9 BAB II TINJUAN PUSTAKA A. Sungai 1. Definisi Sungai Sungai merupakan air permukaan, Air permukaan adalah air yang berada dipermukaan tanah dan dapat dengan mudah dilihat oleh mata kita. Contoh air permukaan dseperti laut, sungai, danau, kali, rawa, empang, dan lain sebagainya. Air permukaan berhubungan dengan air bawah tanah atau air atmosfer. Sungai adalah aliran air yang besar dan memanjang yang mengalir secara terus-menerus dari hulu (sumber) menuju hilir (muara). Sungai merupakan salah satu bagian dari siklus hidrologi. Air dalam sungai umumnya terkumpul dari presipitasi, seperti hujan, embun, mata air, limpasan bawah tanah, dan dibeberapa negara tertentu juga berasal dari lelehan es/salju. Selain air, sungai juga mengalirkan sedimen dan polutan. (Ginting, Dkk, 2015) Air sungai adalah air yang mengalir melalui terusan alami yang kedua pinggirnya dibatasi oleh tanggul-tanggul dan airnya mengalir ke laut, ke danau, atau ke sungai lain yang merupakan sungai induk. Sungai banyak terdapat di Indonesia yang berhulu di daerah pegunungan. Bagi daerah-daerah tertentu kegunaan sungai-sungai itu berbeda-beda. Manfaat air sungai bagi kehidupan sangat besar artinya seperti untuk mengairi pertanian di pesawahan, perikanan lalu lintas perairan, pembangkit tenaga listrik, dan pariwisata. Sungai dapat dibagi atas dua jenis :
This document is posted to help you gain knowledge. Please leave a comment to let me know what you think about it! Share it to your friends and learn new things together.
Transcript
9
BAB II
TINJUAN PUSTAKA
A. Sungai
1. Definisi Sungai
Sungai merupakan air permukaan, Air permukaan adalah air yang berada
dipermukaan tanah dan dapat dengan mudah dilihat oleh mata kita. Contoh air
permukaan dseperti laut, sungai, danau, kali, rawa, empang, dan lain sebagainya.
Air permukaan berhubungan dengan air bawah tanah atau air atmosfer.
Sungai adalah aliran air yang besar dan memanjang yang mengalir secara
terus-menerus dari hulu (sumber) menuju hilir (muara). Sungai merupakan salah
satu bagian dari siklus hidrologi. Air dalam sungai umumnya terkumpul dari
presipitasi, seperti hujan, embun, mata air, limpasan bawah tanah, dan dibeberapa
negara tertentu juga berasal dari lelehan es/salju. Selain air, sungai juga
mengalirkan sedimen dan polutan. (Ginting, Dkk, 2015)
Air sungai adalah air yang mengalir melalui terusan alami yang kedua
pinggirnya dibatasi oleh tanggul-tanggul dan airnya mengalir ke laut, ke danau,
atau ke sungai lain yang merupakan sungai induk. Sungai banyak terdapat di
Indonesia yang berhulu di daerah pegunungan. Bagi daerah-daerah tertentu
kegunaan sungai-sungai itu berbeda-beda. Manfaat air sungai bagi kehidupan
sangat besar artinya seperti untuk mengairi pertanian di pesawahan, perikanan lalu
lintas perairan, pembangkit tenaga listrik, dan pariwisata. Sungai dapat dibagi atas
dua jenis :
10
a. Sungai Hujan, yaitu sungai yang airnya berasal dari hujan dan mata-mata air.
Sungai seperti ini airnya tidak tetap. Bila musim hujan airnya banyak,
adakalanya banjir.
b. Sungai glester, yaitu sungai mendapat airnya dari glester (es) atau salju yang
mencair. Sungai seperti ini airnya tetap. Baik pada musim hujan maupun pada
musim kemarau.
