BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. PENGERTIAN MANAJEMEN KEPERAWATAN Manajemen keperawatan merupakan suatu bentuk koordinasi dan integrasi sumber-sumber keperawatan dengan menerapkan proses manajemen untuk mencapai tujuan dan obyektifitas asuhan keperawatan dan pelayanan keperawatan (Huber, 2000). Kelly dan Heidental (2004) menyatakan bahwa manajemen keperawatan dapat didefenisikan sebagai suatu proses dari perencanaan, pengorganisasian, kepemimpinan dan pengawasan untuk mencapai tujuan. Proses manajemen dibagi menjadi lima tahap yaitu perencanaan, pengorganisasian, kepersonaliaan, pengarahan dan pengendalian (Marquis dan Huston, 2010). Swanburg (2000) menyatakan bahwa manajemen keperawatan adalah kelompok dari perawat manajer yang mengatur organisasi dan usaha keperawatan yang pada akhirnya manajemen keperawatan menjadi proses dimana perawat manajer menjalankan profesi mereka. Manajemen keperawatan memahami dan memfasilitasi pekerjaan perawat pelaksana serta mengelola kegiatan keperawatan. Suyanto (2009) menyatakan bahwa lingkup manajemen keperawatan adalah manajemen pelayanan kesehatan dan manajemen asuhan keperawatan. Manajemen pelayanan keperawatan adalah pelayanan di rumah sakit yang dikelola oleh bidang perawatan melalui tiga tingkatan manajerial yaitu manajemen puncak (kepala bidang keperawatan), manajemen menegah (kepala unit pelayanan atau supervisor), 6
This document is posted to help you gain knowledge. Please leave a comment to let me know what you think about it! Share it to your friends and learn new things together.
Transcript
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. PENGERTIAN MANAJEMEN KEPERAWATAN
Manajemen keperawatan merupakan suatu bentuk koordinasi dan integrasi
sumber-sumber keperawatan dengan menerapkan proses manajemen untuk mencapai
tujuan dan obyektifitas asuhan keperawatan dan pelayanan keperawatan (Huber, 2000).
Kelly dan Heidental (2004) menyatakan bahwa manajemen keperawatan dapat
didefenisikan sebagai suatu proses dari perencanaan, pengorganisasian, kepemimpinan
dan pengawasan untuk mencapai tujuan. Proses manajemen dibagi menjadi lima tahap
yaitu perencanaan, pengorganisasian, kepersonaliaan, pengarahan dan pengendalian
(Marquis dan Huston, 2010).
Swanburg (2000) menyatakan bahwa manajemen keperawatan adalah kelompok
dari perawat manajer yang mengatur organisasi dan usaha keperawatan yang pada
akhirnya manajemen keperawatan menjadi proses dimana perawat manajer menjalankan
profesi mereka.
Manajemen keperawatan memahami dan memfasilitasi pekerjaan perawat
pelaksana serta mengelola kegiatan keperawatan. Suyanto (2009) menyatakan bahwa
lingkup manajemen keperawatan adalah manajemen pelayanan kesehatan dan manajemen
asuhan keperawatan. Manajemen pelayanan keperawatan adalah pelayanan di rumah sakit
yang dikelola oleh bidang perawatan melalui tiga tingkatan manajerial yaitu manajemen
puncak (kepala bidang keperawatan), manajemen menegah (kepala unit pelayanan atau
supervisor), dan manajemen bawah (kepala ruang perawatan). Keberhasilan pelayanan
keperawatan sangat dipengaruhi oleh manajer keperawatan melaksanakan peran dan
fungsinya.
Manajemen keperawatan adalah proses kerja setiap perawat untuk memberikan
pengobatan dan kenyamanan terhadap pasien. Tugas manager keperawatan adalah
merencanakan, mengatur, mengarahkan dan mengawasi keuangan yang ada, peralatan dan
sumber daya manusia untuk memberikan pengobatan yang efektif dan ekonomis kepada
pasien (Gillies, 2000).
B. Prinsip-prinsip Manajemen Keperawatan
Seorang manajer keperawatan melaksanakan manajemen keperawatan untuk
memberikan perawatan kepada pasien. Swanburg (2000) menyatakan bahwa prinsip-
prinsip manajemen keperawatan sebagai berikut:
a. Manajemen keperawatan adalah perencanaan
6
b. Manajemen keperawatan adalah penggunaan waktu yang efektif
c. Manajemen keperawatan adalah pembuatan keputusan
d. Pemenuhan kebutuhan asuhan keperawatan pasien adalah urusan manajer perawat
e. Manajemen keperawatan adalah suatu perumusan dan pencapaian tujuan sosial
f. Manajemen keperawatan adalah pengorganisasian
g. Manajemen keperawatan merupakan suatu fungsi, posisi atau tingkat sosial, disiplin,
dan bidang studi
h. Manajemen keperawatan bagian aktif dari divisi keperawatan, dari lembaga, dan
lembaga dimana organisasi itu berfungsi
i. Budaya organisasi mencerminkan nilai-nilai kepercayaan
j. Manajemen keperawatan mengarahkan dan pemimpin
k. Manajemen keperawatan memotivasi
l. Manajemen keperawatan merupakan komunikasi efektif
m. Manajemen keperawatan adalah pengendalian atau pengevaluasian.
C. FUNGSI-FUNGSI MANAJEMEN KEPERAWATAN
Seorang manajer keperawatan perlu melakukan fungsi-fungsi manajemen dalam
memberikan perawatan kesehatan kepada klien. Perawat manajer (administrator) bekerja
pada semua tingkat untuk melaksanakan konsep-konsep, prinsip-prinsip, teori-teori
manajemen keperawatan. Mereka mengatur lingkungan organisasi untuk menciptakan
suasana optimal bagi persyaratan pengawasan keperawatan oleh perawat-perawat klinis.
Perawat-perawat klinis mengatur seleksi sumber daya manusia dan materi dan
memberikan masukan tambahan kedalam proses manajemen. Tugas manajer keperawatan
adalah merencanakan, mengatur, mengarahkan dan mengawasi keuangan yang ada,
peralatan dan sumber daya manusia untuk memberikan pengobatan yang efektif dan
ekonomis kepada kelompok pasien. Proses manajemen keparawatan sejajar dengan proses
keperawatan yaitu dirancang untuk memudahkan pekerjaan.
Fungsi manajemen pertama kali diperkenalkan oleh seorang industrialis Perancis
bernama Henry Fayol pada awal abad ke-20. Ketika itu, ia menyebutkan lima fungsi
manajemen, yaitu merancang, mengorganisir, memerintah, mengordinasi, dan
mengendalikan. Namun saat ini, kelima fungsi tersebut telah diringkas menjadi empat,
yaitu perencanaan, pengorganisasian, pengarahan, dan pengendalian. DEPKES RI yang
diambil dari fungsi manajemen menurut George Terry yang terdiri dari Planning,
Organizing, actuating dan controlling (POAC).
7
Di Ruang MPKP pendekatan manajemen diterapkan dalam bentuk fungsi
manajemen yang terdiri dari fungsi perencanaan (planning), pengorganisasian
(organizing), pengarahan (directing), dan pengendalian (controlling), penilaian (evaluasi).
1. Fungsi Perencanaan
Perencanaan merupakan fungsi dasar dari manajemen. Perencanaan adalah
koordinasi dan integrasi sumber daya keperawatan dengan menerapkan proses
manajemen untuk mencapai asuhan keperawatan dan tujuan layanan keperawatan
(Huber, 2000). Perencanaan adalah usaha sadar dan pengambilan keputusan yang
diperhitungkan secara matang tentang hal-hal yang akan dikerjakan dimasa yang akan
datang oleh suatu organisasi untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan (Siagian,
1992). Suarli dan Bahtiar (2009) menyatakan bahwa perencanaan adalah suatu
keputusan dimasa yang akan datang tentang apa, siapa, kapan, dimana, berapa, dan
bagaimana yang akan dilakukan untuk mencapai tujuan tertentu yang dapat ditinjau
dari proses, fungsi dan keputusan. Perencanaan memberikan informasi untuk
mengkoordinasikan pekerjaan secara akurat dan efektif (Swanburg, 2000).
Perencanaan yang adekuat dan efektif akan mendorong pengelolaan sumber
yang ada dimana kepala ruangan harus mengidentifikasi tujuan jangka panjang dan
tujuan jangka pendek serta melakukan perubahan (Marquis dan Huston, 2010). Suarli
dan bahtiar (2009) menyatakan bahwa perencanaan sangat penting karena mengurangi
ketidakpastian dimasa yang akan datang, memusatkan perhatian pada setiap unit yang
terlibat, membuat kegiatan yang lebih ekonomis, memungkinkan dilakukannya
pengawasan. Tanpa ada proses perencanaan, tidak akan ada kejelasan kegiatan yang
akan dilaksanakan oleh staff untuk mencapai tujuan orgnisasi. Melalui perencanaan
akan dapat ditetapkan tugas-tugas staff, dan dengan tugas-tugas ini seorang pimpinan
akan mempunyai pedoman untuk melaksanakan supervisi dan menetapkan sumber
daya yang dibutuhkan oleh staff untuk menjalankan tugas-tugasnya. Perencanaan
adalah suatu tugas prinsip dari semua manajer dalam divisi keperawatan. Suatu
rencana yang baik harus berdasarkan pada sasaran, bersifat sederhana, mempunyai
standart, fleksibel, seimbang dan menggunakan sumber-sumber yang tersedia lebih
dulu. Dalam keperawatan, perencanaan membantu untuk menjamin bahwa klien akan
menerima pelayanan keperawatan yang mereka ingini dan butuhkan dengan
memuaskan.
Jenis-jenis perencanaan terdiri dari rencana jangka panjang, rencana jangka
menengah dan rencana jangka pendek. Rencana jangka panjang disebut juga
8
perencanaan strategis yang disusun untuk tiga sampai sepuluh tahun. Perencanaan
jangka menengah dibuat dan berlaku satu sampai dengan lima tahun dan perencanaan
jangka pendek dibuat satu jam sampai dengan satu tahun.
