Rencana Strategis Dinas Pertanian Daerah Kabupaten Nganjuk Tahun 2014-2018 Bab III/1-17 BAB III ISU-ISU STRATEGIS BERDASARKAN TUGAS POKOK DAN FUNGSI 3.1. Identifikasi Permasalahan Berdasarkan Tugas dan Fungsi Pelayanan SKPD 1. Identifikasi Faktor-Faktor Internal Setiap organisasi secara internal memiliki faktor kekuatan (strenghts) dan kelemahan (weakness) yang dapat mempengaruhi bahkan menentukan keberhasilan suatu organisasi mencapai tujuannya. S (Strenghts/Kekuatan) W (Weakness/Kelemahan) 1. 2. 4. Tersedianya Sarana dan kelembagaan penyuluhan pertanian Tersedianya peraturan perundang-undangan yang mengatur tentang pertanian dan penyuluhan pertanian Kewenangan yang diserahkan ke Dinas Pertanian Daerah untuk melaksanakan pembangunan bidang pertanian (Perda No. 8 tahun 2008) 1. 2. 3. 4. Belum optimalnya kinerja SDM pertanian Kurang optimalnya fungsi dan peran kelembagaan penyuluhan pertanian Masih kurangnya tenaga yang memiliki pengetahuan dan ketrampilan tentang penanganan pasca panen dan pengolahan hasil pertanian Masih kurangnya tenaga pengawas mutu hasil pertanian
17
Embed
BAB III ISU-ISU STRATEGIS BERDASARKAN TUGAS POKOK DAN FUNGSI · ISU-ISU STRATEGIS BERDASARKAN TUGAS POKOK DAN FUNGSI 3.1. Identifikasi Permasalahan Berdasarkan Tugas dan Fungsi Pelayanan
This document is posted to help you gain knowledge. Please leave a comment to let me know what you think about it! Share it to your friends and learn new things together.
Transcript
Rencana Strategis Dinas Pertanian Daerah Kabupaten Nganjuk Tahun 2014-2018
Bab III/1-17
BAB III
ISU-ISU STRATEGIS BERDASARKAN TUGAS
POKOK DAN FUNGSI
3.1.
Identifikasi Permasalahan Berdasarkan Tugas dan Fungsi Pelayanan SKPD
1. Identifikasi Faktor-Faktor Internal
Setiap organisasi secara internal memiliki faktor kekuatan
(strenghts) dan kelemahan (weakness) yang dapat mempengaruhi
bahkan menentukan keberhasilan suatu organisasi mencapai
tujuannya.
S (Strenghts/Kekuatan) W (Weakness/Kelemahan)
1.
2.
4.
Tersedianya Sarana dan
kelembagaan penyuluhan
pertanian
Tersedianya peraturan
perundang-undangan yang
mengatur tentang pertanian
dan penyuluhan pertanian
Kewenangan yang diserahkan
ke Dinas Pertanian Daerah
untuk melaksanakan
pembangunan bidang
pertanian (Perda No. 8 tahun
2008)
1.
2.
3.
4.
Belum optimalnya kinerja
SDM pertanian
Kurang optimalnya fungsi dan
peran kelembagaan
penyuluhan pertanian
Masih kurangnya tenaga yang
memiliki pengetahuan dan
ketrampilan tentang
penanganan pasca panen dan
pengolahan hasil pertanian
Masih kurangnya tenaga
pengawas mutu hasil
pertanian
Rencana Strategis Dinas Pertanian Daerah Kabupaten Nganjuk Tahun 2014-2018
Bab III/2-17
2. Identifikasi Faktor-Faktor Eksternal
Dinas Pertanian Daerah dalam melaksanakan tugas pokok
dan fungsinya mempunyai beberapa factor eksternal yang
memberikan peluang dan ancaman.
O (Opportunity/Peluang) T (Threat/Ancaman)
1.
2.
3.
4.
