39 BAB III DESKRIPSI WILAYAH Deskripsi wilayah merupakan suatu gambaran umum mengenai lokasi penelitian. Lokasi penelitian menjadi hal yang sangat penting di dalam penelitian ini untuk lebih memperjelas penulis maupun pembaca untuk mengetahui letak daerah yang diteliti. Dimana pada bab 3 ini dijelaskan mengenai lokasi penelitian yang membahas gambaran umum Kelurahan Temas, struktur pemerintahan, dan lain sebagainya. 3.1 Gambaran Umum Kota Batu 3.1.1 Sejarah Kota Batu Sejak abad ke-10, wilayah Batu dan sekitarnya telah dikenal sebagai tempat peristirahatan bagi kalangan keluarga kerajaan, karena wilayah adalah daerah pegunungan dengan kesejukan udara yang nyaman, juga didukung oleh keindahan pemandangan alam sebagai ciri khas daerah pegunungan. Pada waktu pemerintahan Kerajaan Medang di bawah Raja Sindok, seorang petinggi Kerajaan bernama Mpu Supo diperintah oleh Raja untuk membangun tempat peristirahatan keluarga kerajaan di pegunungan yang didekatnya terdapat mata air. Dengan upaya yang keras, akhirnya Mpu Supo menemukan suatu kawasan yang sekarang lebih dikenal sebagai kawasan Wisata Songgoriti. Atas persetujuan Raja Sindok, Mpu Supo yang konon kabarnya juga sakti mandraguna itu mulai membangun kawasan Songgoriti sebagai tempat peristirahatan keluarga kerajaan serta dibangun sebuah candi yang diberi nama Candi Supo.
30
Embed
BAB III DESKRIPSI WILAYAHeprints.umm.ac.id/44254/4/jiptummpp-gdl-witopranot-53165... · 2019. 2. 14. · 3.1.1 Sejarah Kota Batu Sejak abad ke-10, wilayah Batu dan sekitarnya telah
This document is posted to help you gain knowledge. Please leave a comment to let me know what you think about it! Share it to your friends and learn new things together.
Transcript
39
BAB III
DESKRIPSI WILAYAH
Deskripsi wilayah merupakan suatu gambaran umum mengenai lokasi
penelitian. Lokasi penelitian menjadi hal yang sangat penting di dalam penelitian
ini untuk lebih memperjelas penulis maupun pembaca untuk mengetahui letak
daerah yang diteliti. Dimana pada bab 3 ini dijelaskan mengenai lokasi penelitian
yang membahas gambaran umum Kelurahan Temas, struktur pemerintahan, dan
lain sebagainya.
3.1 Gambaran Umum Kota Batu
3.1.1 Sejarah Kota Batu
Sejak abad ke-10, wilayah Batu dan sekitarnya telah dikenal
sebagai tempat peristirahatan bagi kalangan keluarga kerajaan, karena
wilayah adalah daerah pegunungan dengan kesejukan udara yang nyaman,
juga didukung oleh keindahan pemandangan alam sebagai ciri khas daerah
pegunungan. Pada waktu pemerintahan Kerajaan Medang di bawah Raja
Sindok, seorang petinggi Kerajaan bernama Mpu Supo diperintah oleh
Raja untuk membangun tempat peristirahatan keluarga kerajaan di
pegunungan yang didekatnya terdapat mata air. Dengan upaya yang keras,
akhirnya Mpu Supo menemukan suatu kawasan yang sekarang lebih
dikenal sebagai kawasan Wisata Songgoriti. Atas persetujuan Raja Sindok,
Mpu Supo yang konon kabarnya juga sakti mandraguna itu mulai
membangun kawasan Songgoriti sebagai tempat peristirahatan keluarga
kerajaan serta dibangun sebuah candi yang diberi nama Candi Supo.
40
(Zaenuddin H.M., Asal usul Kota-kota di Indonesia Tempo Doeloe.
