10 BAB III LAPORAN PRODUKSI 3.1. Proses Kerja Produser Produser adalah orang yang bertanggung jawab atas anggaran, perencanaan, dan pembuatan program televisi atau serangkaian program. Produser berperan penting atas pelaksanaan dan bertanggung jawab atas kegiatan semua produksi. Produser terlibat aktif dalam setiap tahapan proses pembuatan program televisi ataupun film mulai dari pemunculan ide, pengembangan ide, perekrutan tim, produksi,hingga sampai ke tahap pasca-produksi, Menurut Rusman Latif dalam buku yang bejudul Menjadi Produser Televisi berpendapat bahwa produser adalah seorang sineas profesional yang membuat drama televisi yang memiliki wewenang dan tanggung jawab secara manajemen dan artistik terhadap proses produksi sebuah karya drama televisi, meliputi penentuan ide cerita, penulisan skenario, sutradara, tim kreatif, dan pemain, merancang produksi, promosi, pemasaran dan menyusun anggaran. Memberikan panduan atau arahan kepada semua manajer produksi, beserta seluruh staf di bawahnya. Namun keberhasilan dan kegagalan saat produksi sebuah drama televisi yang diberi judul “THE LIES WE BELIEVE” merupakan tanggung jawab sepenuhnya oleh seorang produser. Keberhasilan akan diraih dan dapat terwujud sesuai rencana jika proses pra produksi hingga pasca produksi dapat berjalan sesuai rencana oleh produser dan tak lepas atas kerja keras seluruh tim yang terlibat. 3.1.1. Pra Produksi Dalam program drama televisi “THE LIES WE BELIEVE” produser mencari penulis naskah dan mengembangkan ide cerita yang ada kepada penulis
253
Embed
BAB III LAPORAN PRODUKSIrepository.bsi.ac.id/index.php/unduh/item/... · panduan atau arahan kepada semua manajer produksi, beserta seluruh staf di bawahnya. Namun keberhasilan dan
This document is posted to help you gain knowledge. Please leave a comment to let me know what you think about it! Share it to your friends and learn new things together.
Transcript
10
BAB III
LAPORAN PRODUKSI
3.1. Proses Kerja Produser
Produser adalah orang yang bertanggung jawab atas anggaran, perencanaan,
dan pembuatan program televisi atau serangkaian program. Produser berperan
penting atas pelaksanaan dan bertanggung jawab atas kegiatan semua produksi.
Produser terlibat aktif dalam setiap tahapan proses pembuatan program televisi
ataupun film mulai dari pemunculan ide, pengembangan ide, perekrutan tim,
produksi,hingga sampai ke tahap pasca-produksi,
Menurut Rusman Latif dalam buku yang bejudul Menjadi Produser Televisi
berpendapat bahwa produser adalah seorang sineas profesional yang membuat
drama televisi yang memiliki wewenang dan tanggung jawab secara manajemen
dan artistik terhadap proses produksi sebuah karya drama televisi, meliputi
penentuan ide cerita, penulisan skenario, sutradara, tim kreatif, dan pemain,
merancang produksi, promosi, pemasaran dan menyusun anggaran. Memberikan
panduan atau arahan kepada semua manajer produksi, beserta seluruh staf di
bawahnya.
Namun keberhasilan dan kegagalan saat produksi sebuah drama televisi yang
diberi judul “THE LIES WE BELIEVE” merupakan tanggung jawab sepenuhnya
oleh seorang produser. Keberhasilan akan diraih dan dapat terwujud sesuai rencana
jika proses pra produksi hingga pasca produksi dapat berjalan sesuai rencana oleh
produser dan tak lepas atas kerja keras seluruh tim yang terlibat.
3.1.1. Pra Produksi
Dalam program drama televisi “THE LIES WE BELIEVE” produser
mencari penulis naskah dan mengembangkan ide cerita yang ada kepada penulis
11
naskah dan mengatur jadwal sekaligus bertemu dengan dosen pembimbing lalu
meminta persetujuan agar dosen menyetujui naskah yang telah dibuat yang akan
digarap untuk dibuat program drama televisi.
Langkah selanjutnya produser bersama tim mencari lokasi untuk
shooting dan membuat persetujuan kepada pihak yang mempunyai tempat, dan
menentukan talent atau artis yang akan memerankan karakter dalam naskah
yang sudah dibuat. Ada beberapa tahap dalam pra produksi yang penulis
lakukan sebagai produser sebelum memasuki tahap produksi (shooting), antara
lain:
1) Rapat Kelompok
Setelah tim mulai terbentuk, tahap selanjutnya adalah pembagian
jobdesk masing-masing, jobdesk dibagikan sesuai keperluan dan keahlian
masing-masing dan tanpa paksaan. Jobdesk dibagikan sesuai keahliannya
untuk mempermudah kinerja tim.
2) Script Breakdown
Sebelum shooting dilakukan tahap pertama adalah pembuatan script
breakdown, untuk memecah tiap adegan dalam skenario menjadi daftar
informasi yang dibutuhkan untuk shooting, proses ini memungkinkan
produser mengetahui rincian kebutuhan shooting berikut biaya yang
diperlukan.
3) Shooting schedule
12
Produser membuat informasi mengenai jadwal dan lokasi yang akan
digunakan untuk shooting per adegan, agar memudahkan untuk sutradara
saat shooting dan menghemat waktu.
4) Menentukan Anggaran Biaya
Produser membuat daftar apa saja kebutuhan produksi, mulai dri pra
produksi sampai dengan pasca produksi, mulai dari alat yang digunakan,
biaya talent, biaya lokasi, akomodasi talent dan kru, serta kebutuhan art
untuk keperluan shooting.
5) Menyusun Tim Produksi
Pembuatan drama televisi membutuhkan tim yang cukup banyak maka
dari itu produser membentuk tim produksi, dalam tim itu ada yang disebut
dengan tim inti, ialah orang-orang yang sejak awal terlibat dalam sebuah
produksi sebagai acuan rekan kerja yang lain, tim ini juga membantu
mendiskusikan permasalahan dan membantu mencari solusi atas masalah
tersebut, adapun tim inti dari produksi drama “The Lies We Believe” terdiri
dari:
a) Endang Sukarja : Sebagai Produser dan Penata Artistik
b) Ismaya Kahar : Sebagai Sutradara dan Penulis Naskah
c) Ary Hidayat : Sebagai Penata Kamera dan Penata Cahaya
d) Rizki Maulana : Sebagai Penata Suara dan Penyunting Gambar
6) Melengkapi Perizinan dan Lokasi
Lokasi adalah salah satu faktor penting yang harus diperhatikan sebab
tanpa adanya lokasi maka shooting akan gagal, jika perizinan tidak jelas
13
shooting tidak dapat mengambil gambar di lokasi itu akan menghambat saat
produksi. Produser bersama tim melakukan hunting lokasi, terjun langsung
ke lokasi agar mendapat informasi serta lokasi yang sesuai kebutuhan, mulai
dari transportasi yang akan digunakan, waktu untuk mencapai lokasi dan
rute serta melihat kondisi medan jalan, yang sekiranya dapat mempermudah
jalannya shooting.
7) Casting
Setelah naskah sudah jadi dan lokasi sudah ditentukan maka tugas
selanjutnya adalah mencari talent dengan melaksakan casting, informasi
pembukaan casting kami baggikan melalui media sosial dan menghubungi
beberapa teman dekat dari sanggar teater untuk mengikuti casting yang
kami lakukan.
8) Membuat Surat Ikatan Kerja pemain
Setelah melaksakan casting dan mendapatkan pemain maka produser
membuat kontrak kerja dengan beberapa kesepakatan agar tidak terjadi
kesalah pahaman saat bekerja sama dengan tim.
9) Persiapan Produksi
Sebelum masa produksi tiba, penulis beserta semua tim sepakat untuk
menginap di lokasi shooting dari hari pertama produksi sampai selesai.
Segala kebutuhan alat dipersiapkan sesuai kebutuhan yang ada dalam
naskah,mulai dari kamera, lighting, audio, property yang digunakan, sampai
14
hal-hal kecil yang dibutuhkan selama produksi. Semua perlengkapan yang
kami butuhkan kami dapatkan dengan cara menyewa.
Untuk perlengkapan artistik produser mengarahkan untuk membuat dan
memfasilitasi untuk mendapatkan semua barang yang dibutuhkan. Mulai
dari properti set hingga kostum pemain dengan cara membeli atau
meminjam.
3.1.2. Produksi
Menurut Irwanto dalam bukunya yang berjudul Menjadi Produser Televisi,
produksi dalam studio (indoor shooting) maksudnya seluruh kegiatan produksi
dilakukan di dalam studio atau ruangan. Program yang produksi secara rekaman,
umumnya melalui proses editing sebelum disiarkan.
Menurut kutipan di atas kelompok kami berpendapat bahwa tahap produksi
adalah tahap di mana menggabungkan berbagai ide untuk pengambilan gambar.
Sesudah pengambilan gambar selesai maka dilakukan pemilihan gambar dan
melakukan pemeriksaan secara berulang untuk melihat letak kesalahan saat
pengambilan gambar. Apabila ada kesalahan saat pengambilan gambar maka
dilakukan pengulangan untuk mendapatkan hasil yang maksimal.
Dalam tahap produksi seorang produser mengontrol jalannya produksi dan
memastikan jalannya produksi dengan lancar, serta memberikan arahan yang tepat
sesuai dengan apa yang telah dirundingkan terlebih dahulu.
Berikut adalah hal-hal yang ditulis oleh produser dalam proses produksi
adalah:
1) Konsumsi.
15
Dalam proses produksi, komsumsi yang diberikan harus memenuhi
kebutuhan sehari-hari dan harus memastikan bahwa konsumsi yang
diberikan benar-benar bergizi. Harus memastikan semua kru dan talent
mendapatkan konsumsi secara merata. Konsumsi yang diberikan setiap hari
adalah makanan berat sebanyak 3 (tiga) kali makan dalam sehari, serta
disediakan berbagai makanan ringan serta minuman.
2) Transportasi
Karena kekurangan alat transportasi dan untuk menghindari
keterlambatan waktu produksi maka semua kru dan talent sepakat untuk
menginap di lokasi shooting sejak hari pertama, agar kami dapat memulai
shooting lebih awal dan dapat memanfaatkan waktu secara efisien.
3) Akomodasi
Dalam produksi semua peralatan yang digunakan kami dapatkan
dengan cara menyewa seperti lighting, audio, hingga kamera. Pada saat
pindah lokasi shooting kami menyewa mobil pick up untuk mengangkut alat
produksi dan semua properti shooting dan juga satu unit mobil untuk
akomodasi talent.
4) Memeriksa Produksi
Pada saat produksi berlangsung tugas penulis sebagai produser
memastikan dan memeriksa berjalannya shooting sesuai dengan shooting
schedule yang sudah dibuat, apakah berjalan dengan rencana awal atau
16
tidak. Serta memastikan peralatan yang digunakan sudah sesuai dengan
kebutuhan.
5) Briefing produksi dan evaluasi kerja produksi
Briefing merupakan hal yang sangat penting agat produksi berjalan
sesuai dengan recana dan prosedur kerja yang diinginkan atau yang
ditetapkan sebelumnya. Setelah shooting selesai penulis sebagai
produser mengajak semua kru dan talent yang terlibat dalam produksi
untuk evaluasi mengenai kekurangan serta kesalahan saat produksi.
3.1.3. Pasca Produksi
Pasca produksi adalah tahap akhir atau tahap penyelesaian, pada tahap
ini materi shooting yang didapatkan dari lokasi akan memasuki tahapan
penyuntingan gambar untuk menyempurnakan kekurangan materi program agar
memiliki materi makna yang menyesuikan dengan durasi yang telah ditentukan.
Menurut Irwanto dalam bukunya yang berjudul Broadcasting Televisi,
”editing merupakan pemberian ilustrasi, musik, audio missing, effect, serta color
grading untuk mendapatkan hasil karya yang memuaskan”.
Dalam tahapan ini penulis sebagai produser drama televisi “THE LIES
WE BELIEVE” mengawasi penyunting gambar yang didampingi oleh
sutradara. Hal ini dilakukan untuk melihat, memantau serta memeriksa hasil
penyuntingan gambar agar tidak terjadi hal-hal yang tidak diinginkan dan dapat
menghasilkan sebuah karya yang sesuai dengan yang diinginkan.
17
3.1.4. Peran dan Tanggung Jawab Produser
Menurut Tommy Suprapto dalam bukunya yang berjudul Berkarir di
Bidang Broadcasting [2017:54], seorang produser memiliki kemampuan berpikir
dan menuangkan ide atau pemikiran ke dalam satu tulisan (proposal) untuk suatu
program acara secara baik dan sistematis serta mempunyai kemampuan untuk
memimpin dan bekerja sama dengan seluruh kerabat kerja dan unsur-unsur
produksi yang terkait.
Adapun tugas dan tanggung jawab sebagai produser adalah;
1) Menciptakan dan mengembangkan ide untuk produksi acara radio atau
televisi.
2) Membuat desain produksi.
3) Menentukan tim kreatif.
4) Menetukan satuan kerja produksi.
5) Bersama dengan pengarah acara memilih dan menentukan pengisi acara.
6) Menyusun anggaran biaya produksi.
7) Melakukan koordinasi, promosi dan publikasi.
8) Melakukan evaluasi terhadap acara yang ditangani.
3.1.5. Proses Penciptaan Karya
A. Konsep Kreatif
Dalam menentukan konsep kreatif produser dituntut harus dapat memikiki
ide atau sesuatu yang ada dalam pikiran yang dapat tersusun secara sistematis
untuk menjadi program drama televisi. Program yang sukses salah satu
penyebabnya ialah karena ide konsep yang menarik dan sangat matang.
18
Pada drama televisi “THE LIES WE BELIEVE” yang menceritakan tentang
tindakan aborsi yang dilakukan oleh remaja di luar nikah. Avi sebagai pemeran penting
dalam thriller “THE LIES WE BELIEVE” ini menjadi salah satu contoh tindakan
kenakalan remaja yang berakhir mengerikan serta bukan hanya dia dan masa depannya
yang menjadi korban, melainkan ibunya sendiri ikut menjadi korban. Desi yang
meninggal karena aborsi membuat ibunya menjadi depresi atas tindakan anaknya yang
memutuskan mengaborsi kandungannya menjelang tiga bulan menuju pernikahan.
Selain itu penulis juga memilih pemain-pemain dari sanggar teater di mana
mereka mempunyai bakat acting yang luar biasa. Drama televisi ini dapat memberikan
pesan moral yang mendalam kepada masyarakat dengan kemampuan acting yang
dilakukan para pemeran.
Penulis sebagai produser membuat kekompakan pada seluruh crew dan talent
bahwa saat produksi harus bekerja sama jika setiap crew membutuhkan dan
mengetahui apa saja kekurangannya namun tidak tergantung denga peran dan tugas
sesama anggota, untuk mewujudkan hasil yang maksimal produser menyusun jadwal
kerja untuk para crew secara mendetail sehingga seluruh crew bisa mengikuti jadwal
kerja dan jadwal produksi yang telah disusun oleh produser. Pada saat produksi
produser juga merangkap sebagai artistik karena terbatasnya kru, dan dalam produksi
drama ini memerlukan cukup banyak properti. Produser sekaligus mengawasi
berjalannya proses produksi dan berpikir agar tidak terjadi masalah saat produksi.
B. Konsep Teknis
Produser memilih alat-alat yang tidak diragukan lagi kualitasnya mulai dari
kamera, lighting hingga sound. Untuk kamera produser memilih kamera Sony Fs 5
dengan alasan kamera tersebut sudah memiliki kualitas yang sangat baik. Kamera
19
tersebut merupakan kamera profesional dengan lensa yang dapat diganti. Untuk sound
atau audio penulis menyewa satu paket boom mic MKH/416 dan zoom H6N sedangkan
untuk lighting menggunakan lampu Arri 1,2 Kw, 2 buah LED 15 inch, serta lampu
kinoflo. Sedangkan untuk editing menyiapkan komputer dengan prosesor core i5 yang
memiliki RAM 8 gb.
3.1.6. Kendala produksi dan solusinya
1. Kendala: pada hari pertama, shooting mengalami pengunduran waktu
dikarenakan ada beberapa kru dan talent yang terlambat datang ke lokasi shooting
dikarenakan jarak yang sangat jauh dengan lokasi shooting.
Solusi: semua kru dan talent memutuskan untuk menginap di lokasi shooting
agar tidak terlambat seperti hari pertama, dan menginap sejak hari pertama dan
produser menambahkan jam produksi yang seharusnya selesai pada pukul 21:00
menjadi pukul 22:30 untuk mengejar scene yang tertinggal.
2. Kendala : pada hari kedua terdapat masalah pada saat pembuatan artistik
dikarenakan tidak diperbolehkan untuk menggunakan paku pada dinding lokasi
shooting karena lokasi yang digunakan merupakan sebuah kamar hotel.
Solusi: produser dan tim art membeli cukup banyak double tip 3M untuk
menempelkan properti di dinding.
3. Kendala: pada hari ketiga mengalami keterlambatan waktu karena ada
perpindahan lokasi shooting yang jaraknya cukup jauh.
Solusi: produser melakukan penambahan waktu shooting.
20
3.1.7. Lembar Kerja Produser
1. Konsep Program
2. Working Schedule
3. Breakdown Budgeting
4. Shooting Schedule
5. Call Sheet
6. Daily Production Report
7. Equipment List (Cek List Harian)
8. Surat Izin Lokasi dan Foto Lokasi
21
KONSEP PROGRAM
Dalam pembuatan sebuah film ataupun drama televisi, di mana produser
berhak sepenuhnya terlibat dalam serangkaian proses pra produksi, produksi, sampai
pasca produksi. Seorang produser juga berhak sepenuhnya dalam pemberian ide
kreatif, cerita, dan merancang selama shooting. Produser dan sutradara bersama
penulis naskah adalah satu ruang lingkup yang dinamis atau biasa disebut triangle
System. Tiga orang ini harus pandai menemukan ide cerita dan mengembangkannya
dan menggabungkannya agar tercipta sebuah karya yang baik bagi para penikmatnya.
Produser tentunya memiliki peran dan tanggung jawab untuk menentukan
cerita apa yang akan dipilih dan dikembangkan. Pada pembuatan drama televisi “The
Lies We Believe” ini, menceritakan tentang tindakan aborsi yang dilakukan oleh
remaja di luar nikah. Desi sebagai pemeran penting dalam thriller “THE LIES WE
BELIEVE” ini menjadi salah satu contoh tindakan kenakalan remaja yang berakhir
mengerikan. Yang bukan hanya dia saja dan masa depannya yang menjadi korban,
melainkan ibunya pula. Avi yang meninggal karena aborsi membuat ibunya sendiri
menjadi depresi atas tindakan anaknya yang memutuskan mengaborsi kandungannya.
Selain menentukan ide cerita produser tentunya juga harus memikirkan
masalah lokasi dan talent yang akan dilibatkan pada saat produksi, serta alat-alat yang
akan digunakan, triangle memutuskan untuk memilih talent yang sudah terbiasa
dengan seni peran dan juga sesuai dengan karakter yang telah ditentukan. Hal ini agar
mempermudah kru dalam proses produksi dan pesan yang disampaikan dari cerita
akan sampai sesuai dengan yang diharapkan.
22
WORKING SCHEDULE
Production Company : Lakuna Pictures Produser : Endang Sukarja
Judul Program : The Lies We Believe Sutradara : Ismaya Kahar
Durasi : 20 Menit
Table 1
No. Tahap Aktivitas
Target Per Minggu
1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4
1 Merekrut Tim
2 Penemuan Ide
3 Pengembangan
Gagasan
4 Penulisan Naskah
5 Membuat Breakdown
Budget
6 Pengumpulan Dana
Produksi
7 Equipment List
8 Hunting Lokasi
9 Casting Pemain
10 Membuat Master
Breakdown
11 Merencanakan Wardobe
dan Make Up
12 Membuat Direction
Treatment
13 Membuat Shot List
14 Mengurus Perizinan
15 Membuat Schedule
16 Reading Talent
17 Memeriksan Ulang
Kesiapan Tim Produksi
23
18 Melengkapi Properti
1 Menyiapkan
Akomodasi
2 Menyiapkan Logistik
3 Shooting
4 Daily Production
Report
5 Evaluasi Produksi
1 Editing
2 Ilustrasi Musik
3 Pengerjaan Laporan
Produksi
4 Final Edit
5 Preview Film
24
BREAKDOWN BUDGET
Production Company : Lakuna Pictures Produser : Endang Sukarja
Judul Program : The Lies We Believe Sutradara : Ismaya Kahar
Durasi : 20 Menit
Table 1
No. Item Unit Rate Amount Note
Pra Produksi
1. Print &
Fotocopy
Rp. 450.000
2. Casting &
Reading
Rp. 580.000
3. Survey Rp. 175.000
TOTAL Pra Produksi Rp. 1.205.000
Produksi (Teknis)
1. Kamera Sony 1 Rp.350.000 Rp.1.050.000 3 Hari
2. Lensa 24-70 mm
F2,8 JM
1 Rp.250.000 Rp.750.000 3 Hari
3. Lensa 35 mm F
1,4
1 Rp.175.000 Rp.525.000 3 Hari
4. Slider Konova 1 Rp.150.000 Rp.450.000 3 Hari
5. Tripod 1 Rp.50.000 Rp.150.000 3 Hari
6. Memory extreme 2 Rp.25.000 Rp.150.000 3 Hari
7. Professional rig 1 Rp.250.000 Rp.750.000 3 Hari
8. Monitor 7inc 1 Rp.150.000 Rp.450.000 3 Hari
9. Clip on senheiser 2 Rp.100.000 Rp.600.000 3 Hari
10. Zoom H6N 1 Rp.150.000 Rp.450.000 3 Hari
11. LED 15Inc
viltrox
2 Rp.150.000 Rp.900.000 3 Hari
12. Arri 1,2 Kw 1 Rp.300.000 Rp.900.000 3 Hari
25
13. Genset 1 Rp.350.000 Rp.1.050.000 3 Hari
14. Butterfly 6x6 1 Rp.250.000 Rp.750.000 1 Hari
15. Kino Flo 1 Rp.150.000 Rp.450.000 1 Hari
16. Zhiyun crane 2 1 Rp.250.000 Rp.500.000 2 Hari
17. Headphone
Sennheiser
1 Rp.25.000 Rp.75.000 3 Hari
18. Boom mic set
senheser MKH-
60
1 Rp.175.000 Rp.350.000 3 Hari
TOTAL produksi teknis Rp.10.300.000 Disc 50%
Produksi (artistik)
Properti Rp.1.000.000
Total Produksi Artistic Rp.1.000.000
Produksi (Unit)
Konsumsi
Air mineral
Catering Rp.500.000
Hari 1
(2x makan)
Catering Rp.730.000
Hari 2
(3x makan)
Catering Rp.280.000
Hari 3
(2x makan)
Sewa Mobil Pick
Up
Rp.350.000 Rp.1.050.000 3 Hari
Mobil Ertiga Rp.200.000 Rp.600.000 3 Hari
Bensin Rp.400.000 3 Hari
Baterai Alkaline Rp.20.000 Rp.100.000 5 Buah
Lokasi Rp.700.000 Rp.1.400.000 2 Hari
Talent Desi Rp.600.000 Rp.600.000
Talent Yuda Rp.400.000 Rp.400.000
Talent Avi Rp.500.000 Rp.500.000
Talent Andika Rp.300.000 Rp.300.000
TOTAL Unit Produksi Rp.6.860.000
26
Pasca Produksi
Music Scoring Rp.500.000 Rp.500.000
DVD + Cover +
Poster A2
Rp.50.000 Rp.50.000
TOTAL Pasca Produksi Rp.550.000
TOTAL KESELURUHAN Rp. 14.765.000
27
SHOOTING SCHEDULE
Production Company : Lakuna Pictures Produser : Endang Sukarja
Judul Program : The Lies We Believe Sutradara : Ismaya Kahar
Durasi : 20 Menit
Table 2
No Hari dan Tanggal Waktu
Pelaksanaan Kegiatan
1 Selasa, 25 Juni 2019 05.00-06.00 Memeriksa Perlengkapan, Make
Up Talent
06.00-07.00 Setting peralatan
07.00-07.30 Briefing crew
07.30-08.00 Pengarahan Bloking Untuk Talent
08.00-11.30 Pengambilan Gambar
11.30-13.20 Istirahat, Preview Gambar
13.20-14.00 Pengambilan Gambar
14.00-16.00 Pengambilan Gambar
16.00-16.30 Istirahat, Shalat.
16.30- 18.00 Pengambilan gambar
18.00-19.00 Istirahat, Shalat, Makan
19.00-21.30 Pengambilan Gambar - selesai
2 Rabu, 26 Juni 2019 06.00-07.00 Memeriksa Perlengkapan, Make
Up Talent
07.0-.08.00 Setting peralatan
08.00-08.30 Briefing crew & sarapan
08.30-09.00 Pengarahan Bloking Untuk Talent
09.00-12.00 Pengambilan Gambar
12.00-13.00 Istirahat, Preview Gambar
13.00-15.30 Pengambilan Gambar
15.30-16.00 Istirahat, Shalat.
16.00-18.00 Pengambilan gambar
18.00-19.00 Istirahat, Shalat,Makan
19.00-22.00 Pengambilan Gambar - selesai
22.00-23.00 Perapihan alat
3 Kamis, 27 Juni 2019 06.00-07.00 Memeriksa Perlengkapan, Make
Up Talent
07.0-.08.00 Setting peralatan
28
08.00-08.30 Briefing crew + sarapan
08.30-09.00 Pengarahan Bloking Untuk Talent
09.00-12.00 Pengambilan Gambar
12.00-13.00 Istirahat, Preview Gambar
13.00-15.30 Pengambilan Gambar
15.30-16.00 Istirahat, Shalat.
