51 BAB III DINAMIKA SOSIAL EKONOMI MASYARAKAT PEMUKIMAN LIAR DI SURAKARTA A. Gambaran Umum Lokasi Pemukiman Liar Pemukiman liar di Surakarta terdapat di tiga tempat pokok berdirinya pemukiman liar yaitu : sepanjang bantaran sungai di Surakarta seperti Sepanjang Sungai bengawan Solo, Sepanjang Kali Anyar, dan Kali Pepe, di sepanjang rel tanah milik PT Kereta Api Indonesia (PT KAI) dan di komplek-komplek pemakaman. 1 Persebaran Pemukiman Liar di Surakarta tersebar ke pinggiran kota Surakarta di 5 Kecamatan yaitu Kecamatan Banjarsari, Kecamatan Jebres, Kecamatan Serengan, Kecamatan Pasar Kliwon dan Kecamatan Lawean. Daerah Sampel Penilitian Ini Mengambil Pada Masa 3 Periode Pemerintahan Kota Surakarta Yaitu Pada Masa Imam Sutopo, Slamet Suryanto dan Joko Widodo. Pada masa pemerintahan Imam Sutopo permukiman liar di kota Surakarta kurang mendapat perhatian dari pemerintah sehingga mengakibatkan banyak munculnya pemukiman-pemukiman liar di lahan pemerintahan. Pada masa pemerintahan Slamet Suryanto pemukiman liar di Surakarta cukup mendapat perhatian, pemukiman-pemukiman liar di sepanjang bantaran Kali Anyar diberikan sertifikat HGB yang membuat pemukiman liar di kota Surakarta semakin bertambah dan yang terkhir adalah pada mas pemerintahan Joko Widodo. 1 Wawancara dengan Sukidi (53 tahun) selaku pegawai Dinas Pekerjaan Umum (DPU) Kota Surakarta. Tanggal 5 Maret 2016
35
Embed
BAB III DINAMIKA SOSIAL EKONOMI MASYARAKAT … · 2Pemerintah Kota Surakarta, Monografi Kecamatan Banjarsari tahun 2012, (Surakarta: Badan Pusat Statistik Kota Surakarta, 2012) hlm
This document is posted to help you gain knowledge. Please leave a comment to let me know what you think about it! Share it to your friends and learn new things together.
Transcript
51
BAB III
DINAMIKA SOSIAL EKONOMI MASYARAKAT PEMUKIMAN LIAR
DI SURAKARTA
A. Gambaran Umum Lokasi Pemukiman Liar
Pemukiman liar di Surakarta terdapat di tiga tempat pokok berdirinya
pemukiman liar yaitu : sepanjang bantaran sungai di Surakarta seperti Sepanjang
Sungai bengawan Solo, Sepanjang Kali Anyar, dan Kali Pepe, di sepanjang rel
tanah milik PT Kereta Api Indonesia (PT KAI) dan di komplek-komplek
pemakaman. 1 Persebaran Pemukiman Liar di Surakarta tersebar ke pinggiran kota
Surakarta di 5 Kecamatan yaitu Kecamatan Banjarsari, Kecamatan Jebres,
Kecamatan Serengan, Kecamatan Pasar Kliwon dan Kecamatan Lawean.
Daerah Sampel Penilitian Ini Mengambil Pada Masa 3 Periode
Pemerintahan Kota Surakarta Yaitu Pada Masa Imam Sutopo, Slamet Suryanto
dan Joko Widodo. Pada masa pemerintahan Imam Sutopo permukiman liar di kota
Surakarta kurang mendapat perhatian dari pemerintah sehingga mengakibatkan
banyak munculnya pemukiman-pemukiman liar di lahan pemerintahan. Pada
masa pemerintahan Slamet Suryanto pemukiman liar di Surakarta cukup
mendapat perhatian, pemukiman-pemukiman liar di sepanjang bantaran Kali
Anyar diberikan sertifikat HGB yang membuat pemukiman liar di kota Surakarta
semakin bertambah dan yang terkhir adalah pada mas pemerintahan Joko Widodo.
