Top Banner

of 26

BAB IIfix

Oct 04, 2015

Download

Documents

hipertensi
Welcome message from author
This document is posted to help you gain knowledge. Please leave a comment to let me know what you think about it! Share it to your friends and learn new things together.
Transcript

35

BAB IITINJAUAN PUSTAKA

A. Hipertensi1. Definisi Hipertensi Hipertensi adalah tekanan darah sistolik dan diastolik yang tidak normal. Nilai yang dapat diterima berbeda sesuai dengan usia dan jenis kelamin namun umumnya garis batas hipertensi yaitu sistolik berkisar antara 140 190 mmHg dan diastolik antara 90 95 mmHg (Sylvia a, pierce, 1999; dikutip Riyadi, 2011).Hipertensi atau tekanan darah tinggi adalah tekanan darah persisten meliputi tekanan darah sistolik 140 mmHg dan tekanan diastolik 90 mmHg (Smeltzer & Bare, 2002).Menurut Mansjoer, dkk. (2009) definisi hipertensi adalah tekanan darah sistolik lebih dari 140 mmHg dan tekanan darah diastolik lebih dari 90 mmHg atau bila pasien memakai obat anti hipertensi. Dari pengertian di atas dapat disimpulkan bahwa hipertensi adalah gangguan sistem kardiovaskular meliputi keadaan peningkatan tekanan darah sistolik dan diastolik di atas normal yaitu tekanan sistolik 140 mmHg dan tekanan diastolik 90 mmHg atau bila mengkonsumsi obat anti hipertensi.

2. Klasifikasi Hipertensi Perhimpunan Nefrologi Indonesia (Pernefri) memilih klasifikasi hipertensi sesuai WHO/ISH karena memenuhi kebutuhan, sederhana, tidak bertentangan dengan terapi, tidak meragukan, tidak rumit serta terdapat unsur sistolik yang penting dalam penentuan (Mansjoer, dkk. 2009).Tabel 2.1 Klasifikasi sesuai WHO/ISH

KlasifikasiSistolik (mmHg)Diastolik (mmHg)

NormotensiHipertensi ringanHipertensi perbatasanHipertensi sedang dan beratHiertensi sistolik terisolasiHipertensi sistolik perbatasan< 140140-160140-180> 180> 160140-160< 9090-9590-105> 105< 90< 90

Sumber: Mansjoer, dkk. 2009Hipertensi sistolik terisolasi adalah hipertensi dengan tekanan sistolik sama atau lebih dari 160 mmHg tetapi tekanan diastolik kurang dari 90 mmHg. Hipertensi sistolik berbahaya dan sama dengan hipertensi diastolik sehingga harus diterapi (Mansjoer,dkk. 2009). Klasifikasi hipertensi juga dikeluarkan oleh JNC 7 (The Seventh Report of the Joint National Committee on Prevention, Detection, Evaluation, and Treatment of High Blood Pressure, 2003). JNC 7 mengklasifikasikan hipertensi untuk usia di atas 18 tahun. Tabel 2.2 Klasifikasi tekanan darah dan hipertensi berdasarkan JNC 7