Perencanaan diruang adalah kegiatan perencanaan yang melibatkan seluruh
perawat ruang mulai dari kepala ruangan, ketua tim dan anggota tim/perawat
pelaksana. Perencanaan yang disusun oleh perawat yang terlihat di ruang disesuaikan
dengan peran dan fungsi masing-masing.
1) Kegiatan perencanaan diruangan
Kegiatan perencanaan di ruang meliputi perumusan visi, misi, filosofi, kebijakan
dan standar kerja.
a) Perumusan visi, misi, filosofi,
Kegiatan di ruang meliputi perumusan filosofi, visi, misi, dan tujuan.
Filosofi
Filosofi adalah statemen yang mencerminkan nilai-nilai, visi, dan misi
dari suatu organisasi. Filosofi memuat seperangkat nilai-nilai yang
mengakar dan menjadi rujukan semua kegiatan dalam organisasi dan
menjadi landasan dan arahan seluruh perencanaan jangka panjang.
Pernyataan tertulis dari filosofi menunjukkan nilai-nilai dan keyakinan yang
menyangkut administrasi keperawatan dalam institusi atau organisasi.
Nilai-nilai dalam filosofi dapat lebih dari satu yang mengemukakan
pandangan praktisi dan manajer perawat tentang apa yang mereka yakini
dari manajemen dan praktek keperawatan. Idealnya seluruh personal
pegawai keperawatan harus berpartisipasi dalam menyeleksi suatu teori
atau kerangka kerja konseptual dan filosofi untuk kepentingan praktek.
Setelah hal ini disepakatai, para manajer dan seluruh spsesialis keperawatan
mulai menyusun suatu pernyataan visi dan misi untuk mengarahkan dan
mengintegrasikan aktifitas-aktifitas kelompok. Pernyataan filosofi adalah
abstrak dan terdiri dari nilai-nilai kemanusiaan.
Visi
Langkah pertama dalam merencanakan manajemen keperawatan ada
membuat kesepakatan terhadap visi dan misi yang akan dijadikan sebagai
suatu hal yang dicita-citakan oleh organisasi. statemen visi dirancang untuk
mengilhami dan memotivasi karyawan untuk mencapai suatu kondisi yang
diinginkan.
9
Visi ini dirumuskan bersama oleh kepala ruangan dengan
memperhatikan masukan-masukan dari stakeholders dan visi seharusnya
ditinjau dan dirumuskan kembali secara berkala sesuai dengan
perkembangan ipteks dan masyarakat. Visi diruangan diturunkan dari visi
rumah sakit yang merupakan pengembangan yang disesuaikan dengan
ruangan masing-masing.
Misi
Misi seharusnya memberikan arahan dalam mewujudkan visi dan
dinyatakan dalam tujuan-tujuan yang dapat dicapai dalam kurun waktu
tertentu yang mengandung pokok pokok bentuk kegiatan utama yang dapat
menjadi landasan hubungan kerja serta pengalokasian sumberdaya ke
segenap pihak yang berkepentingan. Misi seharusnya menjadi tolok ukur
dalam evaluasi di seluruh unit kerja yang bisa di revisi secara berkala sesuai
dengan perkembangan ipteks dan kebutuhan masyarakat. Misi bagian
perawat harus berasal dari misi lembaga keseluruhan dan untuk
memutuskan misi diruangan keperawatan para perencana harus terlebih
dahulu menilai, lingkungan internal dan external bagian dari keperawatan.
Untuk mengetahui bahwa misi yang dibuat realistic para perencana harus
mengetahui ukuran dan karakter wilayah jangkauan wilayah, masalah-
masalah sosial dan kesehatan yang umum serta kelebihan dan kekurangan
para anggota staf keperawatan.
Setelah misi ditentukan para pimpinan keperawatan dan staff harus
mengemukakan suatu pernyataan keyakinan untuk mendukung serta
mengilhami aktifitas-aktifitas keperawatan. Pernyataan ini mencakup
keyakinan para anggota mengenai sifat kehidupan, kesehatan, penyakit,
lingkungan, pelayanan keperawatan dan hubungan antara perawat, pasien
dan keluarga. Waterman (1982), mengemukakan bahwa nilai-nilai yang
tersebar diantara karyawan menpunyai pengaruh yang lebih besar terhadap
keberhasilan organisasi daripada melaksanakan struktur organisasi, sumber-
sumber ekonomi, atau kemampuan teknologi.
Tujuan
Tujuan adalah pernyataan konkret dan spesifik dimana misi akan
dicapai dan filosofi atau keyakinan berlangsung. Tujuan harus hidup yang
memuat pernyataan konkret yang menjadi standar agar kinerja dapat diukur.
10
Tujuan dalam keperawatan ini diperlukan dalam semua area dimana
pelayanan keperawatan berlangsung. Tujuan memberikan abonement dari
produk perawatan kesehatan yang diperlukan oleh pasien.
Setelah filosofi, visi dan misi bagian keperawatan dimunculkan,
tujuan departemen harus dikembangkan untuk memenuhi visi dan misi yang
dipilih sesuai dengan keyakinan-keyakinan yang dinyatakan oleh
kelompok. Jika semua perawat telah menyetujui maka pernytaan-
pernyataan visi, misi ini didistribusikan kesemua karyawan keperawatan
dan dipasang disetiap unit keperawatan. Para manajer keperawatan
berkewajiban menyebarkan visi dan misi akan dikenal luas untuk
meningkatkan kreativitas serta membuat para karyawan terfokus pada
upaya-upaya kearah pencapaian visi.
Hubungan selanjutnya dalam rantai perencanaan adalah setiap kepala
perawat atau coordinator harus mengarahkan para perawat profesionalnya
untuk mengembangkan pernyataan tentang filosofi, visi, misi dan tujuan
unit keperawatan. Sebagai contoh jika filosofi organisasi mengacu kepada
keyakinan agama, maka pernytaan visi, misi dan tujuan juga mencerminkan
keyakinan yang sama. Jika visi departemen menyatakan maksud untuk
menyiapkan maksud untuk menyiapkan pasien kearah perawatan diri ,
maka pernyataan visi, misi dan tujuan unit harus jiga menyebutkan maksud-
aksud yang sama.
b) Menyusun kebijakan
Kebijakan adalah pernyataan yang menjadi acuan organisasi dalam
pengambilan keputusan. Analisis kebijakan merupakan nasehat atau bahan
pertimbangan pembuat kebijakan yang berisi tentang masalah yang dihadapi,
tugas yang mesti dilakukan oleh organisasi yang berkaitan dengan masalah
tersebut, dan juga berbagai alternatif kebijakan yang mungkin bisa diambil
dengan berbagai penilaiannya berdasarkan tujuan kebijakan. Kebijakan yang
disusun didalam ruangan MPKP antara lain adalah kedisiplinan, aturan dinas,
rotasi, jenjang karir dan lain-lain.
c) Penyusunan Standart Kinerja
Salah satu hal penting yang perlu mendapat perhatian ialah perumusan
berbagai ketentuan formal yang harus ditaati oleh semua orang dalam
organisasi. Secara popular sering dikatakan bahwa ketentuan formal itu
11
berperan sebagai peraturan permainan yang harus ditaati, Beberapa contoh
ketentuan formal adalah standart hasil pekerjaan yang harus dipenuhi, yaitu
hasil pekerjaan yang harus dipenuhi baik secara kuantitatif maupun kualitatif
dan disiplin organisasi yang merupakan salah satu kewaiban yang harus
ditunaikan oleh semua organisasi. Disiplin organisasi menyangkut banyak hal
antara lain keterikan pada norma-norma moral danetika, keberadaan ditempat
tugas sesuai dengan jam kerja yang berlaku dalam organisasi, kesediakan
bekerja lembur apabila diminta, kewajiban melapor kepada atasan apabila
seseorang terpaksa mangkir atau sakit, kesediaan ditempatkan. Dimanapun
organisasi beroperasi dan dalam hal tertentu disiplin berpekaian.
Untuk menetapkan tingkat kinerja karyawan, dibutuhkan penilaian
kinerja. Menurut Simamora (2004), semakin jelas standar kinerjanya, makin
akurat tingkat penilaian kinerjanya. Masalahnya, baik para penyelia maupun
karyawan tidak seluruhnya mengerti apa yang seharusnya mereka kerjakan.
Karena bisa jadi, standar kinerja tersebut belum pernah disusun. Oleh karena
itu, langkah pertama adalah meninjau standar kinerja yang ada dan menyusun
standar yang baru jika diperlukan.
Minimal sebuah standar kinerja, harus berisi dua jenis informasi dasar
tentang apa yang harus dilakukan dan seberapa baik harus melakukannya.
Standar kinerja merupakan identifikasi tugas pekerjaan, kewajiban, dan
elemen kritis yang menggambarkan apa yang harus dilakukan. Setiap
standar/kriteria harus dinyatakan secara cukup jelas sehingga manajer dan
bawahan atau kelompok kerja mengetahui apa yang diharapkan dan apakah
telah tercapai atau tidak. Standar haruslah dinyatakan secara tertulis dalam
upaya menggambarkan kinerja yang sungguh-sungguh. Standart yang harus
ada di ruang antara lain adalah SAK (standar asuhan keperawatan), SOP
(standar operasional prosedur) dan Protap (prosedur tetap).
d) Pengembangan Sistem Informasi Manajemen
Sistem Informasi Manajemen Rumah Sakit menjadi faktor penting untuk
meningkatkan pelayanan sekaligus penghematan bagi rumah sakit dan kini
telah menjadi salah satu standar mutu sebuah "rumah sakit".
Otomatisasi/komputerisasi sistim pelayanan dan sistim informasi manajemen
merupakan solusi yang tepat untuk memecahkan masalah ini. Banyak lembaga
12
kesehatan dan rumah sakit telah mendapat manfaat dari peralatan canggih ini.
