50 BAB III HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Sistem Pembuktian Terbalik di Indonesia 1. Sejarah Pengadopsian Sistem Pembuktian Terbalik di Indonesia. a. Asal usul sistem pembuktian terbalik. Korupsi di Indonesia pada awal kemerdekaan memiliki ciri khusus yakni dikarenakan kondisi perang dan disusul juga dengan penyerahan kekuasaan kepada kelompok baru dalam pemerintaham negara. Para pemimpin beresiko untuk melakukan korupsi. Setelah Indonesia baru merdeka pada periode demokrasi parlementer (1950-1957) kabinet parlementer mencerminkan bahwasannya pengawasan dan pengaruh partai-partai politik sangat besar di kegiatan ekonomi dan politik. 1 Tanda-tanda dimulainya korupsi di pemerintahan Indonesia pada saat diperkenalkannya Rencana Urgensi Perekonomian (RUP) atau lebih dikenal sebagai program benteng yaitu kebijakan yang bertujuan untuk memperkuat masyarakat pribumi Indonesia untuk dapat bersaing dengan kelas pengusaha China dan Belanda yang sudah ada lebih dulu. Namun dalam pelaksanaanya tidak sesuai yang diharapkan. Program ini malah dijadikan sebagai program yang mengistimewakan masyarakat pribumi untuk 1 Rizki Febari, 2015.Politik Pemberantasan Korupsi Strategi ICAC Hongkong dan KPK Indonesia. Yayasan Pustaka Obor Indonesia. Jakarta. hlm. 102
41
Embed
BAB III HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Sistem ...eprints.umm.ac.id/51836/4/BAB III.pdf · parlementer (1950-1957) kabinet parlementer mencerminkan bahwasannya pengawasan dan pengaruh
This document is posted to help you gain knowledge. Please leave a comment to let me know what you think about it! Share it to your friends and learn new things together.
Transcript
50
BAB III
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
A. Sistem Pembuktian Terbalik di Indonesia
1. Sejarah Pengadopsian Sistem Pembuktian Terbalik di Indonesia.
a. Asal usul sistem pembuktian terbalik.
Korupsi di Indonesia pada awal kemerdekaan memiliki ciri
khusus yakni dikarenakan kondisi perang dan disusul juga dengan
penyerahan kekuasaan kepada kelompok baru dalam
pemerintaham negara. Para pemimpin beresiko untuk melakukan
korupsi. Setelah Indonesia baru merdeka pada periode demokrasi
Sumber: Transparency International pada tahun 2018
3Ermansjah Djaja. 2010. Memberantas Korupsi Bersama KPK (Komisi PemberantasanKorupsi). Sinar Grafika. Jakarta. hlm. 28
4 https://www.transparency.org/cpi pada tahun 2018
54
Berdasarkan sruvei dari Transparency International (TI)
diatas menempatkan Indonesia pada peringkat ke 89 dengan score
38 bersama dengan 3 negara lain yaitu Bosnia dan Herzegovina, Sri
Lanka dan Swaziland. Untuk kawasan ASEAN skor Indonesia
berada dibawah Singapura, Hongkong, Brunei Darussalam dan
Malaysia. Melihat dari peringkat Indonesia diatas pencapaian score
indonesia yang hanya mendapat nilai 38 membuktikan
bahwasannya Indonesia masih masuk dalam kelompok negara
korup yang tingkat korupsinya masih tinggi.
Score (nilai) Indonesia diatas juga menunjukkan
bahwasannya tingkat keberhasilan Indonesia dalam usaha
memberantas korupsi masih jauh dari harapan dikarenakan dalam
usaha pemberantasan korupsi seringkali kendala yang dihadapi
adalah sulitnya jaksa penuntut umum untuk membuktikan bahwa
terdakwa telah melakukan tindak pidana korupsi di pengadilan
kesulitan itu didukung karena kemajuan teknologi dan para pelaku
korupsi tentunya tidak kehabisan akal untuk menyembunyikan
uang hasil korupsinya tersebut agar lolos dan tidak dapat ditemukan
oleh aparat penegak hukum.
Jika hal itu dibiarkan tentunya akan memberikan dampak
yang negatif yakni tindak pidana korupsi yang selama ini terjadi
secara meluas, tidak hanya merugikan keuangan negara, tetapi juga
telah merupakan pelanggaran terhadap hak-hak sosial dan ekonomi
55
masyarakat secara luas, sehingga tindak pidana korupsi perlu
digolongkan sebagai kejahatan yang pemberantasannya harus
dilakukan secara luar biasa.5
Dimasukannya sistem pembuktian terbalik sebagai salah
satu solusi dalam usaha pemberantasan korupsi. Pada mulanya
system pembuktian terbalik telah dikenal lebih dulu di Negara
Anglo-Saxon seperti Hongkong, Malaysia dan Singapura yang
dimana penerapannya hanya sebatas digunakan pada kasus-kasus
tertentu (certain cases) yakni terhadap tindak pidana gratifikasi
(gratification) yang konteksnya dengan peyuapan (bribery).6
Mengingat tingkat kejahatan korupsi yang semakin sulit untuk
dibuktikan maka sistem pembuktian terbalik ini diakui sebagai
upaya mempermudah pembuktian dalam mengungkap tindak
pidana korupsi.
Dalam perkembangannya prinsip pembalikan beban
pembuktian diakomodir dalam Undang-Undang Nomor 31 Tahun
1999 Jo Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2001 tentang
Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi, sebagaimana tujuan
daripada diadopsinya sistem pembuktian terbalik dalam Undang-
Undang tersebut sebagai upaya mempermudah, mempercepat
5 Lihat pada bagian "Menimbang/Konsideran huruf a Undang-Undang Nmor 20 Tahun2001 tentang Perubahan atas Undang-Undang Nomor 31 Tahun 1999 tentang Pemberantasan TindakPidana Korupsi
6 Adami hazawi. Op Cit. Hlm 113-114
56
pengembalian aset hasil tindak pidana korupsi, disamping itu dapat
membantu jaksa penuntut umum dalam menentukan asal-usul harta
terdakwa. Hal ini sangat penting dilakukan karena tindak pidana
korupsi masuk dalam katagori extra ordinary crime yang
berdampak luar biasa bagi pembangunan, perekonomian, dan
kehidupan masyarakat, sehingga perlunya tindakan yang luar biasa
dalam penanggulangan tindak pidana korupsi.7
b. Pengaturan sistem pembuktian terbalik dalam peraturan
perundang-undangan di Indonesia
1) Peraturan Pemerintah Pengganti Undang-Undang Nomor24 Tahun 1960 Tentang Pengusutan, Penuntutan danPemeriksaan Tindak Pidana Korupsi
Di Indonesia upaya dalam memberantas korupsi dengan
pembentukan hukum positif telah dilakukan selama beberapa masa
perjalanan sejarah dan melalui beberapa masa perubahan peraturan
Undang-Undang Nomor 24 Peraturan Pemerintah Pengganti
Undang-Undang yang selanjutnya disingkat Prp Tahun 1960
menyebutkan:
“Setiap tersangka wajib memberi keterangan tentang seluruhharta benda dan harta benda isteri/suami dan anak dan hartabenda sesuatu badan hukum yang diurusnya, apabila dimintaoleh Jaksa”.
Menurut penulis maksud dari pasal diatas adalah
mewajibkan tersangka memberikan keterangan tentang seluruh
harta bendanya apabila diminta oleh Jaksa. Jadi tanpa adanya
permintaan dari Jaksa tersangka tidak mempunyai kesempatan
untuk memberi keterangan tentang seluruh harta bendanya.
Dalam perkembangannya Undang-undang No. 24 Prp.