Mayoritas masyarakat
Kabupaten Nganjuk
bermatapencaharian sebagai
petani kondusif bagi
pertumbuhan sektor
pertanian;
Pertumbuhan jumlah
penduduk menuntut
meningkatnya penyediaan
pangan baik kuantitas
maupun kualitas ;
Perkembangan iptek yang
pesat dan semakin gencarnya
issue/gerakan pembangunan
pertanian berkelanjutan ;
Liberalisasi perdagangan
menambah peluang pasar
hasil komoditi pertanian ;
1.
2.
3.
4.
5.
Fragmentasi dan menurunnya
luas penguasaan lahan per
rumah tangga petani
berpotensi akan melahirkan
lebih banyak kemiskinan baru
di pedesaan ;
Kapasitas sumberdaya alam
pertanian terutama lahan dan
air terbatas, bahkan semakin
menurun ;
Sistem alih teknologi, kualitas
SDM petani dan kelembagaan
petani pada umumnya masih
lemah ;
Rantai tata niaga yang panjang
dan sistem pemasaran belum
berpihak kepada petani ;
Adanya peningkatan intensitas
kejadian iklim ekstrim yang
mengakibatkan pergeseran
pola tanam dan peningkatan
serangan organisme
pengganggu tanaman
Rencana Strategis Dinas Pertanian Daerah Kabupaten Nganjuk Tahun 2014-2018
Bab III/3-17
Keterkaitan antar faktor-faktor tersebut menyangkut
beberapa masalah strategis yang saat ini masih menjadi kendala
dalam terwujudnya pertanian maju yang berwawasan agribisnis
dan ramah lingkungan. Masalah tersebut meliputi :
a. Pendapatan Petani pada Umumnya Masih Rendah
Kabupaten Nganjuk termasuk daerah agraris, sehingga
mayoritas masyarakat bermatapencaharian sebagai petani atau
bekerja di sektor pertanian. Dengan demikian untuk
meningkatkan perekonomian masyarakat, sektor pertanian harus
menjadi prioritas utama. Produktivitas komoditi tertentu sudah
meningkat, akan tetapi harga hasil produksi relatif masih rendah,
sehingga pendapatan petani masih rendah.
Melimpahnya ketersediaan tenaga kerja di perdesaan
kondusif bagi pertumbuhan sektor pertanian, namun di sisi lain
merupakan beban bagi sektor pertanian karena pendapatan buruh
tani dan produktivitas tenaga kerja sektor pertanian semakin sulit
ditingkatkan. Selain itu, melimpahnya tenaga kerja kerja di sektor
pertanian justru menciptakan persoalan baru yaitu terjadinya
fragmentasi lahan dan menurunnya luas penguasaan lahan per
rumah tangga, berpotensi akan melahirkan lebih banyak
kemiskinan di perdesaan untuk masa yang akan datang. Kondisi
ini memberikan pemahaman kepada kita bahwa penanganan
masalah kemiskinan di perdesaan dalam lima tahun ke depan
akan tetap menjadi prioritas utama. Untuk menjawab tantangan
ini, upaya yang perlu dilakukan antara lain adalah memperluas
kesempatan berusaha melalui pengembangan agribisnis dan
agroindustri di perdesaan.
Rencana Strategis Dinas Pertanian Daerah Kabupaten Nganjuk Tahun 2014-2018
Bab III/4-17
b. Keterbatasan dan Penurunan Kapasitas Sumberdaya
Pertanian
Pembangunan pertanian dihadapkan kepada permasalahan
permintaan produk pertanian, terutama pangan yang semakin
meningkat sejalan dengan meningkatnya pertambahan penduduk,
sementara kapasitas sumberdaya alam pertanian terutama lahan
dan air terbatas dan bahkan semakin menurun. Luas baku Lahan
pertanian semakin menurun karena adanya konversi lahan sawah
produktif untuk kegiatan non-pertanian. Sumber daya air untuk
pertanian semakin langka akibat kerusakan alam, terutama di
daerah aliran sungai (DAS). Dan saat ini penurunan efisiensi
saluran irigasi makin bertambah karena kurangnya pemeliharaan
dan rehabilitasi yang disebabkan terbatasnya dana pemerintah.
Sementara itu, kompetisi pemanfaatan air juga semakin ketat
dengan meningkatnya penggunaan air untuk rumah tangga dan
industri.
