jenis variabel yakni
variabel bebas yaitu pembelajaran matematika berbasis fenomena didaktis (FD)
dengan pendekatan saintifik dan pembelajaran matematika dengan pendekatan
saintifik. Penelitian ini terdapat beberapa istilah yang diinterpretasikan sebagai
berikut:
1. Kemampuan koneksi matematis
Kemampuan koneksi matematis adalah kemampuan siswa dalam mengenal
dan menggunakan hubungan antar ide-ide dalam matematika, mengenali dan
Kategori Kriteria
KMA Tinggi Nilai KMA ≥ ̅
KMA Sedang ̅ ≤ Nilai KMA < ̅
KMA Rendah Nilai KMA < ̅
42
Lusi Siti Aisah, 2015 PEMBELAJARAN MATEMATIKA BERBASIS FENOMENA DIDAKTIS MELALUI PENDEKATAN SAINTIFIK UNTUK MENINGKATKAN
KEMAMPUAN KONEKSI MATEMATIS DAN SELF-ESTEEM SISWA SMP Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
mengaplikasikan matematika ke dalam dan lingkungan di luar matematika,
dan memahami keterkaitan ide-ide matematika dan membentuk ide satu
dengan yang lain sehingga menghasilkan suatu keterkaitan yang menyeluruh.
2. Self-esteem
Self-esteem siswa dalam matematika adalah penilaian siswa terhadap
kemampuan, keberhasilan, kemanfaatan dan kebaikan diri mereka sendiri
dalam matematika. Indikator self-esteem yaitu penilaian (judgment) individu
tentang worthiness (kebaikan/ kelayakan/ kepantasan), succesfulness
(kesuksesan/ keberhasilan), significance (keberartian/ kemanfaatan) dan
capability (kemampuan) dirinya yang diekspresikan dalam bentuk sikap yang
dimiliki individu terhadap dirinya sendiri.
3. Pendekatan Saintifik
Pembelajaran dengan pendekatan saintifik adalah proses pembelajaran yang
dirancang sedemikian rupa agar peserta didik secara aktif mengkonstruksi
konsep, hukum atau prinsip melalui tahapan-tahapan mengamati (untuk
mengidentifikasi atau menemukan masalah), merumuskan masalah,
mengajukan atau merumuskan hipotesis, mengumpulkan data dengan
berbagai teknik, mengnalisis data, menarik kesimpulan, dan
menngkomunikasikan konsep, hukum atau prinsip yang ditemukan.
Pendekatan Saintifik atau pendekatan ilmiah lebih mengedepankan penalaran
induktif dengan memandang fenomena atau situasi spesifik untuk kemudian
menarik kesimpulan secara keseluruhan dibanding dengan penalaran
deduktif. Umumnya pendekatan ilmiah menempatkan fenomena unik dengan
kajian spesifik dan detail untuk kemudian merumuskan simpulan umum.
Pendekatan saintifik lebih mengedepankan dimensi pengamatan, penalaran,
penemuan, pengabsahan, dan penjelasan tentang suatu kebenaran. Adapun
langkah dalam pendekatan saintifik dalam proses pembelajaran yaitu
mengamati, menanya, menalar, mencoba / mengolah informasi, dan
mengkomunikasikan.
43
Lusi Siti Aisah, 2015 PEMBELAJARAN MATEMATIKA BERBASIS FENOMENA DIDAKTIS MELALUI PENDEKATAN SAINTIFIK UNTUK MENINGKATKAN
KEMAMPUAN KONEKSI MATEMATIS DAN SELF-ESTEEM SISWA SMP Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
4. Fenomena didaktis
Fenomena didaktis adalah jalan untuk memperlihatkan pada guru tempat-
tempat di mana siswa melangkah dalam memasuki proses belajarnya.
Pembelajaran matematika bernuansa fenomena didaktis merupakan
pembelajaran matematika yang memanfaatkan situasi-situasi yang ada di
kehidupan sekitar siswa sebagai sumber-sumber untuk belajar matematika.
Karakteristik dari fenomena didaktis yaitu melihat matematika sebagai
sebuah abstraksi dari realitas, mengkarakterisasi ide-ide matematika yang
penting yang terdapat dalam berbagai macam situasi, dan menghubungkan
antara konsep matematika (the nooumenons) dan dunia yang kompleks yang
berhubungan dengan itu (fenomena).
E. Instrumen Penelitian
Instrumen yang digunakan dalam memperoleh data penelitian ini, digunakan
dua jenis instrumen, yaitu tes dan non-tes. Instrumen dalam bentuk tes terdiri dari
seperangkat soal tes untuk mengukur kemampuan koneksi matematis. Instrumen
dalam bentuk non tes yaitu skala self-esteem, jurnal harian siswa, dan observasi.
1. Instrumen Tes
Instrumen tes kemampuan koneksi matematis siswa dikembangkan dari
materi terkait yaitu pada materi fungsi linier dan disesuaikan dengan indikator
dari kemampuan koneksi matematis. Agar kemampuan koneksi dapat terlihat
dengan jelas, maka tes dibuat dalam bentuk uraian.