SIM Rumah Sakit adalah solusi yang tepat untuk rumah sakit anda.
Sistem Informasi Manajemen merupakan prosedur pemrosesan data
berdasarkan teknologi informasi dan diintegrasikan dengan prosedur manual
dan prosedur yang lain untuk menghasilkan informasi yang tepat waktu dan
efektif untuk mendukung proses pengambilan keputusan manajemen.
Sistem Informasi Manajemen saat ini merupakan sumber daya utama,
yang mempunyai nilai strategis dan mempunyai peranan yang sangat penting
sebagai daya saing serta kompetensi utama sebuah organisasi dalam
menyongsong era Informasi ini.
2) SDM
a) Ketenagaan
Definisi
Perencanaan tenaga (staffing) keperawatan merupakan salah satu fungsi
utama pimpinan organisasi dalam keperawatan. Keberhasilan pimpinan organisasi
dalam merencanakan perawat ditentukan oleh kualitas SDM (Arwani &
Suprianto, 2006).
Perencanaan tenaga kesehatan adalah proses memperkirakan jumlah
tenaga dan jenis pengetahuan, keterampilan, dan perilaku yang dibutuhkan untuk
mencapai target pelayanan kesehatan yang telah ditentukan dan mencapai tujuan
kesehatan. Perencanaan ini mencakup persiapan: siapa yang berbuat apa, kapan,
dimana, bagaimana, dengan sumber daya apa dan untuk populasi mana.
Perencanaan tenaga rumah sakit adalah sebagai perencanaan tenaga kesehatan
untuk mencapai target pelayanan rumah sakit yang dibutuhkan yang akan
membantu pencapaian target kesehatan. Langkah-langkah perencanaan tenaga
rumah sakit secara garis besar sama dengan langkah-langkah perencanaan tenaga
pada umumnya. Memang ada beberapa kekhususan-kekhususan sesuai dengan
fungsi rumah sakit (Junaidi, 1988 dalam Analisis Kebutuhan Tenaga Perawat Di
Instalasi Rawat Inap RSUD Karimun oleh Liza Sri, 2011).
Faktor-faktor yang mempengaruhi kebutuhan tenaga keperawatan.
Menurut Suyanto (2008), perhitungan tenaga kerja perawat perlu
diperhatikan hal-hal, sebagai berikut :
13
Faktor klien, meliputi : tingkat kompleksitas perawat, kondisi pasien sesuai
dengan jenis penyakit dan usianya, jumlah pasien dan fluktuasinya, keadaan
sosial ekonomi dan harapan pasien dan keluarga.
Faktor tenaga, meliputi : jumlah dan komposisi tenaga keperawatan, kebijakan
pengaturan dinas, uraian tugas perawat, kebijakan personalia, tingkat
pendidikan dan pengalaman kerja, tenaga perawat spesialis dan sikap ethis
professional.
Faktor lingkungan, meliputi : tipe dan lokasi rumah sakit, layout keperawatan,
fasilitas dan jenis pelayanan yang diberikan, kelengkapan peralatan medik atau
diagnostik, pelayanan penunjang dari instalasi lain dan macam kegiatan yang
dilaksanakan.
Faktor organisasi, meliputi : mutu pelayanan yang ditetapkan dan kebijakan
pembinaan dan pengembangan.
Metode Perhitungan Perencanaan Tenaga Keperawatan
Metode Lokakarya PPNI
Penentuan kebutuhan tenaga perawat menurut Lokakarya PPNI dengan
mengubah satuan hari dengan minggu. Selanjutnya jumlah hari kerja efektif
dihitung dalam minggu sebanyak 41 minggu dan jumlah kerja perhari selama
40 jam per minggu. PPNI berusaha menyesuaikan lama kerja dan libur yang
berlaku di Indonesia:
Tenaga Perawat =( A × 52 minggu)×7 Hari (TT × BOR )
Harikerja efektif × total jam kerja perminggu + 25%
Keterangan :
A = jumlah jam perawatan yang dibutuhkan oleh pasien perhari
52 minggu = 365 hari dalam setahun : 7
TT = Tempat Tidur
BOR (Bed Occupancy Rate) adalah presentase rata-rata jumlah tempat tidur
yang digunakan selama periode tertentu (satu semester/tahun)
Hari kerja efektif yang dihitung sebagai berikut :
= (365 – (52 hari minggu + 12 hari libur nasional + 12 hari cuti tahunan)
= 289 hari : 7 hari/minggu
= 41 minggu
Total jam kerja perminggu = 40 jam
14
Komponen 25% yaitu tingkat penyesuaian terhadap produktivitas
Metode Ilyas
Metode ini dikembangkan oleh Yaslis Ilyas sejak tahun 1995. Metode
ini berkembang karena adanya keluhan dari rumah sakit di Indonesia bahwa
metode Gillies menghasilkan jumlah perawat yang terlalu kecil, sehingga
beban kerja perawat tinggi, sedangkan PPNI menghasilkan jumlah perawat
yang terlalu besar sehingga tidak efisien.
Rumus dasar dari formula ini adalah sebagai berikut :
Tenaga Perawat = A × B × 365 hari
(255 × Jam Kerja /hari)
Keterangan :
A = Jam perawatan/24 jam (waktu perawatan yang dibutuhkan pasien)
B = sensus harian (BOR x jumlah tempat tidur)
365 = jumlah hari kerja selama setahun
255 = hari kerja efektif perawat/tahun
{365 - (12 hari libur nasional + 12 hari libur cuti tahunan) x 34
} = 255 hari
Jam kerja/hari = 6 jam, didapat dari 40 jam (total jam kerja/minggu) : 7 hari
Indeks ¾ merupakan indeks yang berasal dari karakteristik jadwal kerja
perawat dirumah sakit yang dihitung dari setiap empat hari kerja efektif,
dimana perawat mendapat libur satu hari setelah jadwal jaga malam.
Uraiannya sebagai berikut hari pertama perawat masuk pagi, hari kedua
siang, hari ketiga malam dan hari keempat perawat mendapat libur satu
hari.
Metode Swansburg
Formula perhitungannya adalah sebagai berikut;
Total jam perawat /hari :
Jumlah perawat yang dibutuhkan perhari :
Sehingga dari rumus dapat disimpulkan menjadi :
15
= Jumlah Klien × Jumlah jam kontak perawat-klien
=
=
Jumlahrata−rata pasien /hari× jumlah jam kontak perawat−pasien/hariJam kerja /hari
Rumus selanjutnya adalah untuk menghitung jumlah shift dan kebutuhan
perawat dalam satu minggu.
Jumlah shift perminggu :
Jumlah perawat yang dibutuhkan perminggu
Menurut Warstler dalam Swansburg & Swansburg (1999), merekomendasikan
untuk pembagian proporsi dinas dalam satu hari :
Pagi : Siang : Malam = 47 % : 36 % : 17
%.
Keterangan :
Jumlah hari kerja/minggu = 6 hari
Jumlah jam kerja/hari = 7 jam, didapat dari 40 jam (total jam kerja/minggu)
: 6 hari
Metode Demand
Cara demand adalah perhitungan jumlah tenaga mennurut kegiatan yang
memang nyata dilakukan oleh perawat. Menurut Tutuko (1992) setiap klien
yang masuk ruang gawat darurat dibutuhkan waktu sebagai berikut:
* untuk kasus gawat darurat : 86,31 menit
* untuk kasus mendesak : 71,28 menit
* untuk kasus tidak mendesak: 33,09 menit
Hasil penelitian di rumah sakit di Filipina, menghasilkan data sebagai
berikut:
Jenis PelayananRata-rata jam perawatan/
perpasien/hari- non bedah- bedah- campuran bedah dan non bedah- post partum- bayi baru lahir
3,43,53,53,02,5
Konversi kebutuhan tenaga adalah seperti pada perhitungan cara Need.
Metode Gillies
16
= Jumlah perawat yang dibutuhkan/hari × Jumlah shift dalam 1 minggu
=
A X B X C F
= = H
Gillies (1989) mengemukakan rumus kebutuhan teanaga keperawatan di satuy
unit perawatan adalagh sebagai berikut:
Keterangan :
A = rata-rata jumlah perawatan/pasien/hari
B = rata-rata jumlah pasien /hari
C= Jumlah hari/tahun
D = Jumlah hari libur masing-masing perawat
E = jumlah jam kerja masing-masing perawat
F = Jumlah jam perawatan yang dibutuhkan per tahun
G = Jumlah jam perawatan yang diberikan perawat per tahun
H = Jumlah perawat yang dibutuhkan untuk unit tersebut
Prinsip perhitungan rumus Gillies:
Dalam memberikan pelayanan keperawatan ada tiga jenis bentuk pelayanan,
yaitu:
a. Perawatan langsung, adalah perawatan yang diberikan oleh perawat yang ada
hubungan secara khusus dengan kebutuhan fisik, psikologis, dan spiritual.
Berdasarkan tingkat ketergantungan pasien padfa perawat maka dapat
diklasifikasikan dalam empat kelompok, yaitu: self care, partial care, total care
dan intensive care. Menurut Minetti Huchinson (1994) kebutuhan keperawatan
langsung setiap pasien adalah empat jam perhari sedangkan untuk:
* self care dibutuhkan ½ x 4 jam : 2 jam
* partial care dibutuhkan ¾ x 4 jam : 3 jam
* Total care dibutuhkan 1- 1½ x 4 jam : 4-6 jam
* Intensive care dibutuhkan 2 x 4 jam : 8 jam
b. Perawatan tak langsung, meliputi kegiatan-kegiatan membuat rencana
perawatan, memasang/ menyiapkan alat, ,konsultasi dengan anggota tim,
menulis dan membaca catatan kesehatan, melaporkan kondisi pasien. Dari
hasil penelitian RS Graha Detroit (Gillies, 1989, h 245) = 38 menit/ klien/ hari,
sedangkan menurut Wolfe & Young (Gillies, 1989, h. 245) = 60 menit/ klien/
17
hari dan penelitian di Rumah Sakit John Hpokins dibutuhkan 60 menit/ pasien
(Gillies, 1994)
c. Pendidikan kesehatan yang diberikan kepada klien meliputi: aktifitas,
pengobatan serta tindak lanjut pengobatan. Menurut Mayer dalam Gillies
(1994), waktu yang dibutuhkan untuk pendidikan kesehatan ialah 15 menit/
klien/ hari.
