Hernanda Imawan, 2016 Penerapan Strategi Metakognisi Pada Cooperative Learning untuk Meningkatkan Kemampuan Metakognisi dan Pemahaman Konsep Siswa pada Materi Teori Kinetik Gas Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu BAB III METODE PENELITIAN 3.1. Metode dan Desain Penelitian Menurut Sugiyono (2014) bahwa metode penelitian adalah cara ilmiah untuk mendapatkan data dengan tujuan dan kegunaan tertentu. Metode dalam suatu penelitian diperlukan untuk mencapai tujuan penelitian serta menjawab masalah yang diteliti. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui peningkatan kemampuan metakognisi dan pemahaman konsep siswa setelah diterapkannya strategi metakognisi pada cooperative learning pada materi teori kinetik gas. Metode penelitian yang digunakan pada penelitian ini adalah quasi experimental (eksperimen semu) dengan desain penelitian Pretest-Posttest Control Group. Pada desain penelitian ini terdapat terdapat dua kelmpok yang dipilih, yaitu kelompok eksperimen dan kelompok kontrol. Kelompok kontrol ini merupakan kelompok yang tidak diberi treatment, sedangkan untuk kelompok eksperimen merupakan kelompok yang diberi treatment. Kedua kelompok tersebut diberikan pretest untuk mengetahui keadaan awal apakah terdapat perbedaan antara kelompok eskperimen dan kelompok kontrol. Kelompok eksperimen merupakan kelompok yang diberikan treatment berupa penggunaan strategi metakognisi pada cooperative learning, sedangkan kelompok kontol merupakan kelompok yang tidak diberi treatment. Pada kelompok kontrol, pembelajaran dilakukan menggunakan metode coopertive learning tetapi tidak ditambah dengan strategi metakognisi. Tujuan pembagian kelompok ini adalah untuk mengetahui apakah ada pengaruh pemberian treatment terhadap peningkatan kemampuan metakognisi dan pemahaman konsep siswa. Setelah pemberian treatment selesai, kedua kelompok diberi posttest. Pemberian pretest dan postest dilakukan sebanyak tiga kali sesuai dengan jumlah pertemuan yang dilakukan penelitian. Desain penelitian yang digunakan disajikan dalam Gambar 3.1
24
Embed
BAB III METODE PENELITIAN 3.1. Metode dan Desain Penelitianrepository.upi.edu/25680/6/S_FIS_1203081_Chapter 3.pdf · Strategi metakognisi merupakan strategi pembelajaran untuk meningkatkan
This document is posted to help you gain knowledge. Please leave a comment to let me know what you think about it! Share it to your friends and learn new things together.
Transcript
Hernanda Imawan, 2016 Penerapan Strategi Metakognisi Pada Cooperative Learning untuk Meningkatkan Kemampuan Metakognisi dan Pemahaman Konsep Siswa pada Materi Teori Kinetik Gas Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
BAB III
METODE PENELITIAN
3.1. Metode dan Desain Penelitian
Menurut Sugiyono (2014) bahwa metode penelitian adalah cara
ilmiah untuk mendapatkan data dengan tujuan dan kegunaan tertentu.
Metode dalam suatu penelitian diperlukan untuk mencapai tujuan
penelitian serta menjawab masalah yang diteliti. Tujuan dari penelitian ini
adalah untuk mengetahui peningkatan kemampuan metakognisi dan
pemahaman konsep siswa setelah diterapkannya strategi metakognisi pada
cooperative learning pada materi teori kinetik gas. Metode penelitian yang
digunakan pada penelitian ini adalah quasi experimental (eksperimen
semu) dengan desain penelitian Pretest-Posttest Control Group.
Pada desain penelitian ini terdapat terdapat dua kelmpok yang
dipilih, yaitu kelompok eksperimen dan kelompok kontrol. Kelompok
kontrol ini merupakan kelompok yang tidak diberi treatment, sedangkan
untuk kelompok eksperimen merupakan kelompok yang diberi treatment.
Kedua kelompok tersebut diberikan pretest untuk mengetahui keadaan
awal apakah terdapat perbedaan antara kelompok eskperimen dan
kelompok kontrol. Kelompok eksperimen merupakan kelompok yang
diberikan treatment berupa penggunaan strategi metakognisi pada
cooperative learning, sedangkan kelompok kontol merupakan kelompok
yang tidak diberi treatment. Pada kelompok kontrol, pembelajaran
dilakukan menggunakan metode coopertive learning tetapi tidak ditambah
dengan strategi metakognisi. Tujuan pembagian kelompok ini adalah
untuk mengetahui apakah ada pengaruh pemberian treatment terhadap
peningkatan kemampuan metakognisi dan pemahaman konsep siswa.
Setelah pemberian treatment selesai, kedua kelompok diberi posttest.
Pemberian pretest dan postest dilakukan sebanyak tiga kali sesuai dengan
jumlah pertemuan yang dilakukan penelitian. Desain penelitian yang
digunakan disajikan dalam Gambar 3.1
38
R1 O1 X O2
R2 O1 O2
(Sugiyono, 2014)
Gambar 3.1 Bagan Desain Penelitian Pretest Posttest Control Group
Keterangan :
R1 : Kelas Eksperimen
R2 : Kelas Kontrol
O1 : Pretest Kemampuan Metakognisi dan Pemahaman Konsep
X : Treatment atau perlakuan pada kelas eksperimen
O2 : Posttest Kemampuan Metakognisi dan Pemahaman Konsep
Simbol R melambangkan penentuan kelompok penetuan kelompok
eksperimen dan kelompok kontrol yang dipilih secara random dari dua
kelas yang disediakan dengan melalui pengundian. Simbol X
melambangkan suatu treatment atau perlakuan yang diberikan terhadap
sampel, sementara O merupakan variabel yang diobservasi yakni
kemampuan metakognisi dan pemahaman konsep siswa. Posisi diatas dari
kiri ke kanan menunjukkan waktu berlakunya X terhadap O. Dapat terlihat
variabel bebas sebelum diberi perlakuan X, setelah diberi perlakuan X
terhadap kelompok eksperimen dan tanpa pemberian perlakuan X pada
kelompok kontrol. Kemampuan metakognisi dan pemahaman konsep pada
penelitian ini diposisikan sebagai variabel O dan perlakuan X berupa
penggunaan strategi metakognisi pada cooperative learning.