Perpaduan antara penurunan luas baku lahan dan
efisiensi saluran irigasi menyebabkan daya dukung kapasitas
sumberdaya pertanian terhadap upaya peningkatan produksi
pertanian mengalami penurunan. Prioritas kegiatan periode 2014-
2018 untuk mengatasi masalah ini antara lain : (1) Peningkatan
Indek Pertanaman (IP), (2) Perluasan lahan pertanian baru pada
lahan marjinal dan areal LMDH, dan (3) Rehabilitasi saluran dan
pengembangan daerah irigasi.
c. Pembangunan Pertanian Berkelanjutan
Pembangunan pertanian berkelanjutan dapat diartikan
sebagai upaya pengelolaan sumberdaya dan usaha pertanian
melalui penerapan teknologi pertanian dan kelembagaan secara
berkesinambungan bagi generasi kini dan masa depan.
Rencana Strategis Dinas Pertanian Daerah Kabupaten Nganjuk Tahun 2014-2018
Bab III/5-17
Kesinambungan usaha dapat diartikan bahwa usaha tani tersebut
dapat memberikan kontribusi ekonomi bagi petani dan
keluarganya, sehingga pemilihan jenis komoditas dan usaha harus
yang bernilai ekonomis, pasar tersedia dan produksi kontinyu.
Pembangunan pertanian juga harus mengindahkan aspek
kelestarian lingkungan sehingga pemilihan teknologi dan
pengelolaannya tidak hanya didasarkan pada keuntungan sesaat
(jangka pendek). Kerusakan lingkungan di daerah aliran sungai
(DAS) misalnya, dapat diperburuk dengan pengelolaan lahan yang
hanya untuk meraih keuntungan sebesar-besarnya tanpa
memperhatikan aspek konservasi. Teknologi ramah lingkungan
yang sudah banyak dikembangkan dan telah digunakan antara
lain Pengelolaan Tanaman Terpadu (PTT). Pembangunan pertanian
berkelanjutan memerlukan penerapan Good Agricultural Practices
(GAP) yang pada dasarnya menekankan pada penggunaan low
external input. Ke depan, upaya yang perlu ditempuh antara lain
adalah melalui penyuluhan dan sosialisasi GAP dan khusus pada
daerah lahan kering (kritis dan DAS) upaya–upaya konservasi baik
melalui dana pemerintah maupun partisipasi masyarakat perlu
dilakukan.
d. Keterbatasan Akses Terhadap Layanan Usaha Terutama Permodalan ;
Akses petani terhadap modal, informasi, dan lahan sangat
penting dalam peningkatan kinerja usahatani. Usaha pertanian
yang sebagian besar berupa petani gurem dan kecil dihadapkan
kepada keterbatasan akses terhadap layanan usaha, terutama
permodalan. Ketidakmampuan masyarakat perdesaan mengakses
permodalan dari lembaga keuangan formal selama ini disebabkan
oleh : (1) keberadaan lembaga keuangan formal di perdesaan
masih sangat terbatas, (2) prosedur yang berlaku dan persyaratan
Rencana Strategis Dinas Pertanian Daerah Kabupaten Nganjuk Tahun 2014-2018
Bab III/6-17
yang diminta oleh lembaga keuangan formal yang ada masih
dinilai sulit oleh masyarakat perdesaan, dan (3) petani tidak
mampu mengakses kredit dengan aturan dan suku bunga seperti
yang diterapkan pada usaha komersial lain (di luar agribisnis).
Sistem perbankan selama ini bukan saja kurang mendukung
ekonomi perdesaan khususnya pertanian, bahkan cenderung
menghisap modal (capital drain) dari daerah perdesaan.
Selama ini peningkatan akses petani terhadap permodalan
telah diupayakan melalui kegiatan antara lain : BLM
Pengembangan Usaha Agribisnis Perdesaan (PUAP). Selain itu,
instansi lain juga turut memfasilitasi peningkatan akses
permodalan, dengan berbagai kegiatan, antara lain pengembangan
koperasi dan Usaha Kecil Menengah (UKM), lembaga keuangan
mikro perdesaan, BPR, dan BRI Unit Desa. Semua kegiatan di atas
telah memberikan hasil yang baik, namun masih perlu terus
ditingkatkan dengan target penerima diperluas menjangkau ke
seluruh petani.
e. Rantai Tataniaga yang Panjang dan Sistem Pemasaran yang Belum Adil
Rantai pemasaran yang panjang berakar dari kondisi
infrastruktur perdesaan yang kurang memadai seperti :
ketersediaan informasi pasar, sarana transportasi dan jalan desa.