Rata-rata klien per hari adalah jumlah klien yang dirawat di suatau unit
berdsasarkan rata-ratanya atau menurut “ Bed Occupancy Rate” (BOR) dengan
rumus:
Jumlah hari perawatan rumah sakit dalam waktu tertentu x 100%
Jumlah tempat tertentu x 365
- Jumlah hari pertahun, yaitu 365 hari
- Hari libur masing-masing perawat pertahun, yaitu 128 hari, hari minggu= 52
hari dan hari sabtu = 52 hari. Untuk hari sabtu tergantung kebijakan RS
setempat, kalau ini merupakan hari libur maka harus diperhitungkan, begitu
juga sebaliknya, hari libur nasional = 12 hari dan cuti tahunan = 12 hari.
- Jumlah jam kerja tiap perawat adalah 40 jam per minggu (kalau hari kerja
efektif 5 hari maka 40/5 = 8 jam, kalu hari kerja efektif 6 hari per minggu
maka 40/6 jam = 6,6 jam perhari)
- Jumlah tenaga keperawatan yang dibutuhkan di satu unit harus ditambah 20%
(untuk antisiapasi kekurangan/ cadangan)
Contoh perhitungannya:
Dari hasil observasi dan sensus harian selama enam bulan di sebuah rumah sakit
A yang berkapasitas tempat tidur 20 tempat tidur, didapatkan jumlah rata-rata
klien yang dirawat (BOR) 15 orang perhari. Kriteria klien yang dirawat tersebut
adalah 5 orang dapat melakukan perawatan mandiri, 5 orang perlu diberikan
perawatan sebagian, dan 5 orang lainnya harus diberikan perawatan total. Tingkat
pendidikan perawat yaitu, SPK dan D III Keperawatan. Hari kerja efektif adalah 6
hari perminggu. Berdasarkan situasi tersebut maka dapat dihitung jumlah
kebutuhan tenaga perawat di ruang tersebut adalah sbb:
Menetukan terlebih dahulu jam keperawatan yang dibutuhkan klien perhari,
yaitu:
- keperawatan langsung
- keperawatan mandiri 5 orang klien : 5 x 2 jam = 10 jam
18
- keperawatan parsial 5 orang klien : 5 x 3 jam = 15 jam
- keperawatan total 5 orang klien : 5 x 6 jam = 30 jam
- keperawatan tidak langsung 15 orang klien : 5 x 1 jam = 15 jam
- penyuluhan kesehatan 15 orang klien : 15 x 0,25 jam = 3,75 jam
- total jam keperawatan secara keseluruhan : 73,75 jam
Menetukan jumlah jam keperawatan per klien per hari = 73,75 jam / 15 klien =
4,9 jam
Menetukan jumlah kebutuhan tenaga keperawatan pada ruangan tersebut adalah
klangsung dengan menggunakan rumus (Gillies, 1989) diatas, sehingga
didapatkan hasil sbb:
Menentukan jumlah kebutuhan tenaga keperawatan yang dibutuhkan perhari,
yaitu:
Memenentukan jumlah tenaga keperawatan yang dibutuhkan per shift,
yaitu dengan ketentuan menurut Warstler ( dalam Swansburg, 1990, h. 71).
Proporsi dinas pagi 47%, sore 36%, dan malam 17%. Maka pada kondisi di atas
jumlah tenaga keperawatan yang dibutuhkan per shift adalah:
- shift pagi: 5,17 orang (5 orang)
- shift sore: 3,96 orang (4 orang)
- shift malam: 1, 87 orang (2 orang)
Kombinasi jumlah tenaga menurut Intermountain Health Care Inc. adalah:
- 58% = 6,38 (6 orang) S I keperawatan
- 26% = 2,86 (3 orang) D III keperawatan
- 16% = 1,76 (2 orang) SPK
Kombinasi menurut Abdellah dan Levinne adalah:
- 55% = 6,05 (6 orang) tenaga professional
- 45% = 4,95 (5 orang) tenaga non professional
Metoda Formulasi Nina
Nina (1990) menggunsksn lima tahapan dalam menghitung kebutuhan tenaga.
19
4,9 jam/klien/hari x 15 klien/hari x 365 hari = 16,17 orang (16 orang)
(365 hari – 128 hari) x 7 jam
Rata-rata klien/hari x rata-rata jam perawatan/ hari = 15 org x 4,9 jam =
Jumlah jam kerja/ hari 7 jam
Contoh pengitungannya:
Hasil observasi terhadap RS A yang berkapasitas 300 tempat tidur, didapatrkan
jumlah rata-rata klien yang dirawat (BOR) 60 %, sedangkan rata-rata jam
perawatan adaalah 4 jam perhari. Berdasarkan situasi tersebut maka dapat
dihitung jumlah kebutuhan tenaga perawat di ruang tersebut adalah sbb:
- Tahap I
Dihitung A = jumlah jam perawatan klien dalam 24 jam per klien. Dari contoh
diatas A= 4 jam/ hari
- Tahap II
Dihitung B= jumlah rata-erata jam perawatan untuk sekuruh klien dalam satu
hari.
B = A x tempat tidur = 4 x 300 = 1200
- Tahap III
Dihitung C= jumlah jam perawatan seluruh klien selama setahun.
C= B x 365 hari = 1200 x 365 = 438000 jam
- Tahap IV
Dihitung D = jumlah perkiraan realistis jam perawatan yang dibutuhkan
selama setahun.
D= C x BOR / 80 = 438000 x 180/ 80 = 985500
Nilai 180 adalah BOR total dari 300 klien, dimana 60% x 300 = 180.
Sedangkan 80 adalah nilai tetap untuk perkiraan realistis jam perawatan.
- Tahap V
Didapat E= jumlah tenaga perawat yang dibutuhkan.
E= 985500/ 1878 = 524,76 (525 orang)
Angka 1878 didapat dari hari efektif pertahun (365 – 52 hari minggu = 313
hari) dan dikalikan dengan jam kerja efektif perhari (6 jam)
Metode rasio
Metoda ini menggunakan jumlah tempat tidur sebagai denominator
personal yang diperlukan.Metoda ini paling sering digunakan karena
sederhana dan mudah.Metoda ini hanya mengetahui jumlah personal secara
total tetapi tidak bisa mengetahui produktivitas SDM rumah sakit,da kapan
personal tersebut dibutuhkan oleh setiap unit atau bagian rumah sakit yang
mebutuhkan.Bisa digunakan bila: kemampuan dan sumber daya untuk
prencanaan personal terbatas,jenis,tipe, dan volume pelayanan kesehatan
20
relatif stabil.Cara rasio yang umumnya digunakan adalah berdasarkan surat
keputusan menkes R.I. Nomor 262 tahun 1979 tentang ketenagaan rumah
sakit,dengan standar sebagai berikut :
Tipe RS TM/TT TPP/TT TPNP/TT
TNM/TT
A & B 1/(4-7) (3-4)/2 1/3 1/1C 1/9 1/1 1/5 3/4D 1/15 1/2 1/6 2/3Khusus Disesuiakan
Keterangan :
TM = Tenaga Medis
TT = Tempat Tidur
TPP = Tenaga Para Medis Perawatan
TPNP = tenaga para medis non perawatan
TNP = tenaga non medis
Cara perhitungan ini masih ada yang menggunakan, namun banyak rumah
sakit yang lambat laun meninggalkan cara ini karena adanya beberapa
alternatif perhitungan yang lain yang lebih sesuai dengan kondisi rumah sakit
dan profesional.
Metode Need
Cara ini dihitung berdasarkan kebutuhan menurut beban kerja yang
diperhitungkan sendiri dan memenuhi standar profesi.Untuk menghitung
seluruh kebutuhan tenaga,diperlukan terlebih dahulu gambaran tentang jenis
pelayanan yang diberikan kepada klien selama di rumah sakit. Misalnya saja
untuk klien yang berobat jalan,ia akan melalui/mendapatkan pelayanan, antara
6) Mengikuti visite dokter untuk mengetahui kondisi, petofisiologi, tindakan
medis yang dilakukan, program pengobatan, dan mendiskusikan dengan
dokter tentang tindakan yang akan dilakukan terhadap pasien;
7) Mengatur dan mengendalikan asuhan keperawatan. Dalam hal ini, yang
dapat dilakukan yaitu membimbing pelaksanaan asuhan keperawatan,
membimbing penerapan proses keperawatan dan menilai asuhan
keperawatan, mengadakan diskusi untuk pemecahan masalah, serta
memberikan informasi kepada pasien atau keluarga yang baru masuk;
8) Membantu mengembangkan niat untuk mengikuti pelatihan dan
pengembangan diri;
9) Membantu membimbing peserta didik keperawatan;
10) Menjaga terwujudnya visi dan misi keperawatan dan rumah sakit.
b. Pengorganisasian
36
Tahap pengorganisasian dalam melaksanakan tugas meliputi :
1) Merumuskan metode penugasan yang digunakan;
2) Merumuskan tujuan metode penugasan;
3) Membuat rentang kendali kepala ruangan yang membawahi dua ketua tim
dan ketua tim yang membawahi 2-3 perawat;
4) Membuat rincian tugas ketua tim dan anggota tim secara jelas;
5) Mengatur dan mengendalikan tenaga keperawatan, membuat proses dinas,
mengatur tenaga yang ada setiap hari, dll;
6) Mengatur dan mengendalikan logistic ruangan;
7) Mengatur dan mengendalikan situasi tempat praktik;
8) Mendelegasikan tugas saat tidak berada di tempat kepada ketua tim;
9) Memberi wewenang kepada tata usaha untuk mengurus administrasi
pasien;
10) Mengatur penugasan jadwal pos dari pakarnya.
