BAB III LANDASAN TEORI 3.1 Tanah Pengertian tanah secara umum merupakan himpunan mineral, bahan organik dan endapan-endapan yang relative lepas (loose) yang terletak di atas batu dasar (bedrock) (Hardiyatmo, 1992). Tanah membagi bahan-bahan yang menyusun kerak bumi secara garis besar menjadi dua kategori: tanah (soil) dan batuan (rock), sedangkan batuan merupakan agregat mineral yang satu sama lainnya diikat oleh gaya-gaya kohesif yang permanen dan kuat (Terzaghi dkk, 1996) Tanah selalu berperan pada setiap perkerjaan teknik sipil. Tanah adalah pondasi pendukung suatu bangunan, atau bahan konstruksi dari bangunan itu sendiri seperti tanggul atau bendung, atau terkadang sebagai sumber penyebab gaya luar pada bangunan seperti tembok atau dinding panahan tanah sehingga dalam perencanaan konstruksi kita harus memperhatikan struktur tanah yang ada dilapangan. Faktor-faktor yang mempengaruhi struktur dari tanah adalah bentuk, ukuran dan komposisi mineral dari butiran tanah serta sifat dan komposisi dari air tanah. Struktur tanah adalah suatu sifat yang menghasilkan respon terhadap perubahan eksternal didalam lingkungan seperti beban, air, temperatur dan faktor- faktor lainya. Secara umum struktur tanah dapat dimasukkan dalam dua kelompok yaitu tanah tak kohesi (cohesionless soil) dan tanah kohesif (cohesive soil) (Das, 1995). 3.2 Penyelidikan Tanah Penyelidikan tanah merupakan fase awal dalam desain konstruksi sipil, seperti contohnya dalam perencanaan pondasi, pemadatan timbunan, bendungan maupun kestabilan lereng. Secara umum maksud dari pekerjaan penyelidikan tanah adalah untuk mendapatkan data teknis atau parameter tanah yang dapat mewakili kondisi tanah setempat untuk digunakan sebagai parameter desain. Tujuan utama dari penyelidikan tanah antara lain yaitu:
This document is posted to help you gain knowledge. Please leave a comment to let me know what you think about it! Share it to your friends and learn new things together.
Transcript
BAB III
LANDASAN TEORI
3.1 Tanah
Pengertian tanah secara umum merupakan himpunan mineral, bahan
organik dan endapan-endapan yang relative lepas (loose) yang terletak di atas batu
dasar (bedrock) (Hardiyatmo, 1992). Tanah membagi bahan-bahan yang menyusun
kerak bumi secara garis besar menjadi dua kategori: tanah (soil) dan batuan (rock),
sedangkan batuan merupakan agregat mineral yang satu sama lainnya diikat oleh
gaya-gaya kohesif yang permanen dan kuat (Terzaghi dkk, 1996)
Tanah selalu berperan pada setiap perkerjaan teknik sipil. Tanah adalah
pondasi pendukung suatu bangunan, atau bahan konstruksi dari bangunan itu
sendiri seperti tanggul atau bendung, atau terkadang sebagai sumber penyebab gaya
luar pada bangunan seperti tembok atau dinding panahan tanah sehingga dalam
perencanaan konstruksi kita harus memperhatikan struktur tanah yang ada
dilapangan. Faktor-faktor yang mempengaruhi struktur dari tanah adalah bentuk,
ukuran dan komposisi mineral dari butiran tanah serta sifat dan komposisi dari air
tanah. Struktur tanah adalah suatu sifat yang menghasilkan respon terhadap
perubahan eksternal didalam lingkungan seperti beban, air, temperatur dan faktor-
faktor lainya. Secara umum struktur tanah dapat dimasukkan dalam dua kelompok
yaitu tanah tak kohesi (cohesionless soil) dan tanah kohesif (cohesive soil) (Das,
1995).
3.2 Penyelidikan Tanah
Penyelidikan tanah merupakan fase awal dalam desain konstruksi sipil,
seperti contohnya dalam perencanaan pondasi, pemadatan timbunan, bendungan
maupun kestabilan lereng. Secara umum maksud dari pekerjaan penyelidikan tanah
adalah untuk mendapatkan data teknis atau parameter tanah yang dapat mewakili
kondisi tanah setempat untuk digunakan sebagai parameter desain.
Tujuan utama dari penyelidikan tanah antara lain yaitu:
1. Untuk menentukan kondisi alamiah dari lapisan-lapisan tanah dilokasi yang
ditinjau.
2. Untuk mendapatkan contoh tanah asli (undisturbed) dan tidak asli (disturbed).
3. Untuk menentukan kedalaman lapisan tanah keras.
4. Untuk melakukan uji lapangan (in-situ field test).
5. Untuk mempelajari kemungkinan timbulnya masalah perilaku bangunan yang
sudah ada di sekitar lokasi yang ditinjau.
Dari hasil penyelidikan tanah ini akan dipilih alternatif atau jenis konstruksi
yang digunakan, kedalaman pondasi serta konstruksi yang paling ekonomis dan
aman. Gambar 3.1 dibawah ini merupakan salah satu penyelidikan tanah di
laboratorium.
