21 BAB II VALUE PROPOSITIONS 2.1. ANALISA PASAR DAN INDUSTRI Beberapa dekade terakhir industri consumer goods terus berkembang dan menjadi menjadi sektor yang atraktif bagi pebisnis. The Nielsen Future Opportunities in FMCG E-commerce Report, mengkaji pendorong pertumbuhan FMCG e-commerce di 34 negara dan menyoroti kecepatan yang luar biasa dimana e-commerce FMCG diperkirakan akan bertumbuh dalam tahun-tahun mendatang (18,4% CAGR setiap tahun) dan total penjualan global akan mencapai hingga US$400 miliar pada tahun 2022. Laporan Nielsen mengidentifikasi beberapa faktor pendorong utama pertumbuhan e-commerce FMCG di masa depan, di antaranya: - Pendorong Pertumbuhan Dasar: ukuran pasar (market size), penetrasi rekening bank, penetrasi internet, penetrasi smartphone - Pendorong Pertumbuhan Ekonomi Makro: kemudahan melakukan bisnis, kepadatan penduduk, keandalan pos pengiriman - Pendorong Pertumbuhan Sosial: rasa percaya, budaya menabung - Pendorong Pertumbuhan Suplai: kematangan para pemain e-commerce FMCG. Sedangkan Data McKinsey memperkirakan, pada tahun 2022, nilai pasar e-commerce di Indonesia akan mencapai 65 miliar dollar AS (sekitar Rp 948 triliun). Kemajuan industri ini telah memungkinkan bisnis Fast Moving Consumer Goods (FMCG) untuk menjangkau pembeli dari semua daerah Indonesia dalam
This document is posted to help you gain knowledge. Please leave a comment to let me know what you think about it! Share it to your friends and learn new things together.
Transcript
21
BAB II
VALUE PROPOSITIONS
2.1. ANALISA PASAR DAN INDUSTRI
Beberapa dekade terakhir industri consumer goods terus berkembang dan
menjadi menjadi sektor yang atraktif bagi pebisnis. The Nielsen Future
Opportunities in FMCG E-commerce Report, mengkaji pendorong pertumbuhan
FMCG e-commerce di 34 negara dan menyoroti kecepatan yang luar biasa dimana
e-commerce FMCG diperkirakan akan bertumbuh dalam tahun-tahun mendatang
(18,4% CAGR setiap tahun) dan total penjualan global akan mencapai hingga
US$400 miliar pada tahun 2022.
Laporan Nielsen mengidentifikasi beberapa faktor pendorong utama
pertumbuhan e-commerce FMCG di masa depan, di antaranya:
- Pendorong Pertumbuhan Dasar: ukuran pasar (market size), penetrasi
rekening bank, penetrasi internet, penetrasi smartphone
- Pendorong Pertumbuhan Ekonomi Makro: kemudahan melakukan bisnis,
kepadatan penduduk, keandalan pos pengiriman
- Pendorong Pertumbuhan Sosial: rasa percaya, budaya menabung
- Pendorong Pertumbuhan Suplai: kematangan para pemain e-commerce
FMCG.
Sedangkan Data McKinsey memperkirakan, pada tahun 2022, nilai pasar
e-commerce di Indonesia akan mencapai 65 miliar dollar AS (sekitar Rp 948
triliun). Kemajuan industri ini telah memungkinkan bisnis Fast Moving Consumer
Goods (FMCG) untuk menjangkau pembeli dari semua daerah Indonesia dalam
22
platform digital, tanpa dihambat oleh faktor jarak dan waktu. Untuk FMCG,
jumlah orang yang membeli secara online di Indonesia, tumbuh dari 2 persen pada
2017 menjadi 6 persen pada 2018. Semakin banyak konsumen Indonesia melihat
manfaat dan keuntungan berbelanja online terutama untuk kebutuhan bayi dan
premium produk perawatan pribadi sebab kedua jenis produk tersebut tidak selalu
ada di toko konvensional.