Cetakan I: Oktober 2013. ISBN 978-602-11-3930-1. hal. 63-68).
Di tempat peristirahatan tersebut terdapat sumber mata air yang
mengalir dingin dan sejuk seperti semua mata air di wilayah pegunungan.
Mata air dingin tersebut sering digunakan mencuci keris-keris yang
bertuah sebagai benda pusaka dari Kerajaan Medang. Oleh karena sumber
mata air yang sering digunakan untuk mencuci benda-benda kerajaan yang
konon katanya bertuah dan mempunyai kekuatan supranatural yang
dahsyat, akhirnya sumber mata air yang semula terasa dingin dan sejuk
akhirnya berubah menjadi sumber air panas, dan sumber air panas itu
sampai sekarang menjadi sumber abadi di kawasan Wisata Songgoriti.
Wilayah Kota Batu yang terletak di dataran tinggi di lereng
pegunungan dengan ketinggian 700 sampai 1.700 meter di atas permukaan
laut, berdasarkan kisah-kisah orang tua maupun dokumen yang ada
maupun yang dilacak keberadaannya, sampai saat ini belum diketahui
kepastiannya tentang kapan nama "Batu" mulai disebut untuk menamai
kawasan peristirahatan tersebut. Dari beberapa pemuka masyarakat
setempat memang pernah mengisahkan bahwa sebutan Batu berasal dari
nama seorang ulama pengikut Pangeran Diponegoro yang bernama Abu
Ghonaim atau disebut sebagai Kyai Gubug Angin yang selanjutnya
masyarakat setempat akrab menyebutnya dengan panggilan Mbah Wastu.
Dari kebiasaan kultur Jawa yang sering memperpendek dan
mempersingkat mengenai sebutan nama seseorang yang dirasa terlalu
panjang, juga agar lebih singkat penyebutannya serta lebih cepat bila
41
memanggil seseorang, akhirnya lambat laun sebutan Mbah Wastu
dipanggil Mbah Tu menjadi Mbatu atau Batu sebagai sebutan yang
digunakan untuk sebuah kota dingin di Jawa Timur.
Sedikit menengok ke belakang tentang sejarah keberadaan Abu
Ghonaim sebagai cikal bakal serta orang yang dikenal sebagai pemuka
masyarakat yang memulai babad alas dan dipakai sebagai inspirasi dari
sebutan wilayah Batu, sebenarnya Abu Ghonaim sendiri adalah berasal
dari wilayah Jawa Tengah. Abu Ghonaim sebagai pengikut Pangeran
Diponegoro yang setia, dengan sengaja meninggalkan daerah asalnya Jawa
Tengah dan hijrah ke kaki Gunung Panderman untuk menghindari
pengejaran dan penangkapan dari serdadu Belanda (Kompeni).
Abu Ghonaim atau Mbah Wastu yang memulai kehidupan barunya
bersama dengan masyarakat yang ada sebelumnya serta ikut berbagi rasa,
pengetahuan dan ajaran yang diperolehnya semasa menjadi
pengikut Pangeran Diponegoro. Akhirnya banyak penduduk dan
sekitarnya dan masyarakat yang lain berdatangan dan menetap untuk
berguru, menuntut ilmu serta belajar agama kepada Mbah Wastu.
(Zaenuddin H.M., Asal usul Kota-kota di Indonesia Tempo Doeloe.
Cetakan I: Oktober 2013. ISBN 978-602-11-3930-1. hal. 63-68). Awalnya
mereka hidup dalam kelompok (komunitas) di daerah Bumiaji, Sisir dan
Temas, namun akhirnya lambat laun komunitasnya semakin besar dan
banyak serta menjadi suatu masyarakat yang ramai
(https://id.wikipedia.org/wiki/Kota Batu).