Gambar 3.1 Skema Alat Uji Geser Langsung
(Sumber : SNI 3420-2016)
3.3 Tekanan Tanah Lateral
3.3.1 Tekanan Tanah Aktif
Menurut Hardiyatmo (2003) tekanan tanah aktif adalah tekanan yang terjadi
pada dinding penahan yang mengalami keluluhan atau bergerak ke arah luar dari
tanah urugan di belakangnya, sehingga menyebabkan tanah urug akan bergerak
longsor ke bawah dan menekan dinding penahannya, sedangkan nilai banding
Gambar 3.2 Diagram Tekanan Tanah Aktif
tekanan horisontal dan tekanan vertikal yang terjadi didefinisikan sebagai koefisien
tekanan tanah aktif atau Ka. Nilai tekanan aktif lebih kecil dari nilai tekanan saat
diam. Gerakan dinding tanah menjauhi tanah urugan menghilangkan pertahanan di
belakang dinding. Jadi tekanan tanah aktif adalah gaya yang cenderung mengurangi
keseimbangan dinding penahan tanahnya seperti gambar 3.2 dibawah ini.
(Sumber : Hardiyatmo, 2003)
Nilai tekanan tanah aktif untuk tanah lateral dihitung dengan menggunakan
teori Rankine yang dibagi menjadi nilai tekanan tanah aktif untuk tanah datar dan
nilai tekanan tanah aktif untuk tanah miring. Untuk menghitung nilai koefisien
tanah datar dan tanah miring pada tanah aktif digunakan rumus seperti dibawah ini.
Nilai Ka untuk tanah datar dinyatakan dalam Persamaan 3.1 sebagai berikut
Ka = 1−𝑠𝑖𝑛𝜑
1+𝑠𝑖𝑛𝜑 = 𝑡𝑎𝑛2. (45° −
𝜑
2) (3.1)
Keterangan:
φ = Sudut geser tanah (o)
Ka = Koefisien tanah aktif
1. Menghitung tekanan tanah aktif untuk tanah non kohesif
Nilai Pa untuk tanah non kohesif dinyatakan dalam Persamaan 3.2 berikut ini
Pa = 1
2 γ . 𝐻2. 𝐾𝑎 (3.2)
2. Menghitung tekanan tanah aktif untuk tanah kohesif
Nilai Pa untuk tanah kohesif dinyatakan dalam Persamaan 3.3 berikut ini.
Pa = 1
2 γ . 𝐻2. 𝐾𝑎 − 2𝑐√𝑘𝑎 (3.3)
Keterangan :
Pa = Tekanan tanah aktif (KN/m)
γ = Berat isi tanah (KN/m3)
H = Tinggi dinding (m)
c = Kohesi (KN/m2)
Ka = Koefisien tanah aktif
3.3.2 Tekanan Tanah Pasif
Menurut Hardiyatmo (2003), tekanan tanah pasif adalah tekanan tanah yang
terjadi saat gaya mendorong dinding penahan tanah kearah tanah urugannya,
sedangkan nilai banding tekan horisontal dan vertikal yang terjadi didefinisikan
sebagai koefisien tekanan tanah pasif atau kp. nilai tekanan pasif lebih besar dari
nilai tekanan tanah saat diam dan nilai tekanan aktif. Tekanan tanah pasif
menunjukkan nilai maksimum dari gaya yang dapat dikembangkan oleh tanah pada
gerakan struktur penahan terhadap tanah urugannya, yaitu tanah harus menahan
gerakan dinding penahan tanah sebelum mengalami keruntuhan seperti gambar 3.3
dibawah ini.
Gambar 3.3 Diagram Tekanan Tanah Pasif
(Sumber : Hardiyatmo, 2003)
Untuk nilai tekanan tanah pasif untuk tanah lateral dihitung dengan cara
yang sama pada tekanan tanah aktif menggunakan teori Rankine yang dibagi
menjadi nilai tekanan tanah pasif untuk tanah datar dan nilai tekanan tanah pasif
untuk tanah miring. Prosedur perhitungannya digunakan metode Rankine seperti
rumus 3.4 dibawah ini.
Nilai Kp untuk tanah datar dinyatakan dalam Persamaan 3.4 sebagai berikut
Kp = 1+𝑠𝑖𝑛𝜑
1−𝑠𝑖𝑛𝜑 = 𝑡𝑎𝑛2. (45° +
𝜑
2) (3.4)
Keterangan:
φ = Sudut geser tanah (o)
Kp = Koefisien tanah aktif
Perhitungan untuk tekanan tanah pasif dihitung menggunakan Persamaan dibawah
ini
1. Menghitung tekanan tanah pasif untuk tanah non kohesif
Nilai Pp untuk tanah non kohesif dinyatakan dalam Persamaan 3.5 berikut ini
Pp = 1
2 γ . 𝐻2. 𝐾𝑝 (3.5)
2. Menghitung tekanan tanah pasif untuk tanah kohesif
Nilai Pa untuk tanah kohesif dinyatakan dalam Persamaan 3.6 berikut ini.