16.00-18.00 Pengambilan gambar
18.00-19.00 Istirahat, Shalat,Makan
19.00-22.00 Pengambilan Gambar - selesai
22.00-23.00 Perapihan alat
29
CALL SHEET
Production Company : Lakuna Pictures Produser : Endang Sukarja
Judul Program : The Lies We Believe Sutradara : Ismaya Kahar
Durasi : 20 Menit
Table 3
NO NAMA JABATAN/PERAN NO HP
1 Endang Sukarya Produser 081284320728
2 Ismaya Kahar Sutradara 082187507893
3 Ary Hidayat Cameramen 089606922193
4 Rizki Maulana Editor 087725496906
5 Nada Talent 081389333052
6 Andika Talent 081384567607
7 Moji Talent 082299428295
8 Avi Talent 081291012643
30
DAILY PRODACTION REPORT
Production Company : Lakuna Pictures Produser : Endang Sukarja
Judul Program : The Lies We Believe Sutradara : Ismaya Kahar
Durasi : 20 menit
Day 1
Table 4
Keterangan Terjadwal Terlaksana
Crew Call 05.00-06.00 05.30-06.00
Make Up Call 06.00-07.00 06.00-07.00
Makan Pagi 07.00-07.30 07.00-07.30
Makan Siang 12.00-13.00 12.00-13.00
Makan Malam 18.00-19.00 18.00-19.00
Table 5
Porsi Catering Dipesan /Dibeli Realisasi
Makan Pagi 25 Porsi 25 Porsi
Makan Siang 28 Porsi 28 Porsi
Makan Malam 27 Porsi 27 Porsi
Table 6
Peran Pemeran Usia Kostum On Set Inap / Pulang
Nada Desi - Inap
Andhika Robi - Inap
Jihad Sangaji Yudha - Inap
Avi Avi - Inap
31
DAILY PRODACTION REPORT
Production Company : Lakuna Pictures Produser : Endang Sukarja
Judul Program : The Lies We Believe Sutradara : Ismaya Kahar
Durasi : 20 menit
Day 2
Table 7
Keterangan Terjadwal Terlaksana
Crew Call 05.00-06.00 05.30-06.00
Make Up Call 06.00-07.00 06.00-07.00
Makan Pagi 07.00-07.30 07.00-07.30
Makan Siang 12.00-13.00 12.00-13.00
Makan Malam 18.00-19.00 18.00-19.00
Table 8
Porsi Catering Dipesan /Dibeli Realisasi
Makan Pagi 25 Porsi 25 Porsi
Makan Siang 28 Porsi 28 Porsi
Makan Malam 27 Porsi 27 Porsi
Table 9
Peran Pemeran Usia Kostum On Set Inap / Pulang
Nada Desi - Inap
Andhika Robi - Inap
Jihad Sangaji Yudha - Inap
Avi Avi - Inap
32
DAILY PRODACTION REPORT
Production Company : Lakuna Pictures Produser : Endang Sukarja
Judul Program : The Lies We Believe Sutradara : Ismaya Kahar
Durasi : 20 menit
Day 3
Table 10
Keterangan Terjadwal Terlaksana
Crew Call 05.00-06.00 05.30-06.00
Make Up Call 06.00-07.00 06.00-07.00
Makan Pagi 07.00-07.30 07.00-07.30
Makan Siang 12.00-13.00 12.00-13.00
Makan Malam 18.00-19.00 18.00-19.00
Table 11
Porsi Catering Dipesan /Dibeli Realisasi
Makan Pagi 25 Porsi 25 Porsi
Makan Siang 28 Porsi 28 Porsi
Makan Malam 27 Porsi 27 Porsi
Table 12
Peran Pemeran Usia Kostum On Set Inap / Pulang
Nada Desi - Inap
Andhika Robi - Inap
Jihad Sangaji Yudha - Inap
Avi Avi - Inap
33
EQUIPMENT LIST
Production Company : Lakuna Pictures Produser : Endang Sukarja
Judul Program : The Lies We Believe Sutradara : Ismaya Kahar
Durasi : 20 menit
Table 13
No. Nama Seri Jumlah Ket
1. Kamera Sony FS5 1 Sewa
2. Lensa Sony 24-
70 mm F2,8 GM 1 Sewa
3. Lensa Sony 35
mm F2,8 Zeus 1 Sewa
4. Lampu LED Vitrox 2 Sewa
5. Lmapu Ari
HMI 1,2 kw 1 Sewa
6. Qino 1 Sewa
7. Clip On Sennheiser 1 Sewa
8. Bom mic 1 Sewa
9. Zoom H6N 1 Sewa
10. Slider Konova 1 Sewa
11. Tripod 1 Sewa
12. Profesional Rig 1 Sewa
13. Monitor 7 in 1 Sewa
14. Ganset 1 Sewa
15. Zhiyun Crane 2 1 Sewa
16 Memory
External 2 Sewa
34
SURAT IZIN LOKASI
Saya yang bertanda tangan di bawah ini :
Nama : Alpan Hadisastra Wijaya
No KTP : 3205122307950002
Tempat, Tanggal Lahir : Garut 23-07-1992
Alamat : KP, Ranca Batu
No Handphone : 085720300239
Menyatakan bahwa saya telah memberi izin kepada LAKUNA PICTURES untuk
menggunakan lokasi saya sebagai tempat untuk pengambilan gambar atau shooting
film THE LIES WE BELIEVE dengan rincinan peminjaman sebagai berikut:
Alamat lokasi : Jln, Durian Raya No 14 RT 08/09 Jagakarsa
Tanggal penggunaan : 25 Juni 2019 S/D 27 Juni 2019
• (disepakati antara pemilik lokasi dan produser)
Dan saya telah menerima balas jasa sebesar Rp.1.400.000 yang akan telah dibayarkan
langsung oleh LAKUNA PICTURES secara tunai, setelah lokasi shooting selesai
digunakan.
Tanggal : 21 Juni 2019
Tanda Tangan Pemilik Tempat
(Alpan Hadisastra Wijaya)
35
Figure 3 Kamar Yudha
FOTO LOKASI
Figure 4 Ruang aborsi
Figure 5 mobil
Figure 1 lokasi taman Figure 2 kamar Losmen
36
37
3.2. Proses Kerja Sutradara
Dalam produksi sebuah program drama atau nondrama, untuk keperluan
film maupun televisi, kita biasa mendengar tentang sosok seorang sutradara yang
bekerja di belakang layar. Sutradara dalam bahasa inggris disebut director, itulah
kenapa di dalam credit tittle sebuah film biasa kita temukan kata ‘directed by’
(disutradarai oleh). Isitilah sutradara pertama dipopulerkan oleh seorang tokoh
film nasional Umar Ismail pada 1940-an. Sebenarnya tidak jelas etimologi dari
kata sutradara yang dipadankan dengan director ini.
Menurut (Tambayong 2012):
Mungkin ini hasil ’utak-atik gathuk’ dari bahasa kawi, sutra berarti pelbagai
karya yang bersifat pedoman berisi aturan-aturan” dan kata dhara adalah
bagian kata akhir dari susunan majemuk yang berarti “pemegang”,
”pembuat”, atau ”pembawa”. (Supriyadi, 2014:2)
Sebagaimana kutipan di atas, penulis menyimpulkan bahwa sutradara
berasal dari bahasa kawi yang sudah diubah atau diutak-atik hingga memperoleh
arti sutradara adalah seorang yang membuat suatu karya seni ataupun
mengarahkan karya seni dan membentuk sebuah aturan-aturan yang
dituangkannya kepada crew teknis dan para pemeran dalam sebuah naskah drama
atau pun naskah non drama.
Sutradara adalah pemimpin tunggal yang memiliki tanggung jawab dalam
keputusan dan pengarahan penuh terhadap materi untuk mendapat hasil maksimal.
Ia juga yang bertanggung jawab sepenuhnya secara profesional dalam
melaksanakan suatu proses produksi / penyiaran paket televisi dengan
38
kemampuan wawasan yang luas, kreatif, imaginative, interpretiv, inovative, dalam
berkarya dan bermanfaat bagi orang lain dan dirinya sendiri.
Menurut (Naratama, 2013:20):
Sutradara adalah seorang yang mampu mengarahkan dan menciptakan
sebuah karya seni audio-visual dalam bentuk format acara televisi drama
atupun non drama dengan menggunakan sistem rekaman gambar elektronik,
baik untuk single kamera maupun multi kamera.
Sebagaimana kutipan di atas, penulis menyimpulkan bahwa setiap potongan
gambar yang direkam oleh sistem elektronik adalah tanggung jawab sutradara dari
mulai audio hingga visual dengan single kamera atau pun multy kamera, dan
sutradara harus mampu menciptakan sebuah gambar yang indah dan bisa
menyampaikan pesan dan maksudnya kepada penonton.
Sutradara memiliki tugas dan tanggung jawab yang berat. Di lapangan,
seorang sutradara berperan sebagai manajer, kreator, dan sekaligus inspirator bagi
anggota tim produksi dan para pemeran. Peran yang sedemikian besar
mengharuskan sutradara memahami benar konsep cerita, memahami situasi
lingkungan maupun psikologis para pelibat produksi, dan juga harus memahami
bagaimana menjalin hubungan yang baik dengan semua pelibat produksi. Ibarat
tubuh manusia, sutradara adalah otaknya, dan yang lain adalah seluruh anggota
badan. Otak memerlukan anggota badan untuk mewujudkan gagasan, badan
memerlukan otak untuk mengendalikan.
Sutradara bertanggung jawab terhadap kreativitas dan kualitas gambar yang
tampak di layar dimana di dalamnya ia bertugas mengontrol teknik sinematik,
39
mempelajari dan meliputi jalannya acara, serta memimpin kerabat kerja berbagai
bidang seperti penata kamera, penata lampu, penata audio, dan lain-lain, hingga
apa yang dikreasikan dapat menjadi tontonan yang berbobot dan dapat dinikmati.
Karena itu seorang sutradara harus memahami berbagai teknis yang ada dalam
proses pembuatan film baik dalam hal penguasaan teknis kamera, tata cahaya
(lighting), editing, bahkan sampai pemilihan warna baju yang akan dipakai oleh
pemeran.
“Sutradara bertanggung jawab pada hasil akhir sebuah karya.” Sebuah
pernyataan singkat tetapi memiliki pengertian dan pengaruh yang sangat luas,
sebab hasil akhir sebuah karya televisi merupakan rangkuman dari proses
pengerjaan produksi yang sangat kompleks yang merupakan penggabungan dari
tiga fase pengerjaan, yaitu prapoduksi (pre-production), produksi (production),
dan paska produksi (post-production). Peran sutradara dalam tiga fase pengerjaan
tersebut sangatlah besar. Semua fase tersebut harus berada dibawah pengawasan
sutradara agar tetap sesuai dengan visi sang sutradara. Dalam tiap fase tersebut
sutradara dituntut untuk memberikan ide dan gagasannya agar terjalin kerjasama
tim yang solid. Selain itu, seorang sutradara juga harus membuat beberapa ide
cadangan jika sewaktu-waktu ada hal tak terduga yang dapat menggangu jalannya
proses pembuatan film ataupun program televisi.
3.2.1. Pra Produksi
Pada tahap ini tugas seorang sutradara meliputi penentuan ide dan naskah
cerita, penentuan jadwal pengambilan gambar, mencari lokasi, mencari dan
40
mengaudisi calon pemeran, menentukan staf dan kru produksi, mengurus
penyewaan peralatan produksi, dan mengurus persiapan produksi serta paska
produksi lainnya.
Pada tahap pra produksi ini sutradara bersama tim melakukan rapat untuk
menentukan ide kreatif, mematangkan konsep, sampai menentukan biaya yang
harus dikeluarkan agar menjadi acuan pada saat produksi.
Terkait tahap pra produksi ini, (Panca, 2011:7) memberi penjelasan yang
sangat baik, “karena pentingnya proses pra produksi ini dianggap sebagai
sebuah proses yang cukup melelahkan demi mendapatkan sebuah hasil yang
maksimal.”
Tahapan yang dilakukan di pra produksi untuk merancang film “THE
LIES WE BELIEVE” ini antara lain:
a) Penentuan Ide Cerita
Langkah awal untuk sutradara adalah menemukan dan menentukan
ide cerita dengan berdiskusi dengan tim. Diskusi utamanya dilakukan oleh
sutradara bersama dengan produser dan penulis naskah. Ketiga jobdesk
inilah yang biasa disebut Triangle System dan menjadi penentu dalam
pembuatan konsep drama televisi “The Lies We Believe” ini.
Bersama penulis naskah, sutradara berdiskusi untuk menghasilkan
cerita yang benar-benar diinginkan namun diupayakan bisa tetap menarik di
mata penonton. Sutradara banyak berdiskusi tentang faktor teknis dalam
merealisasikan konsep kreatif yang sudah dibahas.
Bersama dengan produser, sutradara berdiskusi untuk membahas
biaya beberapa konsep yang kemudian diberikan jalan lain jika saja dana
yang tersedia tak mencukupi untuk mengakomodir konsep tersebut.
41
b) Interpretasi Skenario (Script Converence)
Setelah ide ditemukan, peran sutradara adalah mempelajari dan
mengembangkan ide tersebut dari sumber-sumber yang ada, sehingga dapat
dipahami secara benar.
Setelah mendapatkan sebuah beberapa salinan naskah dari penulis
naskah penulis melakukan analisis sekenario yang menyangkut isi cerita,
struktur dramatik, dn estetika dengan tujuan artistik untuk program drama
tersebut.
Analisa yang dilakukan dengan divisi lain yaitu penataan kamera
untuk mendapatkan sinematografi yang bagus, penataan pencahayaan, editor
dan juga produser, kemudian merusmuskannya ke konsep penyutradaraan.
c) Pemilihan dan Pengarahan Kru
Di tahap ini, sutradara dan produser mencari dan menentukan siapa
saja kru yang akan terlibat dalam proses produksi. Dalam prosesnya, kami
memilih kru berdasar kemampuan masing-masing agar dapat memudahkan
produksi. Produser memberitahu kru tentang tanggung jawabnya masing-
masing berdasarkan jobdesk, sementara sutradara memberikan pengarahan
kepada setiap kru agar tidak ada kesalahan informasi dalam proses produksi.
d) Survey Lokasi
Pada tahap ini sutradara ikut dalam ikut melihat lokasi yang akan
digunakan saat produksi, karena sutradara harus melihat dan mencari apa
yang ada di daerah tersebut dan menentukan sudut pengambilan gambar.
42
Dalam drama “The Lies We Believe” ini lokasi yang digunakan adalah
hotel, rumah kost bertingkat, taman, jalan raya, dan pusat perbelanjaan Blok
M.
e) Casting (Pemilihan Pemeran / Tokoh)
Di tahap ini, dibantu oleh produser dan penulis naskah, sutradara
mencari dan mengaudisi calon pemeran yang diwajibkan bisa menjiwai
karakter dari peran atau tokoh yang ada di dalam skenario.
f) Latihan (Rehearsal)
Setelah mendapatkan pemeran yang sesuai, sutradara pun memberikan
naskah penuh kepada para pemeran, melakukan latihan berdasarkan gerak-
gerik pemain, dan mengatur ekspresi serta aksi yang diinginkan dari setiap
pemeran.
Sutradara melakukan pembacaan skenario (reading) bersama seluruh
pemeran untuk membacakan bagian dari beberapa dialog yang akan
diperankan. Ketika masing-masing pemeran sudah memahami maksud dan
tujuan naskah, mereka melakukan pelatihan untuk menjiwai segala bagian-
bagian aksi yang ada di dalam skenario.
Setelah itu, sutradara pun mengevaluasi pemeran secara bersamaan
agar mendapatkan sebuah peranan tokoh yang sesuai dengan isi kepala
sutradara dan skenario.
g) Pembuatan Director Treatment
43
Setelah ide sudah ditemukan, naskah sudah dibentuk, dan lokasi sudah
ditentukan, sutradara membuat director treatment yang berisi tentang jenis
shot, angle, pergerakan kamer, audio, deskripsi adegan, dan lain-lain untuk
menjadi acuan pada saat produksi.
Terkait hal ini, (Naratama, 2013:112) menjelaskan bahwa, “treatment
harus dibuat sedetail mungkin agar tidak terjadi kesalahan yang mendasar.”
h) Final dan Produksi
Sutradara melakukan rapat terakhir sebelum produksi dengan seluruh
tim dan pemeran menegenai perencanaan shooting yang menyangkut teknis
penyutradaraan.
3.2.2. Produksi
Pada tahapan ini segala sesuatu yang telah dipersiapkan secara mendalam
di tahap pra produksi mulai dieksekusi.
“Produksi adalah proses pengambilan gambar. Disini semua unsur teknis
dan kreatif (naskah, pemeran, sinematografi, suara dll) bergabung di bawah
pengawasan kreatif sutradara. Dalam menjalankan proyek produksi video,
khususnya kegiatan pengambilan gambar video, sejumlah hal berikut ini harus
dipersiapkan dengan baik: a) desain produksi termasuk skenario, yang bisa
menjadi panduan yang baik tentang apa apa yang harus dikerjakan selama
shooting; b) kesiapan kru dalam menjalankan perannya masing masing; c)
kesiapan perlengkapan yang juga merupakan tanggung jawab masing masing
kru.” Panca (2011:23).
44
Peran sutradara dalam proses produksi sangatlah penting karena
sutradara merupakan pemimpin jalannya produksi. Sutradara dituntut untuk
menjadi bijak dalam menghadapi kendala-kendala yang terjadi di lapangan
guna terciptanya suasana yang baik dan agar proses produksi tetap bisa
berjalan sesuai rencana sehingga mendapatkan hasil yang maksimal. Sutradara
juga harus bisa menempatkan kru sesuai dengan bidang kerjanya masing-
masing karena dalam sebuah karya drama dibutuhkan kerjasama tim yang
solid. Setiap divisi mempunyai keterikatan satu dengan yang lain dan tugas
seorang sutradara adalah mengakomodir setiap divisi agar dapat menjalakan
tugasnya sebaik mungkin.
Seorang sutradara juga harus menguasai dasar-dasar teknik pengambilan
gambar karena Ia bertanggung jawab penuh atas gambar yang dihasilkan dalam
layar. Ketika produksi dimulai sutradara berdiskusi dengan tim mengenai
segala jenis shot yang akan diambil.
Sutradara juga dituntut bisa memberi arahan kepada para pemeran
dengan baik agar para pemeran dapat menjiwai karakter sesuai dengan latihan
yang dilakukan sebelumnya, agar adegan dan maksud yang ingin disampaikan
bisa tersalurkan dengan baik pula kepada penonton.
Jika hasil gambar dan acting pemeran dianggap belum memuaskan,
sutradara perlu melakukan pengambilan gambar ulang. Sutradara juga harus
bisa membangun mood para pemain/pemeran/tokoh dan kru di lapangan, agar
bisa menyatukan hati dan pikiran terhadap satu sama lain. Ketika sedang
istirahat, seluruh kru dan pemeran diberi evaliuasi oleh sutradara untuk
menjadi acuan saat pengambilan gambar berikutnya.
45
Di atas semua itu, seorang Sutradara harus bisa mengeluarkan kreatifitas
dalam seni audio-visual secara maksimal, karena sutradara lah yang
bertanggung jawab penuh atas bagus tidaknya sebuah karya.
3.2.3. Pasca Produksi
Pasca produksi adalah tahap kerja kreatif untuk mewujdkan film ini
sesuai dengan visi awal sutradara, dengan melakukan editing dan sound mixing
untuk menyempurnakan unsur gambar dan suara dalam film ini. Sekalipun
proses editing dan sound mixing dilakukan pada tahap pasca produksi namun
seluruh keperluan untuk proses ini sudah dirancang dan dipersiapkan semenjak
tahap pra produksi.
“Pasca proses shooting, meninggalkan beberapa hutang shot dan tentu
saja menjadi momok dalam pikiran pada saat pasca produksi, satu-satunya cara
adalah dengan memaksimalkan proses editing dan mixing suara.” Naratama
(2013:144).
Dalam tahap pasca produksi ini sutradara bertugas mengawal editor dan
sound designer dalam mengkomposisikan gambar dan suara agar mendapat
sebuah harmonisasi yang sesuai dengan kebutuhan film. Sutradara bersama
editor melakukan foldering hasil rekaman ketika produksi, lalu menyortir hasil-
hasil rekaman gambar tersebut, untuk dijadikan rought cut dan fine cut oleh
editor. Ketika hasil editing sudah selesai dalam bentuk rough cut, sound
designer mulai membuat music scoring agar dapat tercapai suasana dan
penjiwaan film yang diinginkan oleh sutradara. Ketika semua sudah
dikerjakan, editor sebagai color grader memberi sentuhan terakhit pada mood
dan tone gambar untuk mendukung visi sutradara.
46
3.2.4. Peran dan Tanggung Jawab Sutradara
Sutradara adalah seorang yang memimpin suatu program mulai dari pra
sampai pasca produksi dengan modal jiwa kepemimpinan yang tegas dan bijak
mampu mengontrol segala situasi keadaan agar bisa mencapai sebuah hasil
yang maksimal ketika proses produksi berlangsung.
Seperti kata (Naratama, 2013:28-29), “sutradara sebagai pemimpin, jiwa
kepemimpinan! Itulah modal sutradara. Tanpa leadership, anda tidak pernah
bisa menciptakan karya seni sesuai yang anda inginkan.”
Sutradara memiliki tanggung jawab dalam menjalankan tugasnya dari
mulai praproduksi, produksi, hingga pascaproduksi. Tugas pokok seorang
sutradara adalah sebagai berikut:
a) Sutradara bertanggung jawab pada seluruh proses pembuatan film mulai
dari pra produksi, produksi, dan pasca produksi.
b) Sutradara adalah penterjemah tulisan dalam naskah ke bentuk audio visual.
c) Sutradara harus memahami isi naskah dan mengatahui pesan yang ingin
disampaikan oleh naskah tersebut.
d) Harus bisa menempatkan diri sebagai seorang pembuat film dan penikmat
film.
e) Mampu menerjamahkan konsep kreatif imajinasi ke dalam bentuk audio
visual.
Sedangkan bila melihat dari fungsi pokok, peran seorang sutradara bisa
dibagi menjadi empat yaitu:
a) Sutradara sebagai pemimpin.
47
“Jiwa kepemimpinan modal utama seorang sutradara.” Naratama
(2013:28). Menurut penulis, sutradara memiliki hak dan kewajiban penuh
dalam proses pembuatan film, khususnya pada saat produksi di lapangan.
Sutradara ibarat komandan batalion yang perintahnya wajib diikuti oleh
seluruh kru, karena sutradara adalah penanggung jawab dari sebuah hasil
karya.
b) Sutradara sebagai seniman.
“Sebagai kreator yang bertanggung jawab terhadap karya akhir
tayangan visual, seorang sutradara dituntut menjadi seorang seniman yang
mempunyai cita rasa tinggi tentang suatu nilai kesenian dan kebudayaan.
Kecintaan akan suatu budaya adalah faktor yang akan menyentuh setiap
sendi-sendi imajinasi seni visual, baik dalam bentuk dramatik maupun
nondramatik.” Naratama (2013:34).
c) Sutradara sebagai pengamat program dan pemasaran televisi.
“Sutradara harus berperan menjadi seorang pengamat pemasaran
televisi yang justru harus membatasi diri. Sutradara tidak hanya dituntu
untuk berkreasi, tetapi juga dituntut untuk menjadi pengamat yang mengerti
kondisi dan kebutuhan stasiun televisi, sponsor, dan penonton.” Naratama
(2013:40).
d) Sutradara sebagai penasihat teknik.
“Penentu akhir ada di sutradara, pengetahuan teknik dilapangan, sang
sutradara harus memutuskan jenis lensa apa yang tepat untuk gelaran
48
produksi ini. Sutradara pun harus menyerasikan dengan kebutuhan gambar,
lokasi shooting, bentuk set artistik panggung, dan penempatan kamera.
Semuanya harus masuk dalam analisis kreatif sang sutradara sebelum
mengambil keputusan.” Naratama (2013:45).
3.2.5. Proses Penciptaan Karya
a. Konsep Kreatif
Suatu konsep yang berawal dari skenario, sutradara ingin
menyajikan sebuah film berjudul “The Lies We Believe” yang akan
menarik minat penonton melalui media audio-visual. Untuk tujuan itu,
penulis sebagai sutradara dalam penciptaan karya produksi program
drama televisi ini adalah menganalisa naskah yang diberikan penulis
naskah untuk direalisasikan. Kemudian menentukan konsep
penyutradaraan yang terbagi menjadi bentuk dan gaya dari cerita
tersebut.
Dalam film ini gambaran besar yang ditampilkan adalah serealistis
mungkin agar penonton dapat larut dalam cerita dan merasakan sensasi
yang dalam film ini. Pemilihan lokasi dan set yang dipakai dalam film ini
dibuat sedemikian rupa agar terkesan realistis dan tidak dibuat-buat.
Konsep yang dibuat oleh penulis sama dengan konsep penyutradaraan,
sehingga dalam pengadeganan dan alur cerita, sutradara bisa
mengeksplore agar mendukung kualitas isi dari film ini.
Konsep kreatif awal dari film ini adalah menampilkan shoot yang
sinematik agar mata penonton bisa langsung terkait dan dimanjakan
dengan shot yang tetap santai dan memberikan dimensi tersendiri dalam
49
film tersebut. Konsep pencahayaan dalam film ini bersifat natural namun
tetap menambahkan permainan cahaya untuk lebih mendramatisir pada
setiap adegan.
Dari naskah yang dibuat penulis, hasil analisa untuk program
drama televisi ini adalah film dengan gaya cerita naratif yaitu dua
rangkaian peristiwa yang terjadi dalam ruang waktu yang berbeda namun
tetap berhubungan antara satu dan lainnya, dan terikat oleh hukum sebab-
akibat, yakni tentang seorang Ibu dengan masa lalunya bernasib kelam
yang harus menyaksikan anaknya tumbuh dewasa dengan situasi dan
kondisi yang tidak jauh berbeda dengan yang dialaminya dulu.
b. Konsep Produksi
Dengan budget yang tidak terlalu besar untuk memproduksikan,
dan menyesuaikan lokasi yang akan dipilih saat shooting, sutradara harus
bisa menyesuaikan konsep yang dibuat. Konsep yang sesuai dengan
sutradara adalah konsep yang telah dibicarakan kepada rekan tim, untuk
menyesuaikan pendapat-pendapat dari tim.
Pada saat proses produksi, sutradara menggambarkan konsep-
konsep apa saja yang diinginkannya kepada rekan setim, dan juga kepada
para pemeran. Walaupun dengan tim yang terbatas untuk memproduksi
film “The Lies We Believe” yang berdurasi 20 menit ini, sutradara harus
mampu menjalankan tugasnya.
Pada saat proses pembuatan film penulis bekerja sama dengan
seluruh tim agar mendapatkan hasil yang baik. Sebelum pengambilan
gambar penulis melakukan reading agar acting para pemeran terlihat
50
lebih natural dan para pemain mengetahui isi dari naskah yang mereka
mainkan dan menjiwai setiap adegan yang ada.
Konsep produksi dalam produksi program drama televisi ini adalah
mengacu pada hasil analisa penulis terhadap gaya cerita yang di
dalamnya meliputi Mis and Scene, sinematografi, editing dan suara.
Mis and Scene terdiri dari empat aspek, yaitu:
1. Setting (Latar)
Dalam produksi program drama televisi ini, sutradara harus
mampu menggambarkan serta mewujudkan sebuah tempat atau
lokasi kejadian pada cerita sesuai dengan naskah. Ketika sudah
menetukan beberapa tempat yang bisa dibisa digunakan sebagai
latar, sutradara, produser, dan peenulis naskah berdiskusi dengan
penata artistik agar dapat memenuhi kebutuhan artistik sesuai yang
ada di naskah. Ketika semua sudah dirapatkan, akhirnya artistik
menyusun konsep dengan didampingi penulis dan sutradara.
2. Kostum Dan Tata Rias Wajah (Wardrobe)
Sutradara menentukan kostum dan tata rias wajah pemeran yang
selanjutnya penulis berkoordinasi dengan tim wardrobe dan artistik
untuk segera memenuhi kebutuhan para pemain.