3.2. Populasi dan Sampel Penelitian
Populasi pada penelitian ini adalah seluruh siswa kelas XI MIA
pada salah satu SMA Negeri di Kota Bandung. Sedangkan sampel dari
penelitian ini adalah dua kelas XI MIA salah satu SMA Negeri di Kota
Bandung. Teknik yang digunakan dalam pengambilan sampel adalah
teknik Convinience Sampling. Dalam teknik sampling ini, sampel
merupakan kelompok individu yang tersedia untuk penelitian
(Sukmadinata, 2012). Sampel yang diambil dari populasi tidak ditentukan
39
oleh peneliti, melainkan disediakan oleh tempat (sekolah) dimana
penelitian dilakukan.
3.3. Definisi Operasional
3.3.1. Kemampuan Metakognisi
Kemampuan metakognisi adalah kemampuan untuk menyadari
tentang apa yang diketahui dan apa yang tidak diketahui. sehingga
dirinya akan mampu menyelesaikan masalah yang dimilikinya.
Kemampuan metakognisi terdiri atas tiga komponen, yaitu
kemampuan metakognisi pengetahuan, kemampuan metakognisi
kontrol, dan kemampuan metakognisi kesadaran.
a. Kemampuan Metakognisi pengetahuan
Kemampuan metakognisi pengetahuan berkaitan dengan
apa yang diketahui mengenai pemikirannya terhadap suatu hal.
Kemampuan metakognisi pengetahuan terdiri atas tiga
komponen, yaitu pengetahuan deklaratif, pengetahuan
prosedural, dan pengetahuan kondisional. Kemampuan
metakognisi pengetahuan diukur dengan menggunakan
instrumen kemampuan metakognisi pengetahuan berupa
Lembar Kegiatan Siswa Berbasis Metakognisi (LKS-
Metakognisi). Data dari LKS-Metakognisi pengetahuan berupa
jawaban siswa untuk tiap komponen metakognisi pengetahuan.
Dari jawaban siswa, tersebut diperoleh skor LKS-Metakognisi
sebelum dan sesudah dilakukan treatment. Dari skor sebelum
dan sesudah treatment tersebut kemudian dihitung nilai N-
gain. Dari nilai N-gain tersebut kemudian kemampuan
metakognisi pengetahuan dinyatakan dengan kategori rendah,
sedang, atau tinggi.
b. Kemampuan metakognisi kesadaran
Kemampuan metakognisi kesadaran berkaitan dengan
kesadaran terhadap apa yang diketahui dan dipikirkannya
mengenai suatu hal (Chantaranuwong, dkk., 2012, hlm. 5100).
40
Kemampuan metakognisi kesadaran diukur dengan
menggunakan instrumen berupa kuisioner metakognisi
kesadaran yang diadaptasi dari Chantaranuwong, dkk. (2012,
hlm. 5102). Data dari kuisioner metakognisi kesadaran berupa
skor untuk setiap pernyataan. Untuk mengukur kemampuan
metakognisi kesadaran yaitu dengan menghitung rerata skor
siswa untuk tiap penyataan dalam kuisioner yang diberikan
sebelum dan sesudah treatment kemudian rerata skor tersebut
dinyatakan dalam kategori kurang atau cukup.
c. Kemampuan metakognisi kontrol
Kemampuan metakognisi kontrol berkaitan dengan sikap
yang diambil seorang individu setelah memiliki metakognisi
pengetahuan dan metakognisi kesadaran akan suatu hal
(Chantaranuwong, dkk., 2012, hlm. 5100). Kemampuan
metakognisi kontrol diukur menggunakan instrumen berupa
kuisioner metakognisi kontrol yang diadaptasi dari
Chantaranuwong, dkk. (2012, hlm. 5102). Data dari kuisioner
metakognisi kontrol berupa skor untuk setiap pernyataan.
Untuk mengukur kemampuan metakognisi kontrol yaitu
dengan menghitung rerata skor siswa untuk tiap penyataan
dalam kuisioner yang diberikan sebelum dan sesudah
treatment kemudian rerata skor tersebut dinyatakan dalam
kategori kurang atau cukup.
3.3.2. Pemahaman Konsep
Pemahaman konsep adalah kemampuan untuk memahami konsep-
konsep dalam berbagai bentuk dan kemampuan untuk
menginterpretasi, mengekstrapolasi, dan mentranslasi konsep-konsep
tersebut. Pemahaman konsep diukur menggunakan tes dengan
instrumen soal pilihan ganda berbentuk three-tier. Pengukuran
pemahaman konsep dilakukan dengan cara menghitung rerata skor
pretest dan posttest, kemudian dicari nilai N-gain dari rerata skor
41
pretest dan posttest tersebut. Dari nilai N-gain tersebut kemudian
dikategorikan dengan kategori rendah, sedang, atau tinggi.
3.3.3. Strategi Metakognisi pada Cooperative Learning
Strategi metakognisi merupakan strategi pembelajaran untuk
meningkatkan kemampuan metakognisi siswa. Strategi metakognisi
diukur dengan observasi dengan menggunakan instrumen berupa