Sungai merupakan jalan air alami, mengalir menuju samudera, danau, laut,
atau ke sungai yang lain. Pada beberapa kasus , seuah sungai secara sederhana
mengalir meresap ke dalam tanah sebelum menemukan badan air lainnya. Melalui
sungai merupakan cara yang biasa bagi air hujan yang turun didaratan untuk
mengalir ke laut atau tampungan air yang besar seperti danau. Sungai terdiri dari
beberapa bagian, bermula dari mata air yang mengalir ke anak sungai. Beberapa
anak sungai akan bergabung untuk membentuk sungai utama. Aliran air biasanya
berbatasan dengan saluran dasar dan tebing di sebelah kiri dan kanan. Penghujung
sungai dimana sungai bertemu laut dikenal sebagai muara sungai. Manfaat
terbesar sebuah sungai adalah untuk irigrasi pertanian, bahkan baku air minum,
sebagai saluran pembungan air hujan dan air limbah, bahkan sebenarnya potensial
untuk dijadikan objek wisata sungai (Ahira, 2011 dalam Rina Wati, 2019)
2. Perlindungan dan Pemanfaatan Sungai
Di Indonesia sungai dapat dijumpai disetiap tempat dengan kelasnya masing-
masing. Pada masa lampau sungai dimanfaatkan untuk memenuhi keperluan
sehari-hari, baik transportasi, mandi, mencuci dan sebagainya bahkan untuk
wilayah tertentu sungai dapat dimanfaatkan untuk menunjang makan dan minum.
Sungai sebagai sumber air, sangat penting fungsinya dalam pemenuhan kebutuhan
11
masyarakat dan sebagai sarana penunjang utama dalam meningkatkan
pembangunan nasional. Sebagai sarana transportasi yang relatif aman untuk
menghubungkan wilayah satu dengan lainnya. Pemerintah memperhatikan
manfaatnya sungai yang tidak kecil dalam kehidupan, maka untuk pelestariannya
dipandang perlu melakukan pengaturan mengenai sungai yang meliputi
perlindungan, pengembangan, penggunaan dan pengendalian sungai dari segala
bentuk pencemaran yang berakibat rusaknya dan tidak berfungsinya kembali
sungai yang tidak sesuai dengan kualitas sebenarnya. Dengan dikeluarkannya
peraturan Pemerintah Nomor : 35 Tahun 1991 tentang sungai, sebagai
pelaksanaan Undang -Undang Nomor : 11 Tahun 1974 tentang pengairan,
sehingga dapat digunakan sebagai pegangan dalam pengelolaan, pengusahaan,
pemeliharaan dan pengamanan, agar manfaat sungai tetap terjaga kelestariannya.
3. Jenis-Jenis Sungai
Sungai menurut jumlah airnya dibedakan menjadi :
a. Sungai Permanen, yaitu sungai yang debit airnya sepanjang tahun relatif tetap.
Contoh sungai jenis ini adalah sungai Kapuas, Kahayan, Barito dan Mahakam
di Kalimantan. Sungai Musi, Batanghari dan Indragiri di Sumatera.
b. Sungai Periodik, yaitu sungai yang pada waktu musim hujan airnya banyak
sedangkan pada musim kemarau airnya kecil. Contoh sungai jenis ini
banyakterdapat di pulau Jawa misalnya sungai Bengawan Solo, dan sungai
Opak diJawa Tengah. Sungai Progo dan sungai Code di Daerah Istimewa
Yogyakarta serta sungai Brantas di Jawa Timur.
12
c. Sungai Intermittent atau Sungai Episodik, yaitu sungai yang pada
musimkemarau airnya kering dan pada musim hujan airnya banyak. Contoh
sungaijenis ini adalah sungai Kalada di pulau Sumba.
d. Sungai Ephemeral, yaitu sungai yang ada airnya hanya pada saat musim hujan.
Pada hakekatnya sungai jenis ini hampir sama dengan jenis episodik, hanyasaja
pada musim hujan sungai jenis ini airnya belum tentu banyak.
Sungai menurut genetiknya dibedakan menjadi :
a. Sungai Konsekuen, yaitu sungai yang arah alirannya searah dengan kemiringan
lereng.
b. Sungai Subsekuen, yaitu sungai yang aliran airnya tegak lurus dengan sungai
konsekuen.
c. Sungai Obsekuen, yaitu anak sungai subsekwen yang alirannya berlawanan
arah dengan sungai konsekuen.
d. Sungai Insekuen, yaitu sungai yang alirannya tidak teratur atau terikat oleh
lereng daratan.
e. Sungai Resekuen, yaitu anak sungai subsekwen yang alirannya searah dengan
sungai konsekuen (Septiani, (2012).