Sistem pemasaran yang belum adil terkait dengan keterbatasan
modal yang menyebabkan petani banyak terjebak dalam sistem
ijon yang melemahkan posisi tawar mereka. Disamping itu,
kemampuan petani terbatas dalam menyimpan produknya,
sehingga seringkali hasil panen harus segera dijual sesaat sesudah
panen. Kondisi ini diperburuk oleh membanjirnya produk impor di
pasar domestik sebagai akibat dari liberalisasi perdagangan.
Rencana Strategis Dinas Pertanian Daerah Kabupaten Nganjuk Tahun 2014-2018
Bab III/7-17
Upaya untuk meningkatkan efisiensi rantai pemasaran telah
dilakukan dengan memfasilitasi pembangunan jalan usaha tani,
membangun pola kemitraan, peningkatan produktivitas dan
efisiensi usaha tani, perbaikan kualitas dan standarisasi produk,
promosi hasil pertanian dan pasar lelang, umumnya belum
memberikan hasil yang optimal. Kebijakan penyediaan
infrastruktur pemasaran terpadu berupa Sentra Pengembangan
Agribisnis (SPA) yang telah diterapkan selama ini perlu terus
ditingkatkan dan diperluas cakupan sasarannya.
f. Sistem Alih Teknologi, Kualitas Sumberdaya Petani dan
Kelembagaan Petani pada Umumnya Masih Lemah
Sistem adopsi atau alih teknologi dinilai masih lemah karena
lambatnya diseminasi teknologi baru dan pengembangan teknologi
yang sudah ada di tingkat petani. Hubungan antara peneliti,
penyuluh dan petani dinilai masih lemah. Sistem penyampaian
hasil teknologi yang dilakukan penyuluh melalui proses aplikasi
teknologi di area percontohan terkendala oleh terbatasnya sarana
dan anggaran yang ada. Institusi penyuluhan dianggap rendah
kontribusinya pada Pendapatan Asli Daerah (PAD).
Rendahnya kualitas sumberdaya petani antara lain dicirikan
oleh usaha pertanian yang berorientasi jangka pendek, mengejar
keuntungan sesaat, serta belum memiliki wawasan bisnis yang
luas. Selain itu banyak petani menjadi sangat tergantung pada
bantuan/pemberian pemerintah.
Berkaitan dengan hal ini, revitalisasi sistem penyuluhan
perlu terus diupayakan agar fungsi PPL sebagai pembina kelompok
tani dapat kembali lebih berperan lagi dan berjalan lebih baik.
Di samping itu, kelembagaan petani yang ada saat ini perlu ditata
dengan baik. Pengembangan kelompok tani dilakukan dengan
Rencana Strategis Dinas Pertanian Daerah Kabupaten Nganjuk Tahun 2014-2018
Bab III/8-17
pendekatan pembangunan masyarakat (community development).
Penguatan kapasitas SDM petani diupayakan melalui pelatihan
ketrampilan berusahatani, pengembangan sikap kewirausahaan,
kemampuan dalam pemasaran dan manajemen usaha.
g. Peningkatan Intensitas Kejadian Iklim Ekstrim (Anomali
Iklim)
Pemanasan global mengakibatkan peningkatan intensitas
kejadian iklim ekstrim (El Nino dan La-Nina) dan ketidakteraturan
musim. Pertanian merupakan salah satu sektor yang sangat
rentan terhadap perubahan iklim yang berdampak langsung pada
produktivitas tanaman dan pendapatan petani. Dampak tersebut
bisa secara langsung dan tidak langsung. Fluktuasi suhu dan
kelembaban udara mampu menstimulasi pertumbuhan dan
perkembangan organisme pengganggu tanaman (OPT). Selain itu
fluktuasi dan curah hujan yang sangat dinamis akibat munculnya
anomali iklim menyebabkan terjadinya pergeseran awal musim
hujan dan musim kemarau yang berakibat pada pola tanam.
