BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Morfologi Gigi Morfologi perkembangan adalah studi tentang tahap- tahap perkembangan jaringan atau organ serta perubahan struktur yang terjadi selama peristiwa perkembangan organ berlangsung. Morfologi perkembangan gigi membahas tentang kejadian gigi mulai sejak tahap uterinal hingga akhir masa fungsionalnya (Grossman, 1995). Bagian-bagian dari rahang adalah sebagai berikut, maksila = rahang atas, mandibula = rahang bawah, superior = atas, inferior = bawah, dextra / dexter = kanan, sinistra / sinister = kiri. Sedangkan bagian- bagian dari arah gigi adalah: labial = bibir (labium), lingual = lidah, fasial = muka, palatum = langit- langit, mesial = sisi yang berhadapan dengan garis median, distal = sisi yang bertolak belakang dengan garis median, bukal = sisi yang berhadapan dengan pipi (Itjingningsih, 1991). Garis median adalah garis vertikal yang melalui tengah-tengah dari muka dan seolah-olah membagi muka menjadi dua bagian yang sama besarnya kiri dan kanan atau yang membagi titik kontak sentral insisivus kiri, kanan, atas dan bawah (Itjingningsih, 1991). 2.1.2 Morfologi Gigi Permanen 1. Gigi Incisivus Tetap Pertama Atas
This document is posted to help you gain knowledge. Please leave a comment to let me know what you think about it! Share it to your friends and learn new things together.
Transcript
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Morfologi Gigi
Morfologi perkembangan adalah studi tentang tahap-tahap perkembangan
jaringan atau organ serta perubahan struktur yang terjadi selama peristiwa
perkembangan organ berlangsung. Morfologi perkembangan gigi membahas
tentang kejadian gigi mulai sejak tahap uterinal hingga akhir masa fungsionalnya
(Grossman, 1995).
Bagian-bagian dari rahang adalah sebagai berikut, maksila = rahang atas,
impaksi, resobsi akar dan hilangnyavitalitas. Pembentukan kista dan masalah
estetis juga dapat dijumpai (Abidin, 2011).
Tanda-tanda klinis gigi berlebih ini antara lain terhambatnya erupsi gigi
sulung,terhambatnya erupsi gigi pengganti, perubahan hubungan aksial dengan
gigi tetanggadan rotasi gigi insisivus tetap (Abidin, 2011).
3. Makrodonsia
Makrodonsia yaitu suatu keadaan yang menunjukkan ukuran gigi
lebihbesar dari normal, hampir 80 % lebih besar (bisa mencapai 7,7-9,2 mm).
Keadaan inijarang dijumpai, sering di DD (Diferensial Diagnosa/Diagnosa
Banding) dengan fusionteeth. Gigi yang sering mengalaminya adalah gigi
insisivus satu atas(Abidin, 2011).
4. Mikrodonsia
Yaitu suatu keadaan yang menunjukkan ukuran gigi lebih kecil
darinormal. Bentuk koronanya (mahkota) seperti conical atau peg shaped.
Sering didugasebagai gigi berlebih dan sering dijumpai pada gigi insisivus dua
atas atau molar tiga.Ukuran gigi yang kecil ini dapat menimbulkan diastema
(Abidin, 2011).
5. Natal dan neonatal teeth
Gigi natal adalah gigi yang telah erupsi atau telah ada dalam mulut pada
waktu bayi dilahirkan. Gigi neonatal adalah gigi yang erupsi selama masa
neonatal yaitu dari lahir sampai bayi berusia 30 hari (Abidin, 2011).
Erupsi normal gigi insisivus sulung bawah dimulai pada usia 6 bulan,
jika gigisulung erupsi semasa 3-6 bulan kehidupan disebut gigi predesidui.