11) Mengidentifikasi masalah dan cara penanganan.
c. Pengarahan
Tahap pengarahan meliputi :
1) Memberi pengarahan tentang penugasan kepada ketua tim;
2) Memberi pujian kepada anggota tim yang melaksanakan tugas dengan
baik;
3) Memberi motivasi dalam peningkatan pengetahuan, keterampilan, dan
sikap;
4) Menginformasikan hal-hal yang dianggap penting dan berhubungan
dengan asuhan keperawatan pasien;
5) Melibatkan bawahan sejak awal hingga akhir kegiatan;
6) Membimbing bawahan yang mengalami kesulitan dalam melakukan
tugasnya;
7) Meningkatkan kolaborasi dengan anggota tim lain.
d. Pengawasan
Pengawasan terbagi menjadi 2 bagian, yaitu :
1) Melalui komunikasi
Mengawasi dan berkomunikasi langsung dengan ketua tim maupun
pelaksana mengenai asuhan keperawatan yang diberikan kepada pasien.
a) Melalui Supervisi
37
Supervise dapat dilakukan dengan cara:
(1) Pengawasan langsung melalui inspeksi, mengamati sendiri, atau
melalui laporan langsung secara lisan dan memperbaiki atau
mengawasi kelemahan-kelemahan yang ada saat ini juga.
(2) Pengawasan tidak langsung, yaitu mengecek daftar hadir ketua
tim, membaca, dan memeriksa rencana keperawatan serta catatan
yang dibuat selama dan sesudah proses keperawatan
dilaksanakan (didokumentasikan). Selain itu, mendengar laporan
ketua tim tentang pelaksanaan tugas.
(3) Evaluasi yaitu mengevaluasi upaya pelaksanaan dan
membandingkan dengan rencana keperawatan yang telah disusun
bersama ketua tim.
(4) Audit keperawatan
5) Modifikasi Keperawatan Tim-Primer
Menurut S. Suarli-Yanyan Bahtiar (2011), Model ini merupakan
kombinasi dari dua sistem, yaitu keperawatan tim dan keperawatan primer.
Menurut Ratna S. Sudarsono (2000) dalam buku S. Suarli-Yanyan Bahtiar (2011),
penetapan model ini didasarkan pada beberapa alasan sebagai berikut:
- Metode keperawatan primer tidak digunakan secara murnih, karena perawat
primer memerlukan latar belakang pendidikan S1 keperawatan atau yang setara.
- Metode keperawatan tim tidak digunakan secara murnih, karena tanggung jawab
asuhan keperawatan pasien terfragmentasi pada berbagai tim.
- Melalui kombinasi kedua model tersebut, diharapkan komunitas asuhan
keperawatan dan akuntabilitas asuhan keperawatan terdapat pada perawat
primer. Disamping itu, karena saat ini sebagian besar perawat yang ada di RS
adalah lulusan SPK, maka mereka akan mendapat bimbingan dari perawat
primer/ketua tim tentang asuhan keperawatan.
38
Gambar Modifikasi model keperawatan tim-primer
(S. Suarli-Yanyan Bahtiar, 2011)
Menurut S. Suarli-Yanyan Bahtiar (2011), Selain diagram diatas, untuk
lebih mengetahui peran masing-masing komponen yang terdiri dari kepala ruangan,
perawat primer, dan perawat associate, dapat dilihat dalam tabel berikut ini:
Kepala Ruangan (KARU) Perawat Primer (PP) Perawat Associate (PA)
1. Menerima pasien baru2. Memimpin rapat3. Mengevaluasi kinerja perawat4. Membuat daftar dinas5. Menyediakan material6. Melakukan perencanaan dan
pengawasan7. Melakukan pengarahan dan
pengawasan
1. Membuat perencanaan ASKEP2. Mengadakan tindakan kolaborasi3. Memimpin timbang terima4. Mendelegasikan tugas5. Memimpin ronde keperawatan6. Mengevaluasi pemberian ASKEP7. Bertanggung jawab terhadap
pasien8. Memberi petunjuk jika pasien
akan pulang9. Mengisi resume keperawatan
1. Memberikan ASKEP
2. Mengikuti timbang terima
3. Melaksanakan tugas yang didelegasikan
4. Mendokumentasikan tindakan keperawatan
3. Fungsi Pengarahan
39
Kepala Ruangan
PP 1 PP 2 PP 4PP 3
PA PAPA PA
PA
PA
PA
PA
PA
PA
PA
PA
7-8 Pasien 7-8 Pasien 7-8 Pasien 7-8 pasien
Pengarahan adalah proses memberikan bimbingan kepada staff agar mereka
mampu bekerja secara optimal dalam melaksnaakan tugas-tugasnya sesuai dengan
ketrampilan yang mereka miliki. Pengarahan ini termasuk didalamnya adalah
kejelasan komunikasi, pengembangan motivasi yang efektif. Pelaksanaan (actuating)
merupakan fungsi yang paling fundamental dalam manajemen, karena merupakan
pengupayaan berbagai jenis tindakan itu sendiri, agar semua anggota kelompok mulai
dari tingkat teratas sampai terbawah, berusaha mencapai sasaran organisasi sesuai
rencana yang telah ditetapkan semula, dengan cara terbaik dan benar. Memang diakui
bahwa usaha-usaha perencanaan dan pengorganisasian bersifat vital, tetapi tidak akan
ada output konkrit yang akan dihasilkan sampai kita mengimplementasi aktivitas-
aktivitas yang diusahakan dan yang diorganisasi. Untuk maksud itu maka diperlukan
tindakan pengawasan (actuating) atau usaha untuk menimbulkan action.
Pengarahan diruang perawatan dapat dilakukan dalam beberapa kegiatan
yaitu program motivasi, manajemen konflik, pendelegasian, supervisi dan komunikasi
efektif.
1) Program motivasi
Program motivasi dimulai dengan membudayakan cara berfikir positif
bagi setiap SDM dengan mengungkapkannya melalui pujian (reinforcement) pada
setiap orang yang bekerja bersama-sama. Kebersamaan dalam mencapai visi, dan
misi merupakan pendorong kuat untuk fokus pada potensi masing-masing anggota.
2) Manajemen konflik
MPKP merupakan pendekatan baru, maka kemungkinan menimbulkan
konflik yang disebabkan oleh persepsi, pandangan dan pendapat yang berbeda.
Untuk itu dilakukan pelatihan tentang sistem pelayanan dan asuhan keperawatan
bagi semua SDM yang ada (MPKP). Selain itu dalam implementasi MPKP, Kepala
subdepartemen keperawatan (Kasubdepwat), kepala ruangan (kalak) dan katim
agar melakukan komunikasi, informasi dan edukasi (KIE) untuk mencegah dan
menyelesaikan konflik. Komunikasi yang terbuka diarahkan kepada penyelesaian
konflik dengan win-win solution.
3) Supervisi
Pengawasan merupakan hal yang penting dilakukan untuk memastikan
pelayanan dan asuhan keperawatan berjalan sesuai standar mutu yang ditetapkan.
Pelayanan tidak diartikan sebagai pemeriksaan dan mencari kesalahan, tetapi lebih
pada pengawasan partisipatif yaitu perawat yang mengawasi pelaksanaan kegiatan
40
memberikan penghargaan pada pencapaian atau keberhasilan dan memberi jalan
keluar pada hal-hal yang belum terpenuhi. Dengan demikian pengawasan
mengandung makna pembinaan.
Pengawasan dapat dilakukan secara langsung dan tidak langsung.
Pengawasan langsung dilakukan saat tindakan atau kegiatan sedang berlangsung,
misalnya perawat pelaksanan sedang melakukan ganti balutan, maka katim
mengobservasi tentang pelaksanaan dengan memperhatikan apakah standar kerja
dijalankan. Pengawasan terkait pula dengan kinerja dan kompetisi perawat, yang
akan berguna dalam program jenjang karir perawat bersangkutan. Pengawasan
tidak langsung dilakukan melalui pelaporan atau dokumen yang menguraikan
tindakan dan kegiatan yang telah dilakukan.
Pengawasan biasanya dilakukan oleh perawat yang lebih berpengalaman,
ahli atau atasan kepada perawat dalam pelaksanaan kegiatan atau tindakan. Agar
hasil pengawasan dapat ditindaklanjuti maka sebaliknya disediakan instrumen
pengawasan. Tindak lanjut dapat berupa penghargaan, penambahan pengetahuan
atau keterampilan, promosi untuk tahap kemampuan lanjutan. Pelaksanaan
pengawasan dapat direncanakan harian, mingguan, bulanan, atau tahunan dengan
fokus yang telah ditetapkan.
Di ruang rawat pengawasan dilakukan kepada kepala ruangan, ketua tim
dan perawat pelaksana. Pengawasan terhadap kepala ruangan dilakukan oleh
kasubdepwat. Pengawasan terhadap ketua tim dilakukan oleh kasubdepwat, dan
kepala ruangan. Pengawasan terhadap perawat pelaksana dilakukan oleh
kasubdepwat, kepala ruangan dan katim.
Supaya hasil pengawasan dapat ditindaklanjuti maka sebaliknya
disediakan instrumen pengawasan. Tindak lanjut dapat berupa penghargaan,
penambahan pengetahuan atau keterampilan, promosi untuk tahap kemampuan
lanjutan. Pelaksanaan pengawasan dapat direncanakan harian, mingguan, bulanan,
atau tahunan dengan fokus yang telah ditetapkan.
Di ruang rawat pengawasan dilakukan kepada kepala ruangan, ketua tim
dan perawat pelaksana. Pengawasan terhadap kepala ruangan dilakukan oleh
kasubdepwat. Pengawasan terhadap ketua tim dilakukan oleh kasubdepwat, dan
kepala ruangan. Pengawasan terhadap perawat pelaksana dilakukan oleh
kasubdepwat, kepala ruangan dan katim.