Saat ini Indonesia merupakan salah satu pasar e-commerce terbesar di
Asia, dan diperkirakan masih akan terus tumbuh seiring dengan teknologi yang
semakin berkembang. Dapat dilihat bahwa marketplace atau e-commerce telah
menjadi bisnis yang tumbuh dengan subur di Indonesia. Bisnis digital ini telah
memunculkan banyaknya pebisnis di Indonesia dengan menggunakan sistem
online sebagai alat pemasaran dan penjualan.
Karakteristik marketplace B2B yang ada di Indonesia saat ini mayoritas
lebih mengarah kepada target pembeli, apakah end consumer ataukah perusahaan.
Dari gambar landscape mengenai marketplace yang ada di Indonesia sebelumnya,
dapat dilihat bahwa sistem pemasaran B2C merupakan marketplace yang paling
banyak saat ini. Bisnis digital yang berkembang subur saat ini telah banyak
memberi perubahan kepada sistem pemasaran dan penjualan barang dan jasa di
Indonesia. Bahkan, hal tersebut tidak dipungkiri telah memberi kemudahan pada
sisi penjual dan pembeli. Dalam sistem distribusi barang kepada customer, telah
banyak partner logistik dan payment gateway yang hadir dan melancarkan bisnis
marketplace di Indonesia ini.
Bisnis digital juga telah membangun lingkungan yang akomodatif bagi
para Usaha Kecil Menengah (UKM) untuk dapat terus mengembangkan usahanya,
23
tak terkecuali toko kelontong. Namun jika berbicara mengenai bisnis B2B,
marketplace yang ada saat ini mayoritas hanya berfokus kepada target pembeli,
yaitu menyediakan produk atau jasa dalam jumlah banyak untuk dijual kepada
perusahaan-perusahaan. Jika berbicara mengenai toko kelontong tradisional ini
yang masih sangat banyak ditemukan di berbagai daerah Indonesia, ada peluang
besar yang dapat dikembangkan dengan penyediaan sistem digital, seperti dalam
penyediaan stok produk, kemudahan dalam proses pemesanan barang yang
beraneka ragam, efisiensi dalam sistem distribusi sehingga pada akhirnya dapat
membuat toko kelontong bisa memberikan harga yang kompetitif kepada
konsumen.
Jika diperhatikan dengan seksama, saat ini banyak minimarket yang
menjual barang-barang kebutuhan pokok masyarakat sehari-hari dengan sistem
yang modern dan kerjasama dengan berbagai fintech atau payment gateway yang
beragam sehingga dapat memberikan harga yang lebih murah kepada masyarakat.
Hal tersebut menjadikan keberadaan toko kelontong menjadi kurang berkembang.
Kurangnya pengetahuan serta sistem penyediaan barang dan pola pikir usaha yang
masih tradisional menjadi salah satu faktor penghambat usaha toko kelontong
tradisional.
Blisini hadir dengan konsep B2B dan B2C dengan tujuan membantu
meningkatkan penjualan produk dan memudahkan toko kelontong maupun
konsumen akhir seperti ibu rumah tangga untuk memenuhi kebutuhan mereka
dengan cara berbelanja kebutuhannya secara online tanpa harus menghabiskan
waktu menuju lokasi belanja karena produk akan diantarkan ke lokasi mereka
dalam waktu yang cepat.
24
Bisnis dengan konsep B2B dengan fokus target market toko kelontong ini
belum banyak dilakukan oleh para pebisnis e-commerce di Indonesia, dimana
masih banyak terdapat toko kelontong di seluruh wilayah Indonesia. Maka bisnis
marketplace B2B seperti ini akan memberikan peluang yang cukup baik serta ikut
serta berperan dalam kemajuan UKM serta dapat mengembangkan perekonomian
Indonesia.
2.1.1. ANALISA PESTEL INDUSTRI MARKETPLACE B2B dan B2C
Untuk memahami industri marketplace (B2B dan B2C), kita dapat
menggunakan beberapa analisa dari berbagai sisi. Melalui analisa tersebut dapat
tergambar jelas faktor-faktor yang akan mempengaruhi sebuah bisnis. Analisa
PESTEL merupakan metode analisis yang efektif untuk mengidentifikasi faktor –
faktor eksternal yang mempengaruhi suatu organisasi.