Gigi ini merupakangigi sulung yang erupsinya prematur, jadi tidak termasuk
gigi supernumerary ataugangguan pertumbuhan lainnya (Abidin, 2011).
a. Etiologi
1. Posisi benih yang superfisial (dekat ke permukaan)
2. Bertambahnya proses erupsi gigi selama atau setelah anak mengalami
demam
3. Keturunan
4. Akibat sifilis kongenital
5. Gangguan kelenjar endokrin
6. Defisiensi makanan(Abidin, 2011).
6. Kista erupsi
Kista erupsi atau eruption cyst adalah suatu kista yang terjadi
akibatrongga folikuler di sekitar mahkota gigi sulung atau tetap yang akan
erupsi mengembangkarena penumpukan cairan dari jaringan atau darah
(Abidin, 2011).
Gambaran Klinis :
1. Diawali dengan terlihatnya daerah kebiru-biruan pada gigi yang akan erupsi.
2. Kemudian terjadi pembengkakan mukosa yang disertai warna kemerahan.
3. Akibat pembengkakan ini dapat menyebabkan tergigit oleh gigi
antagonisnyasehingga menimbulkan rasa tidak enak atau rasa sakit (Abidin,
2011).
a. Perawatan
1. Beberapa kista yang ringan (pembengkakan kecil) dapat hilang dengan
robeknyakista dan erupsinya gigi.
2. Pada keadaan yang parah disertai gangguan pada anak yaitu cengeng atau
gelisah, kista dapat diinsisi, kemudian diberi antibiotik dan analgetik untuk
mencegah infeksi dan rasa sakit (Abidin, 2011).
7. Gigi molar sulung yang terpendam
a. Definisi
Disebut juga dengan submerged teeth yaitu suatu gangguan erupsi yang
menunjukkan gagalnya gigi molar sulung mempertahankan posisinya
akibatperkembangan gigi disebelahnya sehingga gigi molar sulung tersebut
berubah posisimenjadi di bawah permukaan oklusal (Abidin, 2011).
Gigi molar dua sulung rahang bawah lebih sering terkena, bahkan ada
penelitianyang menemukan bahwa gigi tersebut terbenam seluruhnya sampai di
bawah gingiva.Mekanisme terbenamnya belum diketahui dengan pasti, diduga
berhubungan denganankilosis, yang disebabkan pengendapan tulang yang
berlebihan selama fase resorpsidan reposisi (perbaikan) yang merupakan ciri
normal resorpsi akar pada gigi sulung (Abidin, 2011).
Pergerakan ke arah oklusal dari gigi molar dua sulung terhambat atau
terhentisehingga gigi tersebut terletak di bawah permukaan oklusal gigi molar
satu sulung danmolar satu tetap(Abidin, 2011).
b. Perawatan
1. Beberapa kasus, gigi yang terbenam tersebut dapat lepas sendiri.
2. Bila ada tanda terganggunya benih premolar dua di bawahnya (melalui
ronsenfoto) atau kemungkinan gigi didekatnya terungkit (gigi molar satu
tetap),sebaiknya gigi yang terbenam tersebut dicabut (Abidin, 2011).
8. Gigi ganda
Fusi, Dua buah gigi yang mengalami penyatuan karena Lamina
Interdentalnya tidak berkembang atau karena sebab genetik autosomal
dominan. Terlihat ukuran mesiodistal lebar, gigi ini sebenarnya adalah dua gigi
yang bersatu (Abidin, 2011).
Geminasi, Gigi dengan 1 akar dan satu saluran akar tetapi memiliki dua
mahkota lengkap maupun tidak lengkap yang terpisah. Penyebabnya invaginasi
bakal gigi, faktor lokal, sistemik atau genetic (Abidin, 2011).
9. Dilaserasi
a. Definisi
Bentuk akar gigi atau mahkota yang mengalami pembengkokan
yangtajam (membentuk sudut atau curve) yang terjadi semasa pembentukan
dan perkembangangigi tahap atau fase kalsifikasi (Abidin, 2011).
Curve pembengkokan dapat terjadi sepanjang gigi tergantung seberapa
jauhpembentukan gigi sewaktu terjadi gangguan (Abidin, 2011).
b. Etiologi
Diduga terjadi akibat trauma selama pembentukan gigi (Abidin, 2011).
c. Perawatan
1. Dicabut (secara bedah) bila gigi tidak erupsi.
2. Kombinasi bedah dan ortodontik. Setelah dibuat jalan keluar untuk gigi,
kemudian gigi ditarik keluar memakai pesawat ortodontik(Abidin, 2011).