Diruang MPKP supervsi berjenjang dilakukan sebagai berikut :
41
- Kepala seksi keperawatan atau konsultan melakukan pengawasan terhadap
kepala ruangan, ketua tim dan perawat pelaksana
- Kepala ruangan melakukan pengawasan terhadap ketua tim dan perawat
pelaksana
- Ketua tim melakukan pengawasan terhadap perawat pelaksana
Materi supervisi disesuaikan dengan uraian tugas dari masing-masing staf
perawat yang disupervisi. Untuk kepala ruang materi supervisi adalah kemampuan
manajerial dan kemampuan asuhan keperawatan. Ketua tim supervise terkait
dengan kemampuan pengelolahan di timnya dan kemampuan asuhan keperawatan,
sedangkan untuk perawat pelaksana disupervisi terkait dengan kemampuan asuhan
keperawatan yang dilaksanakan. Agar supervise dapat menjadi alat pembinaan dan
tidak menjadi momok bagi staff maka perlu disusun standart dan jadual pasti dalam
supervise.Untuk evaluasi fungsi pengarahan ini, kepala ruangan menyusun rencana
terhadap ketua tim dan perawat pelaksana sebagai rencana bulanan.
4) Pendelegasian
Pendelegasian adalah melakukan pekerjaan melalui orang lain agar
aktifitas organisasi tetap berjalan. Pendelegasian dilaksanakan melalui proses
sebagai berikut:
a) Buat rencana tugas yang perlu dituntaskan
b) Identifikasi ketrampilan dan tingkat pendidikan yang diperlukan untuk
melaksanakan tugas
c) Pilih orang yang mampu melaksanakan tugas yang didelegasikan
d) Komunikasikan dengan jelas apa yang akan dikerjakan dan apa tujuaanya
e) Buat batasan waktu dan monitor penyelesaian tugas
f) Jika bawahan tidak mampu melaksanakan tugas karena menghadapi masalah
tertentu, manajer harus bisa menjadi model peran dan menjadi narasumber
untuk menyelesaikan masalah yang terjadi
g) Evaluasi kinerja setelah tugas selesai
h) Pendelegasian terdiri dari tugas dan kewenangan
Penerapan delegasi di MPKP dalam bentuk pendelegasian tugas oleh
kepala ruangan kepada ketua tim dan ketua tim kepeda perawat pelaksana.
Pendelegasian dilakukan melalui mekanisme pelimpahan tugas dan wewenang.
42
Pendelegasian tugas dilakukan secara berjenjang yang penerapanya
dibagi menjadi 2 jenis, yaitu pendelegasian terencana dan pendelegasian
insidentil.
a) Pendelegasian terencana adalah pendelegasian yang secara otomatis terjadi
sebagai konsekuensi sistem penugasan yang diterapkan diruang MPKP.
Bentuknya antara lain adalah :
- Pendelegasian tugas kepala ruangan kepada ketua tim untuk
menggantikan tugas sementara tugas kepala ruang karena alasan tertentu
- Pendelegasian tugas kepala ruangan kepada penanggung jawab shif
- Pendelegasian ketua tim kepada perawat pelaksana dalam pelaksanaan
tindakan keperawatan yang telah direncanakan.
b) Pendelegasian insidentil, yang terjadi apabila salah satu personil ruang MPKP
berhalangan hadir , sehingga pendelegasian tugas harus dilakukan. Dalam hal
ini yang mengatur pendelegasian adalah kepala seksi perawatan, kepala
ruangan, ketua tim atau penanggung jawab shif dan tergantung pada personil
yang berhalangan.
Mekanisme yang dilakukan adalah sebagai berikut :
- Bila kepala ruangan berhalangan, kepala seksi menunjuk salah satu ketua
tim untuk menggantikan tugas kepala ruang
- Bila ketua tim berhalangan hadir, maka kepala ruangan menunjuk salah satu
anggota tim (perawat pelaksana) menjalankan tugas ketua tim
- Bila ada perawat pelaksana yang berhalangan hadir, sehingga satu tim
kekurangan personil maka kepala ruangan berwenang memindahkan
perawat pelaksana dari tim lain masuk tim yang kekurangan
personiltersebut atau katim melimpahkan pasien kepada perawat pelaksana
yang hadir.
Prinsip pendelegasian tugas di MPKP antara lain adalah :
- Pendelegasian tugas harus menggunakan format pendelegsaian
- Personil yang menerima pendelegasian adalah personel yang
berkompetemn dan setara dengan kemampuan yang digantikan tugasnya
- Uraian tugas yang didelegasikan harus dijelaskan secara verbal, terinci dan
tertulis
43
- Pejabat yang mengatur pendelegasian wajib memonitor pelaksanaan tugas
dan menjadi rujukan bila ada kesulitan yang dihadapi
- Setelah selesai pendelegasian dilakukan serah terima tugas yang sudah
dilaksanakan dan hasilnya
5) Komunikasi efektif
Berkomunikasi merupakan salah satu fungsi pokok manajemen khususnya
pengarahan. Setiap orang berkomunikasi dalam suatu organisasi, komunikasi yang
kurang baik dapat mengganggun kelancaran organisasi dalam mencapai tujuan.
Beberapa bentuk komunikasi diruang MPKP antara lain adalah operan, pr
conferen dan post conferen:
a) Operan
Operan merupakan teknik atau cara untuk menyampaikan dan menerima
sesuatu (laporan) yang berkaitan dengan keadaan klien atau komunikasi dan
serah terima antara shift pagi, sore dan malam. Operan dinas pagi ke dinas sore
dipimpin oleh kepala ruangan, sedangkan operan dinas sore ke dinas malam
langsung dipimpin oleh penanggung jawab tim sore ke penanggung jawab tim
malam.
Tujuan operan pasien menurut Taylor (1993) adalah untuk mendapatkan
informasi yang dapat membantu untuk menetapkan rencana perawatan pasien,
mengevaluasi intervensi keperawatan, memberi kesempatan pada pasien untuk
mendiskusikan tentang perawatan yang diberikan kepadanya, serta membantu
menentukan prioritas diagnosa dan tujuan dari perawatan yang diberikan. Dalam
operan diterangkan tentang asuhan keperawatan yang telah diberikan oleh
perawat yang telah selesai tugas. Operan ini harus dilakukan seefektif mungkin
dengan menjelaskan secara sinkat, jelas dan lengkap tentang tindakan mandiri
perawat, tindakan kolaboratif yang sudah dilakukan atau belum dan
perkembangan klien saat itu.
Tabel 2.10. Pedoman operan antar shif
Pedoman Operan
Waktu kegiatan Tempat
Penanggung jawab Kegiatan
: awal pergantian shif : Nursing station/kantor perawat
: Kepala ruang : 1. Karu/Pj shift membuka
acara dengan salam
44
2. Katim/Pj Tim mengoperkan : - Kondisi/keadaan pasien
(dx perawatan, tindakan yang sudah dilaksanakan, hasil asuhan)
- Tindak lanjut untuk shif berikutnya
3. Perawat shif berikutnya mengklarifikasi penjelasan yang sudah disampaikan
4. Karu memimpin Ronde kekamar pasien
5. Karu merangkum informasi operan, memberikan saran tindak lanjut
6. Karu memimpin doa bersama dan menutup acara
7. Bersalaman b) Pre-conference
Pre conference, yaitu komunikasi katim dan perawat pelaksana setelah
selesai operan yang dipimpin oleh katim atau penanggung jawab tim. Isi pre
conference adalah rencana tiap perawat (rencana harian) dan tambahan rencana
dari katim atau PJ tim. Isi post conference adalah hasil asuhan keperawatan tiap
perawat dan hal penting untuk operan (Keliat, 2000).
Tabel 2.11. Pedoman Pre-conference
PEDOMAN PRE CONFERENT
Waktu kegiatan
Tempat
Penanggung jawab
Kegiatan
: Setelah operan
: Meja masing-masing tim
: Ketua tim
:
1. Karu/Pj shift membuka
acara
2. Katim menanyakan
rencana harian masing-
masing perawat pelaksana
3. Katim memberikan
masukan dan tindak lanjut
45
terkait dengan asuhan
yang diberikan saat itu
4. Katim memberikan
reinforcemen
5. Katim menutup acara
c) Post conferen
Post conference, yaitu komunikasi katim dan perawat pelaksana
tentang hasil kegiatan sepanjang shif dan sebelum operan. Isi post conference
adalah hasil asuhan keperawatan tiap perawat dan hal penting untuk operan
(Keliat, 2000).
Tabel 2.12. Pedoman Post Conferen
PEDOMAN POST CONFERENT Waktu kegiatan
Tempat Penanggung jawab Kegiatan
: Sebelum operan ke dinas berikut
: Meja masing-masing tim : Ketua tim : 1. Karu/Pj shift membuka
acara 2. Katim menanyakan hasil
asuhan masing-masing pasien
3. Katim menanyakan kendala dalam asuhan yang telah diberikan
4. Katim menanyakan tindak lanjut asuhan pasien yang harus dioperkan kepada perawat shif berikutnya
5. Katim menutup acara
d) Ronde keperawatan
Suatu kegiatan yang bertujuan untuk mengatasi masalah keperawatan
klien yang dilaksanakan oleh perawat, dengan melibatkan klien untuk
mermbahas dan melaksanakan asuhan keperawatan oleh ketua Tim atau
penanggung jawab jaga dengan melibatkan seluruh anggota tim.
