18 BAB III GEOLOGI DAERAH PENELITIAN 3.1. GEOMORFOLOGI Kondisi geomorfologi pada suatu daerah merupakan cerminan proses alam yang dipengaruhi serta dibentuk oleh proses eksogen dan endogen yang membentuk relief muka bumi. Proses endogen bersifat konstruktif yang hadir dalam bentuk struktur geologi seperti perlipatan, pensesaran, dan pengangkatan; sedangkan proses eksogen bersifat destruktif yang hadir sebagai proses erosi dan pelapukan yang terjadi di permukaan. 3.1.1 Morfologi Umum Seperti yang sudah dibahas sebelumnya, Sani dkk. (1995) menjelaskan bahwa secara fisiografi daerah penelitian termasuk dalam zona Barisan Perbukitan Selatan (Southern Range) dimana zona ini merupakan perbukitan yang sangat dikontrol oleh struktur sesar naik. Daerah penelitian secara umum tersusun atas morfologi perbukitan disertai punggungan dan lembah dengan pola kontur yang bervariasi. Perbukitan dan punggungan ini secara umum memanjang dengan arah yang relatif sama yaitu timurlaut – tenggara. Perbukitan yang terdapat pada daerah penelitian antara lain Tubu Babuin (950 m), Tubu Putu (900 m), Tubu Besao (900 m), Tubu Fautsun (750 m), dan Tubu Nakpees (550 m). Penduduk lokal menyebut puncak bukit dengan istilah ”Tubu”. Pada Tubu Besao dan Tubu Putu dapat diobservasi adanya gawir yang cukup terjal. Adapun sungai utama yang mengalir pada daerah penelitian adalah Noil Tuke yang mengalir dari utara ke selatan. Penduduk lokal menyebut sungai dengan istilah ”Noil”. Secara umum Noil Tuke memiliki bentuk lembah sungai U yang mengindikasikan intensifnya proses erosi lateral. Cabang dari Noil Tuke antara lain Noil Tune, Noil Sao, dan Noil Nambaun. Elevasi tertinggi pada daerah penelitian terdapat pada Tubu Babuin dengan ketinggian sekitar 950 m dpl, sedangkan hilir Noil Tuke menjadi tempat dengan elevasi terendah dengan ketinggian 150 m dpl.
19
Embed
BAB III GEOLOGI DAERAH PENELITIAN20 3.1.3 Satuan Geomorfologi Pembagian satuan geomorfologi pada daerah penelitian dilakukan berdasarkan analisis peta topografi serta dibantu dengan
This document is posted to help you gain knowledge. Please leave a comment to let me know what you think about it! Share it to your friends and learn new things together.
Transcript
18
BAB III
GEOLOGI DAERAH PENELITIAN
3.1. GEOMORFOLOGI
Kondisi geomorfologi pada suatu daerah merupakan cerminan proses alam yang
dipengaruhi serta dibentuk oleh proses eksogen dan endogen yang membentuk relief
muka bumi. Proses endogen bersifat konstruktif yang hadir dalam bentuk struktur geologi
seperti perlipatan, pensesaran, dan pengangkatan; sedangkan proses eksogen bersifat
destruktif yang hadir sebagai proses erosi dan pelapukan yang terjadi di permukaan.
3.1.1 Morfologi Umum
Seperti yang sudah dibahas sebelumnya, Sani dkk. (1995) menjelaskan bahwa
secara fisiografi daerah penelitian termasuk dalam zona Barisan Perbukitan Selatan
(Southern Range) dimana zona ini merupakan perbukitan yang sangat dikontrol oleh
struktur sesar naik.
Daerah penelitian secara umum tersusun atas morfologi perbukitan disertai
punggungan dan lembah dengan pola kontur yang bervariasi. Perbukitan dan punggungan
ini secara umum memanjang dengan arah yang relatif sama yaitu timurlaut – tenggara.
Perbukitan yang terdapat pada daerah penelitian antara lain Tubu Babuin (950 m), Tubu
Putu (900 m), Tubu Besao (900 m), Tubu Fautsun (750 m), dan Tubu Nakpees (550 m).
Penduduk lokal menyebut puncak bukit dengan istilah ”Tubu”. Pada Tubu Besao dan
Tubu Putu dapat diobservasi adanya gawir yang cukup terjal.