3. Pencahayaan (Lighting)
Dalam produksi drama televisi ini sutradara lebih banyak
mengiginkan tata cahaya dengan konsep low key light untuk
menggambarkan situasi sang kelam, tragis, dan mencekam.
4. Para pemeran dan pergerakannya (acting)
51
Sutradara menentukan, mengatur dan mengarahkan setiap gerak
pemeran agar dapat sesuai tokoh/karakter yang ada di dalam
skenario, beberapa pergerakan dibuat sangat natural dan tidak seperti
setingan, agar menunjukan natural karakter tokoh yang diperankan.
Sementara itu, unsur sinematografi secara umum dibagi menjadi
tiga aspek, yaitu:
1. Kamera.
Penulis sebagai sutradara ingin dalam produksi drama ini
menggunakan kamera video digital dan menggunakan memory card
agar mempermudah perindustrian gambar demi efisiensi, juga
menginginkan dalam produksi program drama ini menggunkan
kamera digital dengan kualitas gambar Full HD.
Akhinya setelah berkoordinasi dengan penata kamera ditemukan
kesepakatan untuk menggunakan kamera video Sony seri VG30,
dengan aspek ratio 1920 x 1080 pada saat pengambilan gambar.
2. Framing.
Penulis sebagai sutradara menginginkan gambar dengan hasil
akhir aspek ratio 1820 x 1080, tugas penulis dalam hal ini adalah
memperhatikan setiap penampilan, karena gambar setelah diambil
nantinya akan diubah menjadi bentuk hasil akhir.
3. Durasi Gambar.
Penulis sebagai sutradara menentukan panjang potongan durasi
saat pengambilan gambar, yakni dengan melakukan master shot
52
terlebih dahulu dalam satu scene untuk dijadikan acuan shot
berikutnya.
c. Konsep Teknis
Untuk merealisasikan konsep kreatif dan konsep produksi penulis
berkordinasi dengan kru yang bertugas seperti penata kamera, penata
cahaya untuk pengambilan gambar agar sesuai dengan konsep
pengambilan gambar yang telah dibuat dalam suatu acuan director
treatment dengan mengaplikasikan beberapa teknik pengambilan gambar
yang sesuai.
Secara teknis pembuatan karya “The Lies We Believe” penulis
sebagai sutradara beserta tim sepakat menggunakan kamera jenis SONY
VG30 yang telah disesuaikan dengan kebutuhan pengambilan gambar.
Untuk menyempurnakan pewarnaan dalam film ini kami menggunakan
kinoflo sebagai fill light, HMI 575 sebagai key light, sebuah redhead
untuk menerangi luar ruangan agar terlihat seperti cahaya siang hari atau
night for day dan tambahan LED untuk menerangi bagian yang masih
terasa gelap agar sesuai dengan kebutuhan. Untuk audio penulis
menggunakan boom mic dan Zoom H6N untuk merekam dialog dan
atmosfir agar suara yang dihasilkan jernih, serta menambah sound effect
agar menyatu dengan cerita untuk memainkan emosi para penonton.
3.2.6. Kendala Produksi dan Solusinya
53
1. Kendala: Pada hari pertama, shooting mengalami pengunduran waktu,
karena ada beberapa orang kru dan talent yang dating terlambat ke lokasi
shooting, alasannya beragam.
Solusi: Semua kru dan talent memutuskan untuk menginap di lokasi
shooting agar tidak terlambat lagi seperti hari pertama. Itu juga guna
sutradara bisa menambahkan jam produksi yang seharusnya selesai pada
pukul 21:00 menjadi pukul 23.00, untuk mengejar scene yang tertinggal.
2. Putus kontak kelistrikan di lokasi shooting membuat proses produksi
menjadi terhenti. Solusinya sutradara meminta bantuan kepada pihak
pengelola lokasi (villa) agar dapat memperbaiki kerusakan.
3. Kendala: pada hari kedua, terdapat masalah pada saat pengaplikasian
bagian artistik karena tidak memperoleh izin untuk menggunakan paku
pada dinding lokasi shooting karena lokasi yang digunakan merupakan
sebuah kamar hotel.
Solusi: Penulis sebagai sutradara memutuskan untuk mengubah set design
lokasi.
4. Genset pada saat shooting mengalami kerusakan pada kabel dan busi.
Solusi yang dilakukan sutradara adalah mencoba memperbaiki kerusakan
yang terjadi pada genset agar dapat digunakan kembali.
5. Pada hari ketiga mengalami keterlambatan waktu karena perpindahan
lokasi shooting yang jaraknya cukupjauh.
Solusi: Sutradara memutuskan produksi berlangsung dengan speed yang
lebih cepat dan melakukan penambahan waktu shooting.
6. Pemeran sulit menghafalkan beberapa bagian dialog hingga take
berulang-ulang dan memakan banyak waktu. Solusi yang diberikan
54
penulis sebagai sutradara adalah membangun mood dengan istirahat
terlebih dahulu sambil melakukan latihan dengan penuh kesabaran.
7. Merubah scene siang menjadi malam. Karena waktu sudah terlalu mepet
akhirnya scene menelepon penjual obat yang harusnya diambil di sore
hari diubah menjadi malam, dengan kebersamaan tim, penata cahaya pun
menyanggupi untuk merubah cahaya malam menjadi pagi dalam kondisi
indoor. Akhirnya shooting kembali berjalan dengan lancar.
8. Tim yang terbatas. Memakan banyak waktu karena properti dan penataan
cahaya yang keteteran. Karena kekurangan orang di jobdesk properti dan
tata cahaya akhirnya saya sebagai sutradara harus turun tangan untuk
membantu membuat tampil art yang menarik.
55
3.2.7. Lembar Kerja Sutradara
1) Konsep Penyutradaraan
2) Casting List
3) Director Treatment
4) Script Breakdown Sheet
56
KONSEP PENYUTRADARAAN
Pada kesempatan kali ini penulis dipercaya untuk mengemban jabatan sebagai
Sutradara untuk karya Tugas Akhir yang berjudul “THE LIES WE BELIEVE”.
Menjadi Sutradara adalah sebuah tanggung jawab besar karena hasil sebuah tayangan
yang akan nampak di televisi pemirsa merupakan tanggung jawab Sutradara. Disini
penulis sebagai Sutradara dituntut untuk mengasah kepekaan tentang kontinuitas,
kesinambungan serta kebutuhan gambar yang menarik namun tetap memiliki nilai
seni yang tinggi agar dapat menarik hati para penonton.
a. KONSEP IDE
Berkisah tentang Desi, seorang wanita yang di masa mudanya adalah wanita
simpanan dan dikhianati oleh kekasihnya Roby yang telah berjanji untuk
menikahinya jika dia hamil. Pertemuan dengan tunawisma yang tak bisa
melupakan kesalahan di masa lalunya menjadi pemicu Desi untuk menggugurkan
kandungan dan memberanikan diri untuk memulai hidup baru seorang diri.
Di masa tuanya, Desi memiliki seorang anak hasil hubungan dengan mantan
suaminya. Anaknya itu bernama Avi, seorang gadis muda berusia 19 tahun.
Trauma masa lalu, membuat Desi menjadi over protektif kepada Avi, hal ini
ditambah kesalahpahaman Avi atas perkataan Ayahnya yang memaki Desi
sebagai pelacur akibat mengetahui masa lalu Desi, membuat Avi lebih memilih
tinggal dengan Ayahnya dibandingkan dengan Desi.
Obsesi Desi untuk menjaga Avi membuatnya membayar sosok Yuda, lelaki
berusia 22 tahun, untuk berpura-pura mendekati Avi. Kebohongan Desi dan Yuda
ini menjadi pemicu Avi untuk juga melakukan aborsi ketika Ia mendapati dirinya
juga hamil di luar nikah. Namun tak bernasib sebaik Desi, Avi meninggal dunia.
57
Desi memaki Yuda karna Ia anggap sudah berani menghamili Avi, namun di
ujung cerita terungkap bukan Yuda yang menghamili Avi, melainkan Ayah Avi
sendiri. Ini membuat Yuda berang luar biasa, sementara Desi frustasi dan
kehilangan semangat hidup.
b. KONSEP PENONTON
➢ What people want to see
Penonton tentu ingin menyaksikan cerita, kasus, dan rentetan kejadian yang
relate dengan kehidupannya sehari-hari. Kebetulan yang diangkat di dalam
film ini adalah tentang kehidupan seorang wanita simpanan, kasus hamil di
luar nikah, kekerasaan seksual dari lingkungan sekitar, dan tindakan aborsi.
➢ What people need to see
Di awal film penonton akan disuguhi realitas tentang pergumulan
perempuan yang mengalami hamil di luar nikah yang mengancam martabat,
kedudukannya di mata masyarakat, dan masa depannya.
Penonton juga akan disuguhi realitas tentang tindakan aborsi yang semua
orang sudah tahu resiko dan bahayanya yang mengancam diam-diam,
karena masyarakat masih enggan untuk membicarakan dan mencari
solusinya.
58
1) Casting List
Production Company : BSI / Lakuna Pictures Produser : Endang Sukarja
Judul Program : The Lies We Believe Sutradara : Ismaya Kahar
Durasi : 20 Menit
Tabel II.01
No
Tokoh Karakter Talent
Nama di
Naskah Sifat Fisik
Calon
Pemera
n
Contact
Person
1 Desi
Percaya diri,
berkemauan kuat,
tegar, waspada,
berani, judes pada
laki-laki, empati.
Wanita, berpostur
tubuh ideal,
berambut panjang,
berkulit sawo
matang, wajah bersih
berseri, tinggi 163-
165 cm.
Nada
Rahma
Suwand
i
081389333052
2 Avi
Keras kepala, suka
memberontak,
manipulatif, manja,
ceroboh, berpikiran
pendek.
Wanita, berpostur
tubuh ideal,
berambut pendek,
berkulit putih, wajah
bersih berseri,
berdagu tajam.
Avi
Desniat
y
081291012643
3 Yuda
Berani, manipulatif,
bisa menjadi sosok
yang humoris dan
serius, misterius,
tangguh.
Pria, berpostur tubuh
ideal, kulit sawo
matang, wajah tak
begitu mulus,
berambut sedikit
panjang, kumisan.
Moh.
Jihad
Sangadj
i
082299428294
4 Roby
Hidung belang,
penakut, pandai
berbicara, pembual.
Pria, berpostur tubuh
ideal, kulit putih,
wajah bersih berseri,
rambut klimis
pendek, kumisan.
Andhika 081384567607
59
DIRECTOR TREATMENT
Production Company : BSI / Lakuna Pictures Director : Ismaya Kahar
Project Title : The Lies We Believe Produser : Endang Sukarja
Durasi : 20 Menit Cameraman :Ary Hidayat
Tanggal/Kst : 25-27 Juni 2018
Tabel II.02
No Shot Visual
Description Dialogue Audio Shot Size Angle Moving
SCENE 1 – INT. LOSMEN – MALAM
1 1 ECU Eye
Level Still
Tampak vas bunga dan asbak rokok di atas meja. Meja
itu terletak di ambang bawah jendela, kita bisa melihat ¼
bagian bawah dari tirai dan jendela sebagai latar
belakang. Tirai tersebut bergerak-gerak tertiup angin
yang masuk melalui jendela yang sedikit terbuka.
- Ambience
2 2 LS Eye
Level Dolly out
Kamera mundur perlahan, DESI (membelakangi
kamera) sedang memandang menerawang ke luar jendela
yang berada tak jauh di depannya. Rambut panjang Desi
dalam keadaan terurai. Jendela kamar berada tepat di
tengah dinding, cahaya di luar adalah nyala terang bulan.
Di samping kanan meja terdapat kursi kayu sederhana
yang digunakan untuk bersantai.
Kamar itu hening dan gelap, lampu utama sudah redup.
Kamera terus mundur. DESI menguncir rambut. tampak
- Ambience
60
Ia sedang duduk di tepi tempat tidur yang terletak lebih
kurang 1 meter dari meja. Tempat tidur itu menghadap
sisi kiri kamar, sementara bagian kepalanya menempel
pada dinding sisi kanan kamar.
Di samping kiri Desi, terdapat dua buah tas dan satu
jaket parka yang digeletakkan di atas tempat tidur.
3 3 LS Eye
Level
Cont’d /
Still
Kamera berhenti. DESI duduk diam seorang diri di
kamar yang hening, kosong, dan gelap. Bertahan di
posisi ini untuk beberapa saat.
DESI menoleh ke arah tas di sampingnya. Ia mengecek,
mengeluarkan sebungkus rokok dan korek api dari
shoulder bag, lalu meletakkannya di atas tempat tidur. Ia
mencari-cari lagi sesuatu yang lain, namun seperti tak
dapat menemukannya.
DESI beralih memeriksa tas barel.
-
- Ambience
- Foley: DESI
mengecek shoulder
bagnya
4 4 ECU High
Angle
Detail Shot
/ Still
Resleting tas barel dibuka. Bisa terlihat dompet, map
bening berisi surat-surat, dan pakaian sudah terlipat rapi
di dalamnya. Parfum ditemukan di sela tumpukan
pakaian dan dikeluarkan.
-
- Ambience
- Foley:Resleting tas
barel dibuka
5 5 MCU Eye
Level Still
Tampak sampig Desi. Desi menyemprotkan parfum ke
leher dan pergelangan tangannya dengan perlahan. Desi
mengenakan lipstik berwarna merah mencolok.
Rambutnya yang dikuncir membuat lehernya terlihat
jelas. Pada leher Desi terdapat tanda lahir dengan bentuk
yang unik. DESI meluruskan pandangannya kembali ke
depan. Ia mengusap lengan, leher, dan pakaiannya
dengan wewangian tadi, ada kepuasan yang terpancar
dari wajahnya. Ia tersenyum tipis lalu meletakkan
parfum itu kembali ke dalam tas. (Tas barel tak terlihat,
hanya terdengar suara resletingnya yang ditutup)
-
- Ambience
- Foley: Parfum
disemprotkan ke leher
- Foley: Resleting tas
barel ditutup
61
6 6 ECU Eye
Level Still
Tampak depan Desi. Lalu dengan jemarinya yang
gemulai, Desi meletakkan sebatang rokok di sela
bibirnya. Ia menyalakan rokok tersebut dengan korek
api, dan menghisapnya dalam-dalam.
-
- Ambience
- Foley: suara korek
dinyalakan.
- Foley: suara bara api
7 7
ECU
(cont’d) to
Mid Shot
Eye
Level Dolly Out
Masih dari depan Desi. Desi menghembuskan asap
rokok dengan percaya diri. Kamera mundur perlahan.
Kita bisa melihat wajah Desi yang serius. Tangannya
dilipat ke atas mendekati bahunya. Ia duduk dengan
posisi kaki dilipat di atas kaki lainnya. Pintu kamar di
belakang Desi tampak dalam posisi terbuka, kamar yang
gelap membuat cahaya dari lampu lorong depan kamar
menembus masuk melalui celah pintu. Kontras.
Terdengar langkah kaki seperti mendekat.
-
- Ambience
- Foley: Suara
menghembuskan asap
rokok
- Foley: suara langkah
kaki mendekat
8 8 LS Eye
Level Still
Tampak belakang Desi. Desi menoleh ke arah pintu di
belakangnya. Menyimak suara langkah tersebut.
Suara langkah kaki yang berasal dari lorong depan
kamar mendekat dan semakin lama semakin menjauh.
Desi meluruskan pandang kembali ke jendela di
depannya. Hanya ada DESI dan keheningan.
-
- Ambience
- Foley: suara langkah
kaki mendekat.
- Foley: suara langkah
kaki menjauh
9 9 MCU Eye
Level Still
Tampak depan Desi. DESI mulai memainkan rokok dan
jemari tangannya secara tak beraturan, seperti sedang
tidak sabar. Ia tampak gelisah.
Desi menghisap rokoknya dalam-dalam sekali lagi, kali
ini Ia menghembuskan asap berat, kemudian bangkit dari
duduknya.
-
- Ambience
- Foley:suara bara api
menyala
- Foley: hembusan
nafas berat.
10 10 LS Low
Angle Still
Tampak samping. Desi berjalan ke arah jendela kamar,
lalu berhenti di tepi meja di samping jendela. Ia
membuat sedikit celah di tirai jendelanya, dengan
perlahan, dan mengintai ke luar jendela. Ia tak
menemukan apa-apa. Tirai Ia tutup kembali.
Desi mengecek jam tangan dibalik long sleevenya.
-
- Ambience
- Foley: suara langkah
kaki
62
11 11 ECU High
Angle Still
Detail shot. Jam tangan DESI menunjukkan pukul 10
malam. -
- Foley: suara jam
tangan berdetak
12 12 MCU Eye
Level
Still
Pandangan DESI kembali ke luar jendela. Satu
tangannya Ia lipat di dada, menopang tangan lainnya
yang tak henti memain-mainkan rokok.
Kemudian Ia seperti menangkap sesuatu di luar jendela.
Cahaya lampu menerangi jendela beberapa saat, seperti
ada mobil yang datang mendekat, lalu bersamaan
dengan suara mesin mobil dimatikan cahaya lampu tadi
pun hilang.
Cahaya yang merambat masuk melalui celah gorden
seperti spotlight menerangi wajah Desi saja. Desi
tersenyum, dan mendekati jendela, melihat ke bawah
dengan bahagia.
Selang beberapa saat, ekspresi Desi berubah drastis. I
tampak terkejut hingga tersentak mundur dari posisi
awalnya. Desi menghisap rokoknya yang tinggal
setengah sekali lagi dan mematikan apinya di asbak
dengan terburu-buru. Panik.
-
- Ambience
- Foley: Suara mesin
kendaraan mendekat
lalu dimatikan
13 13 ECU High
Angle Still
Detail Shot. Tampak rokok dimatikan di sebuah asbak
yang sudah kotor oleh beberapa sisa puntung rokok,
terdapat bekas lipstik yang warnanya sama dengan
lipstik Desi di setiap ujungnya.
- - Foley: suara bara api
dimatikan
14 14 LS Low
Angle Still
Desi membalikkan badan dan berjalan terburu-buru ke
arah tempat tidur. Ia duduk di tempat tidurnya, Ia tampak
cemas. Bertahan di posisi itu untuk beberapa saat.
Desi kemudian seperti menangkap sesuatu di jendela /
vas bunganya.
-
- Ambience
- Foley: Suara langkah
kaki Desi
63
15 15 ECU Eye
Level Still
Kita melihat pantulan bagian pintu kamar losmen pada
vas bunga. Lalu muncul bayangan Roby berdiri di
ambang pintu.
- - Foley: Suara langkah
kaki mendekat.
16 16 Mid Shot Eye
Level Still
Tampak depan Desi. Kamar gelap membuat wajah Roby
yang berada di belakang Desi tak begitu tampak. Cahaya
yang datang dari lampu lorong depan kamar hanya
mempertegas garis dan bentuk bayangan Roby.
Tanpa menoleh ke belakang, Desi bisa menyadari
kehadiran Roby. Namun Desi tak menghiraukanya. Desi
hanya membenarkan posisi duduknya kembali,
menguatkan diri, tak ingin terlihat cemas atau lemah di
hadapan Roby.
Roby memasuki kamar mulai terlihat wajah dan bagian
depan tubuhnya. Ia berhenti sejenak untuk merapikan
rambutnya, Ia pandang Desi dengan rasa cemas, lalu
lanjut berjalan mendekati Desi dengan perlahan.
-
- Ambience
- Foley: Suara langkah
kaki Roby
17 17 LS Eye
Level Still
Tampak belakang Desi. Setibanya di dekat Desi, Roby
tak langsung duduk. Ia berdiri diam menunggu respon
Desi terlebih dahulu. Desi tak juga menoleh ke arahnya.
Roby memberanikan diri duduk di samping Desi, dengan
sangat berhati-hati.
-
- Ambience
- Foley: Suara langkah
kaki Roby
18 18 LS Low
Angle Still
Tampak samping Desi.
Namun Desi langsung bangkit dari duduknya dan
berjalan ke arah jendela, menjauhi Roby.
ROBY #1
Hey..
Beat
- Ambience
- Speech: Monolog
19 18 LS
(cont’d)
Low
Angle Still
Desi mengacuhkan Roby. Roby bangkit dari duduknya
dan menghampiri Desi, masih hati-hati.
Roby mencoba memeluk Desi dari belakang, namun
Desi kesal dan menolaknya dengan halus.
Roby mundur perlahan dan kembali duduk di tempat
tidur, tampak putus asa.
ROBY #2 (CONT’D)
Oke.. Kamu berhak marah.
Karena itu, aku minta maaf..
Tapi kamu harusnya bisa ngerti.
Nggak mungkin aku ngorbanin
anak dan istriku
HANYA untuk kamu.
- Ambience
- Foley: Suara langkah
kaki Roby
- Speech: Monolog
64
20 18 LS
(cont’d)
Low
Angle Still
DESI tiba-tiba berbalik dan menatap Roby marah setelah
mendengar perkataan Roby itu. Nyali Roby ciut, mencari
alasan.
ROBY #3 (CONT’D)
I-itu tidak seburuk kedengarannya.
Aku sungguh-sungguh, Des..
Saat bilang mau nikahin kamu.
Sudah ku coba tapi ternyata memang
tidak bisa.
- Ambience
- Speech: Monolog
21 18 LS
(cont’d)
Low
Angle
Still Desi menghampiri Roby perlahan masih dengan tatapan
mengancam. Roby panik.
ROBY #4 (CONT’D)
Aku tidak akan lepas tanggung
jawab.
- Ambience
- Speech: Monolog
22 18 LS
(cont’d)
Low
Angle Still
Roby mengeluarkan amplop dari sakunya dengan
terburu-buru.
ROBY #5 (CONT’D)
Ini.. ambil ini.. untuk kamu.. dan
BAYIMU.
Aku janji, akan ada yang menyusul
setiap bulannya.
- Ambience
- Foley: suara amplop
diambil dari saku
- Speech: Monolog
23 18 LS
(cont’d)
Low
Angle Still
Desi berhenti di depan Roby, menepis tangan Roby
hingga amplop di tangan Roby terlempar ke lantai.
DESI #6
Berhenti berjanji, Rob!
Janji lamamu saja tak bisa kamu
tepati.
Jangan pikir uang atau janjimu yang
lain akan memperbaiki situasi
semudah itu.
ROBY #7
Maafin ak-
DESI #8
Dan berhenti meminta maaf!
beat.
- Ambience
- Foley: suara tangan
ditampar
- Foley: suara amplop
terlempar ke lantai
- Speech: Dialog
24 18 LS
(cont’d)
Low
Angle Still
Desi memalingkan badan, nada suaranya
merendah.
DESI #9 (CONT’D)
Ini bukan salahmu. Aku yang terlalu
bodoh karena menaruh banyak harap
pada pecundang sepertimu.
(terisak)
Aku yang terlalu naif, sampai terbuai
janji untuk memulai hidup baru
denganmu.
- Ambience
- Speech:
Monolog
65
25 18 LS
(cont’d)
Low
Angle Still
Desi tertunduk malu pada dirinya sendiri.
Roby berdiri dan mencoba menenangkan Desi. Ia
mencoba memegang tangan Desi dari belakang, namun
Desi menolak. Roby memaksa, hendak memeluk dan
mencium Desi. Namun Desi tiba-tiba berbalik,
mendorong Roby, kemudian menamparnya.
-
- Ambience
- Foley: Suara
tamparan
26 19 MCU Eye
Level Still
Bersamaan dengan itu seorang wanita yang
menggendong bayi muncul di ambang pintu kamar.
Desi mengalihkan pandang dari Roby ke arah wanita itu dan
langsung tertunduk malu hingga membelakangi mereka
berdua.
Roby menyusul menatap wanita di pintu, dan dia pun
sama malunya.
Roby mulai bergerak mundur, untuk kembali istrinya. Ia
mencuri pandang sekali kepada Desi, tampak merasa
bersalah.
- - Ambience
27 20 LS Low
Angle Still
Desi menengok untuk melihat apakah Roby telah pergi.
Sekeluarnya Roby dari ruangan, kesedihan Desi tumpah.
Ia terduduk pasrah di samping tempat tidurnya, Ia
menunduk, meringkuk, menangis, dan memegangi
perutnya.
Di tengah kesedihannya itu, Desi seperti tenang secara
perlahan, kemudian Ia menoleh ke arah amplop.
- - Ambience
66
No Shot Visual
Description Dialogue Audio Shot Size Angle Moving
SCENE 2 / EXT / HALAMAN DEPAN PRAKTIK ABORSI / NIGHT
28 21 LS Eye
Level Still
Desi berada di halaman sebuah rumah yang remang-remang.
Ia berjalan mendekati rumah itu, dan mengetuk pintunya. -
- Ambience
- Foley: suara langkah kaki
- Foley: Suara pintu diketuk
29 22 MCU Eye
Level Still
Over the Shoulder Desi. Ketukan pertama, tak ada jawaban.
Desi mengetuk pintu itu sekali lagi, lalu seorang wanita,
dengan kulit tangan yang sudah keriput dan rambut beruban
membuka pintu. Perempuan itu tampak sangat tak ramah. Ia
hanya membuka pintu sedikit dan mengintip melihat Desi.
WANITA TUA #10
Anda siapa?
DESI #11
Saya perlu bicara.
WANITA TUA #12
Ingin bicara apa?
- Ambience
- Foley: Suara ketukan
pintu
- Foley: Suara pintu dibuka
- Speech: Dialog
30 23 MCU Eye
Level Still Over the Shoulder Wanita tua
WANITA TUA #12 (CONT’D)
Ini bukan waktunya untuk orang
bertamu.
DESI #13
Saya sedang dalam masalah, dan
seorang teman menyarankan saya
untuk datang ke sini.
beat.
- Ambience
- Speech: Dialog
31 22 MCU Eye
Level Still
Over the Shoulder Desi
Wanita tua itu membukakan pintu untuk Desi. Desi
kemudian masuk ke rumah wanita tua itu.
DESI #13 (CONT’D)
Teman saya menemui Anda
sekitar tahun lalu, waktu itu Ia
agak bermasalah, dan Anda
merawatnya di sini.
- Ambience
- Speech: Monolog
- Foley: Suara pintu
dibuka
67
No Shot Visual
Description Dialogue Audio Shot Size Angle Moving
SCENE 3 / INT / RUANG PRAKTIK ABORSI / NIGHT
32 24 LS Low
Angle Still
Tampak sebuah kamar kecil yang hanya diisi oleh sebuah
kasur ukuran satu orang dan meja kecil. Kasur itu diberi
seprei tua yang dilapisi sarung, handuk kecil, dan plastik.
Sementara di atas meja terdapat mangkuk berisi air, kain
kasa, selang, suntik, sarung tangan, dan berbotol alkohol dan
obat.
Desi memasuki ruangan itu sudah memakai sarung. Ia tidur
di atas kasur itu dengan posisi kaki mengangkang.
Kemudian wanita tua menyusul dan duduk di samping Desi.
Desi mengacuhkan wanita tua itu. Ia memandang kosong ke
langit-langit kamar. Tampak cemas dan penuh keraguan.
Wanita tua itu kemudian menoleh ke arah Desi.
WANITA TUA #14
Anak-anak yang malang.