1 Wawancara dengan Sukidi (53 tahun) selaku pegawai Dinas Pekerjaan
Umum (DPU) Kota Surakarta. Tanggal 5 Maret 2016
52
Pada masa pemerintahan Jokowidodo peran pemerintah terhadap pemukiman liar
di Surakarta mulai terlihat. Pemerintahan Jokowidodo melakukan progam-progam
relokasi,urban renewal dan progam perbaikan kampung yang meliputi pemukiman
liar di bantaran Kali Anyar yang terdapat di kampung Bantaran Praon Rt 09 Rw
Vii Kelurahan Nusukan, pemukiman liar di atas tanah pemakaman yang terdapat
di Sumber Nayu RT 07 Kelurahan Kadipiro dan Sepanjang Rel Kereta api Joglo
yang terdapat di kecamatan Banjarsari.
a. Pemukiman Liar Rel Kereta Api Joglo
Pemukiman liar disepanjang rel kereta api joglo yang termasuk dalam
kelurahan Kadipiro dan kelurahan Nusukan kecamatan Banjarsari. Secara
administratif Jarak rel kereta api joglo kecamatan banjarsari dibatasi oleh :
Sebelah utara berbatasan dengan Rel Bayan, sebelah Timur Berbatasan dengan
Jalan Kolonel Sugiono, sebelah Selatan berbatasan dengan rel Bonorejo, sebelah
barat berbatasan dengan Jalan Piere Tendean Nusukan.
Secara keseluruhan pemukiman di Sepanjang Rel Kereta Api Joglo
mempunyai luas 16 Ha, yang memanjang sepanjang 1,3 km kearah utara- selatan.
Pemukiman di sepanjang rel Kereta Api Joglo yang termasuk kedalam wilayah
Kelurahan Nusukan adalah seluas 2,5 Ha atau 15,62% dari kelurahan Nusukan
(206,30 Ha) dan yang termasuk kedalam Kelurahan Kadipiro adalah Seluas 13,5
Ha atau 84, 38% dari luas Kelurahan Kadipiro (508,80).2 Pemukiman liar
2Pemerintah Kota Surakarta, Monografi Kecamatan Banjarsari tahun
2012, (Surakarta: Badan Pusat Statistik Kota Surakarta, 2012) hlm 5.
53
disepanjang rel kereta api ini mulai muncul sejak tahun 1998.3 Pemukiman liar ini
masuk dalam 2 kelurahan yaitu Keluran Nusukan dan Kelurahan Kadipiro. Awal
mulanya tahun 1998 pemukiman liar bantaran kereta api ini hanya dihuni 2 kk,
yaitu Indri dan Sabar.4 Banyak lahan-lahan kosong yang hanya ditanami pohon
pohon pisang dan segala macam umbi.
Sebelum bangunan-bangunan liar muncul, tanah di sepanjang rel kereta
api joglo masih berupa lahan kosong yang tidak terawat dengan kondisi
permukaan tanah yang tidak rata. Penduduk sepanjang rel kerata api kemudian
memanfaatkan lahan kosong tersebut untuk ditanami berbagai macam pohon
seperti singkong, pisang dll. Lambat laun tanah tersebut tidak digunakan lagi
untuk bertanam tetapi dimanfaatkan untuk mendirikan bangunan-bangunan baik
untuk tempat tinggal dan membuka usaha.5 Pada umumnya penduduk yang
bermukim di sepanjang rel kereta api joglo selain mempunyai tanah pada
kampung di sekitar rel kereta api joglo juga mempunyai tanah kavling di
sepanjang rel kereta api joglo.