Tahun 1960 tentang Pengusutan, Penuntutan dan Pemeriksaan
Tindak Pidana Korupsi dianggap kurang mencukupi untuk
mencapai hasil yang diharapkan. Berdasarkan kenyataannya
banyak ditemukan hal-hal yang tidak sesuai, yakni:
a. Adanya perbuatan yang merugikan keuangan atau
perekonomian negara yang menurut perasaan keadilan
masyarakat harus dituntut dan dipidana, tidak dapat dipidana
58
karena tidak adanya rumusan tindak pidana korupsi yang
berdasarkan kejahatan atau pelanggaran yang dilakukan
tersebut;
b. Pelaku tindak pidana korupsi hanya ditujukan kepada
pegawai negeri, tetapi kenyataannya orang-orang yang bukan
pegawai negeri yang menerima tugas atau bantuan dari suatu
badan negara, dapat melakukan perbuatan tercela seperti
yang dilakukan pegawai negeri;
c. Perlu diadakan ketentuan yang mempermudah pembuktian
dan mempercepat proses hukum acara yang berlaku tanpa
tidak memperhatikan hak asasi tersangka atau terdakwa.8
Hal inilah yang mendasari Undang-Undang No. 24 Prp.
tahun 1960 tentang Pengusutan, Penuntutan dan Pemeriksaan
Tindak Pidana Korupsi diganti menjadi Undang-Undang Nomor 3
Tahun 1971 Tentang Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi.
2) Undang-Undang Nomor 3 Tahun 1971 TentangPemberantasan Tindak Pidana Korupsi.
Undang-Undang Nomor 3 Tahun 1971 tentang
Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi. Dalam Undang-Undang
tersebut tetap diatur mengenai pembuktian terbalik walaupun dalam
perjalanannya mengalami banyak perubahan. Hal ini dapat dilihat
8 Anonim, http://repository.usu.ac.id, diakses tanggal 29 Juni 2019
59
dalam pasal 17 Undang-Undang Nomor 3 Tahun 1971 tentang
Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi menyatakan bahwa:
1)Hakim dapat memperkenankan terdakwa untuk kepentinganpemeriksaan memberikan keterangan tentang pembuktianbahwa ia tidak bersalah melakukan tindak pidana korupsi.
2)Keterangan tentang pembuktian yang dikemukakan olehterdakwa bahwa ia tidak bersalah seperti dimaksud dalamayat (1) hanya dapat dikerkenankan dalam hal:
a. apabila terdakwa menerangkan dalam pemeriksaan,bahwa perbuatannya itu menurut keinsyafan yangwajar tidak merugikan keuangan atau perekonomiannegara, atau
b. apabila terdakwa menerangkan dalam pemeriksaan,bahwa perbuatannya itu dilakukan demi kepentinganumum.
3)Dalam hal terdakwa dapat memberi keterangan tentangpembuktian seperti dimaksud dalam ayat (1) makaketerangan tersebut dipergunakan sebagai hal yang setidak-tidaknya menguntungkan baginya. Dalam hal demikianPenuntut Umum tetap mempunyai kewenangan untukmemberikan pembuktian yang berlawanan.
4)Apabila terdakwa tidak dapat memberikan keterangantentang pembuktian seperti dimaksud dalam ayat (1) makaketerangan tersebut dipandang sebagai hal yang setidak-tidaknya merugikan baginya. Dalam hal demikian PenuntutUmum tetap diwajibkan memberi pembuktian bahwaterdakwa bersalah melakukan tindak pidana korupsi.Menurut penulis maksud dari pasal 17 Undang-Undang
Nomor 3 Tahun 1971 ini dapat dikatakan sistem pembagian
pembuktian, yaitu antara jaksa dan terdakwa dapat saling
membuktikan. Terdakwa diwajibkan untuk membuktikan
ketidakbersalahannya dan jaksa melakukan hal yang sama
untuk membuktikan kesalahan terdakwa.
Selanjutnya, ketentuan Pasal 18 Undang-Undang Nomor 3
Tahun 1971 menyatakan bahwa:
60
1. Setiap terdakwa wajib memberikan keterangan tentangseluruh harta bendanya dan harta benda isteri/ suami,anak dan setiap orang, serta badan yang didugamempunyai hubungan dengan perkara yangbersangkutan apabila diminta oleh hakim.
2. Bila terdakwa tidak dapat memberi keterangan yangmemuaskan disidang pengadilan tentang sumberkekayaan yang tidak seimbang dengan penghasilannyaatau sumber penambahan kekayaannya makaketerangan tersebut dapat digunakan untuk memperkuatketerangan saksi bahwa terdakwa telah melakukantindak pidana korupsi.
Adapun maksud dari pasal 18 diatas mengatur terkait tentang
kepemilikan harta benda pelaku yang dimana penulis
menyimpulkan bahwa kedua pasal diatas, pembalikan beban
pembuktian terhadap kesalahan pelaku dan kepemilikan harta
terdakwa hanya digunakan sepanjang hakim memandang perlu
untuk kepentingan pemeriksaan.
3) Undang-Undang No. 31 Tahun 1999 jo Undang-Undang No.20 Tahun 2001 Tentang Pemberantasan Tindak PidanaKorupsi
Selanjutnya Undang-Undang Nomor 3 Tahun 1971 tentang
Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi dilakukan revisi melalui
Undang-Undang Nomor 31 Tahun 1999 Tentang Pemberantasan
Tindak Pidana Korupsi yang mana mengenai pengaturan
pembuktian terbalik diatur dalam pasal 37 yang menyatakan
bahwa:
1. Terdakwa mempunyai hak untuk membuktikan bahwa iatidak melakukan tindak pidana korupsi.
2. Dalam hal terdakwa dapat dibuktikan bahwa ia tidakmelakukan tindak pidana korupsi, maka keterangan tersebutdipergunakan sebagai hal yang menguntungkan baginya.
61
3. Terdakwa wajib memberikan keterangan tentang Seluruhharta bendanya dan harta benda istri atau suami, anak, danharta benda setiap orang atau korporasi yang didugamempunyai hubungan dengan perkara yang bersangkutan.
4. Dalam hal terdakwa tidak dapat membuktikan tentangkekayaan yang tidak seimbang dengan penghasilannya atausumber penambahan kekayaannya, maka keterangan tersebutdapat digunakan untuk memperkuat alat bukti yang sudahada bahwa terdakwa telah melakukan tindak pidana korupsi.
5. Dalam keadaan sebagaimana dimaksud dalam ayat (1), ayat(2) ayat (3) dan ayat (4), penuntut umum tetap berkewajibanuntuk membuktikan dakwaannya.
Adapun analisa hukum terhadap ketentuan Pasal 37 Undang-
undang Nomor 31 tahun 1999 bahwa terhadap pembalikan beban
pembuktian, terdakwa mempunyai hak untuk membuktikan bahwa
ia tidak melakukan tindak pidana korupsi sehingga jikalau terdakwa
dapat membuktikan bahwa ia tidak melakukan tindak pidana
korupsi. Maka pembuktian tersebut dipergunakan oleh pengadilan
sebagai dasar untuk menyatakan bahwa dakwaan tidak terbukti.
Undang-undang pun menerapkan pembuktian terbalik yang bersifat
terbatas dan berimbang, yakni terdakwa mempunyai hak untuk
membuktikan bahwa ia tidak melakukan tindak pidana korupsi dan
wajib memberikan keterangan tentang seluruh harta bendanya dan
harta benda istri atau suami, anak, dan harta benda setiap orang atau
korporasi yang diduga mempunyai hubungan dengan perkara yang
bersangkutan sehingga penuntut umum tetap berkewajiban
membuktikan dakwaannya.
Dalam perkembangannya setelah mengalami pergantian
Undang-Undang terkait tindak pidana korupsi sampai pada saat ini
62
pengaturan sistem pembuktian tetap diatur dalam Undang-Undang
Nomor 20 Tahun 2001 Tentang Perubahan Atas Undang-Undang
Nomor 31 Tahun 1999 Tentang Pemberantasan Korupsi yang mana
diatur dalam pasal 12B, pasal 37, pasal 37A dan pasal 38B.
