22 BAB II TINJAUAN TEORITIS TENTANG SISTEM KOORDINASI, BAITUL MAAL WA TAMWIL (BMT) DAN PELAYANAN KEPADA NASABAH A. Koordinasi 1. Pengertian Koordinasi Diantara sistem manajemen yang mengatur sumberdaya manusia untuk melaksanakan kegiatan manajemen adalah sistem koordinasi manajemen. Koordinasi didefinisikan sebagai proses kegiatan manajer yang mengusahakan agar pekerjaan-pekerjaan terarah, dikelompokkan dan Terstruktur dengan baik dan benar sesuai dengan job dan sumber daya manusia serta sumber daya lainnya yang menjadi perangkat koordinasi guna mencapai hasil, sasaran dan tujuan yang telah ditentukan. Koordinasi berasal dari bahasa inggris coordination bersumber dari perkataan latin coordination yang berarti kombinasi atau interaksi yang harmonis (harmonious combination on interaction). (Onong Uchyana, 1993: 18). Menurut Moekijat bahwa koordinasi adalah penyelarasan secara teratur atau penyusunan kembali kegiatan-kegiatan dari individu-individu untuk mencapai tujuan bersama. (Moekijat, 1994; 2) Hasibuan (2001: 85), bahwa koordinasi adalah Kegiatan mengarahkan, mengintegrasikan, dan mengkoordinasikan unsur-unsur 6M dan pekerjaan-pekerjaan para bawahan dalam mencapai tujuan organisasi.
33
Embed
BAB II TINJAUAN TEORITIS TENTANG SISTEM KOORDINASI, …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/16/jtptiain-gdl-s1...Diantara sistem manajemen yang mengatur sumberdaya manusia untuk
This document is posted to help you gain knowledge. Please leave a comment to let me know what you think about it! Share it to your friends and learn new things together.
Transcript
22
BAB II
TINJAUAN TEORITIS TENTANG SISTEM KOORDINASI,
BAITUL MAAL WA TAMWIL (BMT) DAN PELAYANAN KEPADA
NASABAH
A. Koordinasi
1. Pengertian Koordinasi
Diantara sistem manajemen yang mengatur sumberdaya manusia
untuk melaksanakan kegiatan manajemen adalah sistem koordinasi
manajemen. Koordinasi didefinisikan sebagai proses kegiatan manajer
yang mengusahakan agar pekerjaan-pekerjaan terarah, dikelompokkan dan
Terstruktur dengan baik dan benar sesuai dengan job dan sumber daya
manusia serta sumber daya lainnya yang menjadi perangkat koordinasi
guna mencapai hasil, sasaran dan tujuan yang telah ditentukan.
Koordinasi berasal dari bahasa inggris coordination bersumber dari
perkataan latin coordination yang berarti kombinasi atau interaksi yang
harmonis (harmonious combination on interaction). (Onong Uchyana,
1993: 18).
Menurut Moekijat bahwa koordinasi adalah penyelarasan secara
teratur atau penyusunan kembali kegiatan-kegiatan dari individu-individu
untuk mencapai tujuan bersama. (Moekijat, 1994; 2)
Hasibuan (2001: 85), bahwa koordinasi adalah Kegiatan
mengarahkan, mengintegrasikan, dan mengkoordinasikan unsur-unsur 6M
dan pekerjaan-pekerjaan para bawahan dalam mencapai tujuan organisasi.
3. Melakukan kunjungan untuk melihat secara langsung serta untuk
memberikan secara langsung petunjuk sesuai dengan pedoman yang
telah digariskan.
4. Memelihara hubungan dalam berbagai bentuk demi meningkatkan
keserasian kerja.
Adanya fungsi koordinasi dianggap sebagai fungsi yang tidak
terpisah dari fungsi-fungsi manajemen lainnya seperti fungsi perencanaan,
pengorganisasian sasaran dan pengendalian.
Sedangkan menurut Tripathi dan Reddy (dalam Moekijat 1994:
129-134), mengatakan ada delapan teknik yang penting untuk mencapai
koordinasi yang efektif.