KategoriSistolikDiastolik

NormalPrehipertensiHipertensi tahap 1Hipertensi tahap 2 27, dengan menghitung berat badan (kg) dibagi kuadrat tinggi badan (m).Pada orang kegemukan, risiko menderita hipertensi lebih tinggi daripada dengan seseorang dengan berat badan normal. Pada orang obesitas, tahanan perifer berkurang atau normal sedangkan aktivitas renin plasma rendah dan aktivitas saraf simpatis tinggi. Selain itu curah jantung dan sirkulasi volume darah penderita hipertensi dengan obesitas lebih tinggi daripada penderita hipertensi yang tidak obesitas (Haryono & Setianingsih, 2013).2) Kurang olahragaKurang aktivitas fisik menambah risiko untuk menjadi gemuk sehingga dapat meningkatkan risiko hipertensi. Orang-orang yang tidak aktif kebanyakan memiliki detak jantung yang lebih cepat dan otot jantung memompa lebih keras setiap berkontraksi. Semakin keras dan sering jantung harus memompa, semakin besar pula tekanan arteri (Rohaendi, 2008 dikutip Haryono & Setianingsih, 2013).3) Kebiasaan merokokMerokok dapat meningkatkan risiko serangan jantung, stroke dan diabetes. Penderita hipertensi yang terus merokok dapat memicu penyakit-penyakit yang berkaitan dengan jantung dan darah. Merokok dapat menyebabkan kenaikan tekanan darah sekitar 10 mmHg pada tekanan sistolik dan 8 mmHg pada tekanan diastolik. Nikotin yang terisap saat seseorang merokok akan diserap pembuluh darah paru-paru dan disebarkan ke seluruh aliran darah. Dalam waktu 10 detik nikotin dapat mencapai otak. Otak bereaksi memberikan stimulus kepada kelenjar adrenal untuk melepaskan epinefrin (adrenalin). Adrenalin menyebabkan vasokontriksi pembuluh darah sehingga meningkatkan tekanan darah. Selain itu bahan-bahan kimia dalam rokok dapat merusak dinding arteri sehingga rentan terjadi plak yang menyebabkan penyempitan arteri. Penyempitan arteri dapat memicu peningkatan tekanan darah (Gardner, 2007).4) Mengkonsumsi garam berlebihNatrium/sodium (garam dapur) dapat meningkatkan tekanan darah pada beberapa orang. Garam menyebabkan peningkatan tekanan darah dengan cepat pada beberapa orang khususnya bagi penderita diabetes, penderita hipertensi ringan, lansia dan orang kulit hitam (Haryono & Setianingsih, 2013).World Health Organization (WHO) merekomendasikan pola konsumsi garam yang dapat mengurangi risiko terjadinya hipertensi. Penderita hipertensi sebaiknya membatasi konsumsi garam pada diet harian kurang dari 2400 miligram atau 2,4 gram sodium (6 gram garam atau 100 mmol, setara dengan 1 sendok teh). Konsumsi natrium yang berlebih menyebabkan konsentrasi natrium di dalam cairan ekstraseluler meningkat. Cairan intraseluler lalu ditarik ke luar sehingga volume cairan ekstraseluler bertambah, menyebabkan peningkatan volume darah sehingga menimbulkan hipertensi (Wolff, 2008; dikutip Taskiro, 2012).

5) KolesterolKandungan lemak berlebih dalam darah dapat menyebabkan timbunan kolesterol pada dinding pembuluh darah. Hal ini dapat membuat pembuluh darah menyempit dan mengakibatkan tekanan darah akan meningkat (Haryono & Setianingsih, 2013).Kolesterol jahat yaitu Low Density Lipoprotein (LDL) dan Very Low Density Lipoprotein (VLDL) menjadi sumber plak yang menempel pada dinding aorta, arteri koroner, arteri otak dan arteri kaki. Plak tersebut dapat menyumbat arteri dan menyebabkan penyempitan pembuluh darah sehingga merusak organ akibat sirkulasi darah terhambat (Gardner, 2007).6) Minum alkoholBanyak penelitian membuktikan bahwa alkohol dapat merusak jantung dan organ lain termasuk pembuluh darah. Konsumsi alkohol berlebihan termasuk salah satu faktor risiko hipertensi (Marliani, 2007; dikutip Haryono & Setianingsih, 2013). Teori menyebutkan alkohol bisa memicu pelepasan hormon epinefrin (adrenalin) yang dapat menyebabkan pembuluh darah menyempit (vasokontriksi) (Gardner, 2007).7) Konsumsi kafeinKafein pada kopi, teh dan minuman cola dapat menyebabkan peningkatan tekanan darah. Satu cangkir kopi mengandung 75-200 mg kafein yang berpotensi meningkatkan tekanan darah sebesar 5-10 mmHg. 8) StresStres dan keadaan emosi tidak stabil dapat memicu tekanan darah tinggi. Hubungan antara stres dengan hipertensi diduga melalui aktivitas saraf simpatis. Peningkatan saraf simpatis dapat menaikkan tekanan darah secara intermitten (tidak menentu). Stres berkepanjangan dapat mengakibatkan tekanan darah menetap tinggi (Rohaendi, 2003; dikutip Haryono & Setianingsih, 2013).Selama periode stres hormon adrenalin dan kortisol dilepaskan, menyebabkan vasokontriksi pembuluh darah dan meningkatkan detak jantung. Keadaan tersebut dapat meningkatkan tekanan darah (Gardner, 2007).