10. Konkresen
Menyatukan Sementum dua buah gigi yang saling bersebelahan,
disebabkan karena trauma lokal, gigi berjejal, atau lokasi benih gigi yang salah
selama pembentukan akar.
2.2 Anatomi Gigi dan Jaringan Pendukungnya
Gigi terbagi dalam dua bagian besar yaitu mahkota dan akar. Mahkota adalah bagian gigi yang terlihat dalam mulut, sedangkan akar adalah bagian yang tertanam dalam tulang rahang. Sedangkan secara struktur, gigi merupakan salah satu jaringan keras tubuh yang terdiri dari enamel/email, dentin, dan sementum (Evelyn, 1999).
Struktur gigi terdiri dari :
1. Lapisan emailMerupakan lapisan paling luar gigi, juga merupakan lapisan yang
paling keras pada tubuh manusia, berwarna putih, menutup permukaan mahkota gigi, dan bila rusak tidak mengalami regenerasi, perbaikan & pergantian enamel hanya dengan tambalan (restorasi) (Evelyn, 1999).
2. Tulang gigi (dentin)Merupakan lapisan berwarna agak kekuningan, terletak di bawah email
gigi, Pertumbuhannya mengarah ke pulpa, di dalam dentin terdapat saluran-saluran mikroskopis yang disebut sebagai tubulus dentin yang berisi tonjolan odontoblast dan bahan organik dalam ruang periodontoblast (Evelyn, 1999).
3. Rongga gigi (pulpa)Merupakan lapisan yang terletak di bawah dentin, merupakan jaringan
lunak yang di dalamnya terdapat jaringan ikat, limfe, saraf, dan pembuluh darah, jaringan ini masuk ke dalam gigi melalui lubang kecil (foramen apikal) yang terdapat pada apeks.Pembuluh darah berperan dalam memberikan nutrisi kepada gigi sehingga gigi tetap kuat dan sehat, sedangkan saraf berperan dalam menghantarkan rangsang dari luar gigi ke otak (Evelyn, 1999).
4. SementumMerupakan pelindung akar gigi dalam gusi dan membantu agar gigi
tetap melekat pada gusi. Gusi merupakan tempat tumbuh gigi (Evelyn, 1999).
Gingiva merupakan membran mukosa, tersusun atas epitel berlapis gepeng,
melekat pada email gigi, melindungi jaringan ikat di bawahnya selama proses
mastikasi, epitelnya menghubungkan epitel pada mulut dengan gigi (Evelyn,
1999).
Periodontal Ligament mempunyai dua fungsi yaitu sebagai: Sumber nutrisi
(membekalkan nutrisi kepada cementum, tulang dan gingival) dan sensori
(dipersarafi oleh serabut saraf sensori yang berfungsi untuk menghantarkan
stimulus sentuhan, tekanan, dan nyeri). Fungsi fisikal:
sarung untuk melindungi pembuluh darah, serabut saraf daripada luka yang di
sebabkan oleh tekanan mekanikal (Evelyn, 1999).
Alveolar Bone merupakan bagian dari tulang mandibular dan maksila yang
mengelilingi gigi berfungsi sebagai pembentuk dan penyokong tooth sockets
(Evelyn, 1999).
2.2 Biokimia Gigi
1. Enamel
Struktur enamel mengandung jutaan enamel rodyang memanjang dari
arah perbatasan dari enamel dentino junction sampai ke permukaan enamel.
Komposisi biokimia dari enamel tersusun oleh :
a) 97 % anorganik (kristal hidroksiapatit), yang terdiri dari kalsium, fosfor,
magnesium, natrium, kalium, clorida, dan karbonat.
b) 3 % organik, terdiri dari enamelin dan air (DSC Biokimia FKG UGM,
2004).
2. Dentin
Dentin merupakan struktur penyusun gigi yang terbesar. Jaringan ini
lebih lunak di bandingkan dengan enamel karena komposisi material organiknya
lebih banyak.