46
Karakteristik pelaksanan ronde keperawatan antara lain:
- Klien dilibatkan secara langsung
- Klien merupakan fokus kegiatan
- Perawat pelaksana, perawat primer dan konsuler melakukan diskusi
bersama
- Kosuler memfasilitasi kreatifitas
- Konsuler membantu mengembangkan kemampuan perawat asosiet,
perawat primer untuk meningkatkan kemampuan dalam mengatasi
masalah
Tujuan :
- Menumbuhkan cara berfikir secara kritis
- Menumbuhkan pemikiran tentang tindakan keperawatan yang berasal dari
masalah klien
- Meningkatkan vadilitas data klien
- Menilai kemampuan justifikasi
- Meningkatkan kemampuan dalam menilai hasil kerja
- Meningkatkan kemampuan untuk memodifikasi rencana perawatan.
Peran perawat primer dan perawat pelaksana dalam menjalankan
pekerjaannya perlu adanya sebuah peranan yang bisa untuk memaksimalkan
keberhasilan yang bisa disebutkan antara lain :
- Menjelaskan keadaan dan data demografi klien
- Menjelaskan masalah keperawatan utama
- Menjelaskan intervensi yang belum dan yang akan dilakukan
- Menjelaskan tindakan selanjutnya
- Menjelaskan alasan ilmiah tindakan yang akan diambil
- Peran perawat primer lain dan atau konsuler
- Memberikan justifikasi
- Memberikan reinforcement
- Menilai kebenaran dari suatu masalah, intervensi keperawatan serta
tindakan yang rasional
- Mengarahkan dan koreksi
- Mengintegrasikan teori dan konsep yang telah dipelajari
4. Pengendalian
47
Pengendalian (controlling) adalah proses untuk mengamati secara terus-
menerus pelaksanaan rencana kerja yang sudah disusun dan mengadakan koreksi
terhadap penyimpangan yang terjadi. Pengawasan (controlling) dapat dianggap
sebagai aktivitas untuk menemukan, mengoreksi penyimpangan-penyimpangan
penting dalam hasil yang dicapai dari aktivitas-aktivitas yang direncanakan.
Adalah wajar jika terjadi kekeliruan-kekeliruan tertentu, kegagalan-kegagalan dan
petunjuk-petunjuk yang tidak efektif hingga terjadi penyimpangan yang tidak
diinginkan dari pada tujuan yang ingin dicapai.
Pengawasan dalam arti manajemen yang diformalkan tidak akan eksis tanpa
adanya perencanaan, pengorganisasian dan penggerakan sebelumnya.
Pengawasan bisa berjalan secara efektif diperlukan beberapa kondisi yang harus
diperhatikan yaitu:
1) Pengawasan harus dikaitkan dengan tujuan, dan kriteria yang dipergunakan
dalam system Pelayanan kesehatan, yaitu relevansi, efektivitas, efisiensi, dan
produktivitas.
2) Agar standar pengawasan berfungsi efektif maka harus dipahami dan diterima
oleh setiap anggota organisasi sebagai bagian integral, misalnya sistem
standar kendali mutu harus dianggap normal dan perlu.
3) Sulit, tetapi standar yang masih dapat dicapai harus ditentukan.
Ada dua tujuan pokok, yaitu: (1) untuk memotivasi, dan (2) untuk dijadikan
patokan guna membandingkan dengan prestasi. Artinya jika pengawasan ini
efektif akan dapat memotivasi seluruh anggota untuk mencapai prestasi yang
tinggi. Karena tantangan biasanya menimbulkan berbagai reaksi, maka daya
upaya untuk mencapai standar yang sulit mungkin dapat membangkitkan
semangat yang lebih besar untuk mencapainya daripada kalau yang harus
dipenuhi itu hanya standar yang mudah. Namun demikian, jika target
terlampau tinggi atau terlalu sulit kemungkinan juga akan menimbulkan patah
semangat. Oleh karena itu tidak menetapkan standar yang terlampau sulit
sehingga bukan meningkatkan prestasi, malah menurunkan prestasi
4) Pengawasan hendaknya disesuaikan dengan sifat dan kebutuhan organisasi.
Di sini perlu diperhatikan pola dan tata organisasi, seperti susunan, peraturan,
kewenangan dan tugas-tugas yang telah digariskan dalam uraian tugas (job
discription).
48
5) Banyaknya pengawasan harus dibatasi. Artinya jika pengawasan terhadap
karyawan terlampau sering, ada kecenderungan mereka kehilangan
otonominya dan dapat dipersepsi pengawasan itu sebagai pengekangan.
6) Sistem pengawasan harus dikemudi (steering controls) tanpa mengorbankan
otonomi dan kehormatan manajerial tetapi fleksibel, artinya sistem
pengawasan menunjukkan kapan, dan dimana tindakan korektif harus
diambil.
7) Pengawasan hendaknya mengacu pada tindakan perbaikan, artinya tidak
hanya mengungkap penyimpangan dari standar, tetapi penyediaan alternatif
perbaikan, menentukan tindakan perbaikan.
8) Pengawasan hendaknya mengacu pada prosedur pemecahan masalah, yaitu:
menemukan masalah, menemukan penyebab, membuat rancangan
penanggulangan, melakukan perbaikan, mengecek hasil perbaikan, mengecek
timbulnya masalah yang serupa.
Kegiatan-kegiatan control ditujukan untuk perubahan yang
cepat. Dua metode pengukuran yang digunakan untuk mengkaji
pencapaian tujuan-tujuan keperawatan adalah:
a. Analisa tugas : kepala perawat melihat gerakan, tindakan dan
prosedur
b. yang tersusun dalam pedoman tertulis, jadwal, aturan,
catatan, anggaran. Hanya mengukur dukungan fisik saja, dan
secara relatif beberapa alat digunakan untuk analisa tugas
dalam keperawatan.
c. Kontrol kualitas : Kepala perawat dihadapkan pada pengukuran
kualitas dan akibat-akibat dari pelayanan keperawatan.
1. Prinsip controlling
Prinsip controlling yaitu:
a. Principle of uniformity: dibentuk di awal sampai dengan akhir.
b. Principle of comparison: membandingkan yang direncanakan
dengan yang dicapai.
c. The principle of exception: tidak yang sempurna dari
perencanaan, yang penting ada umpan balik untuk
perbaikan.
49
2.Pelaksanaan controlling
Pelaksanaan controlling meliputi:
a. Mengevaluasi pelaksanaan perencanaan.
b. Pre conference, overan, post conference.
c. Ronde keperawatan.
d. Mengetahui produktivitas berdasarkan gant cart yang telah
dibuat.
e. Program evaluasi dan peer review
3. Tipe controlling
d. Input control.
e. Proses control.
f. Output control.
4. Langkah-langkah kegiatan controlling
a. Menetapkan standar dapat mengukur tujuan
b. Kumpulkan data dengan membandingkan standar yang telah
ditetapkan
c. Lakukan umpan balik.
d. Pertahankan kelangsungan proses untuk semua bagian.
5. Manfaat Pengawasan
Manfaat yang diperoleh dari fungsi pengawasan dan
pengendalian bila dilaksanakan dengan tepat yaitu:
a. Dapat diketahui apakah suatu kegiatan atau program telah
dilaksanakan sesuai dengan standar atau rencana kerja
b. Dapat diketahui adanya penyimpangan pada pengetahuan
dan pengertian staf dalam melaksanakan tugas-tugasnya
c. Dapat diketahui apakah waktu dan sumber daya lainnya
telah mencukupi
d. kebutuhan dan telah digunakan secara benar.
e. Dapat diketahui staf yang perlu diberikan penghargaan atau
bentuk promosi dan latihan lanjutan.
6. Standar Asuhan Keperawatan
Standar Asuhan Keperawatan (SAK) telah ditetapkan oleh
PPNI (Nursalam, 2002), yang mengacu kepada tahapan
50
proses keperawatan yang meliputi pengkajian, diagnosa
keperawatan, perencanaan, implementasi, dan evaluasi,
sebagai berikut :
1. Standar 1 : Pengkajian keperawatan
Merupakan tahap pengumpulan data tentang status
kesehatan pasien secara sistematis, menyeluruh, akurat,
singkat dan berkesinambungan. Data dapat diperoleh
melalui anamnese, observasi dan pemeriksaan penunjang
dan kemudian didokumentasikan.
Kriteria Pengkajian meliputi :
a. Pengumpulan data dilakukan dengan cara anamnese,
observasi, pemeriksaan fisik, serta dari pemeriksaan
penunjang
b. Sumber data adalah pasien, keluarga atau orang yang
terkait, tim kesehatan, rekam medis dan catatan lain.
Data yang dikumpulkan difokuskan untuk
mengidentifikasi :
Status kesehatan pasien masa lalu
Status kesehatan pasien saat ini
Status biologis-psikologis-sosial-spritual
Respon terhadap terapi
Harapan terhadap tingkat kesehatan yang optimal
Risiko tinggi masalah
2. Standar 2 : Diagnosa Keperawatan
Dalam tahap ini perawat menganalisa data pengkajian
untuk merumuskan diagnosa keperawatan, adapun kriteria
proses yaitu:
Proses diagnosa terdiri dari analisis, interpretasi data,
identifikasi masalah,
perumusan diagnosa keperawatan.
Diagnosa keperawatan terdiri dari masalah (P),
penyebab (E), dan tanda/gejala (S), atau terdiri dari
masalah dan penyebab (P, E).
51
Bekerjasama dengan pasien dan petugas kesehatan
lainnya untuk memvalidasi diagnosa keperawatan.
Melakukan pengkajian ulang dan merevisi diagnosa
berdasarkan data terbaru.
3. Standar 3 : Perencanaan keperawatan
Perawat membuat rencana tindakan keperawatan untuk
mengatasi masalah dan meningkatkan kesehatan
pasien. Kriteria proses, meliputi :
Perencanaan terdiri dari penetapan prioritas masalah,
tujuan dan rencana tindakan keperawatan
Bekerjasama dengan pasien dalam menyusun rencana
tindakan keperawatan
Perencanaan bersifat individual sesuai dengan kondisi
dan kebutuhan pasien
Mendokumentasikan rencana keperawatan
4. Standar 4 : Implementasi
Perawat mengimplementasikan tindakan yang telah
diidentifikasi dalam proses Asuhan Keperawatan. Kriteria
proses, meliputi :
Bekerjasama dengan pasien dalam pelaksanaan
tindakan keperawatan
Kolaborasi dengan tim kesehatan lain
Melakukan tindakan keperawatan untuk mengatasi
kesehatan pasien.
