digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id BAB III GAMBARAN UMUM PONDOK PESANTREN MAMBAUS SHOLIHIN DAN HASIL PENELITIAN A. Kondisi Umum Pondok Pesantren Mambaus Sholihin 1. Sejarah Pondok Pesantren Mambaus Sholihin Pondok Pesantren Mamba'us Sholihin dirintis oleh ayah KH. Masbuhin Faqih, yaitu KH. Abdullah Faqih Suci sekitar tahun 1969, yang pada mulanya berupa surau kecil untuk mengaji AI-Qur’an dan Kitab Kuning di lingkungan desa Suci dan sekitarnya. Pada tahun 1976 Masbuhin Faqih (anak pertama Abdullah Faqih Suci) yang baru mendapatkan izin dari Abdullah Faqih Langitan untuk berjuang di tengah masyarakat, namun ia masih mempertimbangkan kembali untuk mendirikan sebuah Pesantren, meskipun pada saat itu ssemangatnya untuk mendirikan Pesantren sangat besar. Hal ini didasari oleh perasaan khawatir pada dirinya akan timbulnya nafsu (hanya menginginkan banyaknya santri), karena mendirikan pondok harus didasari oleh ketulusan hati yang hanya untuk Nasrul Ilmi (untuk menegakkan Agama Allah), bukan atas dorongan nafsu, apalagi mempunyai keinginanan mendapatkan santri yang banyak.
38
Embed
BAB III GAMBARAN UMUM PONDOK PESANTREN MAMBAUS …digilib.uinsby.ac.id/3087/6/Bab 3.pdf · Masbuhin Faqih, yaitu KH. Abdullah Faqih Suci sekitar tahun 1969, yang pada ... (Asfihani
This document is posted to help you gain knowledge. Please leave a comment to let me know what you think about it! Share it to your friends and learn new things together.
keilmuwannya yang menyeimbangkan ilmu agama dan ilmu umumnya
sehingga tidak ketinggalan dengan sumberdaya manusia lain.
“Alim, Sholeh Kafi itu merupakan motto dari pondok Mambaus Sholihin, kurang lebih mengandung arti Alim itu adalah orang mengerti (baik ilmu agama, ilmu umum, imtaq dan ipteknya), Sholeh sebuah amaliyah setiap hari yang dilaksanakan oleh program pondok pesantren ini diharapkan dapat menjadikan seorang yang mempunyai kesholehan dalam hidupnya (berperilaku baik) dant terakhir adalah Kafi (cukup) dalam hal amaliyah serta ilmu agama dan ilmu umum yang ada dipondok pesantren sehingga menjadikan imbang diantaranya”. 6
Sedangkan misi pesantren merupakan bagian dari upaya untuk
menterjemahkan visi pesantren dalam bentuk yang lebih aplikatif sebagai
acuan bagi pengasuh, Mahkamah santri (pembimbing), ketua yayasan,
ketua umum dan pengurus dalam melaksanakan program pesantren, baik
tahunan, jangka pendek dan jangka panjang. Misi pondok pesantren
Mambaus Sholihin disebutkan berikut:
1) Menjadikan santri yang berjiwa islami dan siap berjuang demi
agama.
2) Menjadikan Santri yang bermodal DUIT (Do’a Usaha Ikhtiyar dan
Tawakkal).
3) Menjadikan Santri yang berakhlaqul karimah.
4) Menjadikan santri yang berlandaskan IMTAQ dan IPTEK.
6Roudhotun Ni’mah (menantu Pengasuh Pondok Mambaus Sholihin), Wawancara, 30 Desember 2013.
yang khas. Atas dasar nilai-nilai tersebut maka roda organisasi
berlangsung untuk meningkatkan budaya organisasi pesantren.