Pada batas dentin dengan enamel adalah ujung ujung tubulus dentin. Dan pada
perbatasan antara dentin dengan sementum banyak di jumpai serat Tomes .
Komposisi biokimia dari enamel tersusun oleh :
a. 80 % anorganik (kristal hidroksiapatit), yang terdiri dari kalsium, fosfor,
magnesium, natrium, kalium, clorida, dan karbonat.
b. 20 % organic, yang terdiri dari serabut kolagen (DSC Biokimia FKG UGM,
2004).
3. Pulpa
Pulpa adalah suatu rongga yang berisi pembuluh darah , persyarafan dan
limfe, yang juga terdiri dari jaringan ikat longgar. Dimana masuk ke pulpa melalui
foramen apical yang berada pada apeks.
a. Odontobalstic zone, bagian terluar pulpa terdiri dari selapis odontoblasts.
b. Cell-free zone, terletak pada bagian dalam odontoblastic zone,
pada area ini tidak ada sel.
c. Cell-rich zone, bagian paling dalam dari pulpa, banyak terdapat
fibroblasts dan sel mesensim (DSC Biokimia FKG UGM, 2004).
4. Sementum
Sementum adalah suatu jaringan mesenchymal terkalsifikasi yang
memebentuk lapisan luar akar yang berfungsi sebagai tempat melekatnya
ligament periodontal ke gigi (DSC Biokimia FKG UGM, 2004).
Komposisi biokimia dari enamel tersusun oleh :
a. 45 % anorganik (kristal hidroksiapatit), yang terdiri dari kalsium, fosfor,
magnesium, natrium, kalium, clorida, dan karbonat.
b. 55 % organic, yang terdiri dari serabut kolagen (DSC Biokimia FKG UGM,
2004).
2.4 Nomenklatur Gigi
nomenklatur adalah cara menulis gigi geligi. Ada 3 cara penulisan
nomenklatur yang paling banyak digunakan, diantaranya yaitu (Anatomi, 2013)
1. Cara Universal
Gigi Tetap 1 ..... 8 9 ..... 16
32 .. 25 24 ..... 17
Contoh: P2 atas kanan = 5
I1 bawah kiri = 24
Gigi Susu A B C D E F G H I J
T S R Q P O N M L K
Contoh: c bawah kanan = R
M2 atas kiri = J
2. Cara Palmer’s
Gigi Tetap 8 7 6 5 4 3 2 1 1 2 3 4 5 6 7 8
8 7 6 5 4 3 2 1 1 2 3 4 5 6 7 8
Contoh: P2 atas kanan = 5
I1 bawah kiri = 1
Gigi Susu E D C B A A B C D E
E D C B A A B C D E
Contoh: c bawah kanan = C, m2 atas kiri = E
3. Sistem 2 Angka dari International Dental Federation (FDI)
Gigi Tetap 1 2 (Angka kedua menunjukan gigi apa dalam
kuadran) 4 3
Contoh: P2 atas kanan = 15
I1 bawah kiri = 31
Gigi Susu 5 6
8 7
Contoh: c bawah kanan = 83
m2 atas kiri = 65
Keuntungan cara ini mudah dimengerti, diajarkan, dicetak, ditulis dan
dipindahkan ke computer (Anatomi, 2013)
2.5 Odontologi Forensik
Pengertian forensik menurut Dorland (2010), forensik adalah berkaitan
dengan suatu tempat jual-beli atau tempat pertemuan umum berkenaan dengan
atau dilakukan dalam peristiwa hukum (Dorland, 2010).
Pengertian forensik menurut identifikasi ilmu kedokteran gigi forensik.
Yang dimaksud dengan identifikasi ilmu kedokteran gigi forensik adalah semua
aplikasi dari disiplin ilmu kedoktaran gigi yang terkait dalam suatu penyidikan
dalam memperoleh data- data post mortem, berguna untuk menentukan otentitas
dan identitas korban maupun pelaku demi kepentingan hukum dalam suatu proses
peradilan dan menegakkan kebenaran (Lukman, 2006).