Dalam pasal 12B ayat (1) huruf a dan b Undang-Undang
Nomor 20 Tahun 2001 Tentang Perubahan Atas Undang-Undang
Nomor 31 Tahun1999 Tentang Pemberantaan Tindak Pidana
Korupsi menyatakan bahwa :
1)Setiap gratifikasi kepada pegawai negeri ataupenyelenggaran negara dianggap pemberian suap, apabilaberhubungan dengan jabatannya dan yang berlawanandengan kewajiban atau tugasnya, dengan ketentuan sebagaiberikut :
a. Yang nilainya Rp10.000.000,00 (sepuluh juta rupiah)atau lebih, pembuktian bahwa gratifikasi tersebutbukan merupakan suap dilakukan oleh penerimagratifikasi;
b. yang nilainya kurang dari Rp10.000.000,00 (sepuluhjuta rupiah), pembuktian bahwa gratifikasi tersebutsuap dilakukan oleh penuntut umum.9
Selanjutnya dalam Pasal 37 menyatakan bahwa :
1) Terdakwa mempunyai hak untuk membuktikan bahwa iatidak melakukan tindak pidana korupsi.
2) Dalam hal terdakwa dapat membuktikan bahwa ia tidakmelakukan tindak pidana korupsi, maka pembuktiantersebut dipergunakan oleh pengadilan sebagai dasar untukmenyatakan bahwa dakwaan tidak terbukti.
Selanjutnya dalam pasal 37A Undang-Undang Nomor 20
Tahun 2001 menytakan bahwa :
1)Terdakwa wajib memberikan keterangan tentang seluruh hartabendanya dan harta benda istri atau suami, anak, dan harta benda
9 Lihat pasal 12B ayat 1 Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2001 Tentang Perubahan AtasUndang-Undang Nomor 31 Tahun1999 Tentang Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi
63
setiap orang atau korporasi yang diduga mempunyai hubungandengan perkara yang didakwakan.
2)Dalam hal terdakwa tidak dapat membuktikan tentang kekayaanyang tidak seimbang dengan penghasilannya atau sumberpenambahan kekayaannya, maka keterangan sebagaimanadimaksud dalam ayat (1) digunakan untuk memperkuat alat buktiyang sudah ada bahwa terdakwa telah melakukan tindak pidanakorupsi.
3)Ketentuan sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) dan ayat (2)merupakan tindak pidana atau perkara pokok sebagaimanadimaksud dalam Pasal 2, Pasal 3, Pasal 4, Pasal 13, Pasal 14,Pasal 15, dan Pasal 16 Undang-undang Nomor 31 Tahun 1999tentang Tindak Pidana Korupsi dan Pasal 5 sampai dengan Pasal12 Undang-undang ini, sehingga penuntut umum tetapberkewajiban untuk membuktikann dakwaannya.10
Selanjutnya Dalam pasal 38B menyatakan bahwa :
1)Setiap orang yang didakwa melakukan salah satu tindakpidana korupsi sebagaimana dimaksud dalam Pasal 2,Pasal 3, Pasal 4, Pasal 13, Pasal 14, Pasal 15, dan Pasal16 Undang-undang Nmor 31 Tahun 1999 tentangPemberantasan Tindak Pidana Korupsi dan Pasal 5sampai dengan Pasal 12 Undang-undang ini, wajibmembuktikan sebaliknya terhadap harta benda miliknyayang belum didakwakan, tetapi juga diduga berasal daritindak pidana korupsi.
2)Dalam hal terdakwa tidak dapat membuktikan bahwaharta benda sebagaimana dimaksud dalam ayat (1)diperoleh bukan karena tindak pidana korupsi, hartabenda tersebut dianggap diperoleh juga dari tindakpidana korupsi dan hakim berwenang memutuskanseluruh atau sebagian harta benda tersebut dirampasuntuk negara.
3)Tuntutan perampasan harta benda sebagaimanadimaksud dalam ayat (2) diajukan oleh penuntut umumpada saat membacakan tuntutannya pada perkara pokok.
4)Pembuktian bahwa harta benda sebagaimana dimaksuddalam ayat (1) bukan berasal dari tindak pidana korupsidiajukan oleh terdakwa pada saat membacakanpembelaannya dalam perkara pokok dan dapat diulangipada memori banding dan memori kasasi. Hakim wajibmembuka persidangan yang khusus untuk memeriksa
10 Lihat pasal 37A Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2001 Tentang Perubahan AtasUndang-Undang Nomor 31 Tahun1999 Tentang Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi
64
pembuktian yang diajukan terdakwa sebagaimanadimaksud dalam ayat (4).
5)Hakim wajib membuka persidangan yang khusus untukmemeriksa pembuktian yang diajukan terdakwasebagaimana dimaksud dalam ayat (4)
6)Apabila terdakwa dibebaskan atau dinyatakan lepas darisegala tuntutan hukum dari perkara pokok, makatuntutan perampasan harta benda sebagaimana dimaksuddalam ayat (1) dan ayat (2) harus ditolak oleh hakim.
dalam ketentuan Pasal 37 ditujukkan untuk delik gratifikasi
Pasal 12B UU Nomor 31 Tahun 1999 jo UU Nomor 20
Tahun 2001 maka korelasinya dengan pembalikan beban
pembuktian dalam ketentuan aasal 37 berlaku pada tindak
pidana suap menerima gratifikasi yang nilainya Rp.
10.000.000,00 (sepuluh juta rupiah) atau lebih (Pasal 12B
ayat (1) huruf a). Kemudian korelasinya dengan Pasal 37A
ayat (3) bahwa pembalikan beban pembuktian menurut
ketentuan Pasal 37 berlaku dalam aspek pembuktian tentang
sumber (asal) harta benda terdakwa dan lain-lain di luar
perkara pokok sebagaimana pasal-pasal yang disebutkan
dalam ketentuan Pasal 37A hanya terhadap tindak pidana
korupsi suap gratifikasi yang tidak disebut dalam ketentuan
Pasal 37A ayat (3) UU Nomor 20 Tahun 2001.
Selanjutnya pada ketentuan pasal 38B merupakan
pembalikan beban pembuktian yang dikhususkan pada
65
perampasan harta benda yang diduga keras berasal dari
tindak pidana korupsi. Akan tetapi, perampasan harta ini
tidak berlaku bagi ketentuan Pasal 12B ayat (1) huruf a UU
No. 20 Tahun 2001, malainkan terhadap pelaku yang
didakwa melakukan tindak pidana pokok.
4) Undang-undang Nomor 8 tahun 2010 Tentang Pencegahandan Pemberantasan Tindak Pidana Pencucian Uang
Money Laundrey diperkenalkan oleh Perserikatan Bangsa-
bangsa atau disingkat PBB sejak disahkannya konvensi Wina
tentang Perdagangan Gelap Narkotika dan Psikotropika di tahun
1988. Amerika sudah memiliki Undang-Undang pertama dalam hal
pemberantasan Tindak Pidana Pencucian Uang atau yang disingkat
dengan TPPU yakni diatur dalam Money Laundering Control Act
1986. TPPU telah disadari oleh masyarakat dunia sebagai kejahatan
yang terjadi secara sistematis dan meluas mengakibatkan semakin
banyaknya pelaku-pelaku tindak pidana pencucian uang sehingga
menimbulkan kekhawatiran dari masyarakat, karena perbuatan dari
tindak pidana ini dapat menimbulkan masalah dan ancaman yang
serius terhadap stabilitas dan keamanan masyarakat serta
menghambat pembangunan yang berkelanjutan.11
Undang-undang Nomor 8 tahun 2010 tentang Pencegahan
dan Pemberantasan Tindak Pidana Pencucian Uang sebagai upaya
11 Yulia Elsa. 2017. Penerapan Pembuktian terbalik dalam Tindak Pidana Pencucian UangBerdasarkan Undang-Undang Nomor 8 tahun 2010. Jurnal Ilmiah hlm vi-vii.
66
pencegahan dan pemberantasan tindak pidana pencucian uang yang
dimana digunakannya pembuktian terbalik dalan tindak pidana
pencucian uang. Pembuktian terbalik dalam Tindak Pidana
Pencucian Uang diatur dalam pasal 77 yang menyatakan bahwa :
“Untuk Kepentingan pemeriksaan di sidang Pengadilanterdakwa wajib membuktikan bahwa harta kekayaannya bukanmerupakan hasil tindak pidana.”
Hadirnya Pembuktian terbalik dalam tindak pidana
pencucian uang disebabkan oleh perkembangan pelaku tindak
pidana yang berusaha menyembunyikan atau menyamarkan asal
usul harta kekayaan yang merupakan hasil dari tindak pidana dengan
berbagai cara agar harta kekayaan hasil tindak pidananya susah
ditelusuri oleh aparat penegak hukum sehingga dengan leluasa
memanfaatkan harta kekayaan tersebut baik untuk kegiatan yang sah
maupun tidak sah.