7. Komplikasi HipertensiHipertensi sering menyebabkan perubahan pada pembuluh darah yang mengakibatkan tekanan darah makin meningkat. Penelitian epidemiologis membuktikan bahwa tekanan darah tinggi berhubungan erat dengan morbiditas dan mortalitas penyakit kardiovaskuler. Hipertensi dapat menyebabkan komplikasi pada beberapa organ tubuh seperti jantung, ginjal dan otak (Muttaqin, 2012).Tekanan darah tinggi yang lama akan merusak pembuluh darah di seluruh tubuh terutama mata, jantung, ginjal dan otak. Komplikasi yang biasanya terjadi pada hipertensi tidak terkontrol adalah gangguan penglihatan, oklusi koroner, gagal ginjal, stroke dan hipertropi jantung (Smeltzer & Bare, 2002). Menurut Gardner (2007) komplikasi jangka panjang tekanan darah tinggi pada beberapa organ tubuh meliputi:a. Pembuluh darah arteri (aorta)Setelah bertahun-tahun terkena tekanan darah tinggi dan kolesterol tinggi, aorta menjadi kurang elastis karena plak yang terkumpul di dinding aorta (aterosklerosis). Plak tersebut dapat menyebabkan perlukaan pada aorta dan menimbulkan gelembung di dinding aorta (aneurisme). Aneurisme aorta dapat pecah dan berakibat perdarahan.b. JantungHipertensi selama bertahun-tahun merupakan penyebab utama pengerasan dan penyempitan arteri coroner yang dapat menyebabkan angina pectoris. Hipertensi menyebabkan jantung harus bekerja keras untuk memompa darah melawan besarnya resistensi arteri yang telah menyempit dan kaku. Pada akhirnya jantung gagal memompakan darah keluar dari bilik kiri secepat darah masuk ke ventrikel kanan. Hal tersebut dapat menyebabkan gagal jantung. c. OtakPengerasan pada arteri carotis dapat menyebabkan terbentuknya bekuan darah yang dapat pecah dan tersebar mengikuti aliran darah. Bila masuk ke pembuluh darah otak maka akan menyumbat pasokan darah ke otak dan menyebabkan terjadinya stroke embolik. Selain itu pada arteri otak yang terbentuk aneurisme dapat menimbulkan stroke hemoragik bila pecah.d. MataTekanan darah yang tinggi seperti pada penderita hipertensi dapat menyebabkan pecahnya arteriol-arteriol mata sehingga menyebabkan pandangan kabur dan akhirnya dapat menyebabkan kerusakan pada retina. e. GinjalPada tekanan darah tinggi arteriol dalam ginjal dapat mengalami kerusakan, menyebabkan penurunan fungsi ginjal. Bila terjadi dalam waktu lama dapat menyebabkan hilangnya fungsi ginjal yang mengarah pada gagal ginjal.

8. Penatalaksanaan Hipertensi Tujuan penatalaksanaan bagi klien hipertensi adalah mencegah terjadinya morbiditas dan mortalitas penyerta dengan mencapai dan mempertahankan tekanan darah di bawah 140/90 mmHg. Efektivitas setiap program ditentukan oleh derajat hipertensi, komplikasi, biaya perawatan, dan kualitas hidup (Muttaqin, 2012). Penatalaksanaan hipertensi dapat dilakukan secara farmakologis dan non farmakologis dengan menghindari faktor risiko (Lumbantobing, 2007; dikutip Taskiro, 2012).