4. Persyaratan Air Sungai
Persyaratan Air sungai menggunakan Peraturan Daerah Lampung nomor 11
Tahun 2012 tentang Pengelolaan Kualitas Air dan Pengendalian Pencemar Air
yang menyebutkan bahwa sumber air adalah wadah air yang terdapat di atas dan
di bawah permukaan tanah, termasuk dalam pengertian ini akuifer, mata air,
sungai, rawa, danau, situ, waduk dan muara.
13
Klasifikasi mutu air ditetapkan menjadi 4 (empat) kelas yaitu:
a. Kelas satu, air yang peruntukannya dapat digunakan untuk air baku air minum,
dan atau peruntukan lain yang mempersyaratkan mutu air yang sama dengan
kegunaan tersebut.
b. Kelas dua, air yang peruntukannya dapat digunakan untuk prasarana atau
sarana rekreasi air, pembudidayaan ikan air tawar, peternakan, air untuk
mengairi pertanaman dan atau peruntukan lain yang mempersyaratkan mutu
air yang sama dengan kegunaan tersebut.
c. Kelas tiga, air yang peruntukannya dapat digunakan untuk membudidayakan
ikan air tawar, peternakan, air untuk mengairi pertanaman, dan atau
peruntukan lain yang mempersyaratkan mutu air yang sama dengan kegunaan
tersebut.
d. Kelas empat, air yang peruntukannya dapat digunakan untuk mengairi
pertanaman dan atau peruntukan lain yang mempersyaratkan mutu air yang
sama dengan kegunaan tersebut.
5. Sumber Pencemaran Air
Banyak penyebab sumber pencemar air, tetapi secara umum dapat
dikategorikan menjadi dua yaitu sumber kontaminan langsung dan tidak langsung.
Sumber langsung meliputi efluen yang keluar dari industry, TPA sampah, rumah
tangga, dan sebagainya. Sumber tak langsung ialah kontaminan yang memasuki
badan air dari tanah, air tanah atau atmosfer berupa hujan (Pencemaran
Lingkungan Online, 2003 dalam Sumantri, 2015).
Pada dasarnya sumber pencemar air berasal dari industry, rumah tangga
(pemukiman) dan pertanian. Tanah dan air tanah mengandung sisa dari aktivitas
14
pertanian misalnya, pupuk dan pestisida. Kontaminan dari atmosfer juga berasal
dari aktivitas manusia, yaitu pencemaran udara yang menghasilkan hujan asam.
Pengaruh bahan pencemar yang berupa gas, bahan terlarut, dan partikulat
terhadap lingkungan perairan dan kesehatan manusia dapat ditunjukkan secara
skematik sebagai berikut :
Gambar 2 Bagan Pengaruh Beberapa Jenis Bahan Pencemar terhadapLingkungan Perairan
6. Komponen Pencemaran Air
Saat ini hampir 10 juta zat kimia telah dikenal manusia, dan hampir 100.000
zat kimia telah digunakan secara komersial. Kebanyakan sisa zat kimia tersebut di
buang ke badan air atau air tanah. Sebagai contoh adalah pestisida yang biasa
digunakan di pertanian, industry atau rumah tangga, detergen yang biasa
digunakan dirumah tangga atau PCBs yang biasa digunakan pada alat-alat
elektronik. Erat kaitannya dengan masalah indicator masalah pencemaran air,
ternyata komponen pencemaran air turut menentukan bagaimana indicator
tersebut terjadi. Menurut Wardhana (1995) dalam Sumantri (2015) komponen
pencemaran air yang berasal dari industry, rumah tangga (pemukiman) dan
pertanian dapat dikelompokkan :
15
a. Bahan Buangan Padat
Yang dimaksud bahan buangan padat adalah bahan buangan yang berbentuk
padat, baik yang kasar atau yang halus, misalnya sampah. Buangan tersebut bila
dibuang ke air menjadi pencemaran dan akan menimbulkan pelarutan,
pengendapan ataupun pembentukan koloidal. Apabila bahan buangan padat
tersebut menimbulkan pelarutan, maka kepekatan atau berat jenis air akan naik.