2. Mekanisme sistem pembuktian terbalik di Indonesia
Hukum acara tindak pidana korupsi dalam penerapannya sama
dengan tindak pidana lainnya sebagaimana yang diatur dalam Undang-
Undang Nomor 8 Tahun 1981 Tentang Hukum Acara Pidana yang
terdiri dari Penyelidikan, Penyidikan, dan Penuntutan. Penyelidikan
merupakan tindakan tahap pertama permulaan penyidikan. Akan tetapi
harus diingat, penyelidikan bukan tindakan yang berdiri sendiri terpisah
dari fungsi penyidikan. Penyelidikan merupakan bagian yang tak
terpisahkan dari fungsi penyidikan. Penyelidikan merupakan salah satu
67
cara atau metode atau sub daripada fungsi penyidikan yang mendahului
tindakan lain, yaitu penindakan yang berupa penangkapan, penahanan,
penggeledahan, penyitaan, pemeriksaan surat, pemanggilan, tindakan
pemeriksaan, dan penyerahan berkas pada penuntut umum.
Jadi sebelum dilakukan tindakan penyidikan, dilakukan dulu
penyelidikan oleh pejabat penyelidik, dengan maksud dan tujuan
mengumpulkan "bukti permulaan" atau "bukti yang cukup" agar dapat
dilakukan tindak lanjut penyidikan. Barangkali penyelidikan dapat
disamakan dengan pengertian "tindakan pengusutan" sebagai usaha
mencari dan menemukan jejak berupa keterangan dan bukti-bukti
sesuatu peristiwa yang diduga merupakan tindak pidana. Dari
penjelasan yang dimaksud hampir tidak ada perbedaan makna
keduanya. Antara penyelidikan dan penyidikan adalah dua fase
tindakan yang berwujud satu. Antara keduanya saling berkaitan dan
saling mengisi guna dapat di selesaikan pemeriksaan suatu peristiwa
pidana.
Bahwa penerapan pembuktian terbalik terjadi ditahap penuntutan.
Yang mana dapat ditafsirkan bahwa jika dalam tahap penyidikan suatu
kasus korupsi baik yang dilakukan oleh polisi, jaksa ataupun oleh
gabungan keduanya, tersangka dapat membuktikan secara sah kepada
penyidik mengenai asal usul harta benda miliknya, milik istrinya dan
seterusnya itu, maka berkas perkara tersangka tersebut tetap akan,
68
dikirim kepada penuntut umum untuk dibuktikan di persidangan
pengadilan.
Terlebih lagi jika tersangka sama sekali tidak mampu melakukan
pembuktian mengenai hal di atas, maka penerusan berkas perkaranya
ke pengadilan tentu merupakan sesuatu yang wajar bahkan memang
seharusnya. Kemudian jika sesudah sampai di persidangan pengadilan
pun terdakwa masih tidak mampu juga membuktikan legalitas dari harta
benda miliknya, milik istrinya dan seterusnya, maka hal inipun tidak
lantas menjadikan ia dapat dijatuhi pidana tertentu sebagai koruptor.
Karena secara yuridis, ketidak mampuan terdakwa daiam pembuktian
tersebut hanya akan dipergunakan oieh pengadilan untuk memperkuat
alat bukti yang sudah ada bahwa terdakwa teiah melakukan tindak
pidana korupsi.
Jadi bukan sebagai satu-satunya alat bukti yang bersifat otomatis
untuk dapat mempidana terdakwa (sebagaimana yang lazim dalam
penerapan asas pembuktian terbalik). Lebih dari itu, (yaitu dalam hal
terdakwa tidak mampu membuktikan sebaliknya dari apa yang
dituduhkan jaksa), menurut Pasal 37 ayat (5) UU No. 31 Tahun 1999
yang sekarang telah menjadi Pasal 37A ayat (3) UU No. 20 Tahun 2001,
Jaksa Penuntut Umum tetap dibebani kewajiban untuk membuktikan
dakwaannya.
69
B. Sistem Pembuktian Terbalik di Hongkong dan Singapura
1. Sistem Pembuktian Terbalik di Hongkong.
a. Asal usul system pmbuktian terbalik
Hongkong merupakan salah satu contoh negara yang berhasil
mentransformasikan diri dari merajalelanya korupsi di negara tersebut
pada tahun 1960an menjadi pemerintahan yang bersih pada tahun
1970an. Menengok sejarahnya permasalahan korupsi di Hongkong
pada tahun 1960 sampai 1970 tidak lepas dari masalah narkotika
dikarenkan Hongkong menjadi tempat transit para pengedar narkoba
yang bekerjasama dengan kepolisian di hongkong dikatakan bekerja
sama karena sindikat narkotika bisa sukses berlangsung jika terjalin
kerjasama dengan pihak kepolisian. Kondisi tersebut menggambarkan
bahwa tingkat korupsi yang tinggi terjadi di Hongkong melibatkan di
antara para pejabat terutama dalam kepolisian.12
Masalah korupsi dengan melakukan penyuapan kepada pihak
kepolisian yang akhirnya dikeluhkan masyarakat Hongkong pada saat
itu, puncaknya adalah kasus korupsi yang dilakukan oleh seorang
Jendral Polisi yakni Peter Fitzroy Gobder yang terkait dengan
kepemilikan aset HK$ 4,3 juta. Ia sebenarnya sedang memasuki masa
pensiun saat tim antikorupsi polisi Hong Kong mulai menyelidiki
kiprahnya pada 1973. Godber adalah mantan Wakil Kepala Polisi
Kowloon itu. Penyelidikan dilakukan setelah polisi mendapatkan
laporan rekening gendutnya senilai 600 ribu dolar di berbagai akun
12 Ermansjah Djaja. Memberantas Korupsi Bersama KPK. Op.Cit. Hlm 400
70
bank di luar negeri. Godber pun dipanggil untuk diminta
keterangannya.13
Namun, Peter Fitzroy Gobder memilih kabur ke luar negeri
dengan menggunakan koneksinya di bandar udara setelah memastikan
istrinya telah berada di luar negeri. Buronnya Godber membuat
masyarakat yang sudah kesal dengan maraknya korupsi di Hong Kong.
Hasilnya Korupsi ternyata telah mengakar di kepolisian dan
membudaya di birokrasi. Hakim Alistair Blair-Kerr menyimpulkan
perlunya badan khusus antikorupsi yang independen dan berada di luar
kepolisian serta mengarah pada pembenahan dan pengetatan undang-
undang yang sudah lama menentang penyuapan dan bentuk-bentuk
korupsi lainnya.14
Atas dasar rekomendasi itulah mengarah pada pembenahan dan
pengetatan undang-undang yang sudah lama menentang penyuapan
dan bentuk-bentuk korupsi lainnya setelah tahun 1971. Pada Mei 1971
dewan legislatif Hongkong mengeluarkan aturan anti korupsi bernama
Prevention of Bribery Ordinance yang merupakan undang-undang
anti-korupsi utama di Hong Kong yang dimana rumusan deliknya
hanya menyangkut suap atau pemberian (gratifikasi).
Aturan anti korupsi yang diatur dalam Prevention of Bribery
Ordinance memperkenalkan system pembuktian terbalik yakni
13 Anita Carolina, 2012. Sistem Anti Korupsi : Suatu Studi Komparatif di Indonesia,Hongkong, Singapura dan Thailand. Jurnal Infestasi Vol.8 No.1. hlm 112.
14 Ibid hlm 112-113
71
mengatur terkait dengan ”kepemilikan pendapatan atau property yang
tidak bias dijelaskan” maka dianngap sebagai suatu pelanggaran.
Apabila terdapat pejabat publik yang mempunyai standar hidup diatas
kemungkinan dari pendapatannya di masa kini atau masa lalunya maka
pejabat public yang dituduh tersebut dianggap bersalah melakukan
korupsi kecuali kalau ia dapat memberikan suatu penjelasan yang
memuaskan kepada pengadilan mengenai bagaimana ia mampu
memperoleh standar hidup yang demikian itu atau bagaimana sumber-
sumber pendapatan atau harta itu dapat ia kuasai.