Tes kemampuan koneksi matematis ini terdiri dari tes awal (pretes) dan tes
akhir (postes). Tes diberikan pada seluruh siswa, soal-soal pretes dan postes
dibuat serupa / relatif sama. Tes awal dilakukan untuk mengetahui kesamaan
kemampuan awal siswa pada kedua kelas (eksperimen dan kontrol) dan digunakan
sebagai tolak ukur peningkatan kemampuan koneksi matematis sebelum
mendapatkan pembelajaran, sedangkan tes akhir dilakukan untuk mengetahui
perolehan hasil belajar dan ada tidaknya perubahan kemampuan koneksi setelah
44
Lusi Siti Aisah, 2015 PEMBELAJARAN MATEMATIKA BERBASIS FENOMENA DIDAKTIS MELALUI PENDEKATAN SAINTIFIK UNTUK MENINGKATKAN
KEMAMPUAN KONEKSI MATEMATIS DAN SELF-ESTEEM SISWA SMP Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
mendapatkan pembelajaran. Selanjutnya, dari hasil pretes dan postes akan dilihat
N-gain ataupun peningkatan kemampuan koneksi matematis siswa.
Adapun indikator kemampuan koneksi matematis siswa yang akan diukur
adalah sebagai berikut, mengenal dan menggunakan hubungan antar ide-ide dalam
matematika, mengenali dan mengaplikasikan matematika ke dalam dan
lingkungan di luar matematika, dan memahami keterkaitan ide-ide matematika
dan membentuk ide satu dengan yang lain sehingga menghasilkan suatu
keterkaitan yang menyeluruh.
Tabel 3.3
Pedoman Penskoran Kemampuan Koneksi Matematis
Indikator Pedoman Penskoran Skor
Siswa mampu mengenali dan menggunakan
hubungan antar topik dalam
matematika.
Penjelasan secara matematis masuk akal dan jelas
serta tersusun secara logis dan sistematis
4
Penjelasan secara matematis masuk akal dan benar, meskipun tidak tersusun secara logis atau terdapat sedikir kesalahan bahasa..
3
Penjelasan secara matematis masuk akal namun
hanya sebagian lengkap dan benar.
2
Hanya sedikit dari penjelasan yang benar. 1
Tidak ada jawaban, kalaupun ada hanya memperlihatkan ketidakpahaman tentang konsep
sehingga informasi yang diberikan tidak berarti apa-apa.
0
Siswa mampu mengenali dan
mengaplikasikan matematika ke dalam
lingkungan luar matematika.
Penjelasan secara matematis masuk akal dan jelas
serta tersusun secara logis dan sistematis
4
Penjelasan secara matematis masuk akal dan benar, meskipun tidak tersusun secara logis atau terdapat sedikir kesalahan bahasa..
3
Penjelasan secara matematis masuk akal namun hanya sebagian lengkap dan benar.
2
Hanya sedikit dari penjelasan yang benar. 1
Tidak ada jawaban, kalaupun ada hanya memperlihatkan ketidakpahaman tentang konsep
sehingga informasi yang diberikan tidak berarti apa-apa.
0
Siswa mampu memahami
keterkaitan ide-ide matematika
Penjelasan secara matematis masuk akal dan jelas serta tersusun secara logis dan sistematis
4
Penjelasan secara matematis masuk akal dan benar,
meskipun tidak tersusun secara logis atau terdapat
3
45
Lusi Siti Aisah, 2015 PEMBELAJARAN MATEMATIKA BERBASIS FENOMENA DIDAKTIS MELALUI PENDEKATAN SAINTIFIK UNTUK MENINGKATKAN
KEMAMPUAN KONEKSI MATEMATIS DAN SELF-ESTEEM SISWA SMP Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
Indikator Pedoman Penskoran Skor
dan membentuk ide satu dengan yang lain
sehingga menghasilkan
suatu keterkaitan yang menyeluruh.
sedikir kesalahan bahasa..
Penjelasan secara matematis masuk akal namun hanya sebagian lengkap dan benar.
2
Hanya sedikit dari penjelasan yang benar. 1
Tidak ada jawaban, kalaupun ada hanya memperlihatkan ketidakpahaman tentang konsep
sehingga informasi yang diberikan tidak berarti apa-apa.
0
Sumber Izzati (2010)
Sebelum tes kemampuan koneksi matematis digunakan dalam penelitian,
terlebih dahulu dilakukan uji coba dengan tujuan untuk mengetahui apakah soal
tersebut sudah memenuhi persyaratan validitas, reliabilitas, daya pembeda, dan
tingkat kesukaran. Soal tes kemampuan koneksi ini diujicobakan pada siswa kelas
IX SMPN 6 Cirebon yang telah menerima pembelajaran materi fungsi linier.
Tahapan yang dilakukan pada uji coba tes kemampuan koneksi matematis ini
adalah sebagai berikut:
a. Validitas Butir Soal
Validitas butir soal adalah validitas yang ditinjau dengan kriteria
tertentu. Kriteria tersebut untuk menentukan tinggi rendahnya koefisien
validitas instrumen, yang ditentukan melalui perhitungan korelasi Product
Moment Pearson (Suherman, 2003: 120), yaitu:
})(}{)({
))((
2222 YYNXXN
YXXYNr
Keterangan:
rxy: koefisien korelasi antara skor X dan skor Y
N : banyak subjek
X : skor tes
Y : total skor
46
Lusi Siti Aisah, 2015 PEMBELAJARAN MATEMATIKA BERBASIS FENOMENA DIDAKTIS MELALUI PENDEKATAN SAINTIFIK UNTUK MENINGKATKAN
KEMAMPUAN KONEKSI MATEMATIS DAN SELF-ESTEEM SISWA SMP Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
Tinggi rendahnya validitas suatu alat evaluasi sangat tergantung pada
koefisien korelasinya. Hal ini sejalan dengan apa yang dikatakan oleh John
W. Best (Suherman, 2003:111) bahwa suatu alat tes mempunyai validitas
tinggi jika koefisien korelasinya tinggi pula. Tolak ukur untuk
menginterpretasikan derajat validitas digunakan kriteria menurut Guilford