Jadi kau datang cuma seorang
diri?
- Ambience
- Foley: Suara langkah
kaki Desi
- Foley: Suara kasur dan
sarung bergerak
- Speech: Monolog
33 24 LS
(cont’d)
Low
Angle Still
Perhatian Desi sekarang menuju ke wanita tua itu. Ia
mendengarkan perkataannya dengan serius, namun tak
menjawab pertanyaannya.
Wanita tua itu berbalik dan menoleh ke arah meja di samping
tempat tidur. Wanita tua itu mengambil sarung tangan dan
hendak memakainya
WANITA TUA #15 (CONT’D)
Kau terperangkap dalam
cengkraman lelaki.. kecelakaan..
dan berharap aku yang
membereskan masalahmu?!
- Ambience
- Foley: Suara kasur dan
sarung bergerak
- Speech: Monolog
34 24 LS
(cont’d)
Low
Angle Still
Desi memalingkan pandangannya ke arah meja kecil di
sampingnya. Ia tampak cemas dan penuh keraguan.
Wanita itu mencuci selang dengan kapas yang sudah diberi
alkohol.
-
- Ambience
- Foley suara tutup
botol dibuka
35 25 MCU Eye
Level Still
Wanita itu mendekat dari arah kaki tempat tidur. Ia duduk di
bawah kaki Desi, dan memasukkan selang ke bagian dalam
Tampak vas bunga dan asbak rokok di atas meja. Meja itu
terletak di ambang bawah jendela, kita bisa melihat ¼
bagian bawah dari tirai dan jendela sebagai latar
belakang. Tirai tersebut bergerak-gerak tertiup angin
yang masuk melalui jendela yang sedikit terbuka.
Kamera mundur perlahan. Tampak DESI, wanita 23 tahun,
memandang menerawang ke luar jendela. Postur tubuh Desi
tegap, tampak percaya diri. Rambut panjangnya dalam
keadaan terurai. Jendela kamar berada tepat di tengah
dinding, cahaya di luar adalah nyala terang bulan. Di
samping kiri meja terdapat kursi kayu sederhana yang
digunakan untuk bersantai.
DESI kemudian menguncir rambutnya. Kita bisa melihat Ia
sedang duduk di tepi tempat tidur yang terletak lebih
kurang 1 meter dari meja. Tempat tidur itu menghadap sisi
kiri kamar, sementara bagian kepalanya menempel pada
dinding sisi kanan kamar.
Di samping kiri Desi, terdapat dua buah tas dan satu
jaket parka yang digeletakkan di atas tempat tidur. Salah
satu tas adalah jenis tas barel berukuran besar dan tas
lainnya berjenis shoulder bag berukuran sedang.
DESI duduk diam seorang diri di kamar yang hening,
kosong, dan gelap, lampu utamanya sudah redup. Kamera
berhenti.
DESI menoleh ke arah tas di sampingnya. Ia mengeluarkan
sebungkus rokok dan korek api dari shoulder bag, lalu
meletakkannya di atas tempat tidur di sampingnya. Ia
kemudian mencari-cari lagi sesuatu yang lain, namun
seperti tak dapat menemukannya.
111
DESI beralih memeriksa tas barel. Tampak resleting tas
barel dibuka. Bisa terlihat dompet, map bening berisi
surat-surat, dan pakaian sudah terlipat rapi di dalamnya.
Parfum ditemukan di sela tumpukan pakaian dan
dikeluarkan.
DESI menyemprotkan parfum ke leher dan pergelangan
tangannya dengan perlahan. Desi mengenakan lipstik
berwarna merah mencolok. Rambutnya yang dikuncir membuat
lehernya terlihat jelas. Pada leher Desi terdapat tanda
lahir dengan bentuk yang unik.
DESI meluruskan pandangannya kembali ke depan. Ia
mengusap lengan, leher, dan pakaiannya dengan wewangian
tadi, ada kepuasan yang terpancar dari wajahnya. Ia
tersenyum tipis lalu meletakkan parfum itu kembali ke
dalam tas. (Tas barel tak terlihat, hanya terdengar suara
resletingnya yang ditutup)
Lalu dengan jemarinya yang gemulai, Desi meletakkan
sebatang rokok di sela bibirnya. Ia menyalakan rokok
tersebut dengan korek api, dan menghisapnya dalam-dalam.
Desi menghembuskan asap rokok dengan percaya diri. Kamera
mundur perlahan. Kita bisa melihat wajah Desi yang
serius. Tangannya dilipat ke atas mendekati bahunya. Ia
duduk dengan posisi kaki dilipat di atas kaki lainnya.
Pintu kamar di belakang Desi tampak dalam posisi terbuka,
kamar yang gelap membuat cahaya dari lampu lorong depan
kamar menembus masuk melalui celah pintu. Kontras.
Terdengar langkah kaki seperti mendekat.
Desi menoleh ke arah pintu di belakangnya. Menyimak suara
langkah tersebut.
Suara langkah kaki yang berasal dari lorong depan kamar
mendekat dan semakin lama semakin menjauh.
Desi meluruskan pandang kembali ke jendela di depannya.
Hanya ada DESI dan keheningan.
DESI mulai memainkan jemari tangannya yang dilipat secara
tak beraturan, seperti sedang tidak sabar. Rokok di
tangan lainnya pun tak berhenti digerakkan. Ia tampak
gelisah.
112
Desi menghisap rokoknya dalam-dalam sekali lagi, kali ini
Ia menghembuskan asap berat. Ia tampak cemas kemudian
bangkit dari duduknya.
Desi berjalan ke arah jendela kamar, lalu berhenti di
tepi meja di samping jendela. Ia membuat sedikit celah di
tirai jendelanya, dengan perlahan, dan mengintai ke luar
jendela. Ia tak menemukan apa-apa. Tirai Ia tutup
kembali.
Desi mengecek jam tangan dibalik long sleevenya.
Jam tangan DESI menunjukkan pukul 10 malam.
Pandangan DESI kembali ke luar jendela. Satu tangannya Ia
lipat di dada, menopang tangan lainnya yang tak henti
memain-mainkan rokok.
Kemudian Ia seperti menangkap sesuatu di luar jendela.
Cahaya lampu menerangi jendela beberapa saat, seperti ada
mobil yang datang mendekat, lalu bersamaan dengan suara
mesin mobil dimatikan cahaya lampu tadi pun hilang.
Cahaya yang merambat masuk melalui celah gorden seperti
spotlight menerangi wajah Desi saja. Desi tersenyum, dan
mendekati jendela, melihat ke bawah dengan bahagia.
Selang beberapa saat, ekspresi Desi berubah drastis. I
tampak terkejut hingga tersentak mundur dari posisi
awalnya. Desi menghisap rokoknya yang tinggal setengah
sekali lagi dan mematikan apinya di asbak dengan terburu-
buru. Panik.
Asbak itu sudah kotor oleh beberapa puntung rokok bekas
bakar yang terdapat bekas lipstik yang warnanya sama
dengan lipstik Desi di setiap ujungnya.
Desi membalikkan badan dan berjalan terburu-buru ke arah
tempat tidur. Ia duduk di tempat tidurnya, Ia tampak
cemas. Bertahan di posisi itu untuk beberapa saat.
Desi kemudian seperti menangkap sesuatu di jendela / vas
bunganya.
Kita melihat pantulan bagian pintu kamar losmen pada vas
bunga. Lalu muncul bayangan Roby berdiri di ambang pintu.
113
Kamar gelap membuat wajah Roby tak begitu tampak. Cahaya
yang datang dari lampu lorong depan kamar hanya
mempertegas garis dan bentuk bayangan Roby.
Tanpa menoleh ke belakang, Desi bisa menyadari kehadiran
Roby. Namun Desi tak menghiraukanya. Desi hanya
membenarkan posisi duduknya kembali, menguatkan diri, tak
ingin terlihat cemas atau lemah di hadapan Roby.
Roby memasuki kamar mulai terlihat wajah dan bagian depan
tubuhnya. Ia berhenti sejenak untuk merapikan rambutnya,
Ia pandang Desi dengan rasa cemas, lalu lanjut berjalan
mendekati Desi dengan perlahan.
Setibanya di dekat Desi, Roby tak langsung duduk. Ia
berdiri diam menunggu respon Desi terlebih dahulu. Desi
tak juga menoleh ke arahnya.
Roby memberanikan diri duduk di samping Desi, dengan
sangat berhati-hati. Namun Desi langsung bangkit dari
duduknya dan berjalan ke arah jendela, menjauhi Roby.
ROBY #1
Hey..
beat.
Desi mengacuhkan Roby. Roby bangkit dari duduknya dan
menghampiri Desi, masih hati-hati.
Roby mencoba memeluk Desi dari belakang, namun Desi kesal
dan menolaknya dengan halus.
Roby mundur perlahan dan kembali duduk di tempat tidur,
tampak putus asa.
ROBY #2 (CONT’D)
Oke.. Kamu berhak marah. Karena itu, aku
minta maaf.. Tapi kamu harusnya bisa
ngerti.
Nggak mungkin aku ngorbanin anak dan
istriku
HANYA untuk kamu.
114
DESI tiba-tiba berbalik dan menatap Roby marah setelah
mendengar perkataan Roby itu. Nyali Roby ciut, mencari
alasan.
ROBY #3 (CONT’D)
I-itu tidak seburuk kedengarannya.
Aku sungguh-sungguh, Des..
Saat bilang mau nikahin kamu.
Sudah ku coba tapi ternyata memang tidak
bisa.
Desi menghampiri Roby perlahan masih dengan tatapan
mengancam. Roby panik.
ROBY #4 (CONT’D)
Aku tidak akan lepas tanggung jawab.
Roby mengeluarkan amplop dari sakunya dengan terburu-
buru.
ROBY #5 (CONT’D)
Ini.. ambil ini.. untuk kamu.. dan
BAYIMU.
Aku janji, akan ada yang menyusul
setiap bulannya.
Desi berhenti di depan Roby, menepis tangan Roby hingga
amplop di tangan Roby terlempar ke lantai.
DESI #6
Berhenti berjanji, Rob!
Janji lamamu saja tak bisa kamu
tepati.
Jangan pikir uang atau janji lainmu
akan memperbaiki situasi semudah ini
ROBY #7
Maafin ak-
DESI #8
Dan berhenti meminta maaf!
beat.
Desi memalingkan badan, nada suaranya merendah.
115
DESI #9 (CONT’D)
Ini bukan salahmu.
Aku yang terlalu bodoh karena menaruh
banyak harap pada pecundang
sepertimu.
(terisak)
Aku yang terlalu naif, sampai terbuai
janji untuk memulai hidup baru
denganmu.
Desi tertunduk malu pada dirinya sendiri.
Roby berdiri dan mencoba menenangkan Desi. Ia mencoba
memegang tangan Desi dari belakang, namun Desi menolak.
Roby memaksa, hendak memeluk dan mencium Desi. Namun Desi
tiba-tiba berbalik, mendorong Roby, kemudian menamparnya.
Bersamaan dengan itu seorang wanita yang menggendong bayi
muncul di ambang pintu kamar.
Desi mengalihkan pandang
dari Roby ke arah wanita
itu dan langsung tertunduk
malu hingga membelakangi
mereka berdua.
Roby menyusul menatap
wanita di pintu, dan dia
pun sama malunya.
Roby mulai bergerak mundur, untuk kembali istrinya. Ia
mencuri pandang sekali kepada Desi, tampak merasa
bersalah.
Desi menengok untuk melihat apakah Roby telah pergi.
Sekeluarnya Roby dari ruangan, kesedihan Desi tumpah. Ia
terduduk pasrah di samping tempat tidurnya, Ia menunduk,
meringkuk, menangis, dan memegangi perutnya.
Di tengah kesedihannya itu, Desi seperti tenang secara
perlahan, kemudian Ia menoleh ke arah amplop.
CUT TO:
2. INT. HALAMAN DEPAN RUMAH PRAKTIK ABORSI – MALAM
Desi berada di halaman sebuah rumah yang remang-remang.
Ia berjalan mendekati rumah itu, dan mengetuk pintunya.
116
Ketukan pertama, tak ada jawaban.
Desi mengetuk pintu itu sekali lagi, lalu seorang wanita,
dengan kulit tangan yang sudah keriput dan rambut beruban
membuka pintu. Perempuan itu tampak sangat tak ramah. Ia
hanya membuka pintu sedikit dan mengintip melihat Desi.
WANITA TUA #10
Anda siapa?
DESI #11
Saya perlu bicara.
WANITA TUA #12
Ingin bicara apa? Ini bukan waktunya
untuk orang bertamu.
DESI #13
Saya sedang dalam masalah, dan
seorang teman menyarankan saya untuk
datang ke sini.
beat.
Teman saya menemui Anda sekitar tahun
lalu, waktu itu Ia agak bermasalah,
dan Anda merawatnya di sini.
Wanita tua itu membukakan pintu untuk Desi. Desi kemudian
masuk ke rumah wanita tua itu.
CUT TO:
3. INT. RUANG PRAKTIK ABORSI – MALAM
Tampak sebuah kamar kecil yang hanya diisi oleh sebuah
kasur ukuran satu orang dan meja kecil. Kasur itu diberi
seprei tua yang dilapisi sarung, handuk kecil, dan
plastik. Sementara di atas meja terdapat mangkuk berisi
air, kain kasa, selang, suntik, sarung tangan, dan
berbotol alkohol dan obat.
Desi memasuki ruangan itu sudah memakai sarung. Ia tidur
di atas kasur itu dengan posisi kaki mengangkang.
Kemudian wanita tua menyusul dan duduk di samping Desi.
117
Desi mengacuhkan wanita tua itu. Ia memandang kosong ke
langit-langit kamar. Tampak cemas dan penuh keraguan.
Wanita tua itu kemudian menoleh ke arah Desi.
WANITA TUA #14
Anak-anak yang malang.
Jadi kau datang cuma seorang diri?
Perhatian Desi sekarang menuju ke wanita tua itu. Ia
mendengarkan perkataannya dengan serius, namun tak
menjawab pertanyaannya.
Wanita tua itu berbalik dan menoleh ke arah meja di
samping tempat tidur. Wanita tua itu mengambil sarung
tangan dan hendak memakainya
WANITA TUA #15 (CONT’D)
Kau terperangkap dalam cengkraman
lelaki.. kecelakaan.. dan berharap
aku yang membereskan masalahmu?!
Desi memalingkan pandangannya ke arah meja kecil di
sampingnya. Ia tampak cemas dan penuh keraguan.
Wanita itu mencuci selang dengan kapas yang sudah diberi
alkohol.
Wanita itu mendekat dari arah kaki tempat tidur. Ia duduk
di bawah kaki Desi, dan memasukkan selang ke bagian dalam
sarung Desi. Desi tampak menahan sakit.
Tampak keringat Desi jatuh berceceran. Wajahnya pucat.
Badannya gemetaran, tangannya tak henti meremas seprei.
Ia berteriak kesakitan.
Desi sudah terbaring lemas. Plastik, handuk, dan sarung
yang ditiduri dan berada di bagian paha Desi sudah
dipenuhi oleh darah. Sementara si wanita tua sudah duduk
kembali di sampingnya. Sarung tangan tunawisma itu sudah
dipenuhi darah. Ia mengeluarkan selang dari sela kaki
Desi. Lalu berdiri dan meletakkan selang yang sudah
berdarah itu di mangkuk berisi air, dan melepaskan sarung
tangan. Desi yang masih di tempat tidur kemudian
118
menangis, memalingkan wajah menjauh dari wanita tua itu,
dan meringkuk tak berdaya.
DISSOLVE TO :
4. INT. KAMAR YUDA – PAGI
Tampak Avi sedang tidur meringkuk di satu sisi kamar
tidur. Ia kemudian bangun tidur, meregangkan badan, dan
sudah tidak menemukan Yuda di sampingnya.
CUT TO :
5. INT. KAMAR MANDI – PAGI
Avi sudah tidak mngenakan pakaian. Ia menyalakan pancuran
air di kamar mandi, mengecek airnya, berdiri di bawah
pancuran, dan mandi.
CUT TO :
6. INT. KAMAR YUDA – SIANG
Tampak satu bagian kamar yang merupakan workspace Yuda.
Jam dinding menunjukkan pukul 12 siang.
Terdengar suara air keran menyala lalu dimatikan
Avi kemudian keluar dari kamar mandi sudah mengenakan
dress putih, di kepalanya ia gelungkan handuk untuk
mengeringkan rambutnya.
Ia berhenti sejenak di depan cermin lalu melangkah ke
kursi kerja Yuda.
Avi duduk di situ sambil membuka file di laptop Yuda.
Avi kemudian melepaskan handuk yang Ia gulungkan di
kepalanya, dan mengeringkan rambutnya.
Avi lalu bangkit dari duduknya dan melangkah ke arah
kamar mandi.
Tampak satu bagian kamar yang merupakan workspace Yuda.
Avi keluar dari kamar mandi sudah tanpa mengenakan handuk
lagi. Ia berjalan ke arah rak buku Yuda, memilah dan
119
mengambil sebuah buku, melihat-lihat isi buku tersebut
sebentar, lalu mengalihkan pandangan melihat ke arah jam
dinding yang sudah menunjukkan pukul 3 sore.
Kemudian Ia berjalan ke arah tempat tidur, duduk di situ
dan mulai membaca bukunya.
Terdengar suara pintu kamar dibuka.
Yuda masuk ke dalam kamar. Ia tampak lemas, wajahnya
lebam, dan sedikit berdarah. Ia berhenti sejenak di dekat
rak buku.
Avi yang melihat Yuda tidak tampak begitu kaget. Hal
pertama yang Ia tanyakan malah apakah Yuda memberi tahu
Ayahnya di mana Ia berada atau tidak.
AVI #16
Kamu nggak ngasih tahu Ayahku kalau
aku di sini, kan?
Yuda tampak kesal, tidak menjawab pertanyaan itu. Ia
kemudian duduk di tempat tidur di samping Avi.
AVI #17 (CONT’D)
Ayahku ngomong apa?
YUDA #18
Nggak ada. Ayah kamu bukan orang yang
mudah diajak bicara.
AVI #19
Ya sudah..
Sikap Avi melembut. Ia mendekati Yuda, mengambil tisu di
meja, dan mencoba membersihkan darah dari luka Yuda. Yuda
tampak kesakitan.
AVI #20 (CONT’D)
Tapi kamu gak lupa sama janji kamu
semalam kan?
YUDA #21
Iya, Vi. Tenang aja. Pasti bakal aku
tepatin. Cuma aku perlu pergi dan
ninggalin kamu di sini sekali lagi.
120
AVI #22
Mau kemana? Aku ikut.
YUDA #23
Aku mau kertemu orang tuaku,
nyari tahu apa mereka bisa merestui
pernikahan ini atau tidak. Aku juga
mau nyari orang yang bisa dibayar
untuk menjadi walimu nanti. Karna itu
lebih baik kalau aku pergi sendiri.
Avi hanya hanya tersenyum dan mengangguk tanpa berkata
sepatah kata lagi. Yuda mencium kening Avi, dan pergi
meninggalkannya.
CUT TO :
7. INT. LORONG DEPAN KAMAR – SIANG
Wanita yang tinggal di kamar depan Yuda tampak berjalan
di lorong menuju kamarnya, Ia memakai baju putih-putih
ala perawat. Sementara itu Yuda baru keluar dari kamar.
Yuda dan wanita itu bertegur sapa seadanya.
Wanta itu masuk dan menutup pintu kamar, sementara Yuda
langsung pergi dan lupa menutup pintu kamar. Kita melihat
Yuda berjalan pergi.
CUT TO :
8. INT. KAMAR YUDA – SORE
Avi di dalam kamar melanjutkan buku yang Ia baca tadi di
tempat tidur.
Lalu terdengar suara ketukan dari arah pintu kamar Yuda
Seorang wanita yang mengurus pinatu para penghuni kost
membuka pintu dan mengintip ke dalam kamar. Ia membawa
seember pakaian di satu tangannya.
TETEH #24
Permisi..
121
Avi berjalan sedikit terburu-buru ke arah pintu
kamar. Dan menyapa tamunya dengan ramah.
AVI #25
Iyaa.. siapa?
TETEH #26
Aduh, maaf teh. Pintunya gak kekunci.
AVI #27
Oh mungkin tadi Yuda lupa nutup.
TETEH #28
Oh, mas Yudanya lagi keluar yaa?
AVI #29
Iya.. Baru aja. Ohiya kenalin, Teh.
Saya Avi, temannya Yuda.
TETEH #30
Ohiya, neng Avi. Saya yang disuruh
jaga dan bersihin tempat ini. Kalau
gitu saya nitip pesan sama neng Avi
aja ya, buat mas Yuda.
AVI #31
Ohiya, boleh. Pesan apa, Teh?
TETEH #32
Tolong bilangin ke Mas Yuda, tadi ada
tantenya yang datang nyariin.
AVI #33
Kalau boleh tahu tantenya yang mana?
TETEH #34
Aduh saya lupa namanya. Pokoknya itu
tantenya baek banget, sering bawa
oleh-oleh buat saya kalo ke sini, dia
juga yang bayarin biaya kos Mas Yuda
di sini tiap bulan. Orangnya cantik,
rambutnya panjang selalu dikuncir.
Haduh siapa ya namanya??
beat.
122
(mikir)
Oh namanya Tante Desi. Itu kalo kenal
dan merhatiin pasti tau dia ada tanda
lahir yang unik juga di lehernya.
AVI #35
(kecewa, tersenyum paksa)
Oh gitu. Nanti saya sampaikan.
Makasih ya, Teh.
Avi menutup pintu. Ia tampak sangat kecewa. Ia berjalan
ke tempat tidur, dan duduk di situ. Lalu Ia mengambil
handphone dan menelepon seseorang.
AVI #36
Halo.
Lo masih bisa?
beat.
Gue di kosan Yuda.
beat.
Gua tunggu di sini.
Avi duduk memandang kosong di tepi tempat tidur
CUT TO :
9. INT. TAMAN - SORE
Tampak seorang wanita sedang duduk di bangku taman
(membelakangi kamera). Ia mengenakan blazer panjang, rok
hitam panjang, dan high-heels boots hitam. Sementara
rambutnya Ia kuncir.
Postur tubuhnya tegap, dengan posisi 1 kaki dilipat di
atas kaki lainnya. Ia memegang sebuah tas kecil yang Ia
letakkan di pangkuannya.
Wanita itu hanya memandang menerawang ke arah danau dan
landscape kota di depannya. Sementara orang-orang yang
menikmati suasana taman berlalu lalang di sekitarnya.
Kita melihat bagian hidung sampai leher dari wanita tadi
yang sudah nampak keriput. Tetapi di lehernya terdapat
tanda lahir yang mirip dengan milik Desi yang diceritakan
di awal cerita.
123
Kamera mundur perlahan. Kita bisa melihat seluruh wajah
wanita itu, yang ternyata adalah Desi yang sama dengan
yang di awal cerita. Sekarang Ia sudah tua, umurnya kira-
kira 45 tahunan. Desi mengenakan dalaman hitam untuk
blazernya.
Posisi duduknya tidak berubah, Ia masih memandang dan
menerawang lurus ke depan. Wajahnya tampak serius.
Di kejauhan tampak Yuda sedang berjalan dan menghampiri
Desi.
Yuda datang menghampiri Desi. Wajah Yuda masih babak
belur, dan Ia tampak serius. Ia berhenti, berdiri sejenak
di samping Desi, kemudian duduk di sebelahnya. Desi dan
Yuda tak saling menyapa atau melihat kepada satu sama
lain.
DESI TUA #37
Ke mana saja kamu belakangan ini?
YUDA #38
Handphone saya rusak. Saya juga tak
bertemu dia beberapa hari ini.
Desi mengeluarkan dompet dari tasnya, kemudian Ia
mengambil beberapa lembar uang, dan meletakkannya di
samping Yuda. Yuda hanya tersenyum dan, menggeser uang
itu kembali.
YUDA #39
Maaf, saya sudah tidak bisa menerima
uang Anda lagi.
Desi melirik ke arah uang yang digeser kembali oleh Yuda.
YUDA #40 (CONT’D)
Saya datang ke sini hanya ingin
memberitahu Anda bahwa Avi akan
tinggal bersama saya.
Desi meluruskan pandangannya kembali ke depan.
DESI #41
Anda harus ingat posisi Anda saat
berbicara dengan saya.
124
YUDA #42
Saya sudah capek menjaga Avi untuk
Anda,
(Desi menoleh ke arah Yuda)
mulai detik ini saya akan menjaga Avi
untuk dirinya seorang. Saya akan
menikahi Avi.
Yuda juga menoleh ke arah Desi, mata mereka
bertemu.
DESI #43
(sarkas)
Avi memang cantik dan masih sangat
muda.
Saya benar-benar paham jika Anda
sampai terpincut olehnya. Tapi untuk
menikahinya? Heh..
Anda harusnya tahu diri, uang saja
dari saya, mau dikasih makan apa anak
saya nanti.
Yuda menatap Desi dengan kekesalan.
YUDA #44
Saya datang ke sini hanya karena rasa
hormat saya kepada Anda. Dengan atau
tanpa izin Anda, saya akan tetap
menikahi Avi.
beat.
(memalingkan wajah)
Saya tidak akan rela membiarkan dia
aborsi.
Desi terdiam mendengar perkataan Yuda. Ia mencoba
mencerna apa yang baru saja Ia dengarkan. Kemudian Ia
mendadak berubah marah, dan berang.
Desi lalu menampar Yuda dan bangkit dari duduknya.
DESI #45
Saya membayar Anda untuk mendekati
Avi karena saya ingin Anda menjaga
dia!
125
Kenapa malah Anda yang
menghamilinya?!
YUDA #46
Tapi bukan saya yang menghamili Avi
DESI #47
Lantas siapa?
YUDA #48
(nada suara Yuda merendah)
Saya tak tahu, Avi tidak mau cerita.
beat.
Dan saya pun tidak peduli siapa yang
melakukan itu, satu-satunya hal yang
saya pedulikan saat ini hanya Avi
seorang.
Desi terduduk kembali ke tempatnya. Ia tampak putus
asa.
CUT TO :
10. INT. KAMAR YUDA – MALAM
Avi masih duduk memandang kosong di tempat tidur. Ia
sudah memegang amplop tebal coklat di satu tangannya.
Sementara Handphone diletakkan sampingnya.
Tak lama kemudian terdengar suara pintu kamar diketuk.
Lamunan Avi terganggu. Ia bangkit dari duduknya dan
berjalan menuju pintu kamar.
Avi mengintip keluar kamar dan membuka pintunya. Yang ada
di depan pintu ternyata kenalan Avi yang menjual obat
penggugur kandungan yang tadi dihubunginya. Mereka berdua
tampak sangat hati-hati. Paranoid.
Avi menukar amplop itu dengan dengan obat dari
kenalannya.
Avi menutup pintu lalu ke kamar mandi.