Adapun dalam pengaturannya terdapat dalam pasal 10 Pasal (1b)
Prevention of Bribery Ordonance 1970.
Section Number 10
1) Any person who, being or having been the Chief Executive or aprescribed officera) maintains a standard of living above that which is commensurate
with his present or past official emoluments; orb) is in control of pecuniary resources or property disproportionate
to his present or past official emoluments, shall, unless he gives asatisfactory explanation to the court as to how he was able tomaintain such a standard of living.Bagian 10
1) Setiap orang yang, menjadi atau pernah menjadi Kepala Eksekutifatau pejabat yang ditunjuk
a) mempertahankan standar kehidupan di atas apa yang sepadandengan honorariumnya saat ini atau masa lalu; atau
b) memegang kendali atas sumber daya keuangan atau propertiyang tidak proporsional dengan honorarium masa kini atau masalalunya, akan, kecuali jika ia memberikan penjelasan yangmemuaskan kepada pengadilan tentang bagaimana ia dapatmempertahankan standar hidup seperti itu.
72
b. Pengaturan sistem pembuktian terbalik dalam peraturanperundang-undangan di Hongkong
Pengaturan pembuktian terbalik ditaur dalam Undang-Undang Anti
Korupsi Hongkong Pasal 10 (1b) Prevention of Bribery Ordonance
1970 yaitu
Section Number 10
2) Any person who, being or having been the Chief Executive or aprescribed officerc) maintains a standard of living above that which is commensurate
with his present or past official emoluments; ord) is in control of pecuniary resources or property disproportionate
to his present or past official emoluments, shall, unless he gives asatisfactory explanation to the court as to how he was able tomaintain such a standard of living.Bagian 10
2) Setiap orang yang, menjadi atau pernah menjadi Kepala Eksekutifatau pejabat yang ditunjuk
c) mempertahankan standar kehidupan di atas apa yang sepadandengan honorariumnya saat ini atau masa lalu; atau
d) memegang kendali atas sumber daya keuangan atau propertiyang tidak proporsional dengan honorarium masa kini atau masalalunya, akan, kecuali jika ia memberikan penjelasan yangmemuaskan kepada pengadilan tentang bagaimana ia dapatmempertahankan standar hidup seperti itu.
Berdasarkan pasal tersebut penulis menyimpulkan bahwa
pembuktian terbaliknya bersifat terbatas yakni terhadap seorang
pejabat public/pegawai yang memiliki kekayaan lebih dari
penghasilan, menguasai sumber-sumber pendapatan atau harta yang
tidak sebanding dengan gajinya pada saat ini atau pendapatan resmi di
masa lalu, akan dinyatakan bersalah melakukan tindak pidana, kecuali
kalau ia dapat memberikan suatu penjelasan yang memuaskan kepada
pengadilan mengenai bagaimana ia mampu memperoleh standar
73
hidup yang demikian itu atau bagaimana sumber-sumber pendapatan
atau harta itu dapat ia kuasai.
Penerapan sistem pembuktian pernah diterapkan di Hongkong
dalam kasus antara The Attorney General of Hong Kong v Hui Kin
Hong. Dalam Putusan Pengadilan Tinggi (PT) Hong Kong Nomor 52
Tahun 1995 tanggal 3 April 1995 antara Attorney-General of Hong
Kong v Hui Kin Hong menyatakan ketentuan Pasal 10 ayat (1)
huruf a Undang-undang Pencegahan Penyuapan Hongkong (Section
10 of the Prevention of Bribery Ordinance of Hong Kong) yang
dimana meletakkan beban pembuktian kepada terdakwa Hui Kin
Hong.
PT Hong Kong berpendapat sebelum terdakwa dipanggil
membuktikan asal usul kekayaan yang jauh melebihi penghasilannya
maka penuntut umum harus membuktikan terlebih dahulu secara
beyond reasonable doubt tentang status Hui Kin Hong sebagai
pembantu ratu tersebut, standart hidup bersangkutan selama
penuntutan dan total penghasilan resmi yang diterima selama itu,
dan juga harus dapat membuktikan bahwa kehidupan yang
bersangkutan tidak dapat dijangkau oleh penghasilannya itu.
Apabila penuntut umum dapat membuktikan hal tersebut
maka kewajiban terdakwa untuk menjelaskan bagaimana yang
bersangkutan dapat hidup mampu dengan kekayaan yang ada, atau
bagaimana kekayaannya tersebut berada di bawah kekuasaannya
74
atau bagaimana terdakwa Hui Kin Hong mendapatkan ketidakwajaran
sumber keuangan atau harta kekayaan tersebut. Pengadilan Tinggi
Hong Kong kemudian harus memutuskan apakah hal-hal tersebut
dapat diperhitungkan sebagai standrat hidup yang berlebihan atau
sebagai sumber keuangan yang tidak sepadan dengan harta
bendanya.
Penerapan sistem pembuktian terbalik ini menurut keterangan
seorang pejabat Independent Comission Against Corruption Hongkong
cukup efektif untuk memberantas tindak pidana korupsi, karena
seseorang akan takut melakukan korupsi, sebab akan sulit baginya
memberikan penjelasan yang memuaskan tentang sumber
kekayaannya kalau memang kekayaannya itu diperoleh dengan cara
yang tidak sah.15
2. Sistem Pembuktian Terbalik di Singapura
a. Asal usul system pmbuktian terbalik
Singapura adalah salah satu negara di Asia yang mendapatkan
predikat sebagai negara yang tingkat korupsinya rendah di dunia hal
itu didasarkan atas sruvei dari Transparency International (TI) yang
mana Transparency International (TI) dalam surveinya melakukan
pengukuran tingkat korupsi di 180 Negara melalui Corruption
Perceptions Index (CIP) pada tahun 2018 adapun hasilnya Singapura
15 Mohammad Zamroni. 2011. Telaah Progreasif : Implementasi Asas PembuktianTerbalik (Reverses Onus) Terhadap Tindak Pidana Korupsi (Progrissive Review: Verificationreverse Principle Implementation (Reversed Onus) Against Corruption. Jurnal Legislasi IndonesiaVol. 8 No.2 hlm. 293
75
berada pada tingkat ke tiga (3) dengan perolehan nilai 89. Hasil
tersebut menunjukkan bahwa Singapura adalah salah satu contoh
negara terbaik yang berhasil memberantas korupsi dan mencapai hasil
sebagai negara yang tingkat korupsinya rendah.
Sejarah Singapura untuk mencapai reputasi tersebut tidaklah
terjadi begitu saja, menengok sejarahnya pada masa pemerintahan
kolonial inggris korupsi adalah hal yang biasa terjadi di pemerintahan
singapura, hal itu terjadi karena rendahnya kemauan serta komitmen
dari pemerintah untuk memberantas korupsi didukung dengan tidak
efektifnya aturan terkait korupsi.16
Pada waktu itu pemerintah kolonial Inggris telah membentuk
suatu unit khusus dalam kesatuan polisi Singapura untuk menangani
semua kasus korupsi yakni Anti Corruption Branch (ACB). Di
samping itu, pada Desember 1937, Singapura mengesahkan Undang-
Undang anti korupsi yang disebut dengan Prevention of Corruption
Ordinance (POCO). Namun, keberadaan lembaga dan undang-undang
anti korupsi ini tidak mampu mengahalangi terjadinya korupsi
terutama di lembaga kepolisian.
Korupsi di lembaga kepolisian menjadi sangat tidak terkontrol
pada masa itu. Rendahnya gaji pegawai pemerintahan, banyaknya
kesempatan untuk praktik korupsi, tidak efektifnya kinerja ACB, tidak
efektifnya POCO merupakan faktor utama penyebab merajalelanya
16 Ibid hlm 113.
76
korupsi pada masa itu. Hal ini diperkuat dengan ditemukannya bukti
pada Oktober 1951, yaitu tiga orang detektif dan beberapa senior staf
di ACB terlibat dalam penyelundupan opium senilai S$400,000 atau
setara dengan US $ 133,333. Terkuaknya kasus penyelundupan opium
oleh staf ACB ini telah membuktikan lemahnya kinerja ACB. 17
Sejak saat itu, tepatnya pada Oktober 1952 Singapura
membentuk unit anti korupsi Corrupt Practices Investigation Bureau
(CPIB) menggantikan ACB. CPIB merupakan lembaga yang
independen yang terpisah dari kepolisian yang bertanggungjawab
untuk menangani semua kasus korupsi.