3 Wawancara dengan Tulus tanggal 13 Maret 2016
4 Wawancara dengan Muji tanggal 12 Maret 2016
5 Wawancara dengan Tulus 13 Maret 2016
54
Gambar .1
Pemukiman Liar di Sepanjang Bantaran Rel Kereta Api Joglo tahun 2005
Sumber : Pemukiman Liar Bantaran Rel Kereta Api
Dari tanah tersebut ada yang yang sebagian mereka huni sendiri dan
sebagian dijual lagi kepada pendatang baru dengan harga yang lebih murah
dibandingkan haga tanah resmi. Melihat kondisi demikian maka status hak tanah
dan bangunan yang mereka miliki adalah liar. Penduduk hanya memakai tetapi
dengan ketentuan jika suatu saat tanah tersebut akan dimanfaatkan atau
difungsikan oleh PT.KAI maka penduduk harus meninggalkannya dan mencari
tempat tinggal lain.
55
b. Pemukiman di atas tanah pemakaman ( Kampung Jaratan6)
Pemukiman liar di atas tanah pemakaman ini terletak di Sumber Nayu RT
07 kelurahan Kadipiro. Pemukiman liar di atas pemakaman ini mulai muncul pada
tahun 1998.7 Pemukiman liar di atas tanah pemakaman ini memiliki luas sekitar
1ha yang berbentuk melingkar dan berbatasan dengan kampung Bakalan.
Pemukiman liar di atas tanah pemakaman di Nayu RT 07 muncul karena faktor
ekonomi masyarakat sekitar dan tersedianya lahan di pemakaman tersebut.
Pada tahun 1998 pemukiman liar di atas tanah pemakaman ini hanya 1-5
Kartu Keluarga yang dihuni warga sekitar pemakaman tersebut. Setelah tahun
1998 pemakaman tersebut mulai tidak difungsikan sebagai tempat pemakaman
karena keterbatasan lahan dan mulai mendekati lahan pemukiman resmi warga
sekitar, kemudian pemakaman tersebut dipindahkan ke astana Bonoloyo.8 Mulai
tidak berfungsinya pemakaman tersebut mengakibatkan mulai munculnya rumah-
rumah di atas tanah pemakaman. Banyak warga sekitar yang mulai mengkavling
tanah-tanah tersebut dan kemudian mendirikan bangunan rumah tinggal. Tanah-
tanah pemakaman tersebut ada yang dicangkuli dipindahkan jenasahnya oleh
pihak keluarga dan ada juga yang dibiarkan tetap berbentuk kijing-kijing.
6 Kampung Jaratan adalah sebutan warga sekitar, Jaratan yang artinya
tanah pemakaman.
7 Wawancara dengan Yossi selaku penghuni pemukiman liar 13 Maret
2016
8 Wawancara dengan Slamet 13 Maret 2016
56
Fenomena yang unik dari pemukiman liar di atas tanah pemakaman ini
adalah banyak kijing yang masih ada didalam rumah dan dimanfaatkan untuk
meja, tempat duduk bahkan sebagai tempat tidur dengan hanya ditutupi sebuah
papan kayu.9 Alihfungsi lahan pemakaman menjadi pemukiman ini karena
terdesaknya warga asli sekitar yang belum mempunyai tempat tinggal dan
mempunyai penghasilan rendah. Para pemukim tersebut berfikiran dari pada uang
buat sewa rumah lebih baik tinggal di tempat seadanya.
Pada tahun 2000 proses penjarahan lahan mulai banyak dilakukan oleh
warga sekitar, warga mulai mengkavling tanah-tanah pemakaman dan mulai
medirikan rumah-rumah seadanya.10
Dari proses tersebut mulai muncul para
pendatang dari luar Solo yang mulai membeli rumah-rumah tersebut dari kavling
an warga dengan harga sekitar 1-5 juta.11
Melihat kondisi demikian maka status
hak tanah dan bangunan yang mereka miliki adalah liar. Penduduk hanya
memakai tetapi dengan ketentuan jika suatu saat tanah tersebut akan dimanfaatkan
atau difungsikan oleh pemerintah kota Surakarta maka penduduk harus
meninggalkannya dan mencari tempat tinggal lain.