Nilai-nilai dan misi pesantren merupakan faktor yang sangat kuat
dalam suatu budaya organisasi pesantren, bahwa budaya merupakan suatu
yang dibangun atas nilai-nilai yang dianut oleh organisasi termasuk
pesantren. Antara lain nilai-nilai yang ada pada budaya organisasi
pesantren Mambaus Sholihin, sebagai berikut:
1) Keikhlasan
Ikhlas merupakan nilai bathiniah yang menjadi landasan kerja
setiap orang. Ikhlas mengandung makna, segala pekerjaan itu tujuan
utamanya adalah untuk mendapatkan ridha dari Allah SWT. Pengasuh
pesantren dalam memajukan pesantren, tujuan utamanya bukan untuk
mendapatkan popularitas, pujian atau untuk mencari keuntungan
materiil, namun untuk mencari ridha Allah SWT. Dari hasil
wawancara dengan Pengasuh OSPPMS:
“Tujuan hidup itu harus ditata, dalam meningkatkan pengabdian pada pesantren ini. Sebagaimana halnya para pengurus dan dewan asatidz mereka tidak mendapatkan jatah tiap bulannya, dengan pengabdian tenaga dan ilmu setiap harinya. Kalau thoh ada itu semata-mata rizki dari Allah, karena iuran pondok tiap bulannya pun juga dibuat kebutuhan santri tiap harinya dari makan sampai air bersih, kalau dipikir-pikir dengan kalkulasi Rp. 250.000/perbulan, tidak akan mathuk untuk membiayai jumlah pengurus dan dewan asatidz tiap bulannya. Ya.....oleh karenanya alfaqir (pengasuh) hanya bisa meminta keikhlasan dari para pengurus dan dewan asatidz untuk pengabdiannya
Berdikari ini dimaksudkan prinsip tidak menggantungkan diri
kepada orang lain dalam dari segi materi seperti halnya mewajibkan
setiap santri untuk memiliki peralatan kebutuhan masing-masing tanpa
harus merepotkan orang lain, maupun nonmateri yakni santri
dianjurkan untuk mandiri dalam belajar dalam melaksanakan kegiatan
pesantren sesuai jadwal tapi bergantung pada lainnya, yang
menumbuhkan sikap berdikari kelak ketika santri-santri sudah tidak
tinggal dilingkungan pesantren Mambaus Sholihin.
“Setiap santri diwajibkan untuk memiliki peralatan kebutuhan setiap hari, ini dikarenakan adalah untuk mengantisipasi meminjam tanpa izin dari pemiliknya (baju, buku dan lain-lain)”.9
Dari paparan tersebut, disimpulkan bahwa tiap individual santri
harus mempunyai kebutuhan sendiri-sendiri setiap harinya tanpa
mengantungkan kepada yang lain.
4) Uswatun Hasanah
Sifat dan pribadi KH.Masbuhin Faqih seperti rajin, tekun, giat
bekerja, ramah, rendah hati, suka hidup dan bekerja dengan teratur
serta disiplin menjadi cermin bagi para santri bahkan masyarakat
sekitar. Ia dinilai oleh masyarakat dan santri sebagai orang yang patut
dipercaya, dijadikan pemimpin, bahkan ia sering dianggap orang tua,
tempat bertanya dan mengadu, mendiskusikan persoalan-persoalan 9 Mutamimatul Khoir (Pengurus Keamanan), Wawancara, 30 Desember 2013.
yang mereka hadapi. Sebagaimana salah satu masyarakat sekitar
menyebutkan;
“Pak Buhin…. Memang dari dulu tekun dan rajin dalam segala hal baik belajar maupun bekerja, sampai beliau pernah demi menghidupi keluarganya ia memikul kayu bakar sendiri untuk dijual dipasar, bukan hanya itu ia juga tidak akan menolak orang yang meminta bantuan kepadanya, baik berupa materiil atau pun nonmaterial, sebagaimana para santri yang meminta keringanan biaya di pondok, beliau pun memberi lahan sebagai khodam (pembantu) dipondok seperti membantu memasak didapur atau membantu dikoperasi pondok itu sendiri” 10
Oleh karena, nilai uswatun hasanah tersebut, bagi pengasuh,
mahkamah santri (pembimbing), ketua yayasan, ketua umum dan
pengurus dianjurkan agar mampu mengembangankan nilai pesantren
ini, yaitu menjadi dan memberi panutan yang baik terhadap orang lain
(khususnya santri baru).