Tekad kuat mantan Perdana Menteri Lee Kuan Yew merupakan
kunci sukses pemberantasan korupsi di Singapura. Pemerintah
Singapura menunjukkan komitmennya dalam pemberantasan korupsi
dengan mengesahkan undang-undang anti korupsi yang disebut
dengan “Prevention of Corruption Act” (POCA) pada tahun 1960
menggantikan POCO yang tidak efektif. Dalam POCA definisi korupsi
diperluas dan diperjelas menjadi ”The asking, receiving or agreeing to
receive, giving, promising or offering of any gratification as an
inducement or reward to a person to do or not to do any act, with a
corrupt intention”. Pengertian korupsi ini diartikan sebagai upaya
meminta, menerima atau menyetujui untuk meminta, memberi,
menjanjikan atau menawarkan gratifikasi sebagai inducement atau
17 Ibid hlm 114.
77
hadiah (reward) kepada orang untuk melakukan atau tidak melakukan
suatu hal, dengan sebuah maksud yang korup.
Dalam Prevention of Corruption Act pasal 8 diatur terkait
pembuktian terbalik dalam tindak pidana korupsi. Keberadaan POCA
mampu memperkuat kedudukan CPIB dengan memberikan
kewenangan hukum yang lebih besar dan independen. Untuk menjaga
efektifitas keberadaan POCA, pemerintahan PAP melakukan beberapa
amandemen Undang-Undang atau bahkan membuat peraturan baru
dengan tujuan menutup celah atau mengatisipasi kekurangan atau
kelemahan peraturan yang ada. POCA mengalami beberapa
amandemen, misalnya pada tahun 1966, yang menegaskan bahwa
seseorang dapat dinyatakan bersalah atas kasus korupsi walaupun
tanpa secara nyata menerima suap selama orang tersebut memiliki niat
untuk melakukan korupsi.
b. Pengaturan sistem pembuktian terbalik dalam peraturanperundang-undangan di Singapura
Di Singapura pembuktian terbalik diterapkan pada saat proses
penyelesaian tindak pidana korupsi. Pembuktian terbalik diatur dalam
Undang-Undang anti korupsi Singapura yaitu Prevention of Corruption
Act pasal 8 yang dimana menyatakan bahwa :
Where in any proceedings against a person for an offence under section5 or 6, it is proved that any gratification has been paid or given to orreceived by a person in the employment of the Government or anydepartment thereof or of a public body by or from a person or agent ofa person who has or seeks to have any dealing with the Government orany department thereof or any public body, that gratification shall bedeemed to have been paid or given and received corruptly as aninducement or reward as hereinbefore mentioned unless the contrary is
78
proved.(Apabila dalam proses persidangan terhadap seseorang karenapelanggaran berdasarkan bagian 5 atau 6, terbukti bahwa gratifikasi apapun telah dibayarkan atau diberikan kepada atau diterima olehseseorang dalam pekerjaan Pemerintah atau departemen apa pundarinya atau dari badan publik oleh atau dari seseorang atau agen dariseseorang yang memiliki atau berusaha untuk berurusan denganPemerintah atau departemennya atau badan publik mana pun, bahwagratifikasi dianggap telah dibayar atau diberikan dan diterima secarakorup sebagai bujukan atau hadiah seperti yang disebutkan di sinisebelumnya disebutkan kecuali jika yang sebaliknya terbukti).
3. Analisis Sistem Pembuktian Terbalik di Indonesia, Hongkong, danSingapura
Dalam menganalisa penulis disini akan memperbandingan system
pembuktian terbalik yang ada di Indonesia, Hongkong dan Singapura yang
nantinya didapatkan persamaan dan perbedaan diantara ketiga negara
tersebut kemudian akan ditarik kesimpulan dari system tersebut.
Sebagaimana teori dari Orucu tentang perbandingan hukum yang dimana
Orucu mengatakan bahwasannya perbandingan hukum itu adalah“Comparative law is legal discipline aiming at ascertaining similaritiesand differences and finding out relationship between various legal sistems,their essence and style, looking at comparable legal institutions andconcepts and typing to determine solutions to certain problems in thesesistems with a definite goal in mind, such as law reform, unification etc”.Artinya, perbandingan hukum merupakan suatu disiplin ilmu hukum yangbertujuan menemukan persamaan dan perbedaan serta menemukan pulahubungan-hubungan erat antara berbagai sistem-sistem hukum; melihatperbandingan lembaga-lembaga hukum konsep-konsep serta mencobamenentukan suatu penyelesaian atas masalah-masalah tertentu dalamsistem-sistem hukum dimaksud dengan tujuan seperti pembaharuanhukum, unifikasi hukum dan lain-lain.18
Maka penulis menyimpulkan definisi menururt Orucu perbandingan
hukum adalah suatu cara yang dimana untuk menemukan persamaan dan
perbedaan serta hubungan terkait sistem-sistem hukum yang nantinya
18 Muhammad Rody. Studi Komparasi Pengaturan Sistem Pembuktian Menururt HukumAcara Pidana Indonesia Dengan Hukum Acara Pidana Republik Rakyat China (Criminal ProcedureCode Of People Republik of China). Jurnal Hukum. Universitas Sumatra Utara. diakses tanggal 09Januari 2019.
79
persamaan dan perbedaan yang ditemukannya dapat dijadikan bahan dalam
pembaharuan hukum.
Adapun tabel dibawah ini adalah perbedaan dari system pembuktian
terbalik yang ada di Indonesia, Hongkong dan Singapura.
80
Tabel 1. Perbandingan Sistem Pembuktian Terbalik di Negara Indonesia, Hongkong, dan Singapura
No. Perbedaan Indonesia Hongkong Singapura
1 Pengaturan Undang-undang Nomor 31 Tahun1999 Jo Undang-undang Nomor20 Tahun 2001 TentangPembenrantasan Tindak PidanaKorupsi, Undang-Undang Nomor8 Tahun 2010 tentang Pencegahandan Pemberantasan Tindak PidanaPencuciaan Uang dan Undang-undang Nomor 8 Tahun 1981Tentang Kitab Undang-undangHukum Acara Pidana atau yangdisingkat dengan KUHAP
Ps 37 ayat 1 UU Tipikor“Terdakwa mempunyai hak untukmembuktikan bahwa ia tidakmelakukan tindak pidana korupsi.”
Prevention of BriberyOrdinance 1970 (Undang-undang pencegahan suapmenyuap di Hongkong).
Section Number 101)Any person who, being orhaving been the ChiefExecutive or a prescribedofficer:a) maintains a standard ofliving above that which iscommensurate with hispresent or past officialemoluments; orb)is in control of pecuniaryresources or propertydisproportionate to hispresent or past officialemoluments, shall, unless hegives a satisfactoryexplanation to the court as tohow he was able to maintainsuch a standard of living. or
Prevention of CorruptionAct 1993 (Undang-undangpencegahan korupsi diSingapura).