9 Wawancara dengan Indri 13 Maret 2016.
10 Wawancara dengan Yahmin 10 Januari 2016
11 Wawancara dengan Indri,13 Maret 2016.
57
c. Pemukiman Liar di Bantaran Kali Anyar
Pemukiman Liar di Bantaran kali anyar terdapat di Kelurahan Gilingan
dan Kelurahan Nusukan. Pemukiman liar bantaran memanjang mengikuti aliran
sungai Kali Anyar. Pemukiman liar di bantaran Kali Anyar terdapat dikampung
bantaran Praon RT 09 RW VII.12
Secara administratif Pemukiman bantaran Kali
Anyar dibatasi oleh : Sebelah utara berbatasan dengan Kampung Minapadi,
sebelah Timur Berbatasan dengan Kampung Gilingan, sebelah Selatan berbatasan
dengan Terminal Tirtonardi, sebelah barat berbatasan dengan Kampung
Komplang13
Pemukiman liar di Bantaran kali anyar ini mulai muncul dengan pesat
pada tahun 1998.14
Bangunan bangunan rumah di Bantaran Kali Anyar ini
tergolongan sangat padat penduduk, hampir tidak ada jarak antara rumah satu
dengan yang lainnya. Pemukiman liar di bantaran Kali Anyar ini langganan
menjadi korban banjir. Tidak jauh beda dengan pemukiman liar di bantaran rel
kereta api dan di atas tanah pemakaman. Munculnya rumah-rumah kumuh di
daerah sabuk hijau ini dikarenakan karena faktor ekonomi dan kurangnya peran
pemerintah dalam menangani pemukiman liar tersebut.
12
Pemerintah Kota Surakarta, Surakarta dalam angka 2000, (Surakarta:
Badan Pusat Statistik Kota Surakarta, 2000), hlm 3
13 Pemerintah Kota Surakarta, Data Monografi Kecamatan Banjarsari
tahun 2012. (Surakarta: Badan Pusat Statistik Kota Surakarta, 2012), hlm 5
14 Wawancara dengan Sukidi, 5 Maret 2016
58
B. Kondisi Fisik Pemukiman Liar di Kota Surakarta
Pada umumnya pemukiman liar mencakup menjadi tiga segi, yaitu kondisi
fisik, kondisi sosial ekonomi budaya dan dampak dari kedua kondisi
tersebut.15
Pertama, kondisi fisik tersebut tampak dari kondisi bangunannya yang
sangat rapat dengan kualitas kontruksi rendah, jaringan jalan tidak berpola,
sanitasi umum dan drainase tidak berfungsi, serta sampah belum dikelola dengan
baik. Kedua, kondisi sosial ekonomi masyarakat yang berada di kawasan
pemukiman liar mencakup tingkat pendapatan rendah, norma sosial yang longgar,
budaya kemiskinan yang mewarnai kehidupan yang tampak dari sikap dan
perilaku apatis. Ketiga, Kondisi tersebut sering juga mengakibatkan kondisi
kesehatan yang buruk, sumber pencemaran, sumber penyebaran penyakit dan
perilaku menyimpang, yang berdampak pada kehidupan kota keseluruhannya.16
1. Kondisi Rumah
Keadaan rumah pemukiman liar di Solo sangat memprihatinkan. Kondisi
rumah yang ada merupakan rumah tidak layak huni/ kumuh dengan ditandai oleh
kondisi bangunan rumah yang buruk. Sebagian besar rumah penduduk memiliki
ukuran rumah yang relatif sempit untuk ukuran rumah 6m2 dengan dihuni oleh 4-6
anggota keluarga sehingga pembagian ruang sulit untuk dilakukan dan menjadi
tidak teratur.17
Rumah penduduk di sepanjang bantaran Kali Anyar berupa rumah-
15
Adon, Sosiologi Perkotaan : Memahami Masyarakat Kota dan