CUT TO :
126
11. INT. KAMAR MANDI – MALAM
Avi menyalakan air keran lalu duduk di kloset di kamar
mandi. Ia membuka bungkusan obat tersebut, dan menatapnya
dengan keraguan. Ia memberanikan diri, mengambil sebutir
obat dan menelannya dengan cepat. Tampak kesedihan pada
matanya. Lalu 1 butir lagi dia masukkan melalui bagian
bawah tubuhnya. Avi meringkuk pedih.
CUT TO :
12. INT. KAMAR YUDA – MALAM
Avi keluar, tampak lemas dan kehilangan harapan, Ia
berbaring di tempat tidur menunggu obatnya bereaksi.
CUT TO :
13. INT. MOBIL – MALAM
Yuda dan Desi di dalam mobil. Yuda duduk di kursi
pengendara, sementara Desi duduk di kursi penumpang.
Desi mengambil handphone dan menelepon seseorang. Lalu
seseorang di ujung telepon menjawab panggilannya.
AYAH AVI #50 (V.O)
Halo..
DESI #51
Halo. Ini aku, Mas.
AYAH AVI #52 (V.O)
Oh iya. Ada apa?
DESI #52
Saya cuma mau tanya, Avi kemana?
AYAH AVI #53 (V.O)
Avi. Terakhir dia pergi pagi tadi,
tapi sampai saat ini belum pulang ke
rumah juga. Sekarang, saya tidak tahu
dia di mana.
DESI #54
Apa maksud kamu dengan tidak tahu?
Kenapa kamu bersikap seolah tidak
peduli seperti itu?
127
AYAH AVI #55 (V.O)
Bukan tidak peduli. Saya benar-benar
tidak tahu.. Jangan salahkan saya
jika Avi bersikap liar. Bagaimana pun
juga dia itu anakmu, wajar saja jika
sifatmu menurun kepadanya.
DESI #56
Tapi dia anakmu juga!
AYAH AVI #57 (V.O)
Maaf sebelumnya, tentang hal itu,
sebenarnya saya tidak begitu yakin.
Kamu tahu apa yang sudah saya ketahui
tentangmu, tentang kelakuanmu dulu.
Bisa saja kan, Avi itu hasil dari
hubunganmu dengan... entah yang mana
lah itu. beat.
Seharusnya kau itu berterimakasih,
karna saya masih sudah menampung dan
menghidupi “anak harammu” cuma-cuma.
Sambungan telepon ditutup. Desi tampak kesal, marah, dan
penuh rasa curiga. Sementara Yuda di sampingnya sudah
terlihat tidak sabar.
YUDA #58
Kita jalan sekarang apa bagaimana?
DESI #59
Lebih baik kamu cari tahu dulu
bagaimana keadaan Avi sekarang.
Desi memberi teleponnya kepada Yuda.
CUT TO :
14. INT. KAMAR YUDA – MALAM
Avi yang berbaring tampak kesakitan memegang perutnya, Ia
lalu turun dari tempat tidur dan sedikit berlari ke kamar
mandi. Kamar mandi Ia tutup.
Tak lama setelah itu, handphone di kasur Avi berdering.
CUT TO :
128
15. INT. MOBIL – MALAM
Yuda menutup telepon, dan dengan santai berkata
YUDA #60
Mungkin dia lagi tidur,
lebih baik kita ke sana saja untuk
mengeceknya langsung.
DESI #61
Anda tahu, Avi membenci saya.
Saat ini keadaannya pun sedang
berantakan. Saya tidak mau dia
mengamuk melihat saya di sana, dan
akhirnya malah kabur ke tempat yang
lebih tidak jelas lagi.
beat.
Sekarang saya minta Anda lakukan
tugas Anda dengan baik, bagaimana pun
caranya, Anda harus cari tahu dulu
bagaimana keadaan Avi sekarang.
Yuda dengan terpaksa mencoba menelepon sekali lagi. Ia
seperti berusaha mengingat-ingat nomor yang ingin Ia
hubungi, lalu seseorang menjawabnya di ujung telepon
YUDA #62
Halo.. (BEAT) Teteh Mirna?
TETEH #63 (V.O)
Iya. Ini dengan siapa ya?
YUDA #64
Ini saya, Teh. Yuda.
TETEH #65 (V.O)
Oh.. mas Yuda. Ada apa tuh mas?
YUDA #66
lagi di mana?
TETEH #67 (V.O)
Saya lagi di luar, mas.
YUDA #68
Oalah.. pulangnya masih lama ya, Teh?
129
Saya mau minta tolong. Teteh bisa ke
kamar? Pacar saya lagi di kamar tapi
ditelpon gak diangkat-angkat. Saya
cuma mau tau keadaannya.
TETEH #69 (V.O)
Oh, teh Avi ya?
YUDA #70
Iya, kok Teteh tau?
TETEH #71 (V.O)
Tadi siang ketemu, waktu saya nyariin
mas di kamar. Saya mau kasi tau kalo
tadi tante Desi datang nyariin mas
Yuda, karena masnya gak ada jadi saya
nitip aja pesannya sama Teh Avi.
Yuda panik mendengar hal itu.
YUDA #72
Ibu bilang gitu ke Avi??
TETEH #73 (V.O)
Iya, ada yang salah mas?
YUDA #74
Nggak ada teh. Yasudah. Makasih teh.
Yuda yang sudah dalam keadaan panik, buru-buru menutup
teleponnya dan langsung menancap gas.
CUT TO :
16. INT. KAMAR YUDA – MALAM
Tampak kamar kosong Yuda.
(terdengar suara air keran yang dibuka)
Yuda dan Desi memasuki pintu kamar dengan paksa, dan
mencari Avi. Yuda menemukan Avi di kamar mandi. Desi
menyusul. Mereka berdua panik dan histeris. Bertahan di
posisi untuk beberapa saat.
Lalu Yuda keluar dari kamar mandi. Ia gemetaran.
Tangannya penuh darah. Yuda lalu berlari keluar kamar dan
mengetuk pintu tetangga depan kamarnya.
130
Beberapa saat kemudian tetangganya keluar. Yuda dan
tetangganya berbicara sebentar. Lalu dengan terburu-buru
menuju kamar Yuda. Tetangga Yuda langsung masuk ke kamar
mandi. Sementara Yuda hanya menunggu di depan pintu kamar
mandi.
Tak lama kemudian suara Desi pecah, Ia berteriak
histeris. Yuda pun tiba-tiba terpukul mundur dari posisi
awalnya. Ia terpuruk sedih, gemetaran.
Kemudian Handphone di kasur Avi berdering, Yuda tak
menghiraukannya. Ia masih larut dengan perasaannya
sendiri.
Telepon Avi berdering sekali lagi, perhatian Yuda mulai
terambil. Yuda berjalan ke kasur dan mengecek handphone
Avi.
Yuda melihat, bahwa itu panggilan dari Ayah Avi. Yuda
mengangkat telepon itu tanpa suara. (Di belakang Yuda
kita melihat Desi juga keluar dari kamar mandi). Kita
melihat perubahan ekspresi di wajah Yuda. Ia berang.
Yuda langsung menutup telepon, mengambil sesuatu di laci
meja kerjanya dan berlari keluar dari kamar.
Desi yang melihat perubahan Yuda itu tampak penasaran, Ia
mengecek handphone Avi. Melihat panggilan terakhir, dan
mengecek isi pesannya.
Kita melihat perubahan ekspresi di wajah Desi setelah
membaca pesan dari Ayah Avi. Ia kaget dan sedih bukan
kepalang.
Ia terduduk pasrah, histeris, terisak tangis di tempat
tidurnya. Tatapannya kosong, dan dia melihat jendela yang
terbuka lebar di depannya. Ia berjalan ke arah jendela
tersebut, sementara kamera berjalan menjauh hendak keluar
dari kamar.
Desi berhenti persis di depan jendela untuk beberapa
saat, bersamaan dengan itu kamera sudah keluar dari kamar
dan berbelok.
CUT TO BLACK
131
TREATMENT
ACT 1
1. INT. KAMAR LOSMEN – MALAM
DESI, wanita 23 tahun, seorang diri di kamar. Ia membakar rokok dan menerawang ke luar
jendela, seperti sedang menunggu seseorang. Ia tampak cemas.
Tak lama kemudian, Desi melihat Roby datang bersama istrinya. Roby meminta maaf karena
tak bisa menikahi Desi, dan memberi Desi uang untuk menjamin kehidupannya. Desi muak,
dan menampar Roby. Kemudian Roby pergi kembali kepada istrinya. Meninggalkan Desi
sendirian di kamar.
2. INT. HALAMAN DEPAN RUMAH PRAKTIK ABORSI – MALAM
Desi mendatangi rumah yang lampunya remang dan bernuansa tua. Ia disambut oleh
seorang wanita tua.
3. INT. RUANG PRAKTIK ABORSI – MALAM
Desi melakukan aborsi dibantu oleh wanita tua. Desi tampak sangat kesakitan. Keluar
darah banyak dari bagian bawah tubuhnya.
4. INT. KAMAR YUDA – PAGI
Tampak Avi sedang tidur meringkuk di satu sisi kamar tidur. Ia kemudian bangun tidur,
meregangkan badan, dan sudah tidak menemukan Yuda di sampingnya.
5. INT. KAMAR MANDI – PAGI
Avi sudah tidak mngenakan pakaian. Ia menyalakan pancuran air di kamar mandi, mengecek
airnya, berdiri di bawah pancuran, dan mandi.
6. INT. KAMAR YUDA – SIANG
Avi keluar dari kamar mandi. Ia mengambil buku di rak buku Yuda. Jam dinding
menunjukkan pukul 3 sore.
Kemudian Ia berjalan ke arah tempat tidur, duduk di situ dan mulai membaca bukunya.
Terdengar suara pintu kamar dibuka.
Yuda masuk ke dalam kamar. Ia tampak lemas, wajahnya lebam, dan sedikit berdarah.
Avi yang melihat Yuda tidak tampak begitu kaget. Hal pertama yang Ia tanyakan malah
apakah Yuda memberi tahu Ayahnya di mana Ia berada atau tidak.
132
Yuda tampak kesal, tidak menjawab pertanyaan itu. Ia kemudian duduk di tempat tidur di
samping Avi.
Sikap Avi melembut. Ia mendekati Yuda, mengambil tisu di meja, dan mencoba
membersihkan darah dari luka Yuda. Yuda tampak kesakitan.
Avi mengingatkan tentang janji Yuda.
YUDA sekali lagi berjanji akan menepati, namun Ia masih perlu pergi dan meninggalkan
AVI di kamar sekali lagi untuk mengecek respon orang tuanya, sekaligus mencari orang
bayaran untuk berjaga-jaga dan memainkan peran Wali Avi nanti. AVI setuju.
7. INT. LORONG DEPAN KAMAR – SIANG
Wanita yang tinggal di kamar depan Yuda tampak berjalan di lorong menuju kamarnya, Ia
memakai baju putih-putih ala perawat. Sementara itu Yuda baru keluar dari kamar. Yuda dan
wanita itu bertegur sapa seadanya.
Wanta itu masuk dan menutup pintu kamar, sementara Yuda langsung pergi dan lupa
menutup pintu kamar. Kita melihat Yuda berjalan pergi.
8. INT. KAMAR YUDA – SORE
Avi yang sedang membaca buku terganggu perhatiannya oleh Teteh yang mengetuk pintu.
datang mencari YUDA untuk menyampaikan pesan tentang tante YUDA yang datang tadi.
Ibu Pemilik Kost yang polos menjelaskan secara detail bahwa yang Ia maksud adalah tante
Yuda yang baik hati yang membayar uang kost YUDA tiap bulan, memiliki tandal lahir yang
unik di area wajah / leher, bernama DESI. AVI kecewa luar biasa mendengarnya. YUDA
yang Ia kira cinta sejati ternyata lelaki simpanan Ibunya sendiri. AVI pun menelpon
temannya yang menjual obat penggugur kandungan.
YUDA menelepon Ibu Pemilik Kost dan mencari tau keadaan AVI. Ibu Pemilik Kost berkata
Ia sedang di luar rumah, namun tadi sore Ia sempat bertemu dan melihat AVI baik-baik saja
ketika Ia menitipkan pesan tentang Tante Desi yang mencari YUDA.
YUDA panik dan menancap gas mobilnya.
DESI dan YUDA mendatangi kostan dan mendapati AVI sudah terkapar pendarahan di
kamar mandi. YUDA memanggil tetangganya yang perawat. AVI sudah tak bernyawa.
YUDA terpuruk dan telepon AVI berdering, panggilan dari Ayah Avi. YUDA mengangkat
telepon tanpa berbicara. Terlihat perubahan ekspresi di wajah YUDA, Ia berang menutup
telepon mengambil sesuatu di laci mejanya dan keluar dari kamarnya.
DESI yang melihat YUDA juga penasaran, Ia mengecek telepon AVI. Melihat panggilan
masik terakhir, dan mengecek pesan dari Ayah Avi. Ia hancur ketika membaca pesan-pesan
itu, Ia duduk menangis tak berdaya di tepi tempat tidur. Lalu Ia melihat kaca jendela terbuka
lebar di depannya. Ia berjalan ke arah jendela tersebut, dan berhenti di depannya.
133
9. INT. TAMAN – SORE
Yuda mendatangi Desi Tua yang sedang duduk di bangku taman taman. DESI (43 tahun)
adalah DESI yang sama dengan yang ada di awal cerita, dan merupakan Ibu Avi. YUDA
menyampaikan niat untuk menikahi AVI, dan memberitahu tentang niat AVI aborsi. DESI
mendadak berang mendengar itu, kemudian murka dan menampar YUDA. Terungkap bahwa
YUDA adalah orang bayaran DESI untuk sengaja mendekati AVI dengan tujuan menjaga
dan mengawasinya, sambil terus mengirimkan kabar kepada DESI.
YUDA mengelak, berkata bukan dia yang menghamili AVI.
10. INT. KAMAR YUDA – MALAM
Avi masih duduk memandang kosong di tempat tidur. Ia sudah memegang amplop tebal
coklat di satu tangannya. Sementara Handphone diletakkan sampingnya.
Tak lama kemudian terdengar suara pintu kamar diketuk. Lamunan Avi terganggu. Ia
bangkit dari duduknya dan berjalan menuju pintu kamar.
Avi mengintip keluar kamar dan membuka pintunya. Yang ada di depan pintu ternyata
kenalan Avi yang menjual obat penggugur kandungan yang tadi dihubunginya. Mereka
berdua tampak sangat hati-hati. Paranoid.
Avi menukar amplop itu dengan dengan obat dari kenalannya.
Avi menutup pintu lalu ke kamar mandi.
11. INT. KAMAR MANDI – MALAM
Avi menyalakan air keran lalu duduk di kloset di kamar mandi. Ia membuka bungkusan obat
tersebut, dan menatapnya dengan keraguan. Ia memberanikan diri, mengambil sebutir obat
dan menelannya dengan cepat. Tampak kesedihan pada matanya. Lalu 1 butir lagi dia
masukkan melalui bagian bawah tubuhnya. Avi meringkuk pedih.
12. INT. KAMAR YUDA – MALAM
Avi keluar dari kamar mandi. Ia tampak lemas dan kehilangan harapan, Ia berbaring di
tempat tidur menunggu obatnya bereaksi.
13. INT. MOBIL – MALAM
Yuda dan Desi di dalam mobil. Yuda duduk di kursi pengendara, sementara Desi duduk di
kursi penumpang.
Desi kemudian mengambil handphone dan menelepon seseorang. Lalu seseorang di ujung
telepon menjawab panggilannya.
134
DESI menelpon mantan suaminya, Ayah Avi, dengan tujuan menanyakan apa yang
sebenarnya terjadi dan kenapa mantan suaminya seperti tak peduli dengan AVI. Terungkap
bahwa Ayah Avi tak pernah menganggap AVI sebagai anaknya, karena Ia tahu tentang masa
lalu DESI dan menduga bahwa AVI adalah anak hasil hubungan DESI dengan orang lain.
14. INT. KAMAR YUDA – MALAM
Avi yang berbaring tampak kesakitan memegang perutnya, Ia lalu turun dari tempat tidur
dan sedikit berlari ke kamar mandi. Kamar mandi Ia tutup.
Tak lama setelah itu, handphone di kasur Avi berdering. 3 kali.
15. INT. MOBIL – MALAM
Yuda menutup telepon, dan dengan santai berkata Avi sedang tidur. Yuda meminta untuk
langsung ke kamarnya saja. DESI memikirkan betapa AVI benci kepadanya, dan memaksa
YUDA untuk mencari tau keadaan AVI dahulu dengan tujuan agar AVI tidak mengamuk
atau berpikir macam-macam ketika bertemu hingga akhirnya kabur ke tempat lain.
16. INT. KAMAR YUDA – MALAM
Yuda dan Desi memasuki pintu kamar dengan paksa, dan mencari Avi. Yuda menemukan
Avi di kamar mandi. Desi menyusul. Mereka berdua panik dan histeris. Bertahan di posisi
untuk beberapa saat.
Lalu Yuda keluar dari kamar mandi. Ia gemetaran. Tangannya penuh darah. Yuda lalu
berlari keluar kamar dan mengetuk pintu tetangga depan kamarnya.
Beberapa saat kemudian tetangganya keluar. Yuda dan tetangganya berbicara sebentar. Lalu
dengan terburu-buru menuju kamar Yuda. Tetangga Yuda langsung masuk ke kamar mandi.
Sementara Yuda hanya menunggu di depan pintu kamar mandi.
Tak lama kemudian suara Desi pecah, Ia berteriak histeris. Yuda pun tiba-tiba terpukul
mundur dari posisi awalnya. Ia terpuruk sedih, gemetaran.
Kemudian Handphone di kasur Avi berdering, Yuda tak menghiraukannya. Ia masih larut
dengan perasaannya sendiri.
Telepon Avi berdering sekali lagi, perhatian Yuda mulai terambil. Yuda berjalan ke kasur
dan mengecek handphone Avi.
Yuda melihat, bahwa itu panggilan dari Ayah Avi. Yuda mengangkat telepon itu tanpa suara.
(Di belakang Yuda kita melihat Desi juga keluar dari kamar mandi). Kita melihat perubahan
ekspresi di wajah Yuda. Ia berang.
135
Yuda langsung menutup telepon, mengambil sesuatu di laci meja kerjanya dan berlari keluar
dari kamar.
Desi yang melihat perubahan Yuda itu tampak penasaran, Ia mengecek handphone Avi.
Melihat panggilan terakhir, dan mengecek isi pesannya.
Kita melihat perubahan ekspresi di wajah Desi setelah membaca pesan dari Ayah Avi. Ia
kaget dan sedih bukan kepalang.
Ia terduduk pasrah, histeris, terisak tangis di tempat tidurnya. Tatapannya kosong, dan dia
melihat jendela yang terbuka lebar di depannya. Ia berjalan ke arah jendela tersebut,
sementara kamera berjalan menjauh hendak keluar dari kamar.
Desi berhenti persis di depan jendela untuk beberapa saat, bersamaan dengan itu kamera
sudah keluar dari kamar dan berbelok.
CUT TO BLACK
136
3.4. Proses Kerja Penata Kamera
Menurut (Yudo, 2017:68), “Penata Kamera bertugas merekam gambar
dengan menggunakan perangkat keras kamera video yang direkam melalui pita
video, memory, dan hard disk atau media penyimpanan lainnya sesuai dengan
arahan sutradara atau pengarah acara.”
Penata kamera dituntut bukan hanya menampilkan gambar yang bagus tapi
juga harus memahami informasi apa saja demi memenuhi kebutuhan gambar yang
akan direkam. Oleh karena itu penata kamera harus bisa menyesuaikan diri untuk
bisa menerima pembaharuan dalam segi teknik dan kamera.
Penata kamera mempunyai tanggungan membuat gambar terlihat bagus dan
jelas untuk menciptakan komposisi yang harmonis. Penata kamera juga tidak
sepenuhnya bias mengerjakan sendiri, oleh karena itu penata kamera sering
dibantu oleh produser, sutradara, bahkan sering juga dibantu oleh penata cahaya,
dan penata suara. Karena untuk menciptakan film yang bagus harus ada hubungan
yang baik antar jabatan untuk tebentuknya suatu tim yang kuat.
Dan penata kamera juga membantu tim yang di dalamnya ada produser,
sutradara, penulis naskah, editor, penata suara, penata cahaya, dan juga artistik.
Karena penata kamera juga mempunyai peran dalam pembuatan film ini yang di
mana harus ada keselarasan antara cerita dan gambar supaya tidak terjadi
kesalahan dalam pengambilan gambar yang tidak terekam pada saat produksi
nanti.
Menurut (Yudo, 2017:68-69), “Untuk menghasilkan gambar yang tidak
hanya dilihat dari aspek teknis saja, namun aspek non teknis lebih dituntut seorang
137
penata kamera agar pesan dari gambar yang direkam memiliki kualitas gambar
yang baik dan pesan yang dapat diterima oleh penonton.”
3.4.1. Pra Produksi
Tahap Pra Produksi merupakan tahap yang paling menentukan hasil
gambar yang baik. Pada tahap ini, penata kamera akan melakukan beberapa
pekerjaan yang bersifat teknis maupun non teknis yang menurut (Yudo,
2017:69-70) meliputi:
- Mempersiapkan fasilitas yang akan mendukung jalannya proses produksi
(pemilihan kamera, peralatan penuntjang, memilih lensa, dll).
- Membuat desain kreatif meliputi riset, merancang storyboard dan
floorplan.
- Membuat shot list.
- Mempelajari naskah yang akan diproduksi.
- Mempelajari teknis produksi khususnya teknis kamera.
- Diskusi dengan sutradara atau pengarah acara untuk mencapai visi dan
misi produksi yang sama.
Dan di tahap ini sudah mulai menentukan jabatan siapa saja, persiapan
alat apa saja yang dipakai untuk program drama televisi yang akan penulis buat
ini. Dan setelah beberapa kali bertemu dan penulis bersama teman-teman setuju
untuk pemilihan jabatan yaitu Endang Sukarja sebagai Produser dan Artistik,
Ismaya Kahar sebagai Sutradara dan Penulis Naskah, Ary Hidayat sebagai
Penata kamera dan Penata Cahaya, Rizki Maulana sebagai Editor dan Penata
138
Suara. Setelah penetapan jabatan, tim langsung bekerja sesuai jabatan masing-
masing untuk mengejar target produksi.
Setelah naskah sudah jadi, tim bersama melakukan pencarian untuk
mendapatkan peran yang sesuai dengan apa yang ada di dalam naskah tersebut
dan tim juga melakukan pencarian kepada tempat yang akan digunakan pada
saat produksi nanti.
Setelah didapatkan tempat untuk produksi nanti, penata kamera bekerja
sama dengan bagian kreatif untuk membicarakan tentang floor plan atau
dengan kata lain penempatan kamera dan segala macam teknis nanti di lokasi
untuk pedoman pengambilan gambar supaya tidak salah saat produksi
nantinya. Lalu penata kamera tidak lupa untuk pengecekan alat-alat apa saja
yang nanti digunakan saat proses produksi supaya nanti tidak ada alat yang
tidak terpakai atau tidak ada saat produksi namun sangat dibutuhkan penata
kamera, dan tidak lupa juga memastikan alat-alat yang digunakan sesuai
dengan skenario supaya tidak terjadi kesalahan saat pengambilan gambar nanti.
Penata kamera harus mempunyai konsep sebelum melakukan produksi
karna sangat berguna pada saat produksi tentunya konsepnya akan disesuaikan
oleh sutradara. Nantinya, penata kamera bukan hanya untuk bertugas
mengambil gambar saja pada saat produksi tapi bisa menciptakan suasana-
suasana dramatis pada saat nanti pengambilan gambar pada film tersebut. Maka
dari itu, penata kamera berkoordinasi dengan sutradara menentukan shot yang
nantinya akan diambil dalam produksi.
1) Survey Lokasi
139
Lokasi yang strategis, tidak berisik, dan mempunyai pemandangan
yang bagus pasti keinginan semua kru untuk film ini dan merupakan hal
yang segar jika berani bereksplorasi mencari tempat tempat yang baru dan
belum pernah dipakai untuk kegiatan shooting.
Penulis berserta sutradara dan yang lain akhirnya mencari lokasi yang
pas untuk shooting film “THE LIES WE BELIEVE” dan setelah beberapa
kali mencari tempat akhirnya ditentukan oleh bersama shooting film “THE
LIES WE BELIEVE” bertempat di Jakarta.
2) Pembuatan Storyboard
Menurut (Yudo, 2017:70), “Storyboard adalah rangkaian sketsa
gambar yang menggambarkan urutan cerita berdasarkan naskah atau
skenario. Dalam kata lain, storyboard adalah media perencanaan gambar
sketsa sederhana yang saling berhubungan untuk menunjang kinerja penata
kamera dan tim produksi pada saat pengambilan gambar di lokasi
produksi”.
Setelah pencarian lokasi penulis bersama sutradara membuat
storyboard untuk patokan pada saat produksi nanti agar tidak salah atau
melenceng dari konsep yang diingikan.
Dalam storyboard terkandung berbagai macam keterangan-keterangan
yang bisa membantu pada saat produksi misalnya ukuran gambar, gerakan
kamera, dll.
Menurut (Yudo, 2017:71), fungsi storyboard antara lain:
a. Untuk mahami alur cerita yang akan di produksi
b. Untuk menghindari hilangnya bagian penting dalam cerita.
140
c. Sebagai pedoman produksi di lokasi pengambilan gambar.
d. Mempermudah editor melakukan proses editing (pedoman editing).
Saat semua persiapan sudah matang dan naskah telah dikulik secara
mendalam oleh seluruh kru, setiap kru lalu menyampaikan apa saja yang telah
disiapkan pada saat pra produksi agar dapat dievaluasi oleh produser dan
sutradara jika ada kekurangan, dan juga meminimalisir kesalahan pada saat
nanti produksi dan dapat menanggulangi bila ada kesalahan yang disebabkan
oleh kru serta penanggannya.
Penulis yang sekaligus penata kamera sudah menentukan alat yang akan
dipakai nanti saat produksi yaitu Sony karena bobotnya yang cukup ringan dan
kinerjanya yang lumayan bagus, dan penulis juga memakai lensa Sony agar
tidak perlu lagi menggunakan adaptor.
Lalu penulis, kru dan pemain melakukan diskusi agar nantinya pada saat
produksi tidak ada kendala yang berarti dan untuk mengevaluasi jika ada
kesalahan-kesalahan sebelum produksi agar bisa ditanggulangi oleh penulis,
kru, dan para pemain.
3.4.2. Produksi
Menurut (Yudo, 2017:75):
Seorang penata kamera akan membantu sutradara atau pengarah acara
untuk menerjemahkan bahasa tulisan ke bahasa visual. Setiap gambar
yang dihasilkan sangat penting terhadap pesan dan informasi apa yang
disampaikan kepada penonton. Dan menguasai dasar pengambilan
gambar adalah syarat yang harus diketahui penata kamera itu sendiri dan
141
juga harus tau kamera apa yang cocok untuk film tersebut supaya film
yang dihasilkan mempunya ciri khas tersendiri”.
Dalam pengambilan gambar di program drama televisi “THE LIES WE
BELIEVE” ini, penulis memakai single cam karena kekurangan budget dan
untuk mempermudah kerja editor karena tidak ada gambar-gambar lain atau
folder lain di kamera lain yang nantinya jadi membuat bingung.