5) At-Tasamuh (toleransi)
Dalam menghadapi persoalan kebudayaan barat, pengasuh
memiliki pandangan yang luas dan sabar serta penuh toleransi dalam
menghadapinya. Disamping pengajian kitabnya, dipesantren ini
diajarkan dan berlaku bahasa inggris dalam komunikasi setiap hari dan
ilmu umum yang mengikuti depag dan diknas. Sikap toleransi inilah
yang menyebabkan pengasuh selalu memberi kesempatan kepada
santri senior yang maju untuk merealisasikan ide-ide tersebut. Tetapi 10 Abdul Ghofur (Warga desa Suci), Wawancara, 31 Desember 2013.
dengan adanya program tersebut tidak mengubah orientasi pondok
pesantren Mambaus Sholihin sebagai lembaga tafaqquh fi al-din
(pendalaman agama).
Evaluasi visi, misi dan nilai-nilai kepemimpinan pesantren
adalah melalui pertemuan rutin bagi para pemimpin setiap malam
Kamis dan rapat rutin oleh para pengurus pada hari Jumat. Dan
evaluasi juga dilaksanakan setiap semester yang melibatkan pengasuh
pesantren, mahkamah santri (pembimbing), ketua yayasan, ketua
umum dan pengurus pesantren. Hal ini sebagai mana jadwal dalam
musyawarah kerja awal kepengurusan;
“Jadi begini mb…pesantren mempunyai visi, misi, tujuan, program dan nilai-nilai kepemimpinan pesantren yang harus dipahami dan dilaksankan oleh seluruh warga pesantren, maka kami sebagai ketua yayasan menugaskan ketua umum dan anggota-anggotanya sebagai tim evaluator. Kami melakukan evaluasi rutin mingguan, yakni kamis malam, dan untuk ketua umum dengan anggota-anggotanya pada jum’at pagi, evaluasi semesteran maupun tahunan untuk mengetahui permasalahan dan solusinya serta sejauh mana keberhasilan pencapaian visi dan misi pesantren serta implementasi nilai-nilai budaya organisasi pesantren yang dikembangkan oleh pesantren”.11
Dari ungkapan ketua yayasan bahwa dalam melaksanakan
evaluasi visi, misi dan nilai-nilai kepemimpinan pesantren ini, ketua
yayasan melibatkan ketua umum serta anggota-anggotanya. Evaluasi
dilaksanakan secara rutin melalui observasi, diskusi/tanya jawab dalam
11 Muhammad Ma’ruf (Ketua Yayasan), Wawancara, 20 November 2013.
Dalam sebuah kepemimpinan pasti melibatkan beberapa orang untuk
menjadikan organisasi tersebut dapat berjalan sesuai dengan tujuan yang telah
direncanakan, oleh karenanya kondisi kepemimpinan meliputi antara lain;
pemimpin.
Pemimpin tertinggi pada organisasi pesantren Mambaus Sholihin
adalah pengasuh (Kiai) yang cenderung lebih memperlihatkan penilaian baik,
yakni dengan menjadi uswatun hasanah (tauladan yang baik) agar menjadi
contoh dan panutan terhadap orang lain, terlebih lingkungan pondok pesantren
sendiri yang terdiri dari pengurus dan santri dan masyarakat sekitar.
Sebagaimana salah satu masyarakat menyebutkan;
“Pak Buhin…. Memang dari dulu tekun dan rajin dalam segala hal baik belajar maupun bekerja, sampai beliau pernah demi menghidupi keluarganya ia memikul kayu bakar sendiri untuk dijual dipasar, bukan hanya itu ia juga tidak akan menolak orang yang meminta bantuan kepadanya, baik berupa materiil atau pun nonmaterial, sebagaimana para santri yang meminta keringanan biaya di pondok, beliau pun memberi lahan sebagai khodam (pembantu) dipondok seperti membantu memasak didapur atau membantu dikoperasi pondok itu sendiri” 12 Oleh karena sebagai seorang pemimpin tertinggi pesantren
memberikan contoh yang baik kepada pembimbing, ketua yayasan, ketua
umum, pengurus dan santri sehingga mereka dapat meniru sikap
pemimpinnya yang merupakan salah satu penunjang dalam pengembangan
budaya organisasi pesantren melalui nilai-nilai pesantren. 12 Abdul Ghofur (Warga desa Suci), Wawancara, 31 Desember 2013.