Adapun sungai utama yang mengalir pada daerah penelitian adalah Noil Tuke
yang mengalir dari utara ke selatan. Penduduk lokal menyebut sungai dengan istilah
”Noil”. Secara umum Noil Tuke memiliki bentuk lembah sungai U yang
mengindikasikan intensifnya proses erosi lateral. Cabang dari Noil Tuke antara lain Noil
Tune, Noil Sao, dan Noil Nambaun. Elevasi tertinggi pada daerah penelitian terdapat
pada Tubu Babuin dengan ketinggian sekitar 950 m dpl, sedangkan hilir Noil Tuke
menjadi tempat dengan elevasi terendah dengan ketinggian 150 m dpl.
19
3.1.2 Pola Aliran dan Tipe Genetika Sungai
Sungai-sungai pada daerah penelitian yaitu Noil Tuke, Noil Tune, Noil Sao, dan
Noil Nambaun secara genetik termasuk dalam sungai subsekuen, sungai obsekuen, dan
sungai konsekuen. Pola aliran sungai pada daerah penelitian dibagi menjadi dua tipe
(Gambar 3.1) yaitu :
• Pola aliran sungai trelis yang berarti pola ini menandakan bahwa daerah ini
tersusun atas batuan sedimen yang terlipat kuat (Lobeck, 1939).
• Pola aliran sungai subdendritik yang berarti pola ini menandakan bahwa daerah
ini mempunyai penyebaran batuan yang homogen (Lobeck, 1939).
Gambar 3.1 Peta Pola Aliran Sungai Daerah Penelitian (tanpa skala)
20
3.1.3 Satuan Geomorfologi
Pembagian satuan geomorfologi pada daerah penelitian dilakukan berdasarkan
analisis peta topografi serta dibantu dengan pengamatan di lapangan. Dengan
menggunakan klasifikasi menurut Van Zuidam (1985), daerah penelitian dapat dibagi
menjadi tiga satuan geomorfologi yaitu Satuan Perbukitan Bergelombang Sedang, Satuan
Perbukitan Relief Tinggi, dan Satuan Dataran Aluvial (Foto 3.1).
Foto 3.1 Satuan geomorfologi pada daerah penelitian (dari lokasi OL-3 ke arah selatan)
3.1.3.1 Satuan Perbukitan Bergelombang Sedang
Satuan ini meliputi 50 % dari dari daerah penelitian dan ditandai dengan warna
hijau pada Peta Geomorfologi (Lampiran G-2). Satuan ini dicirikan oleh perbukitan
memanjang relatif dari barat ke timur dengan pola kontur yang relatif sedang dengan
elevasi berkisar dari 300-850 mdpl. Relief pada satuan ini relatif sedang dengan
kemiringan lereng berkisar dari 14-20% dan dapat diklasifikasikan sebagai perbukitan
agak curam (Foto 3.2).
Litologi yang terdapat pada satuan ini umumnya adalah batulempung dan
batugamping yang terlipatkan serta teranjakkan. Batugamping umumnya hadir sebagai
blok yang terekahkan secara intensif. Secara umum satuan ini dihasilkan oleh perlapisan
batuan dengan kemiringan relatif ke arah utara.
21
Sungai pada satuan ini umumnya bertipe obsekuen, subsekuen, dan konsekuen.
Secara umum lembah sungai pada satuan ini berbentuk ”U”. Bentuk tersebut
mengindikasikan intensifnya erosi lateral ketimbang erosi vertikal. Secara umum satuan
ini berada pada tahapan geomorfik dewasa yang diindikasikan oleh bentuk lembah sungai
”U”. Pada saat ini proses eksogen yang berlangsung berupa pelapukan dan erosi.
Foto 3.2 Satuan Perbukitan Bergelombang Sedang (dari lokasi BL-6 ke arah baratlaut)
3.1.3.2 Satuan Perbukitan Relief Tinggi
Satuan ini meliputi 45% daerah penelitian dan ditandai dengan warna kuning pada
Peta Geomorfologi (Lampiran G-2). Satuan ini dicirikan oleh kehadiran perbukitan dan
punggungan dengan relief tinggi. Pola kontur relatif rapat dengan elevasi berkisar dari
150-950 m dpl. Kemiringan lereng berkisar dari 21-65% dan dapat diklasifikasikan
sebagai perbukitan curam hingga sangat curam (Foto 3.3).