Section Number 8Where in any proceedingsagainst a person for anoffence under section 5 or 6,it is proved that anygratification has been paidor given to or received by aperson in the employment ofthe Government or anydepartment thereof or of apublic body by or from aperson or agent of a personwho has or seeks to have anydealing with the Governmentor any department thereof orany public body, thatgratification shall bedeemed to have been paid orgiven and received corruptly
81
Kekayaannya bukan merupakanhasil tindak pidana”.
how such pecuniary resourcesor property came under hiscontrol, be guilty of anoffence.Terjemahan :
Bagian Nomor 101) Setiap orang yang, sedangatau pernah menjadi KepalaEksekutif atau pejabat yangditentukan (pejabat public/pegawai):a) yang mempunyai standarhidup di atas yang setarafdengan gaji jabatannyadimasa kini atau masa lalunya;ataub) memegang kendali atassumber daya keuangan atauproperti yang tidak sebandingdengan gaji jabatannyadimasa kini atau masa lalunyaditetapkan bersalahmelakukan sebuah tindakpidana, akan, kecuali jika diamemberikan penjelasan yangmemuaskan kepadapengadilan tentang bagaimana
as an inducement or rewardas hereinbefore mentionedunless the contrary isproved.Terjemahan :Apabila dalam prosespersidangan terhadapseseorang karenapelanggaran berdasarkanbagian 5 atau 6, terbuktibahwa gratifikasi apa puntelah dibayarkan ataudiberikan kepada atauditerima oleh seseorangdalam pekerjaan Pemerintahatau departemen apa pundarinya atau dari badanpublik oleh atau dariseseorang atau agen dariseseorang yang memilikiatau berusaha untukberurusan denganPemerintah ataudepartemennya atau badanpublik mana pun, bahwagratifikasi dianggap telahdibayar atau diberikan danditerima secara korup
82
dia dapat mempertahankanstandar hidup seperti itu. ataubagaimana sumber daya uangatau properti seperti itu beradadi bawah pengendaliannya.
sebagai bujukan atau hadiahseperti yang disebutkan disini sebelumnya disebutkankecuali jika yang sebaliknyaterbukti
2. Pengertian korupsi 1.Pasal 2 ayat (1) : “Setiap orangyang secara melawan hukummelakukan perbuatanmemperkaya diri sendiri atauorang lain atau suatu korporasiyang dapat merugikan keuangannegara atau perekonomiannegara.”2.Pasal 3 : “Setiap orang yangdengan sengaja menguntungkandiri sendiri atau orang lain atausuatu korporasi, menyalahgunakankewenangan, kesempatan atausarana yang ada padanya karenajabatan atau kedudukan yang dapatmerugikan keuangan negara atauperekonomian negara.”
Section Number 4(1) Any person who, whetherin Hong Kong or elsewhere,without lawful authority orreasonable excuse, offers anyadvantage to a public servantas an inducement to or rewardfor or otherwise on account ofthat public servant's-(a) performing or abstainingfrom performing, or havingperformed or abstained fromperforming, any act in hiscapacity as a public servant;(b) expediting, delaying,hindering or preventing, orhaving expedited, delayed,hindered or prevented, theperformance of an act,whether by that public servantor by any other public servant
5. Any person who shall byhimself or by or inconjunction with any otherperson —(a) corruptly solicit orreceive, or agree to receivefor himself, or for any otherperson; or(b) corruptly give, promiseor offer to any personwhether for the benefit ofthat person or of anotherperson, any gratification asan inducement to or rewardfor, or otherwise on accountof —(i)any person doing orforbearing to do anything inrespect of any matter ortransaction whatsoever,actual or proposed; or
83
in his or that other publicservant's capacity as a publicservant; or(c)assisting, favouring,hindering or delaying, orhaving assisted, favoured,hindered or delayed, anyperson in the transaction ofany business with a publicbody, shall be guilty of anoffence.
(2) Any public servant who,whether in Hong Kong orelsewhere, without lawfulauthority or reasonableexcuse, solicits or accepts anyadvantage as an inducement toor reward for or otherwise onaccount of his-3) (a) performing orabstaining from performing,or having performed orabstained from performing,any act in his capacity as apublic servant;(b) expediting, delaying,hindering or preventing, or
(ii)any member, officer orservant of a public bodydoing or forbearing to doanything in respect of anymatter or transactionwhatsoever, actual orproposed, in which suchpublic body is concerned,shall be guilty of an offenceand shall be liable onconviction to a fine notexceeding $100,000 or toimprisonment for a term notexceeding 5 years or to both.
6. If —(a) any agent corruptlyaccepts or obtains, or agreesto accept or attempts toobtain, from any person, forhimself or for any otherperson, any gratification asan inducement or reward fordoing or forbearing to do, orfor having done or forborneto do, any act in relation tohis principal’s affairs orbusiness, or for showing or
84
having expedited, delayed,hindered or prevented, theperformance of an act,whether by himself or by anyother public servant in his orthat other public servant'scapacity as a public servant; or(c) assisting, favouring,hindering or delaying, orhaving assisted, favoured,hindered or delayed, anyperson in the transaction ofany business with a publicbody,shall be guilty of anoffence.
(2A) Any person who,whether in Hong Kong orelsewhere, without lawfulauthority or reasonableexcuse, offers any advantageto the Chief Executive as aninducement to or reward for orotherwise on account of theChief Executive's-(a) performing or abstainingfrom performing, or havingperformed or abstained from
forbearing to show favour ordisfavour to any person inrelation to his principal’saffairs or business; (b) anyperson corruptly gives oragrees to give or offers anygratification to any agent asan inducement or reward fordoing or forbearing to do, orfor having done or forborneto do any act in relation to hisprincipal’s affairs orbusiness, or for showing orforbearing to show favour ordisfavour to any person inrelation to his principal’saffairs or business; or(c) any person knowinglygives to an agent, or if anagent knowingly uses withintent to deceive hisprincipal, any receipt,account or other document inrespect of which theprincipal is interested, andwhich contains anystatement which is false orerroneous or defective in any
85
performing, any act in hiscapacity as the ChiefExecutive; (b) expediting,delaying, hindering orpreventing, or havingexpedited, delayed, hinderedor prevented, the performanceof an act, whether by the ChiefExecutive in his capacity asthe Chief Executive or by anypublic servant in his capacityas a public servant; or (c)assisting, favouring, hinderingor delaying, or havingassisted, favoured, hindered ordelayed, any person in thetransaction of any businesswith a public body, shall beguilty of an offence
material particular, andwhich to his knowledge isintended to mislead theprincipal, he shall be guiltyof an offence and shall beliable on conviction to a finenot exceeding $100,000 or toimprisonment for a term notexceeding 5 years or to both
3. Bentuk Pembuktian Semi Terbalik, Terbalik, Biasa Semi Terbalik dan Terbalik Tebalik4. Jenis Tindak Pidana Merugikan Keuangan Negara,
Gratifikasi, Suap, dan PencucianUang
Gratifikasi Gratifikasi
5. Subjek Penyelenggara Negara Penyelenggara Negara Penyelenggara Negara danSwasta
Sumber : Data diolah oleh penulis
86
Berdasarkan tabel diatas ditemukan persamaan, perbedaan kelebihan dan
kekurangan masing-masing aturan terkait sistem pembuktian terbalik yang ada di
Indonesia, Hongkong dan Singapura. Apabila mengacu terhadap perbandingan
Pertama, Pengaturan. baik Indonesia, Hongkong dan Singapura ketiganya diatur
dalam Undang-undang khusus yang mengatur terkait pemberantasan dan
pencegahan tindak pidana korupsi, Namun Negara Indonesia memiliki pengaturan
yang lebih komperhensif, selain diatur dalam dalam Kitab Undang-Undang Hukum
Acara Pidana yang mengatur terkait pembuktian biasa yang dilakukan oleh
Penuntut Umum, juga diatur dalam Undang-Undang Pencegahan dan
Pemberantasan Tindak Pidana Pencucian Uang. Namun kelebihan tersebut tentunya
memiliki kelemahan yakni potensi terjadinya overregulation.
Kedua, Bentuk Pembuktian. Indonesia mengenal 3 (tiga) bentuk
pembuktian. Pembuktian biasa, pembuktian semi terbalik(berimbang), dan
pembuktian terbalik. Pembuktian biasa sebagaimana diatur dalam pasal 66 KUHAP
yang menyebutkan “Tersangka atau terdakwa tidak dibebani kewajiban
pembuktian.” Ketentuan pasal ini adalah penjelmaan dari asas "praduga tak
bersalah", dalam hal ini beban pembuktian berada di Jaksa Penuntut Umum.
Pembuktian semi terbalik sebagaiamana diatur dalam Undang-Undang
Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi. Yang mana Apabila dilihat dari sudut
pembebanan pembuktian Pasal 37A, maka dalam hal pembuktian kekayaan
terdakwa ternyata seimbang dengan sumber pendapatannya, dimana JPU juga tetap
wajib membuktikan tentang tindak pidana yang didakwakannya, maka dapat
disebut dengan sistem semi terbalik. Karena dibebani kewajiban membuktikan
87
terbalik secara berimbang, maka dapat juga disebut dengan sistem berimbang
terbalik.