Di produksi ini, pengambilan gambar 50 persen menggunakan tripod, 20
persen menggunakan zhiyun, dan 30 persen menggunakan slider. Pengunaan
tripod merupakan keharusan karna membuat gambar lebih stabil daripada
menggunakan handheld dan penulis juga mengunakan slider untuk melakukan
tracking dan dollying agar gambar yang ditangkap lebih halus dan stabil.
Penulis juga memerhatikan segi teknis dalam produksi drama televisi
“THE LIES WE BELIEVE” ini, antara lain :
1) Komposisi
Menurut (Yudo, 2017:85), “Komposisi gambar adalah penataan
elemen-elemen gambar dalam sebuah frame. Elemen-elemen ini
mencangkup bentuk, garis, warna, terang dan gelap. Komposisi yang
baik akan menghasilkan gambar tampak lebih menarik, pesan yang ingin
disampaikan semakin jelas”.
Di dalam produksi drama televisi “THE LIES WE BELIEVE” ini,
penulis ingin menata elemen-elemen yang ada di komposisi supaya
penonton lebih tertarik dan bisa mengerti apa pesan yang disampaikan
penulis.
142
Menurut (Yudo, 2017:85), tujuan mengatur komposisi dalam frame
adalah:
a. Menciptakan keseimbangan dalam gambar.
b. Memperjelas informasi dan pesan yang ingin disampaikan.
c. Menimbulkan rasa estetik bagi penata kamera dan penonton.
d. Menciptakan kesatuan antara ide dan gambar yang dihasilkan
Berikut adalah jenis jenis komposisi gambar:
- Bentuk
Biasanya dipakai untuk menekanan bentuk objek benda,
contohnya seperti pesergi untuk lemari dan lingkaran untuk roda.
- Garis
Komposisi ini membentuk garis-garis dinamis seperti garis
lurus, melengkung atau melingkar. Garis-garis dinamis itu biasanya
menimbulkan gambar seperti 3 dimensi.
- Warna
Warna akan memberikan pandangan yang dinamis untuk
membuat suatu gambar menjadi indah karna akan menarik perhatian
penonton.
- Terang dan Gelap
Komposisi ini menunjukan penekanan visual kepada sebuah
objek. Biasanya penata kamera memperlihatkan komposisi ini harus
juga memperhatikan lingkungan sekitar objek.
2) Teknik Pengambilan Angle Kamera
143
Menurut Himawan Pratista dalam bukunya “Memahami Film Edisi 2”
(2017,149), “Sudut kamera adalah sudut pandang ketinggian kamera
terhadap obyek yang berada dalam frame.”
Pengambilan sudut/angle sangatlah penting karena menentukan baik
buruknya suatu scene dari sudutnya, karena dari sudut juga dapat
menarik perhatian para penonton agak lebih menghayati dan bisa
menangkap pesan dari film tersebut. Karena jika pemilihan sudut/angle
yang kurang pas dapat menimbulkan rasa bingung pada penonton dan
merusak film itu sendiri.
- High Angle
Angle ini terlihat seperti memberi tekanan pada objek karna
diambil dari atas objek dan biasanya juga biasa dipakai untuk
pemandangan.
- Bird Eye Angle / Top Angle
Pengambilan gambar seperti sudut yang sangat jauh terlihat
seperti mata burung yang melihat saat terbang, biasanya dipakai
untuk menceritakaan lokasi dalam film itu.
- Normal Angle (Eye Level)
Angle ini biasanya dipakai sejajar dengan mata manusia objek
akan terlihat sejajar dan seperti melakukan kegiatan seahri-hari.
- Low Angle
Kamera mengambil shot dari bagian bawah objek biasanya
dipakai untuk objek terlihat seperti pemimpin.
- Over Shoulder Shot / Point Of View
144
Pengambilan gambar ini dilakukan dari sudut bahu pemain
untuk menunjukan pemain lainnya biasanya dipakai pada saat
berdialog atau menunjukan ekspresi.
Dalam produksi drama televisi “THE LIES WE BELIEVE” ini,
angle akan ditentukan sesuai naskah supaya tidak terjadi kesalahan dalam
pengambilan gambar.
3) Shot Size
Menurut (Himawan Pratista, 2017:46-47), “Ukuran jarak sangat relatif
dan yang menjadi tolak ukur adalah proporsi manusia atau obyek dalam
sebuah frame. Dimensi jarak kamera terhadap obyek dapat
dikelompokkan menjadi tujuh jenis tipe shot.”
- Extreme Close Up (ECU)
Pada jarak Extreme Close Up, mampu memperlihatkan lebih
mendetail bagian dari wajah seperti telinga, mata, hidung atau bagian
dari sebuah obyek.
- Close Up (CU)
Umumnya memperlihatkan wajah, tangan, kaki, atau sebuah
obyek kecil lainnya, dan biasa digunakan untuk adegan dialog yang
lebih intim.
- Medium Close Up (MCU)
Pada jarak Medium Close Up, memperlihatkan tubuh manusia
dari dada sampai ke atas, biasa digunakan untuk percakapan normal.
- Medium Shot (MS)
145
Pada jarak Medium Shot, memperlihatkan tubuh manusia dari
pinggang ke atas. Medium Shot merupakan tipe shot yang paling
sering digunakan dalam sebuah film.
- Medium Long Shot(MLS)
Pada jarak Medium Long Shot tubuh manusia terlihat dari bawah
lutut sampai ke atas tubuh fisik manusia dan lingkungan sekitarnya
relatif seimbang.
- Long Shot (LS)
Pada jarak Long shot, seluruh tubuh fisik manusia tampak jelas.
Long Shot sering kali digunakan sebagai establishing shot, yakni
shot pembuka sebelum digunakan shot yang berjarak lebih dekat.
- Extreme Long Shot (ELS)
Extreme Long Shot, merupakan jarak kamera yang paling jauh dari
obyeknya. Teknik ini umumnya untuk menggambarkan sebuah
obyek yang sangat jauh atau panorama yang luas.
4) Movement / Pergerakan Kamera
Pergerakan kamera merupakan keharusan yang harus dilakukan
penata kamera karena membuat film menjadi menarik jika gambar ikut
bergerak mengikuti alur cerita.
- Panning
Panning merupakan gerakan kamera dengan membelokkan
kamera ke kanan dan ke kiri tanpa mengubah posisi kamera itu.
Biasanya digunakan mengunakan tripod agar gambar lebih stabil.
- Tilting
146
Teknik ini digunakan dengan cara menggerakan badan secara
vertical atau naik turun dengan tujuan menunjukan ketinggian atau
profil objek.
- Tracking
Tracking adalah teknik yang dilakukan dengan cara
mendekatkan kamera ke objek atau sebaliknya biasanya dilakukan
dengan alat tambahan seperti slider atau dolly track.
- Zooming
Teknik ini dilakukan dengan menggunakan lensa kamera
dengan menekan tombol wide angle (W) dan tele (T) yang akan
terlihat seperti mendekat ke objek zoom in atau menjauh ke objek
zoom out.
- Arching
Arching merupakan teknik pengambilan gambar dengan cara
bergerak mengelilingi objek, biasanya untuk menghasilkan gambar
yang lebih halus teknik arching harus mengunakan stabilizer seperti
steady cam atau glide cam.
- Crane
Teknik ini biasanya dibantu dengan alat crane, jimmy jip atau
porta jip.
- Crabbing
Teknik yang bergerak ke samping seperti kepiting. Teknik ini
diharuskan menggunakan alat bantu seperti dolly track atau slider.
147
Penulis di dalam produksi drama televisi “THE LIES WE BELIEVE”
ini, mengunakan bantuan alat berupa slider untuk pengambilan gambar
supaya halus dan menjadi menarik.
5) Garis Imajiner (Imaginer Line)
“Garis imajiner (Imaginer Line) adalah garis maya sebagai batasan
yang tidak boleh dilewati oleh penata kamera dalam melakukan
perekaman gambar. Garis yang dimaksud bukanlah garis sesungguhnya,
tetapi hanya imajinasi dari penata kamera dalam meletakan kamera”.
Menurut Yudo, (2017:107).
Merupakan keharusan memilki imajinasi yang tinggi untuk
menentukan peletakan kamera, penata kamera dituntut kreatif dan juga
harus bisa fleksibel untuk mengikuti garis imajiner.
Karena garis imajiner merupakan keharusan supaya pada saat proses
edit, editor tidak pusing karna gambar yang tidak berkelanjutan
(continuity), dan juga supaya penonton bisa menikmati tanpa bingung
dengan penempatan waktu yang tidak berkesenimbungan.
3.4.3. Pasca Produksi
Menurut (Yudo, 2017:77), “Pada tahap pasca produksi tidak banyak hal
yang dilakukan penata kamera. Untuk produksi drama, penata kamera biasanya
membantu sutradara dan editor untuk menjelaskan hal-hal yang kurang
dimengerti”.
Pada tahap ini biasanya semua tim akan dikumpulkan sebelum proses
edit video untuk melakukan evaluasi kinerja pada saat pra produksi dan
148
produksi, biasanya produser dan sutradara yang memberikan saran dan
menyampaikan kekurangan kepada tim agar ke depannya lebih baik dibanding
sebelumnya.
Di tahap ini, masing-masing divisi sudah mulai membuat laporan
masing-masing yang berfungsi untuk editor mempermudah kerjanya,
contohnya penata kamera membuat laporan kamera (camera report).
Menurut (Yudo, 2017:77-78), “Camera report adalah catatan yang
disalin dalam kertas kerja penata kamera yang biasanya berbentuk kolom atau
tabel dan berisikan informasi proses pengambilan gambar, nomor, adegan,
ukuran gambar, perintah untuk gambar yang baik atau tidak. Camera Report
atau laporan kamera nantinya akan diberikan kepada editor, sutradara dan tim
produksi untuk mempermudah pasca produski”.
Fungsi camera report, antara lain:
- Mempermudah tim produksi khususnya penata kamera untuk mengingat
kembali gambar-gambar yang telah direkam.
- Untuk mengetahui gambar-gamabr mana saja yang dapat digunakan untuk
proses editing.
- Sebagai pedoman editor dalam melakukan proses editing.
3.4.4. Peranan Tanggung Jawab Penata kamera
Menurut (Yudo, 2017:69):
Gambar-gambar yang ada dalam sebuah tayangan visual seperti
program acara TV, sinetron, berita TV, dll merupakan hasil kinerja
penata kamera yang bekerja berkerja sama dengan tim produksi.
Gambar-gambar yang dihasilkan tentunya memiliki proses yang
149
panjang sebelum akhirnya dapat disaksikan oleh audience atau
khalayak.
Penata kamera atau yang disebut juga DOP (Director of photography)
memiliki peranan yang penting bagi produksi karna harus membuat gambar
visual yang memiliki pesan atau informasi yang harus disampaikan secara
seefisien mungkin.
Ada tiga tahapan dalam peran dan tanggung jawab penata kamera yang
penulis baca dan simpulkan menurut Yudo, (2017) dan Himawan Pratista
(2017), yaitu:
1) Menganalisa naskah bersama sutradara untuk meciptakan konsep
pengambilan gambar untuk produksi drama televisi “THE LIES WE
BELIEVE”.
2) Penulis beserta kru dan sutradara mencari lokasi yang sesuai untuk
produksi drama televisi “THE LIES WE BELIVE” agar sesuai dengan
naskah yang telah dibuat.
3) Membuat floorplant untuk posisi kamera dan membuat daftar yang
memuat tentang informasi sudut, gerakan, dan ukuran gambar yang akan
diambil dan berdiskusi juga dengan sutradara agar mendapatkan gambar
yang sesuai dengan naskah dan menarik.
4) Menyiapkan alat-alat apa saja yang dipakai pada saat produksi drama
televisi “THE LIES WE BELIEVE” yang isinya kamera, lensa kamera,
dan aksesoris penunjang kamera tersebut.
5) Merekam gambar sesuai dengan konsep yang disetujui dan dibuat oleh
penata kamera dan sutradara.
150
6) Tetap harus menjaga kontinuitas gambar agar tidak bocor dan
berantakan.
7) Selalu menjaga dan memelihara peralatan kamera agar selalu dalam
kondisi yang baik supaya pada saat digunakan tidak mengalami masalah.
8) Mengecek selalu hasil gambar setelah produksi atau saat waktu istirahat
agar tidak ada adegan yang terlewat dan yang bocor.
9) Ikut serta proses editing dan membantu sutradara dan editor agar tidak
salah komunikasi dan membuat filmnya berantakan.
3.4.5. Proses Penciptaan Karya
a. Konsep Kreatif
Penata kamera atau DOP harus mempunya sisi kreatif yang lebih
dikarenakan harus mengulik naskah yang telah dibuat oleh penulis naskah
dan berdiskusi dengan sutradara dan kru agar terciptanya visualisasi dari
naskah tersebut yang membuat program drama televisi “THE LIES WE
BELIEVE” bisa diterima oleh khalayak dan bisa menerima pesan yang
disampaikan, dan tidak lupa juga Nuansa (look) dan Suasana (mood) untuk
program drama televisi “THE LIES WE BELIEVE” yaitu :
- Framing
Dalam produksi ini penulis dan sutradara memakai widescreen
atau layar lebar 16:9 dikarenakan format program yaitu televisi.
- Type of Shot
Dalam program drama televisi ”THE LIES WE BELIEVE” ini,
penulis memakai berbagai macam ukuran yaitu Close Up (CU) dan
Medium Close Up (MCU). Ukuran gambar ini cocok untuk bagian saat
151
pemeran berdialog satu sama lain dan juga penulis menggunakan
ukuran ini untuk menegaskan ekspresi pemeran. Adapula ukuruan
Medium Shot (MS), Long Shot (LS) dan Very Long Shot (VLS) yang
berguna untuk menunjukan tentang apa yang sedang pemeran lakukan
berserta dengan tempatnya. Adapula juga penulis menggunakan
Establish, yaitu yang menegaskan tempat dan suasana dalam adegan.
- Angle
Sudut yang dipakai dalam program drama televisi “THE LIES
WE BELIEVE” berbagai macam seperti High Angle, Eye Level, dan
Low Angle dan tidak lupa juga dengan menggunakan tripod agar
gambar yang dihasilkan stabil.
- Camera Movement
Pergerakan kamera juga menjadi kunci yang penting dalam
produksi ini misalnya penulis menggunakan teknik mengikuti (follow)
dan gerakan kepiting (crabbing) dengan bantuan slider yang berfungsi
sebagai penghalus gambar agar tidak bergoyang yang membuat tidak
menarik untuk khalayak.
- Komposisi
Dalam program drama televisi “THE LIES WE BELIEVE”
penulis mempunyai tugas membibing penonton agar dapat
mendapatkan pesan yang disampaikan dengan cara memvisualisasikan
pesan tersebut. Agar menarik, penulis mengunakan komposisi gambar
supaya khalayak atau penonton tidak bosan Golden Mean merupakan
salah satu metode yang penulis pakai dalam program drama televisi
152
“THE LIES WE BELIEVE” dan juga agar tidak telalu kaku penulis
juga memakai metode seperti head room dan walking room.
- Mood
Suasana (mood) dalam produksi drama televisi “THE LIES WE
BELIEVE” merupakan warna orange bermakna hangat / ketenangan
yang berkaitan dengan kehangatan sebuah hubungan dan biru yang
bermakna perasaan kesedihan, kesunyian dan kesendirian.
b. Konsep Produksi
Untuk mendapatkan gambar yang untik penulis sesekali
menggunakan teknik handheld dengan zhiyun, dan juga menggunakan
alat bantu slider supaya gambar yang dihasilkan halus dan tidak
bergoyang agar menjadi daya tarik kepada penonton itu sendiri. Dan
hampir di keseluruhan pengambilan gambar penulis menggunakan tripod
agar gambar yang dihasilkan stabil dan mudah mendapatkan gambar
yang diinginkan.
c. Konsep Teknis
Diproduksi program drama televisi “THE LIES WE BELIEVE” ini,
penulis menggunakan kamera dari Sony yang bertipe FS 5 dan juga
menggunakan lensa tambahan, beberapa alat tambahan penunjang
produksi juga digunakan seperti tripod dan juga slider untuk
mempermudah dalam pengambilan gambar
3.4.6. Kendala Produksi dan Solusinya
153
1) Kendala : Alat bantu Tripod tidak muat dalam pengambilan gambar di
kamar mandi karena ukuran kamar mandi yang terlalu kecil.
Solusi : Akhirnya penata kamera mengunakan tangan dan tidak
memakai alat bantu untuk pengambilan gambar di kamar mandi.
2) Kendala : Monitor preview penata kamera 17” mengalami ganngguan,
error, baterainya habis terus.
Solusi : Akhirnya kami menggunakan monitor seperlunya untuk
tempat yang susah dijangkau untuk melihat di kamera.
3) Kendala : Kepala Slider goyang penguncinya udah agak rusak
Solusi : Akhirnya harus ditukar-tukar ketika mau memakai slider jadi
menggunakan kepala tripod.
154
3.4.7. Lembar Kerja Penata Kamera
1. Konsep Penata Kamera
2. Camera Report
3. Spesifikasi Alat
4. Floor Plan Blocking Camera
155
KONSEP PENATA KAMERA
Dalam pembuatan sebuah karya produksi drama televisi seorang penata
kamera atau biasa disebut DOP (Director of Photography) harus merencanakan
konsep bersama kru, apa yang harus dibuat sebelum produksi supaya bisa
menyajikan suguhan yang menarik untuk khalayak dan penonton bisa menangkap
pesan yang disampaikan.
Di dalam karya drama televisi “THE LIES WE BELIEVE”, penulis
mempunyai konsep berupa look dan mood, yaitu untuk memvisualisasikan bahasa
tulisan ke dalam bahasa gambar yang bisa dinikmati penonton, dan di dalam karya
ini penulis menggunakan ukuran widescreen atau layar lebar dengan aspek rasio
16:9. Dan beberapa ukuran dalam pengambilan gambar digunakan seperti Close Up
(CU), Medium Close Up (MCU), Long Shot (LS). Yang dirasa cukup aman dalam
pengambilan gambar dan nyaman untuk disaksikan penonton. Adapula pengambilan
shot seperti Very Long Shot (VLS) dan Estabilsh yaitu shot untuk menegaskan
tentang keadaan,situasi dan tempat.
Dan adapula angle atau sudut-sudut yang dipakai dalam produksi karya ini
seperti High Angle, Eye Level dan Low Angle. Di produksi drama “THE LIES WE
BELIEVE” ini penulis menggunakan alat bantu agar gambar yang dihasilkan bisa
halus seperti mengunakan tripod dan slider, untuk menghasilkan gambar yang
bergerak (Camera Movement) penulis menggunakan slider. Banyak teknik
pengambilan kamera yang dipakai pada saat pergerakan kamera seperti crabbing
yaitu gerakan yang menyerupai kepiting, berjalan ke arah samping, dan juga
panning, yaitu mengerakan kamera tanpa berpindah tempat alias hanya menggerakan
dengan tripod. Tidak lupa juga, penulis menggunakan tangan atau teknik handheld
untuk mendapakan pegerakan yang alami dan sesuai dengan kondisi yang ada.
156
Penulis juga memerhatikan komposisi gambar dengan mengikuti aturan yang
ada agar penonton tidak merasa kebingungan dengan posisi yang ada dan
mengabaikan filmnya seperti memakai walking room dan juga memerhatikan head
room. Dan juga Suasana (mood), dalam karya ini penulis menggunakan warna hijau
yang bertujuan memberi kesan suram dan juga mencekam. Sehingga Suasana (mood)
Suram jadi pilihan penulis juga berunding dengan kru sebelum menentukan Suasana
(mood) tersebut. Karna semua proses dan tahapan yang dilalui dibuat karna ada
perundingan dengan semua kru agar bisa terjalin sinkronasi dan tidak salah
komunikasi dalam karya produksi program drama televisi.
157
CAMERA REPORT
(Drama)
Production Company : BSI / Lakuna Pictures Director : Ismaya Kahar Project Title : The Lies We Believe Cameraman : Ary Hidayat
Durasi : 20 Menit Tanggal/Kst : 25-27 Juni 2018
Tabel IV.01
No Shot Visual
Description Dialogue Shot Size Angle Moving
SCENE 1 – INT. LOSMEN – MALAM
1 1 ECU Eye
Level Still
Tampak vas bunga dan asbak rokok di atas meja. Meja itu terletak di ambang
bawah jendela, kita bisa melihat ¼ bagian bawah dari tirai dan jendela sebagai
latar belakang. Tirai tersebut bergerak-gerak tertiup angin yang masuk melalui
jendela yang sedikit terbuka.
-
2 2 LS Eye
Level
Dolly
out
Kamera mundur perlahan, DESI (membelakangi kamera) sedang memandang
menerawang ke luar jendela yang berada tak jauh di depannya. Rambut panjang
Desi dalam keadaan terurai. Jendela kamar berada tepat di tengah dinding,
cahaya di luar adalah nyala terang bulan. Di samping kanan meja terdapat kursi
kayu sederhana yang digunakan untuk bersantai.
Kamar itu hening dan gelap, lampu utama sudah redup.
Kamera terus mundur. DESI menguncir rambut.tampak Ia sedang duduk di tepi
tempat tidur yang terletak lebih kurang 1 meter dari meja. Tempat tidur itu
menghadap sisi kiri kamar, sementara bagian kepalanya menempel pada
dinding sisi kanan kamar.
Di samping kiri Desi, terdapat dua buah tas dan satu jaket parka yang
digeletakkan di atas tempat tidur.
-
158
3 3 LS Eye
Level
Cont’d
/Still
Kamera berhenti. DESI duduk diam seorang diri di kamar yang hening,
kosong, dan gelap.Bertahan di posisi ini untuk beberapa saat.
DESI menoleh ke arah tas di sampingnya. Ia mengecek, mengeluarkan
sebungkus rokok dan korek apidari shoulder bag, lalu meletakkannya di atas
tempat tidur. Ia mencari-cari lagi sesuatu yang lain, namun seperti tak dapat
menemukannya.
DESI beralih memeriksa tas barel.
-
4 4 ECU High
Angle
Detail
Shot
/Still
Resleting tas barel dibuka. Bisa terlihat dompet, map bening berisi surat-surat,
dan pakaian sudah terlipat rapi di dalamnya. Parfum ditemukan di sela
tumpukan pakaian dan dikeluarkan.
-
5 5 MCU Eye
Level Still
Tampak sampig Desi. Desi menyemprotkan parfum ke leher dan pergelangan
tangannya dengan perlahan. Desi mengenakan lipstik berwarna merah
mencolok. Rambutnya yang dikuncir membuat lehernya terlihat jelas.Pada
leher Desi terdapat tanda lahir dengan bentuk yang unik.DESI meluruskan
pandangannya kembali ke depan. Ia mengusap lengan, leher, dan pakaiannya
dengan wewangian tadi, ada kepuasan yang terpancar dari wajahnya.Ia
tersenyum tipis lalu meletakkan parfum itu kembali ke dalam tas. (Tas barel tak
terlihat, hanya terdengar suara resletingnya yang ditutup)
-
6 6 ECU Eye
Level Still
Tampak depan Desi. Lalu dengan jemarinya yang gemulai, Desi meletakkan
sebatang rokok di sela bibirnya. Ia menyalakan rokok tersebut dengan korek
api, dan menghisapnya dalam-dalam.
-
7 7
ECU
(cont’d)
to Mid
Shot
Eye
Level
Dolly
Out
Masih dari depan Desi.Desi menghembuskan asap rokok dengan percaya diri.
Kamera mundur perlahan. Kita bisa melihat wajah Desi yang serius.
Tangannya dilipat ke atas mendekati bahunya. Ia duduk dengan posisi kaki dilipat di atas kaki lainnya. Pintu kamar di belakang Desi tampak dalam posisi
terbuka, kamar yang gelap membuat cahaya dari lampu lorong depan kamar
menembus masuk melalui celah pintu. Kontras.
Terdengar langkah kaki seperti mendekat.
-
8 8 LS Eye
Level Still
Tampak belakang Desi. Desi menoleh ke arah pintu di belakangnya. Menyimak
suara langkah tersebut.
Suara langkah kaki yang berasal dari lorong depan kamar mendekat dan
semakin lama semakin menjauh.
Desi meluruskan pandang kembali ke jendela di depannya. Hanya ada DESI
dan keheningan.
-
159
9 9 MCU Eye
Level Still
Tampak depan Desi. DESI mulai memainkan rokok dan jemari tangannya
secara tak beraturan, seperti sedang tidak sabar. Ia tampak gelisah.
Desi menghisap rokoknya dalam-dalam sekali lagi, kali ini Ia menghembuskan
asap berat, kemudian bangkit dari duduknya.
-
10 10 LS Low
Angle Still
Tampak samping. Desi berjalan ke arah jendela kamar, lalu berhenti di tepi
meja di samping jendela. Ia membuat sedikit celah di tirai jendelanya, dengan
perlahan, dan mengintai ke luar jendela. Ia tak menemukan apa-apa. Tirai Ia
tutup kembali.
Desi mengecek jam tangan dibalik long sleevenya.
-
11 11 ECU High
Angle Still Detail shot. Jam tangan DESI menunjukkan pukul 10 malam. -
12 12 MCU Eye
Level
Still
Pandangan DESI kembali ke luar jendela. Satu tangannya Ia lipat di dada,
menopang tangan lainnya yang tak henti memain-mainkan rokok. Kemudian Ia seperti menangkap sesuatu di luar jendela.
Cahaya lampu menerangi jendela beberapa saat, seperti ada mobil yang
datang mendekat, lalu bersamaan dengan suara mesin mobil dimatikan cahaya
lampu tadi pun hilang.
Cahaya yang merambat masuk melalui celah gorden seperti spotlight
menerangi wajah Desi saja. Desi tersenyum, dan mendekati jendela, melihat ke
bawah dengan bahagia.
Selang beberapa saat, ekspresi Desi berubah drastis. I tampak terkejut hingga
tersentak mundur dari posisi awalnya. Desi menghisap rokoknya yang tinggal
setengah sekali lagi dan mematikan apinya di asbak dengan terburu-buru.
Panik.
-
13 13 ECU High
Angle Still
Detail Shot. Tampak rokok dimatikan di sebuah asbak yang sudah kotor oleh
beberapa sisa puntung rokok, terdapat bekas lipstik yang warnanya sama
dengan lipstik Desi di setiap ujungnya.
-
14 14 LS Low
Angle Still
Desi membalikkan badan dan berjalan terburu-buru ke arah tempat tidur. Ia
duduk di tempat tidurnya, Ia tampak cemas. Bertahan di posisi itu untuk
beberapa saat.
Desi kemudian seperti menangkap sesuatu di jendela / vas bunganya.
-
160
15 15 ECU Eye
Level Still
Kita melihat pantulan bagian pintu kamar losmen pada vas bunga. Lalu muncul
bayangan Roby berdiri di ambang pintu. -
16 16 Mid Shot Eye
Level Still
Tampak depan Desi. Kamar gelap membuat wajah Roby yang berada di
belakang Desi tak begitu tampak. Cahaya yang datang dari lampu lorong depan
kamar hanya mempertegas garis dan bentuk bayangan Roby.