Litologi yang terdapat pada satuan ini disusun dominan oleh batugamping dan
sedikit batulempung. Batugamping umumnya hadir sebagai blok yang terekahkan secara
intensif dan muncul dalam suatu lembah, punggungan dan puncak perbukitan, sedangkan
batulempung umumnya hadir pada lembah perlipatan. Secara umum satuan ini dihasilkan
oleh perlapisan batuan dengan kemiringan relatif ke arah utara.
22
Sungai pada satuan ini umumnya bertipe obsekuen, subsekuen, dan konsekuen
dengan bentuk lembah sungai “V” (Foto 3.4). Bentuk tersebut mengindikasikan
intensifnya erosi vertikal ketimbang erosi lateral. Secara umum satuan ini berada pada
tahapan geomorfik muda yang dicirikan oleh bentuk lembah sungai ”V”.
Foto 3.3 Satuan Perbukitan Relief Tinggi (dari lokasi BL-6 ke arah baratdaya)
Foto 3.4 Lembah sungai V pada Satuan Perbukitan Relief Tinggi
(dari lokasi NM-12 ke arah timur)
23
3.1.3.3 Satuan Dataran Aluvial
Satuan ini mencakup sekitar 5% dari daerah penelitian dan ditandai dengan warna
abu-abu pada Peta Geomorfologi (Lampiran G-2). Satuan ini menempati sungai-sungai
lebar seperti Noil Tuke (Foto 3.5). Ciri satuan ini memiliki relief berupa dataran rendah
dengan kemiringan datar hingga hampir datar (0-2%). Litologi penyusun satuan ini
adalah endapan-endapan hasil erosi dan transportasi dari hulu sungai berupa fragmen
batulempung dan batugamping yang berukuran kerikil hingga bongkah.
Lembah sungai yang berbentuk huruf “U” mengindikasikan terjadinya erosi
lateral yang intensif. Di beberapa lokasi endapan aluvial tersebut membentuk point bar
dan teras-teras sungai setinggi 2 meter. Secara umum satuan ini berada pada tahapan
geomorfik muda hingga dewasa.
Foto 3.5 Satuan Dataran Aluvial (dari lokasi OT-46 ke arah utara)
24
3.2 STRATIGRAFI
Berdasarkan ciri litologi, kandungan fosil, serta posisi stratigrafi yang diamati di
lapangan, maka stratigrafi daerah penelitian dapat dibagi menjadi 5 satuan batuan tak
resmi (Gambar 3.2). Urutan satuan batuan tersebut dari tua ke muda adalah Satuan
Batulempung, Satuan Batulempung-Batugamping, Satuan Batugamping A, Satuan
Batugamping B, dan Satuan Endapan Aluvial.
Gambar 3.2 Kolom stratigrafi daerah penelitian (tanpa skala)
25
3.2.1 SATUAN BATULEMPUNG
3.2.1.1 Penyebaran dan Ketebalan
Satuan Batulempung merupakan satuan tertua di daerah penelitian dan ditandai
dengan warna hijau tua pada Peta Geologi (Lampiran G-3). Satuan ini terletak di bagian
utara dan menempati sekitar 15 % daerah penelitian. Singkapan terbaik diantaranya dapat
ditemukan di lokasi OL-4 dan OL-3 (Lampiran G-1, Peta Lintasan). Hasil rekonstruksi
pada penampang geologi memperlihatkan ketebalan satuan batuan ini > 720 meter.
3.2.1.2 Ciri Litologi
Satuan ini disusun oleh litologi dominan batulempung dengan sisipan batupasir.
Kehadiran nodul mangan, konkresi Fe, dan pecahan kalsit juga banyak ditemukan pada
satuan ini. Struktur sedimen khusus tidak begitu teramati pada satuan ini.
Batulempung sebagai komponen utama, berwarna hitam keabu-abuan, lapuk,
menyerpih, agak bersisik, masif, tidak berlapis, dan non karbonatan (Foto 3.6). Sisipan
batupasir berwarna abu-abu, ukuran butir halus, terpilah sedang, kemas terbuka, porositas
baik, sedikit karbonatan, komposisi mineral dominan kuarsa, serta tebal lapisan 10-15 cm
(Foto 3.7). Analisis petrografi pada batupasir ini (Lampiran A-1) menghasilkan nama
batuan batupasir kuarsa wacke (Folk, 1974 op cit Williams dkk., 1982).