Air yang mengadung larutan pekat dan berwarna gelap akan mengurangi penetrasi
sinar matahari ke dalam air. Sehingga proses fotosintesis tanaman dalam air akan
terganggu. Jumlah oksigen terlarut dalam air menjadi berkurang, kehidupan
organisme dalam air juga terganggu.
Terjadinya endapan didasar perairan akan sangat mengganggu kehidupan
organisme dalam air, karena endapan akan menutup permukaan dasar air yang
mungkin mengandung telur ikan sehingga tidak dapat menetas. Selain itu,
endapan juga dapat menghalangi sumber makanan ikan dalam air serta
menghalangi datangnya sinar matahari. Pembentukan koloidal terjadi bila
buangan tersebut berbentuk halus, sehingga sebagian ada yang larut dan sebagian
lagi ada yang melayang-layang sehingga air menjadi keruh. Kekeruhan ini juga
menghalangi penetrasi sinar matahari, sehingga menghambat fotosintesis dan
berkurangnya kadar oksigen dalam air.
b. Bahan Buangan Organik dan Olahan Bahan Makanan
Bahan buangan organic umumnya berupa limbah yang dapat membusuk atau
terdegradasi oleh mikroorganisme, sehingga bila dibuang keperairan akan
menaikkan populasi mikroorganisme. Kadar BOD dalam hal ini akan naik. Tidak
16
tertutup kemungkinan dengan bertambahnya mikroorganisme dapat berkembang
pula bakteri pathogen yang berbahaya bagi manusia. Demikian pula untuk
buangan olahan bahan makanan yang sebenernya adalah juga bahan buangan
organik yang baunya lebih menyengat. Umumnya buangan olahan makanan
mengandung protein dan gugus amina, maka bila didegradasi akan terurai menjadi
senyawa yang mudah menguap dan berbau busuk (misalnya NH3).
c. Bahan Buangan Anorganik
Bahan buangan anorganik sukar didegradasi oleh mikroorganisme, umumnya
adalah logam. Apabila masuk ke perairan, maka akan terjadi peningkatan jumlah
ion logam dalam air. Bahan buangan anorganik ini biasanya berasal dari limbah
industry yang melibatkan penggunaan unsur-unsur logam seperti timbal (Pb),
arsen (As), Cadium (Cd), air raksa atau merkuri (Hg), Nikel (Ni), Calsium (Ca),
dan Magnesium (Mg). Kandungan ion Mg dan Ca dalam air akan menyebabkan
air bersifat sadah. Kesadahan air yang tinggi dapat merugikan karena dapat
merusak peralatan yang terbuat dari besi melalui proses pengkaratan (korosi).
Juga dapat menimbulkan endapan atau kerak pada peralatan. Apabila ion-ion
logam berasal dari logam berat maupun yang bersifat racun seperti Pb, Cd ataupun
Hg, maka air yang mengandung ion-ion logam tersebut sangat berbahaya bagi
tubuh manusia, air tersebut tidak layak minum.
d. Bahan Buangan Cairan Berminyak
Bahan buangan berminyak yang dibuang ke air lingkungan akan mengapung
menutup permukaan air. Jika bahan buangan berminyak mengandung senyawa
yang volatile, maka akan terjadi penguapan dan luas permukaan minyak yang
menutupi permukaan air akan menyusut. Penyusutan minyak ini tergantung pada
17
jenis minyak dan waktu. Lapisan minyak pada permukaan air dapat terdegradasi
oleh mikroorganisme tertentu, tetapi membutuhkan waktu yang lama. Lapisan
minyak dipermukaan akan menggangu mikroorganisme dalam air. Ini disebabkan
lapisan tersebut akan menghalangi difusi oksigen dari udara ke dalam air,
sehingga oksigen terlarut akan berkurang. Juga lapisan tersebut akan menghalangi
masuknya sinar matahari kedalam air, sehingga fotosintesis pun terganggu. Selain
itu, burung pun ikut terganggu, karena bulunya jadi lengket, tidak dapat
mengembang lagi akibat kena minyak.
e. Bahan Buangan Berupa Panas (polusi Thermal)
Perubahan kecil pada temperature air lingkungan bukan saja dapat menghalau
ikan atau spesies lainnya, namun juga akan mempercepat, proses biologis pada
tumbuhan dan hewan bahkan akan menurunkan tingkat oksigen dalam air.