3.1.2 Kondisi Geografi Kota Batu
42
Wilayah Kota Batu terletak di kaki dan lereng pegunungan dan
berada pada ketinggian rata-rata 700-1.700 m di atas permukaan laut
dengan suhu udara rata-rata mencapai 12-19 derajat Celsius. Batu
dikelilingi beberapa gunung, di antaranya adalah:
• Gunung Anjasmoro (2.277 m)
• Gunung Arjuno (3.339 m)
• Gunung Banyak (1.306 m)
• Gunung Kawi (2.551 m)
• Gunung Panderman (2.045 m)
• Gunung Semeru (3.676 m)
• Gunung Welirang (3.156 m)
• Gunung Wukir (335 m)
Dengan luas wilayah sekitar 202,30 km², sebagian besar keadaan
topografi kota Batu didominasi kawasan dataran tinggi dan perbukitan
yang berlembah-lembah yang terletak di lereng dua pegunungan besar,
yaitu Arjuno-Welirang dan Butak-Kawi-Panderman. Di wilayah kota Batu,
yang terletak di sebelah utara pusat kota terdapat sebuah hutan lebat yang
merupakan kawasan hutan lindung, yakni Taman Hutan Raya Raden
Soerjo.
Jenis tanah yang berada di kota Batu sebagian besar
merupakan andosol, selanjutnya secara berurutan adalah kambisol, latosol
dan aluvial. Tanahnya berupa tanah mekanis yang banyak mengandung
mineral yang berasal dari ledakan gunung berapi. Sifat tanah semacam ini
mempunyai tingkat kesuburan yang tinggi. Sebagai layaknya wilayah
pegunungan yang subur, Batu dan sekitarnya juga memiliki panorama
43
alam yang indah dan berudara sejuk, tentunya hal ini akan menarik minat
masyarakat lain untuk mengunjungi dan menikmati Batu sebagai kawasan
pegunungan yang mempunyai daya tarik tersendiri. Untuk itulah di awal
abad ke-19 Batu berkembang menjadi daerah tujuan wisata, khususnya
orang-orang Belanda, sehingga orang-orang Belanda itu ikut membangun
tempat-tempat peristirahatan (villa) bahkan bermukim di Batu.
Situs dan bangunan-bangunan peninggalan Belanda atau semasa
pemerintahan Hindia Belanda itu masih berbekas bahkan menjadi aset dan
kunjungan wisata hingga saat ini. Keindahan alam Batu yang memadukan
antara nuansa arsitektur Eropa dan pegunungan yang indah memukau
Presiden Soekarno dan wakil Presiden Mohammad Hatta, sehingga setelah
Perang Kemerdekaan, Soekarno-Hatta sempat berkunjung dan beristirahat
di kawasan Selecta, Batu (https://id.wikipedia.org/wiki/Kota_Batu).
3.1.3 Visi dan Misi Kota Batu
a. Visi Kota Batu
Kota Batu sentra pertanian organik berbasis kepariwisataan
internasional
b. Misi Kota Batu
1. Peningkatan Kualitas Hidup Antar Umat Beragama
2. Reformasi Birokrasi dan Tata Kelola Pemerintahan
3. Mengembangkan Pertanian Organik dan Perdagangan Hasil
Pertanian Organik
44
4. Meningkatkan Posisi Peran Dari Kota Sentra Pariwisata Menjadi
Kota Kepariwisataan Internasional
5. Optimalisasi Pemerintahan Daerah
6. Peningkatan Kualitas Pendidik Dan Lembaga Pendidikan
7. Peningkatan Kualitas Kesehatan
8. Pengembangan Infrastuktur (Sektor Fisik) Khususnya
Perkantoran Pemerintah , Fasilitas Publik, Prasarana Dan Sarana
Lalu Lintas
9. Meningkatkan Penyelenggaraan Pemerintah Desa, Guna
Peningkatkan Pelayanan Kepada Masyarakat
10. Menciptakan Stabilitas Dan Kehidupan Politik Di Kota Batu
Yang Harmonis Dan Demokratis
11.Pemberdayaan Masyarakat Melalui Koperasi Dan UKM