PESTEL Analysis dapat digunakan untuk mempertimbangkan faktor –
faktor permasalahan eksternal, yaitu Political, Economic, Social, Technology,
Legal, dan Environment.
1. Political
Faktor politik meliputi hukum yang berlaku, seperti kebijakan
pemerintah yang meliputi kebijakan ekspor-impor, kebijakan pajak,
kebijakan tenaga kerja, kebijakan tanggung jawab lingkungan, hingga
peraturan-peraturan yang lebih spesifik dan dibuat pada kondisi tertentu
misalnya larangan menjual barang-barang tertentu di waktu tertentu. Faktor
politik dapat menentukan arah perilaku investor dalam memperhatikan bisnis
yang mereka jalankan agar sesuai dengan kebijakan yang dikeluarkan oleh
pemerintah.
25
Di Indonesia mulai 1 April 2019, diberlakukan pajak bagi toko online
atau marketplace. Kebijakan itu tertuang dalam Peraturan Menteri Keuangan
(PMK) Nomor 210/PMK.010/2018 tentang Perlakuan Perpajakan atas
Transaksi Perdagangan melalui Sistem Elektronik. Dalam peraturan tersebut,
pemerintah tidak menetapkan jenis atau besar pajak yang akan dikenakan.
Namun, pemerintah memberikan penjelasan prosedur perpajakan untuk
mendorong para pelaku usaha agar taat pajak.
Marketplace harus memiliki NPWP dan dikukuhkan sebagai PKP
(Pengusaha Kena Pajak). Kemudian, marketplace juga diminta untuk
memungut, menyetor, dan melaporkan PPN juga PPh terkait penyediaan
platform kepada pedagang dan penjualan barang milik marketplace itu
sendiri. Marketplace juga bertanggung jawab untuk melaporkan rekapitulasi
transaksi yang dilakukan pedagang pengguna platform.
2. Economic
Faktor ekonomi ini meliputi semua faktor yang dapat mempengaruhi
daya beli dari pelanggan dan mempengaruhi iklim berbisnis suatu
perusahaan. Contoh : standar nilai tukar, suku bunga, pertumbuhan ekonomi.
Salah satu aspek yang dimiliki potensi dalam membangun pertumbuhan
ekonomi Indonesia adalah jumlah toko kelontong di Indonesia yang tercatat
kurang lebih sekitar 3 juta toko yang tersebar di berbagai wilayah Indonesia.
Artinya bahwa akan potensial market yang dapat tergarap dan terbantu
dengan hadirnya layanan yang diberikan Blisini. Selain itu, potensi
pertumbuhan ekonomi juga dapat dilihat dari daya beli belanja secara online
yang sangat tinggi dan terus bertumbuh dari tahun ke tahun. Sehingga perlu
26
adanya bantuan kepada para toko kelontong untuk dapat melakukan transaksi
belanja online ini. Masyarakat sudah sangat familiar bertransaksi secara
online, hal ini mendasari banyaknya marketplace tumbuh di Indonesia.
Berikut gambar grafik pengguna dan tingkat penetrasi e-commerce di
Indonesia :
Gambar 2.1. Grafik Pengguna dan Tingkat Penetrasi E-Commerce di
Indonesia (2017-2023)
Sumber : katadata.co.id (2019)
Pengguna e-commerce di Indonesia yang selalu meningkat dari tahun
ke tahun menunjukkan bahwa daya beli masyarakat pada transaksi online ini
sangatlah tinggi, sehingga sangat baik untuk konsep bisnis marketplace.
27
3. Social
Faktor sosial meliputi semua faktor yang dapat mempengaruhi
kebutuhan pelanggan dan mempengaruhi ukuran besarnya pangsa pasar yang
ada. Contoh: budaya, gaya hidup atau behaviour, tingkat pendidikan
masyarakat, kondisi lingkungan sosial dan lingkungan kerja.