Sedangkan pembuktian terbalik, kewajiban pembuktian berada di terdakwa
atau tersangka. Ketentuan ini merupakan penjelamaan dari asas praduga bersalah
(presumption of guilt). Pembuktian yang berada di Indonesia memiliki mekanisme
yang lebih lengkap dibandingkan Hongkong dan Singapura. Hadirnya pembuktian
semi terbalik sebagai bentuk kewajiban Jaksa Penuntut Umum dalam menjalankan
tugas dan fungsinya. Sedangkan jika melihat sistem pembuktian yang berada di
Singapura. Apabila telah terbukti harta bendanya merupakan hasil tindak pidana
korupsinya maka kewajiban Jaksa penuntut Umum menjadi hilang, hal inilah yang
menjadi kelemahan dalam pemberantasan tindak pidana korupsi. kemudian hakim
dalam memutus akan mengacu kepada ketidakmampuan terdakwa/tersangka dalam
membuktikan harta bendanya.
Ketiga, Jenis Tindak Pidana. Indonesia dalam mengatur sistem pembuktian
terbalik memiliki aturan yang lebih kompleks, pun juga jenis lingkup jenis tindak
pidananya. Hal ini dapat dilihat pada negara Hongkong dan Singapura yang hanya
mengatur terkait jenis tindak pidana gratifikasi. Sedangkan Indonesia meliputi jenis
tindak pidana yang Merugikan Keuangan Negara, Gratifikasi, Suap, dan Pencucian
Uang.
Hadirnya Pembuktian terbalik dalam tindak pidana pencucian uang
disebabkan oleh perkembangan pelaku tindak pidana yang berusaha
menyembunyikan atau menyamarkan asal usul harta kekayaan yang merupakan
hasil dari tindak pidana dengan berbagai cara agar harta kekayaan hasil tindak
88
pidananya susah ditelusuri oleh aparat penegak hukum sehingga dengan leluasa
memanfaatkan Harta Kekayaan tersebut baik untuk kegiatan yang sah maupun tidak
sah.19 Bahkan di Indonesia ketidakmampuan korporasi dalam membuktikan harta
kekayaannya, terbukti diperoleh berasal dari tindak pidana korupsi seperti yang
terjadi pada PT Putra Ramadhan (Tradha) didakwa melakukan tindak pidana
pencucian uang (TPPU) senilai Rp 3,6 miliar. Uang itu diduga berasal dari hasil
korupsi paket proyek Dana Alokasi Khusus (DAK) 2016, Dana Alokasi Umum
(DAU) dan Dana Bantuan Provinsi 2017 pada APBD Kabupaten Kebumen.20
Apabila dibandingkan dengan Hongkong dan Singapura, tindak pidana yang
berkaitan dengan pencucian uang, negara tersebut tentunya tidak memberlakukan
sistem pembuktian terbalik dalam tindak pidana pencucian uang.
Keempat, Subjek. Apabila dibandingkan dengan Singapura, Negara
Hongkong dan Indonesia yang hanya menjerat penyelenggara negara kurang efektif
dalam memberantas tindak pidana korupsi. Hal ini disebabkan oleh paradigma
pelaku tindak pidana korupsi yang berkaitan dengan kejahatan ekonomi demi
mendapatkan keuntungan sebesar-besarnya mengakibatkan swasta turut serta
menjadi pelaku tindak pidana. Hal ini pula yang dikemukakan oleh Robert Cooter
dalam bukunya Law and Economics21 motif perilaku korupsi adalah coruption by
greed. Motif coruption by greed yakni melakukan tindak pidana korupsi semata-
mata karena motif ekonomi, atau karena rakus.
19 Lihat Ketentuan Penjelasan Undang Undang Nomor 8 Tahun 2010 Tentang Pencegahandan Pemberantasan Tindak Pidana Pencucian Uang
20 Detik News, 2019, PT Tradha Didakwa Lakukan Pencucian Uang di Kebumen Rp 3,6M, URL: https://news.detik.com/berita/d-4569713/pt-tradha-didakwa-lakukan-pencucian-uang-di-kebumen-rp-36-m, diakses pada tanggal 1 Juni 2019
21 Robert Cooter dan Thomas Ulen. 2000. Law and Economics: Edisi Ketiga. AmerikaSerikat. Addison Wesley Longman Inc. hlm 12
89
Karena secara materi pelaku merupakan orang yang terpandang baik dari
sisi kedudukan maupun dari sisi finansial. Karena motif rakus itulah yang
menyebabkan orang tersebut dengan tanpa dosa menjarah uang rakyat dan
mengakibatkan kerugian negara. Keadaan tersebut, dijustifikasi oleh Bo Rothstein
& Nicholas Sorak, yang mengatakan it seems that most of what citi-zens perceive
as corruption takes place in the implementation of public policies (sebagian besar
dari apa yang dilihat oleh masyarakat sebagai korupsi terjadi dalam penerapan
kebijakan publik).22 Bahkan sebanyak 174 pejabat negara/pegawai swasta yang
tertangkap tindak pidana korupsi oleh Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK)
periode Januari-September 2018.23
Meskipun Indonesia memiliki keunggulan dalam pengaturan tindak pidana
korupsi dibandingkan Singapura dan Hongkong, akan tetapi kesuksesan tersebut
tersebut tidak hanya ditentukan dari substansi hukum, melainkan turut pula
berperan struktur hukum dan budaya hukum. Hal ini pula yang dikemukakan oleh
Lawrence M. Friedman sistem hukum terdiri atas struktur hukum, substansi hukum
(perundang-undangan) dan budaya hukum. Ketiga komponen ini mendukung
berjalannya sistem hukum disuatu negara Sebaik apapun penataan struktur hukum
untuk menjalankan aturan hukum yang ditetapkan dan sebaik apapun kualitas
substansi hukum yang dibuat tanpa didukung budaya hukum oleh orang-orang yang
terlibat dalam sistem dan masyarakat maka penegakan hukum tidak akan berjalan
secara efektif.
22 Bo Rothstein & Nicholas Sorak. 2017. (Charron & Roth-stein, Regions of Trust andDistrust: How Good Institutions Can Foster Social Cohesion) Ethical Codes for The PublicAdministration. QoG Working Paper Series, University of Gothenburg. hlm 7
23 Data Books, 2018, 174 Pejabat/Swasta Tertangkap Tindak Pidana Korupsi pada 2018,https://databoks.katadata.co.id/datapublish/2018/12/04/174-pejabatswasta-tertangkap-tindakpidana-korupsi-pada-2018
90
Faktor utama yang membawa Hongkong berhasil adalah sebelum korupsi
menjalar di seluruh sektor kehidupan masyarakat, dengan sigap upaya pemerintah
Hongkong dengan sangat gigih,terencana,efektif,efisien dan menyeluruh artinya
ketika gejala korupsi mulai bermunculan di Kepolisian Hongkong maka Gubernur
Hongkong segera membuat gagasan untuk dibentuk komisi pemberantasan korupsi
di Hongkong dan ternyata mencapai kesuksesan dan akhirnya banyak ditiru oleh
negara lain berbeda dengan Indonesia ketika korupsi sudah merajalela diseluruh
lapisan masyarakat barulah membentuk Komisi Pemberantasan Korupsi.24
Faktor yang menjadikan Singapura sukses sebagai salah satu negara yang
bersih dari korupsi adalah karena masyarakat di singapura yang yang tertib dan
kesadaran hukumnya sangat dijunjung tinggi begitupun dengar pemerintahannya
yang juga tertib (clean goverment)didukung juga karena jumlah penduduk di
singapura yang sedikiti dan sedikitinya pengangguran disana serta pendapatan
perkapita singapura yang tinggi karena merupakan negara maju serta hukum disana
benar-benara ditegakkan secara konsisten.25
24 Ermansjah Djaja. 2010. Memberantas Korupsi Bersama KPK (Komisi PemberantasanKorupsi). Sinar Grafika. Jakarta hlm 418-419