Untuk itu perlu upaya antisipasi baik secara teknis maupun
antisipasi sosial kelembagaan.
3.2 Telaahan Visi Misi dan Program Kepala Daerah Terpilih
Visi-Misi Kepala Daerah Kabupaten Nganjuk terpilih periode
2014 - 2018 adalah sebagai berikut :
Visi :
"“TERWUJUDNYA KEJAYAAN NGANJUK BERLANDASKAN IMAN DAN
TAQWA, DENGAN PRIORITAS SEKTOR UTAMA PEMBANGUNAN YANG
BERTUMPU PADA PENGEMBANGAN PERDAGANGAN DAN INDUSTRI
BERBASIS POTENSI PERTANIAN UNTUK KEADILAN DAN
KESEJAHTERAAN MASYARAKAT”
Rencana Strategis Dinas Pertanian Daerah Kabupaten Nganjuk Tahun 2014-2018
Bab III/9-17
Misi :
1. Terus mengembangkan penyelenggaraan tata pemerintahan
yang baik dan pelayanan prima dengan nuansa kehidupan
yang religius.
2. Meningkatnya pelayanan bidang kesehatan dan pendidikan
bagi seluruh lapisan masyarakat Kabupaten Nganjuk untuk
peningkatan kualitas Sumber Daya Manusia (SDM) di Masa
Depan.
3. Memacu pertumbuhan ekonomi melalui pembinaan ekonomi
kerakyatan yang bertumpu pada perdagangan dan industri
yang berbasis potensi pertanian.
4. Mengoptimalkan pemanfaatan sumber daya alam dengan
tetap mengedepankan aspek pelestarian lingkungan hidup.
5. Meningkatkan pembangunan infrastruktur sebagai salah satu
penopang pertumbuhan ekonomi dan pemerataan hasil-hasil
pembangunan.
6. Mengembangkan pola kehidupan dan hubungan masyarakat
yang adil, berartabat, tertib dan tentram.
Mengingat eratnya kaitan antara Renstra Dinas Pertanian
Daerah Kabupaten Nganjuk dengan dokumen RPJMD 2014-2018,
maka dalam penyusunannya harus menjadikan dokumen tesebut
sebagai acuan, artinya indikator kinerja Dinas Pertanian Daerah
Kabupaten Nganjuk harus diarahkan untuk mencapai target
kinerja sesuai dengan kewenangan Dinas Pertanian Daerah
Kabupaten Nganjuk yang telah dicantumkan dalam target kinerja
RPJMD.
Berdasarkan urusan dan kewenangan yang dimiliki, dalam
rangka pencapaian Misi Pemerintah Kabupaten Nganjuk, Dinas
Pertanian Daerah memiliki kontribusi untuk mewujudkan
sebagian Misi dalam RPJMD sesuai dengan kewenangan yang
dimiliki sebagai berikut :
Rencana Strategis Dinas Pertanian Daerah Kabupaten Nganjuk Tahun 2014-2018
Bab III/10-17
Misi 3, “Memacu pertumbuhan ekonomi melalui pembinaan
ekonomi kerakyatan yang bertumpu pada perdagangan dan industri
yang berbasis potensi pertanian” bertujuan untuk terwujudnya
peningkatan perekonomian daerah melalui pembinaan ekonomi
kerakyatan yang bertumpu pada perdagangan dan industri
berbasis potensi pertanian dalam rangka mendukung penciptaan
dan perluasan kesempatan kerja dan berusaha.
Sasaran yang akan dicapai pada urusan Pertanian adalah :
Peningkatan produksi, produktivitas dan kualitas produk
pertanian dan perkebunan. Untuk menilai keberhasilan
pencapaian sasaran ini diukur dengan indikator :
a) Peningkatan produksi tanaman pangan dan hortikultura,
tanaman pangan yang terdiri dari padi, jagung, kedelai
sedangkan tanaman hortikultura terdiri dari bawang merah,