33
a. Hierarki
Alat yang paling sederhana untuk mencapai koordinasi adalah
hierarki atau landasan komando, dengan menampakkan unit-unit yang
saling bergantung dibawah seorang atasan dapat dijamin adanya
koordinasi diantara kegiatan-kegiatannya. Para ahli klasik sangat
mengandalkan alat ini.
b. Peraturan, prosedur dan kebijaksanaan
Rincian peraturan, prosedur dan kebijaksanaan merupakan alat
yang sudah umum untuk mengkoordinasikan sub-sub unit dalam
pelaksanaan kegiatan-kegiatannya yang sifatnya rutin. Peraturan,
prosedur dan kebijaksanaan standar ditentukan untuk mencakup semua
situasi yang mungkin. Akan Tetapi seperti halnya yang ditunjukkan
oleh beberapa kritik alat ini merupakan suatu "lingkaran setan'' di
dalam akibat gangguan fungsi alat ini menimbulkan kepercayaan yang
lebih kuat kepadanya. Artinya uraian peraturan-peraturan, prosedur-
prosedur merupakan lebih banyak peraturan dan prosedur untuk
memeliharanya.
c. Perencanaan
Perencanaan merupakan suatu cara untuk mengetahui lebih dini
keadaan-keadaan yang saling bergantung dan dengan demikian dapat
mencegah atau mengurangi kesulitan-kesulitan koordinasi. Sampai
suatu tingkat sehingga kemungkinan-kemungkinan timbul tidak
diketahui secara dini dalam rencana, koordinasi memerlukan
34
komunikasi untuk memberikan komunikasi untuk memberikan
peringatan penyimpangan dari kondisi yang direncanakan atau
diramalkan.
d. Panitia
Pengikutsertaan panitia atau pengambilan keputusan kelompok
merupakan alat koordinasi yang sudah umum. Alat ini sangat
mengurangi struktur hierarki meningkatkan komunikasi dan
pemahaman ide-ide yang efektif mendorong penerimaan dan tanggung
jawab atas kebijaksanaan dan membuat pelaksanaan menjadi lebih
efektif.
e. Ide
Membantu perkembangan saling percaya dan kerja sama juga
merupakan suatu mekanisme pengkoordinasian. Menurut Gullck
(dalam Meokijat 1994: 132) mengatakan pemimpin sebaiknya muncul
dalam pikiran mereka yang berhubungan dengan tiap kegiatan
keinginan dan kemauan bekerja sama untuk suatu tujuan. Tidak hanya
mencakup kecakapan atau kemampuan yang berhubungan dengan
pengertian, tetapi juga berhubungan dengan emosi.
f. Indoktrinasi insentif
Mengindoktrinasi anggota-anggota dengan sasaran-sasaran dan
tugas-tugas organisasi, suatu alat yang biasanya digunakan dalam
organisasi-organisasi keagamaan dan militer, masih merupakan suatu
alat pengkoordinasian lainnya.
35
g. Insentif
Memberikan insentif kepada unit-unit yang saling bergabung
untuk bekerja sama, seperti rencana pembagian laba merupakan suatu
mekanisme atau alat yang lain. Anjuran Ardent mengenai pembagian
laba menyatakan bahwa hal ini meningkatkan semangat kelompok
yang lebih baik diantara pegawai-pegawai dan pekerja-pekerja,
diantara para atasan dan orang-orang bawahan.
h. Bagian penghubung
Dalam beberapa kegiatan dimana terdapat hubungan yang
banyak sekali diantara dua bagian, bagian penghubung berkembang
mengenai transaksi-transaksi. Hal ini terjadi khususnya antara bagian
penjualan dan bagian produksi.
B. Baittul Mal wa Tamwil (BMT)
1. Pengertian Baitul Mal wa Tamwil (BMT)
BMT merupakan kependekan dari Baitul Maal wa Tamwil atau
dapat ditulis dengan baitul maal wa baitul tamwil. Secara harfiyah /
lughowi baitul maal berarti rumah dana dan baitul tamwil berarti rumah
usaha. Baitul mal dikembangkan berdasarkan sejarah perkembangannya,
yakni dari masa nabi sampai abad pertengahan perkembangan Islam
dimana baitul maal berfungsi untuk mengumpulkan sekaligus
mentasyarufkan dana sosial. Sedangkan baitul tamwil merupakan lembaga
bisnis yang bermotif laba.