Akibatnya akan terjadi kematian pada ikan atau akan terjadi keruskan ekosistem.
Untuk itu, polusi ternal ini pun harus dihindari. Sebaiknya industry-industri jika
akan membuang air buangan ke perairan harus memerhatikan hal ini.
f. Bahan Buangan Zat Kimia
Bahan buangan zat kimia banyak ragamnya, tetapi dalam bahan pencemaran
air ini yaitu : sabun, detergen, sampo, dan bahan pembersih lainnya.
Adanya bahan buangan zat kimia yang berupa sabun, detergen, sampo, dan
bahan pembersih lainnya yang berlebihan didalam air ditandai dengan timbulnya
buih-buih sabun pada permukaan air. Sebenarnya ada perbedaan antara sabun dan
detergen serta bahan pembersih lainnya.
Beberapa sifat sabun antara lain :
18
1) Larutan sabun mempunyai sifat membersihkan karena dapat mengemulsikan
kotoran yang melengkat pada badan atau pakaian.
2) Sabun dengan air sadah tidak dapat membentuk busa, tetapi akan membentuk
endapan (C17H35COO)2Ca) dengan reaksi
3) Larutan sabun bereaksi basa karena terjadi hidrolisis sebagian. Adapun
detergen adalah juga bahan pembersih seperti halnya sabun, akan tetapi dibuat
dari senyawa petrokimia. Detergen mempunyai kelebihan dibandingkan
dengan sabun, karena dapat bekerja pada air sadah. Bahan detergen dalam air
akan mengalami ionisasi membentuk komponen bipolar aktif yang akan
mengikat ion Ca dan/ atau Mg pada air sadah. Komponen bipolar aktif
terbentuk pada ujung dedocybenzensulfonat. Detergen dalam air akan
mengalami ionisasi membentuk komponen bipolar aktif yang akan mengikat
ion Ca dan/ atau ion Mg pada air sadah. Komponen bipolar aktif terbentuk
pada dedocybenzensulfonat. Untuk dapat membersihkan kotoran dengan baik,
detergen diberi bahan pembentuk yang bersifat alkalis. Contoh bahan
pembentuk yang bersifat alkalis adalah natrium tripolispat. Bahan buangan
berupa sabun dan detergen didalam air lingkungan akan menggangu karena
alasan berikut :
a) Larutan sabun akan menaikkan Ph air sehingga dapat mengganggu kehidupaan
organisme di dalam air. Detergen yang menggunakan bahan non-Fosfat akan
menaikkan Ph air sampai sekitar 10,5-11.
2(C17H35COONa) + CaSO4 (C17H35COOH)2Ca + Na2SO4
19
b) Bahan antiseptic yang ditambahkan ke dalam sabun/detergen juga menggangu
kehidupan mikroorganisme didalam air, bahkan dapat mematikan.
c) Ada sebagian bahan sabun atau detergen yang tidak dapat dipecah
(didegradasi) mikroorganisme yang ada di dalam air. Keadaan ini sudah barang
tentu akan merugikan lingkungan. Namun akhir-akhir ini mulai banyak
digunakan bahan sabun/detergen yang dapat didegradsi oleh mikroorganisme.
g. Bahan Pemberantasan Hama (Insektisida)
Pemakaian bahan pemberantas hama (insektisida) pada lahan pertanian sering
kali meliputi daerah yang sangat luas, sehingga sisa insektisida pada daerah
pertanian tersebut cukup banyak. Sisa bahan insektisida tersebut dapat sampai ke
air lingkungan melalui pengairan sawah, melalui hujan yang jatuh pada daerah
pertanian kemudian mengalir ke sungai atau danau disekitarnya. Seperti halnya
pada pencemaran udara, semua jenis bahan insektisida bersifat racun apabila
sampai ke dalam air lingkungan.