Perilaku belanja secara online saat ini sudah dilakukan oleh hampir
semua kalangan yang terkoneksi dengan internet. Kegiatan ini sudah menjadi
gaya hidup sehari-hari, termasuk berbelanja kebutuhan sehari-hari (consumer
goods) dan kebutuhan pokok lainnya. Berbelanja secara online sudah sangat
familiar dilakukan berbagai kalangan masyarakat mulai dari usia remaja
sampai dengan orangtua, latar belakang pendidikan rendah sampai tinggi, dan
tingkat penghasilan rendah maupun tinggi, termasuk didalamnya para
pedagang kelontong. Sehingga hal tersebut dapat ditingkatkan, yaitu dapat
memberikan kemudahan dan manfaat yang lebih besar lagi bagi
perkembangan usaha mereka.
4. Technology
Faktor ini meliputi inovasi teknologi apa yang akan dapat muncul
dalam masyarakat dan apa dampaknya bagi struktur pasar. Contoh: inovasi
baru, biaya dan penggunaan teknologi, perubahan dalam ilmu pengetahuan,
dampak dari perubahan teknologi.
Kini dengan munculnya smartphone dengan berbagai teknologi yang
ditawarkan, telah memudahkan masyarakat dalam melakukan berbagai
aktivitas online, termasuk memperlancar usaha. Berbagai merek muncul dan
menawarkan harga yang beragam serta terjangkau bagi masyarakat. Para
28
provider selular pun menawarkan paket data yang beragam, mulai dari yang
berbiaya rendah sampai dengan yang berbiaya tinggi sehingga dapat
disesuaikan dengan kebutuhan masing-masing penggunanya. Sehingga jika
mengkombinasikan semua perkembangan teknologi yang ada tersebut, maka
tidak diragukan kesempatan mengembangkan bisnis menjadi lebih terbuka.
5. Legal
Faktor legal meliputi pengaruh hukum seperti undang-undang yang
sudah ada atau yang akan datang. Contoh: aturan mengenai bisnis secara
online, kesehatan dan keselamatan, arahan pekerjaan, hak asasi manusia, tata
kelola perusahaan dan tanggung jawab lingkungan. Dari segi legal, untuk
transaksi online atau kontrak elektronik diatur dalam pasal 1320
KUHPerdata.
6. Environment
Faktor lingkungan digunakan untuk melakukan perencanaan strategis
atau mencoba mempengaruhi keputusan pembeli seperti faktor lokasi
geografis. Faktor lokasi geografis mempengaruhi keputusan pembelian,
seperti semakin dekat lokasi penjual akan memudahkan pembeli untuk
mendapatkannya secara cepat atau semakin banyak target market yang berada
di sekitar area usaha akan lebih memaksimalisasi performance usaha. Hal ini
yang ditawarkan oleh Blisini, pada saat melakukan transaksi, dapat dipilih
zona terdekat dari pembeli sehingga pesanan akan cepat sampai ditangan
pembeli.
29
2.1.2 ANALISA PORTER’S FIVE FORCES DALAM INDUSTRI
MARKETPLACE B2B & B2C
Porter’s Five Forces model adalah suatu model yang diciptakan oleh
Michael Porter, seorang ahli dan profesor di Harvard University pada tahun 1979
yang bertujuan untuk menggambarkan kerangka sebagai analisis pengembangan
suatu bisnis. Porter’s Five Forces merupakan metode yang digunakan untuk
menganalisis industri dan pengembangan strategi bisnis atau lingkungan
persaingan, metode ini bisa digunakan untuk bisnis yang besar maupun kecil dan
bisnis yang sudah berjalan maupun baru akan dimulai.
Gambar 2.2. Five Forces Porter
Sumber : Penulis (2020)
Menurut Five Forces Model, sebuah industri disebut “tidak menarik” bila
kombinasi dari five forces menurunkan profitabilitas secara keseluruhan. Sebuah
industri disebut menarik bila kombinasinya menunjukkan profitabilitas yang
30
menjanjikan. Tiga dari Five Forces merujuk pada persaingan dari sumber
eksternal. Sisanya adalah ancaman internal.