a.Penanganan farmakologisPengobatan hipertensi dilandasi oleh beberapa prinsip sebagai berikut :1) Pengobatan hipertensi sekunder lebih mendahulukan pengobatan penyebab hipertensi.2) Pengobatan hipertensi esensial ditujukan untuk menurunkan tekanan darah untuk memperpanjang umur dan mengurangi timbulnya komplikasi.3) Upaya menurunkan tekanan darah dengan mengkonsumsi obat anti hipertensi. Jenis-jenis obat anti hipertensi yaitu diuretic, golongan betabloker, golongan antagonis kalsium dan golongan ACE-Inhibitor. b. Penanganan non farmakologisBeberapa penelitian menunjukkan bahwa pendekatan non farmakologis dengan modifikasi gaya hidup merupakan intervensi wajib pada setiap terapi anti hipertensi (JNC 7; Muttaqin, 2012) meliputi:1) Teknik-teknik mengurangi stress.2) Penurunan berat badan hingga mencapai normal (IMT 18,5 24,9 kg/m2).3) Diet makan yang disarankan untuk hipertensi (Dietary Approach to Stop Hypertension/ DASH ) yaitu dengan mengkonsumsi banyak buah, sayur dan makanan rendah lemak. 4) Pembatasan alkohol, natrium/sodium dan tembakau.5) Olahraga/ latihan (meningkatkan HDL). Olahraga/ aktivitas fisik secara teratur selama 30 menit per hari atau sebanyak 2-3 kali seminggu. 6) Relaksasi dan terapi komplementer lainnya.

B. Senam Ergonomis1. Konsep Senam ErgonomisGerakan ergonomis adalah gerakan yang mengoptimalkan posisi tubuh pada ruang kerja dengan tujuan mengurangi atau menghilangkan kelelahan. Posisi tubuh tersebut antara lain posisi tulang belakang, posisi penglihatan (jarak dan pencahayaan), posisi jangkauan (berdiri atau duduk), keselarasan tangan kanan dan kiri dan posisi benda kerja sehingga diperoleh kenyamanan serta produktivitas tinggi (Wratsongko, 2004).Senam ergonomis adalah suatu teknik senam untuk mengembalikan atau membetulkan posisi dan kelenturan sistem saraf serta aliran darah, memaksimalkan suplai oksigen ke otak, membuka sistem kecerdasan, keringat, termoregulasi, pembakaran asam urat, kolesterol, gula darah, asam laktat, kristal oksalat, kesegaran tubuh dan imunitas. Senam ergonomis merupakan senam yang gerakan dasarnya terdiri atas lima gerakan yang masing-masing memiliki manfaat berbeda tetapi saling terkait satu dan lainnya (Wratsongko, 2004).Gerakan dalam senam ergonomis adalah gerakan yang efektif, efisien dan logis karena rangkaian gerakannya merupakan rangkaian gerak yang dilakukan manusia sejak dahulu yaitu derivasi gerakan sholat. Senam dapat langsung membuka, membersihkan dan mengaktifkan seluruh sistem-sistem tubuh seperti kardiovaskular, perkemihan, dan sistem reproduksi. (Wratsongko, 2008). Gerakan senam ergonomis merupakan perpaduan aktivitas otot dan teknik pernafasan. Setiap gerakan senam diawali dengan menarik nafas menggunakan teknik nafas dada. Tujuannya adalah untuk mengembangkan paru-paru secara optimal agar dapat menghimpun oksigen lebih banyak (Wratsongko, 2004).

2. Manfaat Senam ErgonomisSenam ergonomis bermanfaaat bagi tubuh. Melakukan senam ergonomis secara rutin dapat meningkatkan kekuatan otot dan efektivitas fungsi jantung, mencegah pengerasan pembuluh arteri dan melancarkan sistem pernafasan. Gerakan fisik teratur dapat meningkatkan kolesterol baik (HDL) yang bermanfaat bagi kesehatan jantung dan pembuluh darah. Senam ergonomis juga dapat menurunkan kadar glukosa darah, mencegah osteoporosis dan penyakit lainnya. Senam ergonomis sangat efektif dalam memelihara kesehatan karena gerakannya anatomis, sederhana dan tidak berbahaya sehingga dapat dilakukan oleh semua orang dari anak-anak hingga lansia (Wratsongko, 2004).