Apabila seorang dokter gigi dengan surat permintaan sebagai anggota
penyidik, anggota tim identifikasi, dan sebagai saksi ahli apabila hakim sulit
memutuskan sesuatu perkara dalam suatu sidang peradilan sedangkan pada tubuh
korban terdapat pola bekas gigitan, menggunakan gigi palsu, serta seluruh data-
data gigi yang telah dilakukan dari semua disiplin ilmu kedokteran gigi maka
hakim akan meminta seorang ahli untuk memastikan hal tersebut diatas demi
memantapkan keputusan yang akan diambilnya (Lukman, 2006).
A. Identifikasi ilmu kedokteran gigi forensik ada beberapa macam antara lain:
1. Identifikasi ras korban maupun pelaku dari gigi geligi dan antropologi
ragawi.
2. Identifikasi seks atau jenis kelamin korban melalui gigi geligi dan tulang
rahang serta antropologi ragawi.
3. Identifikasi umur korban ( janin ) melalui benih gigi.
4. Identifikasi umur melalui gigi sementara (decidui).
5. Identifikasi umur korban melalui gigi campuran.
6. Identifikasi umur korban melalui gigi tetap.
7. Identifikasi korban melalui kebiasaan menggunakan gigi.
8. Identifikasi korban dari pekerjaan menggunakan gigi
9. Identifikasi golongan darah korban melalui air liur.
10. Identifikasi golongan darah korban melalui pulpa gigi.
11. Identifikasi DNA korban dari analisa air liur dan jaringan dari sel dalam
rongga mulut.
12. Identifikasi korban melalui gigi palsu yang dipakainya.
13. Identifikasi wajah korban dari rekrontruksi tulang rahang dan tulang
facial.
14. Identifikasi wajah korban.
15. Identifikasi korban melalui gigitan pelaku.
16. Identifikasi korban melalui eksklusi pada korban masal.
17. Radiologi ilmu kedokteran gigi forensik.
18. Fotografi ilmu kedokteran gigi forensik.
19. Victim Identification form (Lukman, 2006).
Semua data-data yang diperoleh dalam identfikasi di atas dituangkan dalam
formulir baku mutu nasional yaitu ke dalam formulir korban tindak pidana yang
berwarna merah yang disebut dengan data postmortem, pada korban hidup tetap
pula ditulis ke dalam formulir yang sama sedangkan data- data semasa hidup
ditulis ke dalam formulir antemortem yang berwarna kuning. Hal ini berlaku pula
pada pelaku, ia mempunyi kedua penulisan data pula antemortem dan postmortem
pada kertas yang berwarna kuning dan merah (Lukman, 2006).
2.5.1 Identifikasi Secara Umum
Perlu pula kita ketahui identifikasi ilmu kedokteran forensik umum karena
pada negara-negara maju tim penyidik dan tim identifikasi anggotanya terdapat
dokter gigi dengan demikian ada baiknya dokter gigi mengetahui identifikasi
secara umum (Lukman, 2006).
Identifikasi secara umum antara lain :
1. Dokumen yang terdapat pada busana korban berupa : KTP, SIM, kartu kredit,
kartu sekolah, kartu mahasiswa, kartu karyawan, name tag dari instansi korban.
Adakalanya mayat tanpa sepucuk surat identifikasi pun pada tubuhnya,
sehingga perlu dilakukan identifikasi terhadap mayat tersebut. Biasanya yang
perlu diteliti untuk keperluan itu adalah:
2. Pakaian atau busana
a) Bentuk pakaian berupa celana panjang / pendek, gaun, sarung kebaya dsb
b) Corak pakaian contohnya bunga-bunga, garis-garis, motif tertentu dsb
c) Merk pakaian yang dikenakan dapat diketahui dari konfeksi, tukang jahit,
dsb
d) Nomor binatu (laundry mark) yang kemungkinan ada dipakaian yang
digunakan (Lukman, 2006).
3. Perhiasan yang biasanya dapat di identifikasikan adalah bentuk perhiasan
tersebut terbuat dari apa perhiasan tersebut, inkripsi, dan merk perhiasan
tersebut.
4. Tubuh korban sendiri yang meliputi :
a) Ciri-ciri umum : tinggi atau berat badan, jenis kelamin, umur, warna