Tiga langkah untuk menggunakan Five Forces Porter ini dapat
mengindikasikan apakah persaingan dalam suatu industri dapat menciptakan laba
yang dapat diterima oleh perusahaan:
- Mengidentifikasi aspek-aspek kunci dari setiap kekuatan bersaing yang
mempengaruhi perusahaan.
- Mengevaluasi seberapa kuat dan penting setiap elemen bagi perusahaan.
- Menentukan apakah kekuatan kolektif dari aspek-aspek itu sepadan bagi
perusahaan untuk masuk atau tetap bertahan dalam sebuah industri.
Sifat persaingan industri marketplace bagi Blisini dapat dilihat dari
gabungan lima kekuatan di bawah ini:
a. Competitive Rivalry Within the Industry (High)
Persaingan kompetitif dalam industri terutama memiliki produk bisnis
yang sama dimana persaingan dilakukan berdasarkan penawaran harga yang
lebih rendah sehingga konsumen lebih mudah beralih dari pelaku bisnis yang
satu ke yang lainnya. Persaingan pada industri marketplace B2B dan B2C
sudah semakin berkembang. Dapat dikatakan hampir setiap hari bermunculan
marketplace B2B dan B2C. Dengan persaingan yang semakin ketat membuat
para pelaku bisnis ini melakukan berbagai macam usaha untuk menarik
perhatian customer. Sebagai contoh, persaingan harga dan memberikan
promo-promo yang beragam dan menarik kepada customer. Namun saat ini,
konsep bisnis seperti yang dirancang Blisini masih belum ada, tetapi konsep
bisnis yang menyerupai sudah ada.
31
Beberapa konsep bisnis yang hampir menyerupai Blisini dan dapat
dijadikan sebagai kompetitor dari Blisini yaitu:
- HappyFresh
HappyFresh adalah perusahaan pengantaran kebutuhan bahan
makanan no-1 di Asia Tenggara. HappyFresh melayani pelanggan untuk
dapat memesan produk terbaik dari kebutuhan harian sampai kantor
dimanapun, kapanpun, dari supermarket terbaik. HappyFresh dapat
diakses via web maupun mobile apps.
Gambar 2.3. HappyFresh dengan promo dan fitur lainnya
Sumber : HappyFresh (2019)
- Sampoerna Retail Community (SRC)
SRC merupakan toko kelontong masa kini yang tergabung dalam
program kemitraan Sampoerna yang bertujuan untuk meningkatkan daya
saing para pemilik toko kelontong melalui pendampingan usaha yang
berkelanjutan.
32
Gambar 2.4. Contoh desain mitra toko Sampoerna Retail Community
(SRC)
Sumber : SRC (2019)
- Klikdaily
Klikdaily merupakan jaringan retail FMCG (Fast Moving
Consumer Goods). Klikdaily menjadi salah satu kandidat pesaing dalam
marketplace B2B yang juga dihubungkan melalui aplikasi mobile dengan
visi untuk pemberdayaan dan pengembangan retail, warung, toko atau
usaha kecil dari kelompok masyarakat tradisional.
Gambar 2.5. Jaringan Retail FMCG KlikDaily
Sumber : Klikdaily (2019)
33
b. Threat of New Entrants (High)
Pendatang baru dalam dunia bisnis tentunya harus dipertimbangkan
kehadirannya karena dapat menjadi ancaman baru bagi pelaku bisnis
terdahulu. Namun, sebagai pendatang baru resiko dalam bisnis perlu
diperhatikan karena sebelumnya telah ada pelaku bisnis terdahulu yang lebih
mapan baik dari segi biaya, skala ekonomi, dan merek.