Tanpa menoleh ke belakang, Desi bisa menyadari kehadiran Roby. Namun
Desi tak menghiraukanya. Desi hanya membenarkan posisi duduknya kembali,
menguatkan diri, tak ingin terlihat cemas atau lemah di hadapan Roby.
Roby memasuki kamar mulai terlihat wajah dan bagian depan tubuhnya. Ia
berhenti sejenak untuk merapikan rambutnya, Ia pandang Desi dengan rasa
cemas, lalu lanjut berjalan mendekati Desi dengan perlahan.
-
17 17 LS Eye
Level Still
Tampak belakang Desi. Setibanya di dekat Desi, Roby tak langsung duduk. Ia
berdiri diam menunggu respon Desi terlebih dahulu. Desi tak juga menoleh ke
arahnya.
Roby memberanikan diri duduk di samping Desi, dengan sangat berhati-hati.
-
18 18 LS Low
Angle Still
Tampak samping Desi.
Namun Desi langsung bangkit dari duduknya dan berjalan ke arah jendela,
menjauhi Roby.
ROBY #1
Hey..
Beat
19 18 LS
(cont’d)
Low
Angle Still
Desi mengacuhkan Roby. Roby bangkit dari duduknya dan menghampiri Desi,
masih hati-hati.
Roby mencoba memeluk Desi dari belakang, namun Desi kesal dan
menolaknya dengan halus.
Roby mundur perlahan dan kembali duduk di tempat tidur, tampak putus asa.
ROBY #2 (CONT’D)
Oke.. Kamu berhak marah. Karena itu,
aku minta maaf.. Tapi kamu harusnya bisa
ngerti.
Nggak mungkin aku ngorbanin anak dan
istriku
HANYA untuk kamu.
20 18 LS
(cont’d)
Low
Angle Still DESI tiba-tiba berbalik dan menatap Roby marah setelah mendengar perkataan
Roby itu. Nyali Roby ciut, mencari alasan.
ROBY #3 (CONT’D)
I-itu tidak seburuk kedengarannya.
Aku sungguh-sungguh, Des.. Saat bilang mau
nikahin kamu. Sudah ku coba tapi ternyata
memang tidak bisa.
161
21 18 LS
(cont’d)
Low
Angle Still Desi menghampiri Roby perlahan masih dengan tatapan mengancam. Roby
panik.
ROBY #4 (CONT’D)
Aku tidak akan lepas tanggung jawab.
22 18 LS
(cont’d)
Low
Angle Still Roby mengeluarkan amplop dari sakunya dengan terburu-buru.
ROBY #5 (CONT’D)
Ini.. ambil ini.. untuk kamu.. dan BAYIMU.
Aku janji, akan ada yang menyusul setiap
bulannya.
23 18 LS
(cont’d)
Low
Angle Still Desi berhenti di depan Roby, menepis tangan Roby hingga amplop di tangan
Roby terlempar ke lantai.
DESI #6
Berhenti berjanji, Rob! Janji lamamu saja tak bisa kamu tepati.
Jangan pikir uang atau janjimu yang lain
akan memperbaiki situasi semudah itu.
ROBY #7
Maafin ak-
DESI #8
Dan berhenti meminta maaf!
beat.
24 18 LS
(cont’d)
Low
Angle Still Desi memalingkan badan, nada suaranya merendah.
DESI #9 (CONT’D)
Ini bukan salahmu.
Aku yang terlalu bodoh karena menaruh
banyak harap pada pecundang sepertimu.
(terisak)
Aku yang terlalu naif, sampai terbuai janji
untuk memulai hidup baru denganmu.
25 18 LS
(cont’d)
Low
Angle Still
Desi tertunduk malu pada dirinya sendiri.
Roby berdiri dan mencoba menenangkan Desi. Ia mencoba memegang tangan
Desi dari belakang, namun Desi menolak. Roby memaksa, hendak memeluk
dan mencium Desi. Namun Desi tiba-tiba berbalik, mendorong Roby,
kemudian menamparnya.
-
26 19 MCU Eye
Level Still
Bersamaan dengan itu seorang wanita yang menggendong bayi muncul di
ambang pintu kamar.
Desi mengalihkan pandang dari Roby ke arah wanita itu dan
langsung tertunduk malu hingga membelakangi mereka
-
162
berdua.
Roby menyusul menatap wanita di pintu, dan dia pun sama malunya.
Roby mulai bergerak mundur, untuk kembali istrinya. Ia mencuri pandang
sekali kepada Desi, tampak merasa bersalah.
27 20 LS Low
Angle Still
Desi menengok untuk melihat apakah Roby telah pergi. Sekeluarnya Roby dari
ruangan, kesedihan Desi tumpah. Ia terduduk pasrah di samping tempat
tidurnya, Ia menunduk, meringkuk, menangis, dan memegangi perutnya.
Di tengah kesedihannya itu, Desi seperti tenang secara perlahan, kemudian Ia
menoleh ke arah amplop.
-
No Shot Visual
Description Dialogue Shot Size Angle Moving
SCENE 2 / EXT / HALAMAN DEPAN PRAKTIK ABORSI / NIGHT
28 21 LS Eye
Level Still
Desi berada di halaman sebuah rumah yang remang-remang. Ia berjalan
mendekati rumah itu, dan mengetuk pintunya. -
29 22 MCU Eye
Level Still
Over the Shoulder Desi.Ketukan pertama, tak ada jawaban.
Desi mengetuk pintu itu sekali lagi, lalu seorang wanita, dengan kulit tangan
yang sudah keriput dan rambut beruban membuka pintu. Perempuan itu
tampak sangat tak ramah. Ia hanya membuka pintu sedikit dan mengintip
melihat Desi.
WANITA TUA #10
Anda siapa?
DESI #11
Saya perlu bicara.
WANITA TUA #12
Ingin bicara apa?
30 23 MCU Eye
Level Still Over the Shoulder Wanita tua
WANITA TUA #12 (CONT’D)
Ini bukan waktunya untuk orang bertamu.
DESI #13
Saya sedang dalam masalah, dan seorang teman
menyarankan saya untuk datang ke sini.
beat.
163
31 22 MCU Eye
Level Still
Over the Shoulder Desi
Wanita tua itu membukakan pintu untuk Desi. Desi kemudian masuk ke
rumah wanita tua itu.
DESI #13 (CONT’D)
Teman saya menemui Anda sekitar tahun lalu,
waktu itu Ia agak bermasalah, dan Anda
merawatnya di sini.
No Shot Visual
Description Dialogue Shot Size Angle Moving
SCENE 3 / INT / RUANG PRAKTIK ABORSI / NIGHT
32 24 LS Low
Angle Still
Tampak sebuah kamar kecil yang hanya diisi oleh sebuah kasur ukuran satu orang dan meja kecil. Kasur itu diberi seprei tua yang dilapisi sarung,
handuk kecil, dan plastik. Sementara di atas meja terdapat mangkuk berisi
air, kain kasa, selang, suntik, sarung tangan, dan berbotol alkohol dan obat.
Desi memasuki ruangan itu sudah memakai sarung. Ia tidur di atas kasur itu
dengan posisi kaki mengangkang. Kemudian wanita tua menyusul dan
duduk di samping Desi. Desi mengacuhkan wanita tua itu. Ia memandang
kosong ke langit-langit kamar. Tampak cemas dan penuh keraguan.
Wanita tua itu kemudian menoleh ke arah Desi.
WANITA TUA #14
Anak-anak yang malang.
Jadi kau datang cuma seorang diri?
33 24 LS
(cont’d)
Low
Angle Still
Perhatian Desi sekarang menuju ke wanita tua itu. Ia mendengarkan
perkataannya dengan serius, namun tak menjawab pertanyaannya.
Wanita tua itu berbalik dan menoleh ke arah meja di samping tempat tidur.
Wanita tua itu mengambil sarung tangan dan hendak memakainya
WANITA TUA #15 (CONT’D) Kau terperangkap dalam cengkraman lelaki..
kecelakaan.. dan berharap aku yang
membereskan masalahmu?!
34 24 LS
(cont’d)
Low
Angle Still
Desi memalingkan pandangannya ke arah meja kecil di sampingnya. Ia
tampak cemas dan penuh keraguan.
Wanita itu mencuci selang dengan kapas yang sudah diberi alkohol.
-
35 25 MCU Eye
Level Still
Wanita itu mendekat dari arah kaki tempat tidur. Ia duduk di bawah kaki
Desi, dan memasukkan selang ke bagian dalam sarung Desi. Desi meremas
kasur, tampak menahan sakit. -
36 26 CU High
Angle Still
Tampak keringat Desi jatuh berceceran. Wajahnya pucat. Badannya
gemetaran, tangannya tak henti meremas seprei. Ia berteriak kesakitan. -
37 27 ELS High
Angle Still
Desi sudah terbaring lemas. Plastik, handuk, dan sarung yang ditiduri dan
berada di bagian paha Desi sudah dipenuhi oleh darah. Sementara si wanita -
164
tua sudah duduk kembali di sampingnya. Sarung tangan tunawisma itu
sudah dipenuhi darah. Ia mengeluarkan selang dari sela kaki Desi. Lalu
berdiri dan meletakkan selang yang sudah berdarah itu di mangkuk berisi
air, dan melepaskan sarung tangan. Desi yang masih di tempat tidur
kemudian menangis, memalingkan wajah menjauh dari wanita tua itu, dan
meringkuk tak berdaya.
No Shot Visual
Description Dialogue Shot Size Angle Moving
SCENE 4 – INT. KAMAR YUDA – PAGI
38 28 Mid - Shot Low Angle Still Avi bangun dari tidurnya dan sudah tidak menemukan Yuda di sampingnya. -
No Shot
Visual
Description Dialogue Shot Size Angle Moving
SCENE 5 – INT. KAMAR MANDI – PAGI
39 29 MCU Eye Level Still Avi sudah tidak mngenakan pakaian, Ia menyalakan pancuran air di kamar
mandi, mengecek airnya, berdiri di bawah pancuran, dan mandi. -
No Shot Visual
Description Dialogue Shot Size Angle Moving
SCENE 6 – INT. KAMAR YUDA – SIANG
40 30 ELS Eye Level Still
Tampak satu bagian kamar yang merupakan workspace Yuda. Jam dinding
menunjukkan pukul 12 siang.
Terdengar suara air keran menyala lalu dimatikan
Avi kemudian keluar dari kamar mandi sudah mengenakan dress putih, di
kepalanya ia gelungkan handuk untuk mengeringkan rambutnya.
Ia berhenti sejenak di depan cermin lalu melangkah ke kursi kerja Yuda.
-
165
41 31 MCU High
Angle Still
Tampak samping. Avi di kursi kerja Yuda memainkan laptop.
Ia membuka handuk di kepalanya, dan mengeringkan rambutnya.
Kemudian Ia bangkit dari duduknya dan melangkah ke arah kamar mandi.
-
42 32 ELS Eye Level Still
Tampak satu bagian kamar yang merupakan workspace Yuda.
Avi keluar dari kamar mandi tanpa mengenakan handuk lagi. Ia berjalan ke
arah rak buku Yuda, memilah dan mengambil sebuah buku, lalu melihat-
lihat buku tersebut sebentar.
Masih dalam posisi berdiri di dekat rak buku, Ia lalu melihat ke arah jam
dinding yang sudah menunjukkan pukul 3 sore.
Kemudian Ia berjalan ke arah tempat tidur, duduk di situ dan mulai
membaca bukunya.
-
43 33 CU High
Angle Still Tampak lembaran buku yang sedang dibaca Avi.
-
44 34 LS Eye Leyel
Still /
Change
Focus
Avi to
Yuda
Avi masih dalam posisinya, membaca buku.
Kemudian terdengar suara pintu kamar dibuka.
Perhatian Avi teralihkan. Ia menegakkan posisi dukduknya, menyambut.
Yuda masuk ke dalam kamar. Ia tampak lemas, wajahnya lebam, dan sedikit
berdarah. Ia berhenti sejenak di dekat rak buku.
Avi bertanya apakah Yuda memberi tahu di mana Ia berada sekarang atau
tidak. Yuda tampak kesal, tidak menjawab pertanyaan itu.
Ia kemudian duduk di tempat tidur di samping Avi.
AVI
#16
Kamu nggak ngasih tahu Ayahku kalau
aku di sini, kan?
45 35 Mid Shot Low Level Still
Tampak depan Avi dan Yuda.
Yuda duduk di tempat tidur di samping Avi.
Sikap Avi melembut. Ia mendekati Yuda, mengambil tisu di meja, dan
mencoba membersihkan darah dari luka Yuda.
AVI #17 (CONT’D)
Ayahku ngomong apa?
YUDA #18
Nggak ada. Ayah kamu bukan orang yang
mudah diajak bicara.
46 36 MCU Eye Level Still Over the Shoulder Avi to Yuda.
Avi mencoba membersihkan darah dari luka Yuda. Yuda tampak kesakitan.
AVI #20 (CONT’D)
Tapi kamu gak lupa sama janji kamu kan?
47 35 Mid Shoot Low Level Still -
YUDA #21
Iya, Vi. Tenang aja. Pasti bakal aku tepatin.
Cuma aku perlu pergi dan ninggalin kamu di
sini sekali lagi.
166
48 37 MCU Eye Level Still
Over the Shoulder Yuda to Avi
AVI #22
Mau kemana? Aku ikut.
YUDA #23
Aku mau kertemu orang tuaku, nyari tahu apa
mereka bisa merestui pernikahan ini / tidak.
49 35 Mid Shoot Low Level Still
Tampak depan Avi dan Yuda.
Avi hanya hanya tersenyum dan mengangguk tanpa berkata sepatah kata
lagi. Yuda mencium kening Avi, dan pergi meninggalkannya.
YUDA #23 (CONT’D)
Aku juga mau nyari orang yang bisa dibayar
untuk menjadi walimu nanti. Karna itu lebih
baik kalau aku pergi sendiri.
No Shot
Visual
Description Dialogue Shot Size Angle Moving
SCENE 10 – INT. KAMAR YUDA – MALAM
73 48 MLS High
Angle
Dolly
Out
Avi masih duduk memandang kosong di tempat tidur. Ia sudah memegang
amplop tebal coklat di satu tangannya. Sementara Handphone diletakkan
sampingnya.
Tak lama kemudian terdengar suara pintu kamar diketuk. Lamunan Avi
terganggu. Ia bangkit dari duduknya dan menuju pintu kamar.
-
74 49 LS Eye Level Still
Avi mengintip keluar dan membuka pintu. Yang ada di depan pintu ternyata
kenalan Avi yang menjual obat penggugur kandungan yang tadi
dihubunginya.
Avi menukar amplop itu dengan dengan obat dari kenalannya.
Avi menutup pintu lalu ke kamar mandi.
-
167
No Shot Visual
Description Dialogue Shot Size Angle Moving
SCENE 11– INT. KAMAR MANDI – MALAM
75 50 Mid-Shot Eye Level Still Avi menyalakan air keran lalu duduk di kloset di kamar mandi. Ia
membuka bungkusan obat tersebut, dan menatapnya dengan keraguan. -
76 51 ECU High Angle Still Tampak butiran obat di telapak tangan Avi -
77 52 ECU Low Angle Still Tampak depan wajah Avi dari dahi hingga hidung. Fokus pada kedua mata
Avi. Ia tampak cemas, dan ragu. Tampak pucat. -
78 50 Mid-Shot Eye Level Still
Ia memberanikan diri, mengambil sebutir obat dan menelannya dengan
cepat. Tampak kesedihan di matanya. Lalu 1 butir lagi Ia masukkan lewat
bagian bawah tubuhnya. Ia meringkuk menahan pedih.
-
No Shot Visual
Description Dialogue Shot Size Angle Moving
SCENE 12 – INT. KAMAR YUDA – MALAM
79 53 LS Eye Level Still Tampak workspace dan dinding kamar mandi Yuda.
Avi keluar dari kamar mandi. Ia tampak lemas dan kehilangan harapan, -
80 54 CU High Angle Still Avi berbaring di tempat tidur menunggu obatnya bereaksi. -
No Shot Visual
Description Dialogue Shot Size Angle Moving
SCENE 13 – INT. MOBIL – MALAM
81 55 LS Eye
Level Still
Tampak sebuah mobil terparkir di pinggir jalan. Lampu dalam mobil
dinyalakan, tampak ada 2 orang di dalam mobil. -
82 56 Mid Shot Eye
Level Still
Tampak depan Yuda dan Desi di dalam mobil. Yuda duduk di kursi
pengendara, sementara Desi duduk di kursi penumpang.
Desi kemudian mengambil handphone dan menelepon seseorang.
Lalu seseorang di ujung telepon menjawab panggilannya.
AYAH AVI #50 (V.O)
Halo..
DESI #51
Halo. Ini aku, Mas.
AYAH AVI #52 (V.O)
168
Oh iya. Ada apa?
DESI #52
Saya cuma mau tanya, Avi kemana?
83 57 MCU Eye
Level Still MCU Desi
AYAH AVI #53 (V.O)
Avi. Terakhir dia pergi pagi tadi, tapi sampai saat
ini belum pulang ke rumah juga. Sekarang, saya
tidak tahu dia di mana.
DESI #54
Apa maksud kamu dengan tidak tahu? Kenapa
kamu bersikap seolah tidak peduli seperti itu?
AYAH AVI #55 (V.O)
Bukan tidak peduli. Saya benar-benar tidak tahu..
Jangan salahkan saya jika Avi bersikap liar seperti
itu. Bagaimana pun juga dia itu anakmu, wajar saja
jika sifatmu menurun kepadanya.
DESI #56
Tapi dia anakmu juga!
84 56 Mid Shot Eye
Level Still
Tampak depan Yuda dan Desi di dalam mobil. Yuda duduk di kursi
pengendara, sementara Desi duduk di kursi penumpang.
AYAH AVI #57 (V.O)
heh.. Maaf sebelumnya, tentang hal itu, sebenarnya
saya tidak begitu yakin. (BEAT)
Kamu tahu apa yang sudah saya ketahui tentangmu,
tentang kelakuanmu dulu.
85 57 MCU Eye
Level Still
Close up Desi
Sambungan telepon ditutup. Desi tampak kesal, marah, dan penuh
rasa curiga.
AYAH AVI #57 (V.O) (CONT’D)
Bisa saja kan, Avi itu hasil dari hubunganmu
dengan... entah yang mana lah itu.
(Beat)
Seharusnya kau itu berterimakasih, karna saya
masih sudah menampung dan menghidupi “anak
harammu” itu secara cuma-cuma.
86 56 Mid Shot Eye
Level Still
Tampak depan Yuda dan Desi di dalam mobil.
Yuda yang menunggu sedari tadi sudah terlihat tidak sabar.
Desi memberi teleponnya kepada Yuda.
YUDA #58
Kita jalan sekarang apa bagaimana?
DESI #59
cari tahu dulu keadaan Avi sekarang.
169
No Shot Visual
Description Dialogue Shot Size Angle Moving
SCENE 14 – INT. KAMAR YUDA – MALAM
87 57 CU High Angle Still Avi yang berbaring tampak kesakitan memegang
perutnya, obatnya mulai bereaksi. -
88 58 LS Eye Level Still
Ia lalu turun dari tempat tidur dan sedikit berlari ke
kamar mandi. Tak lama setelah itu, handphone di kasur
Avi berdering. 3 kali.
-
No Shot Visual
Description Dialogue Shot Size Angle Moving
SCENE 15 – INT. MOBIL – MALAM
89 56 Mid-Shot Eye
Level Still
Tampak depan Yuda dan Desi di dalam mobil. Yuda duduk di
kursi pengendara, sementara Desi duduk di kursi penumpang.
Yuda menutup telepon, dan dengan santai berkata
YUDA #60
Mungkin dia lagi tidur,
lebih baik kita ke sana mengeceknya langsung.
DESI #61
Anda tahu, selama ini Avi membenci saya.
90 59 MCU Eye
Level Still Over the Shoulder Yuda to Desi
DESI #61 (CONT’D)
Saat ini keadaannya pun sedang berantakan.Saya tidak
mau dia mengamuk melihat saya di sana, dan akhirnya
malah kabur ke tempat yang lebih tidak jelas lagi.
91 56 Mid-Shot Eye
Level Still
1. Tampak depan Yuda dan Desi di dalam mobil.Yuda dengan
terpaksa mencoba menelepon sekali lagi. Ia seperti berusaha
mengingat-ingat nomor yang ingin Ia hubungi
1. DESI #61 (CONT’D)
Sekarang saya minta Anda lakukan tugas Anda
dengan baik, bagaimana pun caranya, cari tahu dulu
bagaimana keadaan Avi sekarang.
92 60 MCU Eye
Level Still
Close Up Yuda.
Seseorang di di ujung telepon yang lain menjawab panggilan
Yuda.
YUDA #62
Halo.. Teteh Mirna?
TETEH #63 (V.O)
Iya. Ini dengan siapa ya?
YUDA#64
Ini saya, Teh. Yuda.
170
TETEH #65 (V.O)
Oh.. mas Yuda. Ada apa tuh mas?
YUDA #66
Ibu lagi di mana?
TETEH #67 (V.O)
Saya lagi di luar, mas.
YUDA #68
Oalah..
93 56 Mid Shot Eye
Level Still
Tampak depan Yuda dan Desi di dalam mobil.
YUDA #68 (CONT’D)
pulangnya masih lama ya, Teh? Saya mau minta
tolong. Teteh bisa ke kamar? Pacar saya lagi di
kamar tapi ditelpon gak diangkat-angkat. Saya
cuma mau tau keadaannya.
TETEH #69 (V.O)
Oh, teh Avi ya?
YUDA #70
Iya, kok Teteh tau?
TETEH #71 (V.O)
Tadi siang saya ketemu,
94 60 MCU Eye
Level Still
Close up Yuda
Yuda panik setelah mendengar apa yang dikatakan Teteh di
telepon.
waktu saya nyariin mas di kamar. Saya mau kasi tau
kalo tadi tante Desi datang, karena masnya gak ada
jadi saya nitip aja pesannya sama Teh Avi.
YUDA #72
Ibu bilang gitu ke Avi??
TETEH #73 (V.O)
Iya, ada yang salah mas?
95 56 Mid Shot Eye
Level Still
Tampak depan Yuda dan Desi di dalam mobil.
Terlihat jelas perubahan ekspresi Yuda yang tadinya santai
menjadi begitu panik. Ia buru-buru menutup teleponnya dan
menyiapkan kendaraannya. Desi juga ikutan cemas.
YUDA #74 (CONT’D)
Nggak ada. Makasih teh.
96 61 LS Eye
Level Follow
Tampak sebuah mobil terparkir. Lampu mobilnya menyala, dan
bergerak dengan cepat. -
171
No Shot Visual
Description Dialogue Shot Size Angle Moving
SCENE 16 – INT. KAMAR YUDA – MALAM
97 62 LS Eye
Level
Still to
Follow
Tampak workspace, tempat tidur, dan dinding kamar mandi Yuda. Kamar Yuda
tampak kosong.
Terdengar suara air keran yang mengalir.
Yuda dan Desi memasuki pintu kamar dengan paksa, dan mencari-cari Avi.
Mereka berdua tampak panik.
Yuda membuka kamar mandi, dan tampak semakin panik. Ia terburu-buru karena
menemukan Avi di kamar mandi. Desi tampak lemas melihat Avi, Ia menyusul
masuk ke kamar mandi. Terdengar suara Desi yang histeris. Bertahan di situ
beberapa saat.
Lalu Yuda keluar dari kamar mandi. Ia gemetaran. Tangannya penuh darah. Yuda
lalu berlari keluar kamar dan mengetuk pintu tetangga depan kamarnya. Beberapa
saat kemudian tetangganya keluar. Yuda dan tetangganya berbicara sebentar. Lalu
dengan terburu-buru menuju kamar Yuda. Tetangga Yuda langsung masuk ke
kamar mandi. Sementara Yuda hanya menunggu di depan pintu kamar mandi.
Tak lama kemudian suara Desi pecah, Ia berteriak histeris. Yuda pun tiba-tiba
terpukul mundur dari posisi awalnya. Ia terpuruk sedih, gemetaran. Kemudian
Handphone di kasur Avi berdering, Yuda tak menghiraukannya. Ia masih larut
dengan perasaannya sendiri.
Telepon Avi berdering sekali lagi, perhatian Yuda mulai terambil. Yuda berjalan
ke kasur dan mengecek handphone Avi.
-
98 63 ECU High
Angle Still Tampak di layar handphone Avi, panggilan dari Ayah. -
99 62 LS Eye
Level Still
Tampak workspace, tempat tidur, dan dinding kamar mandi Yuda.
Yuda mengangkat telepon itu tanpa suara. (Di belakang Yuda kita melihat Desi
juga keluar dari kamar mandi). Kita melihat perubahan ekspresi di wajah Yuda.
Ia berang.
Yuda langsung menutup telepon, mengambil sesuatu di laci meja kerjanya dan
-
172
berlari keluar dari kamar.
Desi yang melihat perubahan Yuda itu tampak penasaran, Ia berjalan mendekati
kasur dan mengambil handphone Avi. Ia berjalan mengitari tempat tidur dan
berhenti di depan jendela kamar Yuda yang terbuka.
Desi mengecek handphone Avi. Melihat panggilan terakhir, dan mengecek isi
pesannya.
100 63 CU Low
Angle Still
Kita melihat perubahan ekspresi di wajah Desi setelah membaca pesan dari Ayah
Avi. Ia kaget dan sedih bukan kepalang. -
101 64 LS Eye
Level
Dolly
Out
+
Track
Left
Tampak bagian jendela kamar Yuda yang terbuka.
Desi terduduk pasrah di kasur, menghadap ke jendela di depannya
(membelakangi kamera). Ia histeris sekali lagi, terisak tangis di tempat tidur.
Tatapannya kosong, dan dia melihat jendela yang terbuka lebar di depannya. Ia
berjalan ke arah jendela tersebut, sementara kamera berjalan menjauh hendak
keluar dari kamar.
Desi berhenti persis di depan jendela untuk beberapa saat, bersamaan dengan itu
kamera sudah keluar dari kamar dan berbelok.
-
173
SPESIFIKASI ALAT
Gambar IV.01
Spesifikasi Sony PXW-FS5 XDCAM
Imaging System : SensorSuper 35mm Single-Chip 11.6MP Exmor CMOS
Effective Picture Size (H x V) :3840 x 2160
LCD Monitor : 3.5″ / 8.8 cm
Approx: 1.56M dots
Viewfinder : 0.39″ / 0.99 cm OLED
Approx: 1.44M dots
ND Filter : Variable: 1/4 to 1/128
Presets: Clear, 1/4, 1/26, 1/64
Sensitivity : ISO Rating: 3200 (S-Log3 Gamma)
Lux: 2000 lx, 89.9% reflectance
Video Gamma: T14(3840 x 2160 @ 23.98p mode, 3200K)`
Min. Illumination : 60i: 0.16 lx (iris f/1.4, gain auto, shutter speed 1/24)
50i: 0.18 lx (iris f/1.4, gain auto, shutter speed 1/25)
Dalam produksi drama televisi “THE LIES WE BELIEVE”, penulis
bertanggung jawab sebagai penata suara. Menurut (Karsito, 2008:62), “penata suara
tugasnya merekam, mengontrol power vocal, artikulasi dan intonasi suara pemain,
menjaga suasana (atmosphere) efek suara dan noise yang terjadi di sekitar lokasi
shooting”. Penata suara bertanggung jawab dalam suara dialog yang direkam selama
produksi.