3.Teknik Senam Ergonomisa. Gerakan ke-1, Lapang Dada1) Tahapan gerakan lapang dadaBerdiri tegak, kedua lengan diputar ke belakang semaksimal mungkin, tarik nafas dalam melalui hidung lalu hembuskan perlahan lewat mulut. Saat dua lengan di atas kepala, jari kaki dijinjit.2) Manfaat gerakan lapang dadaa) Putaran lengan menyebabkan stimulus regangan dan tarikan pada saraf di bahu, mengoptimalkan fungsi organ paru, jantung, hati, ginjal, lambung dan usus sehingga metabolisme optimal. b) Dua kaki dijinjit menstimulasi sensor-sensor saraf yang merefleksi fungsi organ dalam.3) Gerakan dilakukan sebanyak 40 kali putaran. Satu gerakan memutar butuh waktu 4 detik sebagai gerakan aerobik. Keseluruhan 40 kali putaran dalam waktu 4 menit. Kemudian istirahat sebelum melanjutkan gerakan kedua (Sagiran, 2012).b. Gerakan ke-2, Tunduk Syukur1) Tahapan gerakan tunduk syukurGerakan tunduk syukur berasal dari gerakan rukuk. Posisi tubuh berdiri tegak dengan menarik napas dalam perlahan lalu tahan napas sambil membungkukkan badan ke depan semampunya. Tangan berpegangan pada pergelangan kaki sampai punggung teregang. Wajah menengadah. Hembuskan nafas secara rileks dan perlahan (Wratsongko, 2008).Menarik napas dalam dengan menahan di dada merupakan teknik menghimpun oksigen untuk metabolisme tubuh. Membungkukkan badan ke depan dengan dua tangan berpegangan pada pergelangan kaki akan menyebabkan posisi tulang belakang dalam posisi segmen dada-punggung sehingga menyebabkan relaksasi dan membantu mengoptimalkan fungsi serabut pada tulang belakang. Gerakan ini dapat menguatkan struktur anatomis-fungsional otot, ligamen dan tulang belakang (Wratsongko, 2008).2) Manfaat gerakan tunduk syukura) Posisi tunduk syukur dapat menyebabkan tarikan pada serabut saraf yang menuju ke tungkai, meningkatkan fungsi dan membantu menghindari risiko saraf terjepit (Wratsongko, 2008).b) Gerakan menengadahkan kepala menyebabkan fleksi tulang leher dan mengaktivasi serabut saraf simpatis yang berada di leher. Gerakan ini berperan dalam meningkatkan, mempertahankan suplai darah dan oksigenasi otak secara optimal (Wratsongko, 2008).c) Gerakan tunduk syukur berfungsi untuk meregangkan otot-otot punggung bawah, paha dan betis serta berfungsi memompakan darah ke batang tubuh bagian atas dan melonggarkan otot-otot perut, abdomen dan ginjal (Wratsongko, 2008).3) Gerakan dilakukan sebanyak 5 kali. Umumnya 1 kali gerakan selesai dalam waktu 35 detik ditambah 10 detik untuk nafas. Keseluruhan gerakan selesai dalam 4 menit (Sagiran, 2012).c. Gerakan ke-3, Duduk Perkasa :1) Tahapan gerakan duduk perkasaPosisi duduk dengan jari kaki sebagai tumpuan. Tarik napas dalam lalu tahan sambil membungkukkan badan ke depan. Tangan bertumpu pada paha, wajah menengadah sampai terasa tegang (Wratsongko, 2008).2) Manfaat gerakan duduk perkasaDuduk perkasa dengan lima jari kaki ditekuk dapat menstimulasi fungsi organ tubuh. Ibu jari terkait dengan fungsi energi tubuh. Jari telunjuk terkait dengan fungsi pikiran. Jari tengah terkait dengan fungsi pernapasan. Jari manis terkait dengan fungsi metabolisme dan detoksifikasi dalam tubuh. Jari kelingking terkait dengan fungsi hati dan sistem kekebalan tubuh.3) Menarik napas dalam lalu ditahan sambil membungkukkan badan ke depan dengan dua tangan bertumpu pada paha dapat meningkatkan tekanan dalam rongga dada yang dapat meningkatkan sirkulasi dan oksigenasi otak (Wratsongko, 2008).4) Gerakan dilakukan sebanyak 5 kali. Umumnya 1 kali gerakan selesai dalam waktu 35 detik ditambah 10 detik untuk nafas. Keseluruhan gerakan selesai dalam waktu 4 menit (Sagiran, 2012).d. Gerakan ke-4, Duduk Pembakaran1) Tahapan gerakan duduk pembakaranPosisi duduk perkasa dengan dua tangan menggenggam pergelangan kaki, tarik nafas dalam sambil membungkukkan badan ke depan sampai punggung terasa teregang, wajah menengadah sampai terasa teregang. Hembuskan nafas secara rileks dan perlahan (Wratsongko, 2008).2) Manfaat gerakan duduk pembakarana) Gerakan menarik nafas dalam lalu ditahan meningkatkan tekanan di dalam saluran saraf tulang belakang sehingga meningkatkan suplai darah dan oksigenasi otak.b) Gerakan menengadahkan kepala menyebabkan fleksi ruas tulang leher dan menstimulasi saraf simpatis di leher.c) Dua tangan menggenggam pergelangan kaki berfungsi melebarkan ruang antar ruas tulang pada tangan dan leher, memberikan efek relaksasi pada serabut saraf simpatis sehingga terjadi relaksasi dinding pembuluh darah (Wratsongko, 2008).3) Gerakan dilakukan sebanyak 5 kali. Umumnya 1 kali gerakan selesai dalam waktu 35 detik ditambah 10 detik untuk nafas. Keseluruhan gerakan selesai dalam 4 menit (Sagiran, 2012).