Memberikan pendidikan kesehatan kepada pasien dan
keluarga mengenai konsep, keterampilan asuhan diri,
serta membantu pasien memodifikasi lingkungan yang
digunakan
Mengkaji ulang dan merevisi pelaksanaan tindakan
keperawatan berdasarkan respon pasien.
5. Standar 5 :Evaluasi
52
Perawat mengevaluasi kemajuan pasien terhadap tindakan
keperawatan dalam pencapaian tujuan dan merevisi data
dasar dan perencanaan. Adapun
kriteria prosesnya:
Menyusun perencanaan evaluasi hasil dari intervensi
secara komprehensif, tepat waktu dan terus-menerus
Menggunakan data dasar dan respon pasien dalam
mengukur ke arah pencapaian tujuan
Memvalidasi dan menganalisa data baru dengan teman
sejawat
Bekerja sama dengan pasien dan keluarga untuk
memodifikasi perencanaan keperawatan
Mendokumentasikan hasil evaluasi dan memodifikasi
perencanaan
7. Pendokumentasian Asuhan Keperawatan
1) Defenisi
Menurut Kozier (2004), dokumentasi keperawatan
adalah laporan baik komunikasi secara lisan, tertulis
maupun melalui komputer untuk menyampaikan informasi
kepada orang lain. Merupakan informasi tertulis tentang
status dan perkembangan kondisi klien serta semua
kegiatan asuhan keperawatan yang dilakukan oleh perawat
(Fisbach,1991).
Dokumentasi asuhan dalam pelayanan keperawatan
adalah bagian dari kegiatan yang harus dikerjakan oleh
perawat setelah memberi asuhan kepada pasien.
Dokumentasi merupakan suatu informasi lengkap meliputi
status kesehatan pasien, kebutuhan pasien, kegiatan
asuhan keperawatan serta respons pasien terhadap asuhan
yang diterimanya. Dengan demikian dokumentasi
keperawatan mempunyai porsi yang besar dari catatan
klinis pasen yang menginformasikan faktor tertentu atau
situasi yang terjadi selama asuhan dilaksanakan. Disamping
53
itu catatan juga dapat sebagai wahana komunikasi dan
koordinasi antar profesi (Interdisipliner) yang dapat
dipergunakan untuk mengungkap suatu fakta aktual untuk
dipertanggung jawabkan.
Dokumentasi keperawatan merupakan suatu bukti
otentik respon pasien dan perubahan yang terjadi dari
tindakan yang dilakukan oleh perawat baik secara mandiri
maupun kolaborasi yang merupakan bagian permanen dari
rekam medis lain.
2) Tujuan Pendokumentasian Asuhan Keperawatan
Tujuan dokumentasi keperawatan adalah:
a) Sebagai Sarana Komunikasi
Dokumentasi yang dikomunikasikan secara akurat dan
lengkap dapat berguna untuk:
- Membantu koordinasi asuhan keperawatan/kebidanan
yang diberikan oleh tim kesehatan.
- Mencegah informasi yang berulang terhadap pasien
atau anggota tim kesehatan atau mencegah tumpang
tindih, bahkan sama sekali tidak dilakukan untuk
mengurangi kesalahan dan meningkatkan ketelitian
dalam memberikan asuhan keperawatan/kebidanan
pada pasien.
- Membantu tim perawat/bidan dalam menggunakan
waktu sebaikbaiknya.
b) Sebagai Tanggung Jawab dan Tanggung Gugat
Sebagai upaya untuk melindungi pasen terhadap kualitas
pelayanan keperawatan yang diterima dan perlindungan
terhadap keamanan perawat dalam melaksanakan
tugasnya, maka perawat/bidan diharuskan mencatat
segala tindakan yang dilakukan terhadap pasen. Hal ini
penting berkaitan dengan langkah antisipasi terhadap
ketidakpuasan pasen terhadap pelayanan yang diberikan
dan kaitannya dengan aspek hukum yang dapat
54
dijadikan settle concern, artinya dokumentasi dapat
digunakan untuk menjawab ketidakpuasan terhadap
pelayanan yang diterima secara hukum.
c) Sebagai Informasi statistik
Data statistik dari dokumentasi keperawatan/kebidanan
dapat membantu merencanakan kebutuhan di masa
mendatang, baik SDM, sarana, prasarana dan teknis.
d) Sebagai Sarana Pendidikan
Dokumentasi asuhan keperawatan/kebidanan yang
dilaksanakan secara baik dan benar akan membantu
para siswa keperawatan/kebidanan maupun siswa
kesehatan lainnya dalam proses belajar mengajar untuk
mendapatkan pengetahuan dan membandingkannya,
baik teori maupun praktek lapangan.
3) Manfaat dan pentingnya dokumentasi
Manfaat dan pentingnya dokumentasi keperawatan
dokumentasi keperawatan mempunyai makna yang penting
bila dilihat dari berbagai aspek :
a) Hukum
Bila terjadi suatu masalah yang berhubungan dengan
profesi keperawatan, dimana perawat sebagai pemberi
jasa dan klien sebagai pengguna jasa, maka
dokumentasi diperlukan sewaktu-waktu. Dokumentasi
tersebut dapat dipergunakan sebagai barang bukti di
pengadilan.
b) Jaminan mutu (kualitas pelayanan)
Pencatatan data klien yang lengkap dan akurat, akan
memberikan kemudahan bagi perawat dalam membantu
menyelesaikan masalah klien. Dan untuk mengetahui
sejauh mana masalah klien dapat teratasi dan seberapa
jauh masalah baru dapat diidentifikasi dan dimonitor
melalui catatan yang akurat. Hal ini akan membantu
meningkatkan mutu yankep.
55
c) Komunikasi
Dokumentasi keadaan klien merupakan alat perekam
terhadap masalah yang berkaitan dengan klien. Perawat
atau tenaga kesehatan lain akan bisa melihat catatan
yang ada dan sebagai alat komunikasi yang dijadikan
pedoman dalam memberikan asuhan keperawatan.
d) Keuangan
Semua tindakan keperawatann yang belum, sedang, dan
telah diberikan dicatat dengan lengkap dan dapat
digumakan sebagai acuan atau pertimbangan dalam
biaya keperawatan.
e) Pendidikan
Isi pendokumentasian menyangkut kronologis dari
kegiatan asuhan keperawatan yang dapat dipergunakan
sebagai bahan atau referensi pembelajaran bagi siswa
atau profesi keperawatan.
f) Penelitian
Data yang terdapat di dalam dokumentasi keperawatan
mengandung informasi yang dapat dijadikan sebagai
bahan atau objek riset dan pengembangan profesi
keperawatan.
g) Akreditasi
Melalui dokumentasi keperawatan dapat dilihat sejauh
mana peran dan fungsi keperawatan dalam memberikan
askep pada klien. Dengan demikian dapat diambil
kesimpulan tingkat keberhasilan pemberian askep yang
diberikan, guna pembinaan lebih lanjut.
4) Standar Dokumentasi
Standar dokumentasi merupakan standar yang dapat
digunakan untuk memberikan pengarahan dan panduan
dalam melakukan dokumentasi proses keperawatan.
Katagori informasi yang biasanya masuk dalam status (chart)
pasien adalah :
56
- Data demografi
- Riwayat kesehatan dan pemeriksaan fisik
- Formulir persetujuan
- Diagnosa
- Pengobatan
- Catatan perkembangan /kemajuan
- Catatan secara berkesinambungan (flow sheet)
- Catatan perawat
- Keberadaan dokumentasi baik berbentuk catatan maupun
laporan akan sangat membantu dalam berkomunikasi baik
antara sesama perawat/bidan maupun lembaran tindakan
(treatment)
- Catatan laboratorium
- Laporan rontgen ( X – ray )
- Ringkasan pasien pulang
5) Metode Pendokumentasian
Metode pendokumentasian meliputi : data dasar, masalah
kesehatan, rencana pelayanan/asuhan termasuk catatan
perkembangan kesehatan pasien. Kesalahan dalam
pendokumentasian :
- Tulisan tangan yang berbeda dan tidak terbaca dengan
jelas.
- Tanggal, bulan, dan jam tidak konsisten.
- Tidak ada tanda tangan perawat yang melakukan tindakan
keperawatan.
- Merubah instruksi tanpa izin dan tidak melalui prosedur
yang benar.
6) Format Dokumentasi Asuhan Keperawatan
Pengkajian
- Pencatatan data pengkajian mengikuti prinsip tahapan
pengkajian. Format sistematis, akurat dan valid sangat
penting untuk membandingkan perubahan kesehatan
pasien (Carpenito, 1998).
57
Perencanaan
- Sesuai dengan standar perencanaan: identifikasi
masalah, merumuskan diagnosa, menetapkan tujuan dan
hasil yang diharapkan (Carpenito, 1998).
Implementasi
- Implementasi adalah tindakan yang dilakukan terhadap
pasien, baik tindakan keperawatan mandiri maupun
tindakan kolaborasi (Carpenito, 1998).
Evaluasi
- Evaluasi dapat dilakukan pada setiap tahapan proses
keperawatan: pengkajian, perencanaan, dan
implementasi (Carpenito, 1998).
Catatan perkembangan
- Formatnya bervariasi dan dapat disesuaikan dengan
sistem yang ada.
- Prinsipnya adalah untuk menilai perkembangan status
kesehatan pasien, apakah sesuai dengan tujuan dan hasil
yang diharapkan (Carpenito, 1998).
Informasi kesehatan lain
- Berbentuk dalam tabel dan grafik selama 24 jam antara
lain : berat badan, tinggi badan, kurva tanda-tanda vital,
intake-output cairan dalam 24 jam, daftar pemberian