Saat ini bisnis marketplace B2B dan B2C semakin banyak
bermunculan. Apalagi setelah adanya pandemi korona yang melanda dunia
saat ini, yang membuat segala sesuatu dilakukan melalui online, termasuk
berbelanja kebutuhan sehari-hari, sehingga masyarakat sudah mulai terbiasa
dan merasakan mudahnya berbelanja online. Dengan demikian, dapat
diperkirakan bahwa e-commerce yang bergerak dalam penyediaan barang
kebutuhan sehari-hari akan banyak bermunculan. Mereka menawarkan
berbagai keunggulan yang semakin mempermudah pengguna atau
konsumennya. Oleh karena itu, Blisini akan terus memperbaharui dan
mengembangkan konsep bisnis dengan menyesuaikan dengan perkembangan
dan kebutuhan konsumennya. Namun melihat besarnya market segment yang
berada pada customer perseorangan atau end user, maka mayoritas
e-commerce yang mungkin akan bermunculan tersebut masih belum banyak
yang akan merambah kepada segmen UMKM atau toko kelontong.
c. Threat of Substitute Products (Medium)
Ancaman ini merupakan kasus dimana konsumen mempelajari produk
atau layanan pesaing bisnis dan mendapatkan bahwa mereka kemungkinan
dapat beralih ke produk atau layanan pesaing tersebut. Pertimbangan
34
konsumen untuk pindah kepada pesaing lain dikarenakan dari segi harga,
kualitas, dan biaya layanan untuk jangka waktu yang panjang dan dapat
menghemat biaya konsumen.
Dari pesaing yang ada dalam industri ini, maka faktor Threat of
Substitute Products ini tergolong sedang. Mayoritas e-commerce yang ada saat
ini lebih fokus pada segmen end user. Para pedagang toko kelontong saat ini
masih menggunakan cara konvensional untuk mendapatkan stok produk,
dengan mendatangi lebih dari satu toko grosir untuk memenuhi kelengkapan
barang. Selain itu, masih ada biaya tambahan lainnya seperti transportasi,
biaya parkir. Melalui Blisini, toko kelontong akan dipermudah dengan sistem
digital. Blisini juga akan memberikan berbagai pilihan produk yang lengkap
dari banyak supplier serta pilihan harga produk yang kompetitif.
d. Bargaining Power of Suppliers (Low)
Kegiatan tawar menawar dengan pemasok (supplier) menjadi hal yang
lumrah bagi para pelaku bisnis. Oleh karena itu, perlu dilakukan analisis
terhadap kekuatan yang dimiliki supplier dalam memegang kendali sehingga
akan menghasilkan potensi untuk meraup keuntungan dan menaikkan harga.
Hal tersebut penting untuk dilakukan karena dapat berdampak pada
menurunnya profitabilitas bisnis bila harga yang ditawarkan tinggi.
Adapun supplier Blisini merupakan para pedagang toko grosir
tradisional (wholesaler). Keberadaan toko grosir tradisional masih banyak saat
ini sehingga menjadikan faktor bargaining power of supplier ini tergolong
rendah. Blisini akan bekerjasama dengan berbagai toko grosir agar mampu
menyediakan barang yang bervariasi, lengkap, dan harga yang kompetitif.
35
Dengan adanya kerjasama dengan Blisini, toko grosir akan dimudahkan dalam
proses operasional karena didukung oleh sistem digital.
Dalam hal ini Blisini dapat memperoleh pasokan bahan baku dari
beberapa pemasok maka kedudukan Blisini relatif lebih kuat dibandingkan
pemasok, sehingga pemasok tidak akan memberikan ancaman berarti bagi
Blisini. Tetapi apabila Blisini bergantung hanya kepada satu pemasok, maka
peran pemasok menjadi kuat dan menimbulkan ancaman bagi Blisini.
Pemasok yang akan menjadi supplier barang-barang Blisini awalnya baru
akan diisi oleh toko grosir, namun tidak menutup kemungkinan bahwa
pemasok barang-barang Blisini juga akan diisi oleh distributor atau bahkan
prinsipal.
e. Bargaining Power of Buyers/Consumers (High)
Pembeli memiliki posisi penting terhadap keberlangsungan hidup
perusahaan karena pendapatan yang diperoleh perusahaan berasal dari
penjualan produk perusahaan kepada buyer. Salah satu faktor yang menjadi
determinan kekuatan pembeli adalah sensitivitas harga yang ditentukan oleh
beberapa faktor seperti: price/total purchases, product differences, brand