e) Gerakan ke-5, Berbaring Pasrah :1) Tahapan gerakan berbaring pasrahPosisi kaki duduk pembakaran kemudian baringkan badan perlahan. Punggung menyentuh lantai atau alas, dua lengan lurus di atas kepala, napas dada, perut mengecil. Apabila tidak mampu menekuk kaki maka kaki dapat diluruskan (Wratsongko, 2008).2) Manfaat gerakan berbaring pasrahGerakan berbaring dengan meluruskan lengan di atas kepala dapat menyebabkan regangan atau tarikan pada serabut saraf tulang belakang sehingga dapat merileksasikan tulang belakang (Wratsongko, 2008).3) Gerakan dilakukan minimal 5 menit. Gerakan dilakukan perlahan dan tidak dipaksakan saat merebahkan badan maupun bangun (Sagiran, 2012).

C. Keterkaitan Senam Ergonomis dan Hipertensi Senam ergonomis merupakan kombinasi dari gerakan otot dan teknik pernafasan. Teknik pernafasan tersebut dapat memperlancar aliran darah ke jantung dan meningkatkan masukan oksigen ke paru-paru. Aliran darah ke seluruh tubuh juga meningkat, membawa oksigen yang cukup ke seluruh tubuh dan otak. Peningkatan oksigen ke otak merangsang peningkatan serotonin sehingga membuat tubuh relaksasi (Erliana, 2008; dikutip Rahmawati, 2013). Selain itu gerakan-gerakan senam ergonomis yang dilakukan secara benar dapat membuat tubuh mencapai puncak relaksasi dari ketegangan fisik dan mental (Sagiran, 2012).Olahraga dan aktivitas fisik dapat merangsang vasokonstriktor simpatis melalui penekanan pada otot rangka dan abdomen akibat gerakan-gerakan saat berolahraga. Penekanan tersebut menyebabkan penekanan pembuluh darah sehingga meningkatkan tekanan arteri. Tubuh berespon terhadap peningkatan tekanan arteri untuk menjaga kondisi homeostasis dengan menstimulasi saraf parasimpatis di medula otak (Guyton, 2012).Latihan kombinasi gerakan kelompok otot dengan latihan pernafasan terkontrol dapat merangsang aktivasi sistem saraf otonom parasimpatis nuclei rafe yang terletak di separuh bagian bawah pons dan di medula (Guyton dan Hall, 1997; dikutip Rahmawati, 2013). Aktivasi sistem saraf parasimpatis akan menghambat stimulasi sistem saraf simpatis. Terhambatnya sistem saraf simpatis akan menyebabkan penurunan curah jantung dan penurunan tahanan perifer sehingga terjadi vasodilatasi. Gabungan vasodilatasi dan penurunan curah jantung akan menyebabkan terjadinya penurunan tekanan darah (Muttaqin, 2012).