Bahan insektisida dalam air sulit untuk dipecah oleh mikroorganisme,
kalaupun biasanya hal itu akan berlangsung dalam waktu yang lama. Waktu
degradasi oleh mikroorganisme berselang antara beberapa minggu sampai dan
beberapa tahun. Bahkan insektisida sering kali dicampur dengan senyawa minyak
bumi, sehingga air yang terkena bahan buangan pemberantasan hama ini
permukaannya akan tertutup lapisan minyak.
h. Zat Warna Kimia
Zat warna dipakai hamper pada semua industry. Tanpa memakai zat warn,
hasil atau produk industry tidak menarik. Oleh karena itu, hampir semua produk
memanfaatkannyaa agar produksi itu dapat dipasarkan dengan mudah. Pada
20
dasarnya semua zat warna adalah racun bagi tubuh manusia. Oleh karena itu
pencemaran zat warna air lingkungan perlu mendapat perhatian sungguh-sungguh
agar tidak sampai masuk ke dalam tubuh manusia melalui air minum. Ada zat
warna tertentu yang relative aman bagi manusia, yaitu zat warna yang digunakan
pada industry bahan makanan dan minuman, industry farmasi/obat-obatan.
Zat warna tersusun dari chromogen dan auxochrome. Chromogen merupakan
senyawa oromatik yang berisi chromopore, yaitu zat pemberi warna yang berasal
dari radikal kimia, missal kelompok nitroso (-NO), kelompok azo (-N=N-),
kelompok etilen (>C=C<), dan lain-lain. Macam-macam warna dapat diperoleh
dari penggabungan radikal kimia tersebut diatas dengan senyawa lain. Adapun
auxochrome adalah radikal yang memudahkan terjadinya pelarut, sehingga zat
warna dapat mudah meresap dengan baik ke dalam bahan yang akan diberi warna.
Contoh auxchrome adalah –COOH atau –SO3H atau kelompok pembentuk garam
–NH2 atau –OH.
Zat warna dapat pula diperoleh dari senyawa anorganik dan mineral alam
yang disebut dengan oigmen. Ada pula bahan tambahan yang digunakan sesuai
dengan fungsinya, misalnya bahan pembentukan lapisan film (misal, bahan vernis,
emulsi lateks), bahan pengenceran (misal, terpentin, naftalen), bahan pengering
(missal, Co, Mn, naftalen), bahan anti-mengelupas (missal, polihidroksi fenol),
dan bahan pembentuk elastic (missal, minyak).
Berdasarkan bahan susunan zat warna dan bahan-bahan yang ditambahkan,
dapat dimengerti bahwa hamper semua zat warna kimia adalah racun. Apabila
masuk ke dalam tubuh manusia dapat bersifat cocarcinogenik, yaitu merangsang
tumbuhnya kanker. Oleh sebab itu, pembuangan zat kimia ke air lingkungan
21
sangatlah berbahaya. Selain sifatnya racun, zat warna kimia juga akan
memengaruhi kandungan oksigen dalam air memengaruhi Ph air lingkungan, yang
menjadikan ganguan bagi mikroorganisme dan hewan air.
i. Zat Radioaktif
Tidak tertutup kemungkinan adanya pembuangan sisa zat radioaktif ke air
lingkungan secara langsung. Ini dimungkinkan karena aplikasi teknologi nuklir
yang menggunakan zat radioaktif pada berbagai bidang sudah banyak
dikembangkan, sebagai contoh adalah aplikasi teknologi nuklir pada bidang
pertanian, kedokteran, farmasi, dan lain-lain. Adanya zat radioaktif dalam air
lingkungan jelas sangat membahayakan bagi lingkungan dan manusia. Zat
radioaktif dapat menimbulkan keruskan biologi baik melalui efek langsung atau
efek tertunda.
7. Bahan pencemar air sungai
a. Sumber pencemar
Sumber pencemar dapat dibedakan menjadi sumber domestik (rumah tangga)
yaitu dari perkampungan, kota, pasar, jalan, terminal, rumah sakit, dan
sebagainya, serta sumber nondomestic, yaitu dari pabrik, industry, pertanian,
peternakan, perikanan, transportasi, dan sumber-sumber lainnya. Sedangkan
bentuk pencemar dapat dibagi menjadi bentuk cair. Bentuk padat dan bentuk gas
serta kebisingan.
b. Domestik
Limbah domestik adalah semua buangan yang berasal dari kamar mandi,
kakus, dapur, tempat cuci pakaian, cuci peralatan rumah tangga, apotik, rumah
sakit, rumah makan, dan sebagainya yang secara kuantitatif limbah tadi terdiri atas
22
zat organik baik berupa padat atau cair, bahan berbahaya, dan beracun (B3),
garam terlarut, lemah dan bakteri terutama golongan fekal coli, jasad patogen dan
parasit.
c. Nondomestik
Limbah nondomestik sangat bervariasi, terlebih-lebih untuk limbah industri.