3) Memeriksa, mengadili, dan memutuskan perkara pelanggaran kode
etik santri yang dilakukan oleh santri berstatus Ustadzah. 13
Dari paparan diatas dapat disimpulkan bahwa tugas pembimbing
adalah memeriksa, mengadili dan memutuskan perkara pelanggaran kode etik
santri yang mayoritas dari pembimbing tersebut sudah mampun menjalankan
tugasnya secara baik. Sedangkan tugas dari pengurus, antara lain:14
1) Bertanggungjawab atas jalannya OSPPMS dan program kerja
masing-masing bagian
2) Bertanggungjawab terhadap tugas-tugas masing-masing Wizaroh
demi tercapainya tujuan organisasi
3) Menjalankan tugas-tugas lain yang berhubungan dengan
kemaslahatan OSPPMS
4) Mengontrol kinerja masing-masing pengurus dalam setiap kegiatan
5) Mengadakan kerja sama dengan instansi lain
6) Meningkatkan kesadaraan pengurus dalam melaksanakan tugas
masing – masing
Dari observasi peneliti dalam kegiatan pelaksanaan tugas pengurus
tersebut masih ditemukan beberapa pengurus yang tidak melaksanakan
tugasnya dengan alasan sudah ada pihak lain yang lebih aktif dalam
menjalankan tugas-tugas tersebut. Sehingga perlu adanya peningkatan
kesadaran antar pengurus melalui musyawarah rutinan untuk membahas
kinerja kepengurusan pondok pesantren Mambaus Sholihin.
13 Dokumentasi Organisasi Pesantren Mambaus Sholihin (OSPPMS) tahun 2013-2014. 14 Dokumentasi Organisasi Pesantren Mambaus Sholihin (OSPPMS) tahun 2013-2014.
Pemimpin yang cerdik dan mampu menggapai masa depan merupakan
pemimpin yang dapat menggunakan pendekatan situasi. Pendekatan ini untuk
dapat mengkondisikan fleksibilitas dalam kepemimpinan untuk menyesuaikan
diri dengan berbagai macam situasi. Perubahan dalam menjalankan
kepemimpinan itu banyak ditentukan waktu, tempat dan kondisi lingkungan
menuntutnya. Sebagaimana dalam penetapan suatu kebijakan pondok
pesantren Mambaus Sholihin;
“Kalau perencanaan itu jelas kami yang merencanakan terlebih dahulu. Sebelumnya juga kita konsultasikan terlebih dulu kepada pengasuh, mahkamah santri (pembimbing) dan pengurus. Kemudian rencana pemimpin ini dijabarkan kepada dewan pengurus dalam suatu rapat. Biasanya rapat ini dilaksanakan menjelang awal tahun ajaran yang membahas program kerja mendatang. Disitu, kita kemukakan rencana-rencana yang akan dicapai pada tahun yang akan datang dengan mengemukakan hasil-hasil yang diperoleh pada tahun sebelumnya. Sehingga kita bisa mengevaluasi, pengasuh, mahkamah santri (pembimbing), ketua umum dan pengurus juga bisa mengevaluasi kinerjanya masing masing. Misalnya dengan mengemukakan, bagaimana kinerja Organisasi Pengurus Pesantren Mambaus Sholihin (OSPPMS) tahun ini sesuai dengan program atau tidak. Dan bagaimana target untuk masa yang akan datang. Itu selalu kita kemukakan sehingga ada rencana kerja dari setiap orang, setiap pengurus juga punya keinginan untuk lebih mencapai target yang telah ditentukan. Jadi setiap tahun dapat kita berusaha untuk meningkatkannya. 15
Dari paparan tersebut dapat disimpulkan bahwa pemimpin tertinggi
pondok pesantren Mambaus Sholihin adalah merupakan penentu kebijakan
15 Zainul Huda (Pembimbing OSPPMS), Wawancara,21 November 2013.