Pa = 1
2 γ . 𝐻2. 𝐾𝑝 − 2𝑐√𝑘𝑝 (3.6)
Keterangan :
Pp = Tekanan tanah pasif (KN/m)
γ = Berat isi tanah (KN/m3)
H = Tinggi dinding (m)
c = Kohesi (KN/m2)
Kp = Koefisien tanah pasif
3.4 Dinding Penahan Tanah Tipe Kantilever
Dinding ini terdiri dari kombinasi dinding dengan beton bertulang yang
berbentuk huruf T. Ketebalan dari kedua bagian relatif tipis dan secara penuh
diberi tulangan untuk menahan momen dan gaya lintang yang bekerja pada dinding
tersebut. Cantilever walls memanfaatkan struktur kantilever dalam menahan
tekanan lateral tanah untuk dapat menciptakan kestabilan pada dinding tersebut.
Dinding penahan tanah yang digunakan dalam Tugas Akhir ini dapat dilihat pada
Gambar 3.4.
Gambar 3.4 Dinding Penahan Tanah Tipe Kantilever
(Sumber : Hardiyatmo, 2010)
3.4.1 Stabilitas Eksternal Dinding Kantilever
Analisis stabilitas eksternal dinding penahan tanah tipe kantilever ditinjau
terhadap beberapa hal sebagai berikut:
1. Stabilitas terhadap gaya guling
Stabilitas terhadap guling merupakan stabilitas yang ditinjau berdasarkan
kondisi tanah yang terguling yang diakibatkan oleh tekanan tanah lateral dari tanah
urug di belakang dinding penahan tanah. Untuk contoh keadaan guling yang
kemungkinan terjadi dapat dilihat di gambar 3.5 dibawah ini.
Gambar 3.5 Stabilitas Terhadap Gaya Guling
(Sumber : Das,2007)
Nilai kestabilan struktur terhadap kemungkinan terguling dihitung dengan
Persamaan 3.7 berikut.
FS guling = Σ𝑀𝑤
Σ𝑀𝑔𝑢𝑙𝑖𝑛𝑔=
W.b1
Σ𝑃𝑎ℎ.ℎ1+Σ𝑝𝑎𝑣.𝐵≥ 2 (3.7)
Keterangan :
∑Mw = jumlah momen melawan guling (kNm)
∑Mgl = jumlah momen yang menahan guling (kNm)
W = berat tanah + berat sendiri dinding penahan (kN)
B = lebar kaki dinding penahan (m)
∑Pah = jumlah gaya horizontal (kN)
∑Pav = jumlah gaya vertikal (kN)
2. Stabilitas terhadap gaya geser
Stabilitas terhadap geser yaitu perbandingan gaya - gaya yang menahan dan
mendorong dinding penahan tanah. Untuk contoh keadaan geser yang kemungkinan
terjadi dapat dilihat di gambar 3.6 dibawah ini.
Gambar 3.6 Stabilitas Terhadap Gaya Geser
(Sumber : Das,2007)
Nilai Kestabilan struktur terhadap kemungkinan bergeser dihitung dengan
Persamaan 3.8 sampai 3.11 berikut.
FS geser = Σ𝑅ℎ
Σ𝑃𝑎ℎ≥ 1,5 (3.8)
Untuk tanah granular (c=0)
∑Rh = W.F
= 𝑊. tan 𝛿ℎ dengan 𝛿ℎ ≤ ∅ (3.9)
Untuk tanah kohesif (∅ = 0)
∑Rh = 𝐶𝑎.𝐵 (3.10)
Untuk tanah 𝑐 = ∅ (∅ > 𝑎𝑑0 dan 𝑐 = 0)
∑Rh = 𝐶𝑎.𝐵 + 𝑊. tan 𝛿ℎ (3.11)
Keterangan :
∑Rh = tahanan dinding penahan tanah terhadap geser
W = berat total dinding penahan dan tanah diatas pelat pondasi
δh = sudut geserk antara tanah dan dasar pondasi ( 1
3sampai
2
3)∅
C = kohesi tanah dasar
B = lebar kaki dinding penahan (m)
∑Pah = jumlah gaya horizontal
f = tan 𝛿𝑏 = koefisien gesek antara tanah dasar dan dasar pondasi
3. Stabilitas terhadap keruntuhan daya dukung tanah
Persamaan kapasitas daya dukung untuk menghitung stabilitas dinding
penahan tanah antara lain adalah menggunakan persamaan Hansen dan Vesic yang
digunakan untuk menghitung beban miring dan eksentris. Untuk contoh keadaan
keruntuhan daya dukung tanah yang kemungkinan terjadi dapat dilihat di Gambar
3.7 dibawah ini.
Gambar 3.7 Stabilitas Terhadap Daya Dukung Tanah
(Sumber : Das,2007)
Nilai kapasitas dukung ultimit dihitung dengan menggunakan persamaan
Vesic (1975) untuk beban miring dan eksentris seperti rumus dibawah ini.