Limbah pertanian biasanya terdiri atas bahan padat bekas tanaman yang bersifat
organis, bahan pemberantas hama dan penyakit (pestisida), bahan pupuk yang
mengandung nitrogen, fosfor, sulfur, mineral (K, Ca), dan sebagainnya. Air
buangan dari PLTU yang sangat panas dapat merusak ekosistem dalam air.
Limbah perikanan dan peternakan pada umumnya berupa hasil samping system
pengelolaan diperikanan dan peternakan tersebut dan dari ternaknya sendiri.
Penyebaran pabrik-pabrik yang diperkirakan menghasilkan limbah B3 (Bahan
Berbahaya Dan Beracun) (Sastrawijaya, 2009 dalam Rinawati 2019).
8. Indikator Pencemar Air Sungai
Ada beberapa parameter yang mempengaruhi air sungai berdasarkan
Peraturan Pemerintah No. 82 2001 Tentang Pengelolaan Kualitas Air dan
Pengendalian Pencemaran Air, sebagaimana tercantum dalam Lampiran Peraturan
Pemerintahan tersebut antara lain parameter fisika, kimia dan mikrobiologi.
(Tabel untuk masing-masing parameter dapat dilihat di Lampiran).
Indikator atau tanda bahwa air lingkungan telah tercemar adalah adanya
perubahan atau tanda yang dapat diamati yang dapat digolongkan menjadi:
23
a. Pengamatan secara fisik, yaitu pengamatan pencemaran air berdasarkan tingkat
kejernihan air (kekeruhan), perubahan suhu, warna dan adanya perubahan
warna dan bau.
b. Pengamatan secara kimia, yaitu pengamatan pencemaran air berdasarkan zat
kimia yang terlarut dan perubahan pH.
c. Pengamatan secara biologis, yaitu pengamatan pencemaran air berdasarkan
mikroorganisme yang ada dalam air, terutama ada tidaknya bakteri pathogen.
Indikator yang umum pada pemeriksaan pencemaran air sungai terbagi
menjadi dua jenis, yaitu parameter kimia dan parameter fisika, tetapi dalam
penelitian ini peneliti akan meneliti parameter mikrobiologi.
1) Sifat Fisik Air
Air sebagai zat, air tidak berbau, tak berwarna tanpa rasa, air merupakan
senyawa yang sangat mantap, pelarut yang mengagumkan serta sumber kimia
yang sangat kuat (Kienholz et al, 2000). Air memuai bila membeku menjadi zat
padat, dalam suatu kegiatan seringkali suatu proses disertai dengan timbulnya
panas reaksi atau panas dari gerakan mesin dan zat kimia terlarut, semakin tinggi
kenaikan suhu air semakin sedikit oksigen yang terlarut didalamnya
(Martin,2000).
Bau yang berasal dari dalam air dapat langsung berasal dari bahan-bahan
buangan atau air limbah dari kegiatan industri atau dapat pula berasal dari hasil
degradasi bahan buangan oleh mikroba yang hidup di dalam air (Diaz, 2008).
Mikroba di dalam air akan mengubah bahan buangan organik terutama gugus
protein secara degradasi menjadi bahan yang mudah menguap dan berbau
(Hendrickey et al, 2005). Menurut Rao dan Mamata (2004), air normal yang dapat
24
digunakan untuk kehidupan umumnya tidak berbau, tidak berwarna dan berasa,
selanjutnya di katakana adanya rasa pada air pada umumnya di ikuti dengan
perubahan pH air.