Penata suara juga bertanggung jawab dalam lagu yang nanti akan menjadi
soundtrack maupun musik-musik ilustrasi yang pas untuk di drama televisi.
Pengaturan suara dalam sebuah program acara ditentukan oleh seorang penata suara.
Penata suara adalah orang yang bertanggung jawab terhadap kualitas audio secara
keseluruhan selama proses produksi berlangsung.
Sedangkan boomer adalah petugas teknis yang membantu penata suara untuk
merekam suara pemain dengan menggunakan alat yang lazim disebut microphone
boom atau stake boom microphone. Menurut (Widagdo, 2007:2), “keberadaan suara
berfungsi sebagai sarana penunjang untuk memperkuat atau mempertegas informasi
yang hendak disampaikan melalui media gambar”.
Sedangkan menurut Achlina dan Suwandi (2011:13), “Audio engineer/sound
supervisor, audio operator adalah orang yang bertanggung jawab soal teknik dan
artistik tata suara, kontrol audio level, balance, serta kualitas semua aspek
penyuaraan baik pada saat rehearsal, live ataupun taping maupun pada saat pasca
produksi”.
216
Pada tahap pra produksi penata suara bersama sutradara, penulis naskah dan
editor menentukan direct sound atau perekaman secara langsung sebagai konsep
perekaman suara yang akan dipakai. Kemudian penata suara membuat daftar
peralatan yang akan digunakan dan memberikannya kepada Produser.
Dalam tahap produksi, penata suara bersama dengan camera person men-
setting audio level dan wind cut serta menjaga kontinuitas suara pada saat
pengambilan gambar.
3.7.1. Pra Produksi
Pada tahap ini, penulis sebagai penata suara melakukan beberap hal.
Kusumawati, dkk (2015:127) menyusun kegiatan itu menjadi:
1) Memahami dan mendalami naskah yang akan diproduksi.
Pemahaman ini dimaksudkan untuk mengetahui dan mencari apa yang
harus direkam dan apa yang harus dibuat sound effectnya pada saat produksi.
Dalam hal ini yang harus dipahami adalah tentang aksi tokoh, yaitu
bagaimana pergerakan tokoh dalam sebuah scene, lingkungan atau suasana
setting dan atmosfir yang akan direkam di lokasi, tingkat emosi tokoh yang
berhubungan dengan keras lemahnya suara (apakah suasana marah atau
sedih/menangis) dan transisi suasana dan waktu antar scene.
2) Membuat perencanaan pengelompokan suara dan sound effect.
217
Dari hasil pemahaman naskah kemudian penata audio mengelompokkan
suara dan sound effect dalam bentuk treatment audio. Treatment audio ini
dibuat untuk mempermudah pada saat produksi. Kita tinggal memilih mana
yang akan diproduksikan dan direkam terlebih dahulu sesuai dengan lokasi
yang sudah ditentukan.
3) Memilih backsound, theme song dan scoring musik yang tepat untuk naskah
yang akan diproduksi.
Pemilihan ini disesuaikan dengan tema dan genre yang akan diproduksi.
Pada tahap ini, penata suara sudah mulai mendapatkan bayangan untuk
menempatkan backsound pada bagian-bagian dari produksi yang akan dibuat.
4) Mengadakan rapat koordinasi dengan kru yang lain (sutradara, produser, dan
penanggung jawab teknis).
Dalam rapat ini, penata suara memaparkan secara detail tentang teknis
(peralatan) dan non teknis dari apa yang ada di dalam naskah sesuai dengan
perencanaanya.
5) Melakukan survey lokasi.
Untuk mendapatkan gambaran suasana, survey ini dimaksudkan untuk
melihat perencanaan blocking audio dan perekam sound effect serta atmosfir
suasana di lokasi.
218
6) Mendata peralatan teknis seperti jenis microphone, mixer audio dan
kelengkapan yang dibutuhkan untuk perekaman suara di lokasi.
Dalam tahap pra produksi ini penulis berdiskusi dengan kru tentang cerita
apa yang akan diangkat untuk drama televisi yang akan dibuat. Setelah
menemukan cerita lalu mencari judul yang tepat untuk drama televisi ini, dan
“The Lies We Believe” yang pas untuk menjadi judul di drama televisi. Setelah
cerita dan judul sudah dirembukan, bersama penulis bertanya terhadap sutradara
alat yang akan disewa dan digunakan untuk produksi nanti. Kemudian menentukan
akan memakai jenis musik apa saja kepada penulis naskah dan sutradara. Penulis
juga mulai mencari-cari terhadap sound-sound maupun insturemen yang nanti
akan menjadi pemanis dalam drama televisi. Bukan sekedar sound saja, penulis
juga menulis lirik-lirik bait untuk pembuatan soundtrack lagu di drama televisi
“The Lies We Believe”.
3.7.2. Produksi
Pada tahap ini, penulis sebagai penata suara melakukan beberapa hal yang
disusun oleh Kusumawati, dkk (2015:128) sebagai berikut:
1) Mempersiapkan peralatan dan bahan yang dibutuhkan untuk perekaman suara
dan sound effect sesuai dengan naskah dan scene yang akan diproduksi.
2) Mengoperasikan perlengakapan peralatan audio dengan baik dan benar agar
mendapat hasil yang memuaskan.
219
3) Melakukan komunikasi dan koordinasi dengan sutradara dan kru teknis yang
lain agar tidak terjadi kesalahpahaman.
4) Menguasai secara teknis setiap peralatan audio yang dipakai dan selalu
bersiap jika terjadi gangguan teknis.
5) Melakukan perekaman di lokasi (real sound).
6) Melakukan perekaman dam pembuatan sound effect.
7) Menyeleksi lokasi berdasarkan faktor akustik.
8) Mengurangi dan menghapus sound yang tidak diperlukan.
9) Mengatur tinggi rendahnya level audio yang terekam.
Pada saat produksi berlangsung, penulis juga mengambil langsung suara
yang direkam dengan menggunakan alat. Alat yang penulis pakai adalah boom mic
dan zoom. Menggunakan alat itu menjadi suara terdengar jernih dan intonasinya
pun jelas. Penulis juga sangat bertanggung jawab terhadap alat yang digunakan di
saat proses produksi berlangsung.
3.7.3. Pasca Produksi
Pada tahap ini, penulis sebagai penata suara melakukan beberapa hal yang
oleh Kusumawati, dkk (2015: :129) disusun sebagai berikut:
1) Mendampingi editor untuk memilih audio yang tepat.
2) Membantu editor untuk memilih dan menempatkan pemisahaan antara sound
effect dan sumber suara asli.
220
3) Membantu editor untuk menempatkan backsound, theme song dan scoring
music yang tepat.
4) Menganalisa hasil akhir gambar.
5) Mengevaluasi hasil perekam suara.
Pada tahap pasca produksi ini, penulis juga membantu editor memilih
dialog-dialog yang benar dalam pengucapan. Kemudian penulis juga mulai
memasukkan instrumen-instrumen yang akan digunakan di setiap scene yang
ditentukan. Setelah itu penulis baru membicarakan lagu terhadap sutradara yang
akan dijadikan soundtrack di drama televesi yang berjudul “The Lies We
Believe”.
3.7.4. Peran dan Tanggung Jawab Penata Suara
Menurut Kusumawati, dkk (2015:126), “penata suara juga bertanggung
jawab terhadap kualitas audio baik secara teknis maupun non teknis. Memahami
instalasi jaringan distribusi audio secara teknis dan dapat mengatasi apabila
terdapat gangguan. Dan mempersiapakan peralatan audio lainnya”.
Penulis juga berdiskusi bersama editor dan sutradara untuk pemilihan dialog
dan sound-sound yang akan digunakan. Penulis juga sangat meneliti atas kualitas
suara yang telah direkam. Karena suara yang dipilih akan membantu penonton
mengerti akan jalan ceritanya. Bertanggung jawab terhadap alat yang dipakai pada
221
saat produksi berjalan. Memilih nada yang cocok dalam drama televisi yang telah
dibuat.
3.7.5. Proses Penciptaan Karya
a) Konsep Kreatif
Konsep audio yang bergenre drama tragedi sesuai dengan naskah.
Menggunakan banyak instrument-instrumen yang bernuansa sedih sehingga
terbawa dalam isi drama yang dibuat. Seperti petikan gitar, piano bahkan violin
yang dimasukan ke dalam insrtumen di drama “The Lies We Believe”.
Terdapat juga beberapa voice over untuk memperkuat suasana.
b) Konsep Produksi
Pada tahap ini, penulis bekerja sama dengan sutradara dan editor
membicarakan konsep yang akan digunakan untuk membawa penonton terbawa
suasana di drama televisi “The Lies We Believe”. Dan juga menambahkan
backsound maupun sound effect. Untuk backsound, penulis membuat sendiri
menggunakan software Fruity Loop.
c) Konsep Teknis
Kemudian pada tahap produksi, penata suara menggunakan alat boom mic
dan zoom. Penggunakan boom mic dan zoom ini bertujuan agar suara yang
direkam tidak terlalu noise dan bisa terdengar lebih jelas dan merekam atmosfer
222
yang terdengar di lokasi tersebut. Untuk pemilihan boom mic dan zoom penulis
beserta kru sudah menetapkan bersama untuk pemilihan alat ini.
1) Dialog
Dialog adalah salah satu faktor paling penting dalam sebuah film cerita.
Sebagian besar film pasti menggunakan dialog untuk menggerakan cerita.
2) Musik
Musik merupakan salah satu elemen yang paling berperan penting
dalam memperkuat mood, nuansa, serta suasana sebuah film. Tetapi apabila
musik dimasukkan sebagai latar belakang, maka dikategorikan ke dalam
sound effect. Musik dapat dikelompokan menjadi 2 macam :
i. Ilustrasi musik (Film score) adalah musik latar yang mengiringi aksi
selama cerita berjalan. Musik latar sering disajikan berupa musik tema.
Musik tema membentuk dan memperkuat mood, cerita, serta tema utama
filmnya.
ii. Theme song adalah lagu yang dipakai sebagai bagian dari identitas sebuah
film, biasanya merupakan lagu khusus untuk film. Lagu juga mampu
membentuk mood film. Seperti halnya ilustrasi musik, sebuah film juga
sering kali memiliki lagu tema.
3) Efek Suara (sound effect)
Efek suara adalah semua suara yang dihasilkan oleh semua obyek yang
ada di dalam maupun di luar cerita film. Efek suara perlu diperhatikan dalam
223
pembuatan drama televisi karena untuk memanjakan telinga. Efek suara
memiliki fungsi serta motif bervariasi. Salah satu fungsi utamanya adalah
sebagai pengisi suara latar. Penonton sebisa mungkin mendengar apa yang
seharusnya mereka dengar di sebuah lokasi cerita sehingga terdengar nyata
layaknya seperti pada lokasi sesungguhnya. (Himawan Pratista 2017:205)
4) Ilustrasi Musik
Ilustrasi musik adalah suara yang dihasilkan melalui instrumen musik
untuk memperkuat suasana. Adapula bagian-bagian dari ilustrasi musik, di
antaranya:
i. Scoring Music
Scoring music merupakan hasil kerjasama antara sutadara dan
komposer nusik. Music scoring pada sebuah film adalah suatu yang akan
menambah kedalaman (depth) film tersebut. Musik memperkuat scene
yang sedang berlangsung dan karakter tokoh dalam adegan tersebut.
ii. Musik Ilustrasi
Musik ilustrasi adalah musik latar yang mengiringi aksi selama
cerita berjalan. Musik latar tersebut sering berupa musik tema. Musik
tema membentuk dan memperkuat mood, cerita, serta tema utama
filmnya. (Pratista,2008: 154).
iii. Musik Intro
Musik Intro sebagai pembangun suasana di awal. Musik tersebut
harus disesuaikan dengan suasana drama yang diproduksi.
224
iv. Original Sountrack
Original soundtrack adalah lagu yang diciptakan khusus untuk satu
judul film. Lagu ini sebagai ciri khas dari film tersebut. Jenis musik, lirik,
dan tema lagu biasanya disesuaikan dengan cerita film yang diproduksi.
v. Sound Effect
Sound effect adalah musik yang dibuat atau diciptakan untuk
mendukung suasana adegan. Biasanya dalam penulisan digunakan istilah
SFX, maksudnya suara yang dihasilkan di luar suara manusia dan ilustrasi
musik. Misalnya, suara telepon berdering, bel tanda masuk sekolah, suara
alat dapur berjatuhan, dsb.
5) Elemen Pokok Suara
i. Loudness
Loudness atau volume menunjukkan kuat lemahnya suara. Suara
semakin keras jika volumenya semakin tinggi, demikian pula sebaliknya,
semakin lemah jika volumenya semakin rendah. Suara obyek yang
memiliki volume tinggi, akan menutup semua suara yang volumenya
rendah. Sineas dapat mengontrol volume suara sesuai dengan kebutuhan
serta tuntutan cerita.
ii. Pitch
Pitch ditentukan oleh frekuensi suara. Semakin tinggi frekuensi
suara semakin tinggi pitch suara, demikian pula sebaliknya. Frekuensi
suara dikelompokkan menjadi tiga jenis yakni, low (bass), midrange dan
225
high (treble) dengan satuan Herzt (Hz). Jangkauan telinga manusa normal
mampu mendengar frekuensi 20 Hz hingga 20.000 Hz. Telinga manusia
paling sensitif terhadap frekuensi midrange (250 Hz-5000 Hz), Seperti
suara dialog, dan bunyi telepon. Contoh suara bass adalah suara
tembakan, bom, guruh, mesin truk, dan drum.
iii. Timbre
Timbre dapat pula disebut warna suara. Dalam volume serta
frekuensi yang sama setiap sumber suara memiliki warna suara yang
berbeda. Dalam seni musik, timbre digunakan untuk menentukan
perbedaan kualitas suara antara tiap jenis instrumen musik. Seperti
suara piano dan suara terompet pada nada yang sama, memiliki warna
suara berbeda. Sineas hampir tiap kali memanipulasi timbre dalam
filmnya.
6) Dimensi Suara
Sineas dapat mengontrol kualitas suara yang dikelompokkan menjadi
beberapa aspek, yakni ritme suara, akurasi suara, perspektif suara, serta aspek
temporal suara.
i. Ritme Suara
Suara terutama musik selalu memiliki ritme. Ritme musik umumnya
berhubungan erat dengan ritme aksi serta ritme editing dalam filmnya.
ii. Akurasi Suara
226
Akurasi suara mengacu pada pertanyaan, apakah suara yang keluar
dari sebuah obyek akurat dengan suasana aslinya? Misalnya, dalam film
film terdapat shot sebuah gelas yang pecah, maka suara dikatakan akurat
jika yang terdengar adalah suara gelas pecah.
iii. Perspektif Suara
Suara mampu membentuk persepsi jarak serta kedalaman ruang.
Perspektif suara sangat dipengaruhi dua hal, yakni volume suara dan efek
gema.
iv. Aspek Temporal Suara
Semua suara dalam film umumnya adalah suara simultan, yakni
suara yang muncul adalah sama dengan waktu aksi cerita. Sementara suara
nonsimultan adalah suara yang muncul tidak sama dengan waktu aksi cerita
yang tengah berlangsung.
3.6.6. Kendala Produksi Dan Solusi
Kendala dan solusi dalam proses produksi drama “The Lies We Believe”
didiskusikan terlebih dahulu pada produser dan sutradara untuk mencari solusi secara
bersama.
a) Kendala: Di saat produksi, banyak warga yang menonton sehingga sulit untuk
merekam dialog yang akan diambil. Bukan hanya warga bahkan kendaraan
maupun tukang jajanan yang melewati lokasi di saat produksi banyak yang ingin
227
menonton. Hingga sering berkali-kali untuk merekam, supaya tidak noise dan
jelas.
Solusi: Di dalam proses produksi drama “The Lies We Belive” menenangkan
warga-warga untuk tidak berbicara sejenak selama produksi berlangsung. Dan
memberhentikan kendaraan yang akan melewati lokasi di saat produksi
berlangsung.
228
3.6.6. Lembar Kerja Penata Suara
1) Spesifikasi Alat
2) Audio Treatment
229
SPESIFIKASI ALAT
- Spesifikasi Kebutuhan Audio
Boom Mic : Sennheiser MKH-60
Type of Mic : Sennheiser Condensor 48000 KHz
Headphone : Sennheiser HD 202
Komputer Recording : Lenovo Ideapad 300
Clip On : Senheiser Ew 112P G4
Zoom H6N Proffesional Voice &
Audio Recorder
Gambar VII.01
Seinheiser MKH-60 &
Condensor Mic 48000 KHz
Gambar VII.02
230
Headphone Senheiser HD 202
Gambar VII.03
Computer Recording
Lenovo Ideapad 300
Gambar VII.04
231
AUDIO TREATMENT
Production Company : BSI / Lakuna Pictures Director : Ismaya Kahar
Project Title : The Lies We Believe Produser : Endang Sukarja
Durasi : 20 Menit Audioman : Rizki Maulana
Tabel VII.01
No Shot Musik Equipment Visual Description (Dialogue/Script) Audio (Foley/ VO)
SCENE 1 – INT. LOSMEN – MALAM
1 1 Instrumen Boom Mic & Zoom
Tampak vas bunga dan asbak rokok di atas meja. Meja itu terletak di ambang bawah jendela, kita
bisa melihat ¼ bagian bawah dari tirai dan jendela sebagai latar belakang. Tirai tersebut bergerak-
gerak tertiup angin yang masuk melalui jendela yang sedikit terbuka. -
2 2 Instrumen
Boom Mic & Zoom
Kamera mundur perlahan, DESI (membelakangi kamera) sedang memandang menerawang ke
luar jendela yang berada tak jauh di depannya. Rambut panjang Desi dalam keadaan terurai.
Jendela kamar berada tepat di tengah dinding, cahaya di luar adalah nyala terang bulan. Di
samping kanan meja terdapat kursi kayu sederhana yang digunakan untuk bersantai.
Kamar itu hening dan gelap, lampu utama sudah redup.
Kamera terus mundur. DESI menguncir rambut. tampak Ia sedang duduk di tepi tempat tidur yang terletak lebih kurang 1 meter dari meja. Tempat tidur itu menghadap sisi kiri kamar,
sementara bagian kepalanya menempel pada dinding sisi kanan kamar.
Di samping kiri Desi, terdapat dua buah tas dan satu jaket parka digeletakkan di tempat tidur.
Suara Langkah Mendekat
3 3 - Boom Mic & Zoom
Kamera berhenti. DESI duduk diam seorang diri di kamar yang hening, kosong, dan gelap.
Bertahan di posisi ini untuk beberapa saat. DESI menoleh ke arah tas di sampingnya. Ia
mengecek, mengeluarkan sebungkus rokok dan korek api, lalu meletakkannya di atas tempat
tidur. Ia mencari-cari lagi sesuatu yang lain, namun seperti tak dapat menemukannya.
DESI mengecek shoulder
bagnya
232
4 4 - Boom Mic & Zoom Resleting tas barel dibuka. Bisa terlihat dompet, map bening berisi surat-surat, dan pakaian sudah
terlipat rapi di dalamnya. Parfum ditemukan di sela tumpukan pakaian dan dikeluarkan. Resleting tas barel dibuka
5 5 - Still
Tampak sampig Desi. Desi menyemprotkan parfum ke leher dan pergelangan tangannya dengan
perlahan. Desi mengenakan lipstik berwarna merah mencolok. Rambutnya yang dikuncir
membuat lehernya terlihat jelas. Pada leher Desi terdapat tanda lahir dengan bentuk yang unik.
DESI meluruskan pandangannya kembali ke depan. Ia mengusap lengan, leher, dan pakaiannya
dengan wewangian tadi, ada kepuasan yang terpancar dari wajahnya. Ia tersenyum tipis lalu
meletakkan parfum itu kembali ke dalam tas. (Tas barel tak terlihat, hanya terdengar suara
resletingnya yang ditutup)
Parfum disemprotkan ke
leher
Resleting tas barel ditutup
6 6 - Boom Mic & Zoom Tampak depan Desi. Lalu dengan jemarinya yang gemulai, Desi meletakkan sebatang rokok di
sela bibirnya. Ia menyalakan rokok tersebut dengan korek api, dan menghisapnya dalam-dalam.
Suara bara api rokok
menyala.
suara korek dinyalakan
7 7 - Boom Mic & Zoom
Masih dari depan Desi. Desi menghembuskan asap rokok dengan percaya diri. Kamera mundur
perlahan. Kita bisa melihat wajah Desi yang serius. Tangannya dilipat ke atas mendekati
bahunya. Ia duduk dengan posisi kaki dilipat di atas kaki lainnya. Pintu kamar di belakang Desi
tampak dalam posisi terbuka, kamar yang gelap membuat cahaya dari lampu lorong depan kamar
menembus masuk melalui celah pintu. Kontras.
Terdengar langkah kaki seperti mendekat.
Suara menghembuskan asap
rokok
8 8 - Boom Mic & Zoom
Tampak belakang Desi. Desi menoleh ke arah pintu di belakangnya. Menyimak suara langkah
tersebut.
Suara langkah kaki mendekat dan semakin lama semakin menjauh.
Desi meluruskan pandang kembali ke jendela di depannya. Hanya ada DESI dan keheningan.
Suara langkah kaki
mendekat
Suara langkah kaki menjauh
kemudian hilang.
9 9 - Boom Mic & Zoom
Tampak depan Desi. DESI mulai memainkan rokok dan jemari tangannya secara tak beraturan,
seperti sedang tidak sabar. Ia tampak gelisah.
Desi menghisap rokoknya dalam-dalam sekali lagi, kali ini Ia menghembuskan asap berat,
kemudian bangkit dari duduknya.
Hembusan nafas berat.
suara bara api menyala
10 10 - Boom Mic & Zoom
Tampak samping. Desi berjalan ke arah jendela kamar, lalu berhenti di tepi meja di samping
jendela. Ia membuat sedikit celah di tirai jendelanya, dengan perlahan, dan mengintai ke luar
jendela. Ia tak menemukan apa-apa. Tirai Ia tutup kembali.
Desi mengecek jam tangan dibalik long sleevenya.
Suara langkah kaki
233
11 11 - Boom Mic & Zoom Detail shot. Jam tangan DESI menunjukkan pukul 10 malam. Suara jam tangan berdetak
12 12 -
Boom Mic & Zoom
Pandangan DESI kembali ke luar jendela. Satu tangannya Ia lipat di dada, menopang tangan
lainnya yang tak henti memain-mainkan rokok.
Kemudian Ia seperti menangkap sesuatu di luar jendela.
Cahaya lampu menerangi jendela beberapa saat, seperti ada mobil yang datang mendekat, lalu
bersamaan dengan suara mesin mobil dimatikan cahaya lampu tadi pun hilang.
Cahaya yang merambat masuk melalui celah gorden seperti spotlight menerangi wajah Desi saja.
Desi tersenyum, dan mendekati jendela, melihat ke bawah dengan bahagia.
Selang beberapa saat, ekspresi Desi berubah drastis. I tampak terkejut hingga tersentak mundur
dari posisi awalnya. Desi menghisap rokoknya yang tinggal setengah sekali lagi dan mematikan
apinya di asbak dengan terburu-buru. Panik.
Suara mesin kendaraan
mendekat lalu dimatikan
13 13 - Boom Mic & Zoom Detail Shot. Tampak rokok dimatikan di sebuah asbak yang sudah kotor oleh beberapa sisa
puntung rokok, terdapat bekas lipstik yang warnanya sama dengan lipstik Desi di setiap ujungnya. Suara bara api dimatikan
14 14 - Boom Mic & Zoom
Desi membalikkan badan dan berjalan terburu-buru ke arah tempat tidur. Ia duduk di tempat
tidurnya, Ia tampak cemas. Bertahan di posisi itu untuk beberapa saat.
Desi kemudian seperti menangkap sesuatu di jendela / vas bunganya.
Suara langkah kaki Desi
15 15 - Boom Mic & Zoom Kita melihat pantulan bagian pintu kamar losmen pada vas bunga. Lalu muncul bayangan Roby
berdiri di ambang pintu.
Suara langkah kaki
mendekat.
16 16 - Boom Mic & Zoom
Tampak depan Desi. Kamar gelap membuat wajah Roby yang berada di belakang Desi tak begitu
tampak. Cahaya yang datang dari lampu lorong depan kamar hanya mempertegas garis dan
bentuk bayangan Roby.
Tanpa menoleh ke belakang, Desi bisa menyadari kehadiran Roby. Namun Desi tak
menghiraukanya. Desi hanya membenarkan posisi duduknya kembali, menguatkan diri, tak ingin
terlihat cemas atau lemah di hadapan Roby.
Roby memasuki kamar mulai terlihat wajah dan bagian depan tubuhnya. Ia berhenti sejenak
untuk merapikan rambutnya, Ia pandang Desi dengan rasa cemas, lalu lanjut berjalan mendekati
Desi dengan perlahan.
Suara langkah kaki Roby
17 17 - Boom Mic & Zoom
Tampak belakang Desi. Setibanya di dekat Desi, Roby tak langsung duduk. Ia berdiri diam
menunggu respon Desi terlebih dahulu. Desi tak juga menoleh ke arahnya.
Roby memberanikan diri duduk di samping Desi, dengan sangat berhati-hati.
Suara langkah kaki Roby
234
18 18 - Boom Mic & Zoom Tampak samping Desi.
Namun Desi langsung bangkit dari duduknya dan berjalan ke arah jendela, menjauhi Roby.
Suara Langkah kaki
desi
19 18 - Boom Mic & Zoom
Desi mengacuhkan Roby. Roby bangkit dari duduknya dan menghampiri Desi, masih hati-hati.
Roby mencoba memeluk Desi dari belakang, namun Desi kesal dan menolaknya dengan halus.
Roby mundur perlahan dan kembali duduk di tempat tidur, tampak putus asa.
Suara Langkah kaki
roby
Monolog
20 18 - Boom Mic & Zoom DESI tiba-tiba berbalik dan menatap Roby marah setelah mendengar perkataan Roby itu. Nyali
Roby ciut, mencari alasan. Monolog
21 18 - Boom Mic & Zoom Desi menghampiri Roby perlahan masih dengan tatapan mengancam. - Speech: Monolog
22 18 - Boom Mic & Zoom Roby mengeluarkan amplop dari sakunya dengan terburu-buru. amplop diambil di saku
Speech: Monolog
23 18 - Boom Mic dan
Zoom
Desi berhenti di depan Roby, menepis tangan Roby hingga amplop di tangan Roby terlempar ke