Skema 2.2 Keterkaitan Senam Ergonomis dan Tekanan DarahSerotonin Senam ergonomisGerak otot dan teknik pernafasanAsupan O2 Refleks tekanan darah Tekanan darah Stimulus sistem saraf parasimpatis di medula dan ponsInhibisi saraf simpatisRelaksasiCurah jantung dan Tahanan periferVasodilatasiTekanan darah

Sumber: Rahmawati (2013); Muttaqin (2012); Guyton (2012) dengan modifikasi.

D. Penelitian Terkait1. Rahmawati (2013). Pengaruh Terapi Aktivitas Senam Ergonomis terhadap Kualitas Tidur pada Lansia di Posyandu Lansia Harapan I dan II Kelurahan Pabuaran. Penelitian ini bersifat quasi eksperiment dengan desain penelitian non randomized pretest-postest with control group design. Metode pengambilan sampel adalah purposive sampling dengan jumlah sampel 42 kelompok perlakuan dan 42 kelompok kontrol. Analisa data menggunakan uji statistik Wilcoxon dan Mann-whitney-U. Penelitian ini menunjukkan senam ergonomis dapat memperbaiki kualitas tidur lansia di Posyandu Lansia Harapan I dan II Pabuaran. 2. Anugerah (2010). Pengaruh Senam Ergonomis terhadap Tekanan Darah (Hipertensi) pada Penderita DM Tipe 2. Desain pada penelitian ini menggunakan metode cohort eksperimental dengan rancangan randomized control group pre test-post test design. Subyek pada penelitian sebanyak 30 orang adalah pasien DM tipe 2 rawat jalan di Puskesmas Kasihan 1 Bantul yang berusia 40-65 tahun dan dibagi menjadi dua kelompok (control dan intervensi). Analisis data dengan uji Independent T-test. Penelitian ini membuktikan bahwa senam ergonomis berpengaruh terhadap penurunan tekanan darah sistolik sedangkan pada tekanan darah diastolik hanya berpengaruh secara klinis.3. Gayatri (2012). Pengaruh Senam Ergonomis terhadap Perubahan Tekanan Darah pada Klien Hipertensi di Kelurahan Bendan Kota Pekalogan. Penelitian ini menggunakan desain pra eksperimental dengan metode one-group pretest-posttest design. Teknik pengambilan sampel menggunakan sampling jenuh. Uji statistik yang digunakan yaitu uji Wilcoxon. Hasil penelitian ini menunjukkan ada pengaruh yang signifikan senam ergonomis terhadap perubahan tekanan darah pada klien hipertensi di Kelurahan Bendan Kota Pekalongan.

E. Kerangka TeoriSkema 2.3 Kerangka Teori

Faktor Risiko yang mempengaruhi:Jenis KelaminUsiaGenetikObesitasKurang olahragaMerokokKonsumsi garam berlebihKolesterolMinum alkoholKonsumsi kafeinStresHipertensiKomplikasi hipertensi:Aorta JantungOtakMataGinjalPenatalaksanaan Hipertensi secara Farmakologis DiuretikPenyekat Beta-adrenergikVasodilatorACE InhibitorCalcium Channel BlockerPenatalaksanaan Hipertensi secara non- farmakologisTeknik mengurangi stresPenurunan berat badanDiet makanan (DASH)Pembatasan alkohol, garam, rokokOlahraga (Senam Ergonomis)Relaksasi dan terapi komplementer Penurunan Tekanan Darah

Sumber: Haryono & Setianingsih (2013); Wratsongko (2006); Gardner (2007); Muttaqin (2012); JNC 7 (2003); Smeltzer & Bare (2002) dengan modifikasi.10