Pembentukan koloidal terjadi karena bahan buangan padat yang berbentuk
halus (butiran kecil), sebagian ada yang larut dan sebagian lagi tidak dapat larut
dan tidak dapat mengendap, koloidal ini melayang di dalam air sehingga air
menjadi keruh (Fairchild et al, 2000). Menurut Koesoebiono (1999) kekeruhan
akan menghalangi penetrasi sinar matahari kedalam air akibatnya fotosintesis
tanaman didalam air tidak dapat berlangsung dan akan mengganggu
kehidupanhewanair. Padatan tersuspensi total keberadaannya dipengaruhi oleh
jumlah dan jenis limbah yang rnasuk ke dalam suatu perairan (Rao dan Mamata,
2004). Selanjutnya dikatakan bahwa bahan buangan padat berbentuk kasar
(butiran besar) dan berat serta tidak larut dalam air maka bahan tersebut akan
mengendap di dasar sungai.
2) Sifat Kimia Air
Sebuah molekul air terdiri atas satu atom oksigen yang berikatan kovalen
dengan dua atom hidrogen, gabungan dua atom hidrogen dengan satu atom
oksigen yang membentuk air (H2O) ini merupakan molekul yang sangat kokoh
dan untuk menguraikan air diperlukan jumlah energy yang besar, jumlah yang
sama juga di lepaskan dalam pembentuknya (Rukaesih,2004).
Salinitas merupakan gambaran jumlah kelarutan garam dan kosentrasi ion-ion
dalam air, salinitas juga berpengaruh terhadap derajat kelarutan senyawa-senyawa
tertentu (Pusstan, 2003). Organisme perairan harus mengeluarkan energi yang
besar untuk menyesuaikan diri dengan salinitas yang jauh di bawah atau di atas
25
normal bagi kehidupan hewan (Suriani, 2000). Secara langsung organisme
perairan membutuhkan kondisi air dengan tingkat kemasaman tertentu (Rukaesih,
2004). Air dengan pH yang terlalu tinggi atau terlampau rendah dapat mematikan
organisme, demikian pula halnya dengan perubahanya, umumnya organisme
perairan dapat hidup pada kisaran pH antara 6,7 dan 8,5. Penambahan suatu
senyawa ke perairan kendalanya telah menyebabkan perubahan pH menjadi lebih
kecil dari 6,7 atau lebih besar dari 8,5 (Kusnoputranto,1997). Konsentrasi oksigen
terlarut DO (disolved oksigen) merupakan parameter penting yang harus diukur
untuk mengetahui kualitas perairan. Organisme perairan tidak selalu nyaman
hidup pada air dengan kandungan oksigen tinggi. Air dengan oksigen terlalu
tinggi 200% jenuh berakibat dapat membahayakan organisme (Touray, 2008).
Tingkat kejenuhan tersebut ditentukan oleh suhu air dari salinitas air, makin tinggi
suhu air maka kapasitas kejenuhan oksigen makin besar (Duncan dan
Sandy,1994), sebaliknya makin tinggi salinitas kapasitas kejenuhan oksigen di air
semakin menurun (Saeni,1989).
BOD menunjukkan jumlah oksigen terlarut yang dibutuhkan mikroorganisme
hidup untuk memecah atau mengoksidasi bahan-bahan organik buangan dalam air
(Darmono, 2001). Di dalam air terdapat banyak senyawa organik (asam lemak,
cellulosa, asam organik, lemak dan protein) dan organik terlarut (logam berat,
amoniak, nitrit) serta mikroorganisme yang berpotensi mengkonsumsi oksigen
(Sugiharto, 1987). Semakin besar BOD menunjukkan bahwa derajat pengotoran
air limbah semakin besar (Jaya dkk,1994).
Kebutuhan oksigen kimiawi COD (Chemical Oxygen Demand) adalah
jumlah oksigen yang dibutuhkanuntuk mengoksidasi bahan-bahan organik
26
didalam air secara kimiawi (Proowse, 1996). Nilai COD merupakan ukuran dan
pencemaran air oleh bahan-bahan organik yang secara alamiah dapat dioksidasi
melalui proses kimia dan mikro biologis dan mengakibatkan berkurangnya
oksigen telarut dalam air. Uji COD biasanya menghasilkan nilai kebutuhan
oksigen yang lebih tinggi dari uji BOD karena bahan-bahan yang stabil terhadap