36
Dari pengertian tersebut dapat ditarik suatu pengertian yang
menyeluruh bahwa BMT merupakan organisasi bisnis yang juga berperan
sosial. Peran sosial BMT akan terlihat pada definisi baitul maal,
sedangkan peran bisnis BMT terlihat dari baitul tamwil. Sebagai lembaga
sosial baitul maal memiliki kesamaan fungsi dan peran dengan lembaga
amil zakat (LAZ), oleh karenanya, baitul maal ini harus didorong agar
mampu berperan secara profesional menjadi LAZ yang mapan. Fungsi
tersebut paling tidak meliputi upaya pengumpulan dana zakat, infaq,
shadaqah, wakaf, dan sumber dana-dana yang lain.
Sebagai lembaga bisnis, BMT lebih mengembangkan usahanya
pada sektor keuangan, yakni simpan pinjam. Usaha ini seperti usaha
perbankan yakni menghimpun dana anggota dan calon anggota (nasabah)
serta menyalurkannya kepada sektor ekonomi yang halal dan
menguntungkan. Namun demikian, terbuka luas bagi BMT untuk
mengembangkan lahan bisnisnya pada sektor riil maupun sektor keuangan
yang dilarang dan dilakukan oleh lembaga keuangan bank. (Muhammad
Ridwan, 2004 :126)
Baitul Maal wa Tamwil adalah balai usaha mandiri terpadu yang
isinya berintikan Baitul Maal wa Tamwil dengan kegiatan
mengembangkan usaha-usaha produktif dan investasi dalam meningkatkan
kualitas kegiatan ekonomi pengusaha kecil ke bawah dengan mendorong
kegiatan menabung dan menunjang pembiayaan kegiatan ekonominya.
Selain itu Baitul Maal wa Tamwil juga bisa menerima titipan zakat, infaq
37
dan sodaqoh serta menyalurkan sesuai dengan peraturan amanatnya (A.
Djazuli, 2002:183)
Berdasar pengertian di atas dapat dipahami bahwa pola
pengembangan lembaga ini diadopsi dari Baitul Maal yang pernah dan
sempat tumbuh dan berkembang pada masa Nabi SAW., dan Khulafaur
Rasyidin. Oleh karena itu keberadaan BMT selain bisa dianggap sebagai
media penyaluran zakat, infaq dan sodaqoh juga bisa dianggap sebagai
institusi yang bergerak dibidang investasi yang bersifat produktif seperti
layaknya bank.
2. Landasan Normatif Tentang Baitul Maal Wa Tamwil (BMT)
Al-Qur’an
Al-Qur’an tidak menyebutkan lembaga keuangan secara eksplisit.
Namun penekanan konsep organisasi sebagaimana keuangan telah terdapat
dalam al-Qur’an. Konsep dasar kerjasama muamalah dengan berbagai
cabang kegiatannya mendapat perhatian yang cukup banyak dalam al-
Qur’an.
Khusus tentang urusan ekonomi, al-Qur'an memberikan aturan-
aturan dasar supaya transaksi ekonomi tidak sampai melanggar norma /
etika (riba), dengan demikian BMT suatu lembaga ekonomi Islam yang
berupaya memberdayakan perekonomian dan menghindari dari rentenir
yang menerapkan bunga yang tinggi.
Firman Allah dalam surat al-Baqarah: 275.
) 275: البقرة ... (وأحل الله البيع وحرم الربا
38
Allah menghalalkan jual beli dan mengharamkan riba … (QS. al-Baqarah: 275) (Depag RI, 1978: 69) Firman Allah dalam surat Ali Imron: 130 secara eksplisit
menyatakan tentang haramnya riba.
) يا أيها الذين آمنوا ال تأكلوا الربا أضعافا مضاعفة واتقوا الله لعلكم تفلحون )130: عمرانآل(
Hai orang-orang yang beriman janganlah kamu memakan riba dengan berlipat ganda dan bertaqwalah kamu kepada Allah supaya kamu mendapat keberuntungan (QS. Ali Imron: 130) (Depag RI, 1978: 79) Lebih jauh dari itu, transaksi ekonomi dan keuangan lebih
berorientasi pada keadilan dan kemakmuran umat. Organisasi keuangan
(BMT) dikenal dengan istilah amil. Badan ini tidak saja berfungsi untuk
urusan zakat semata, tetapi memiliki peran yang lebih luas dalam
peningkatan ekonomi dengan menunjukan mekanisme distribusi yang
merata dan adil. (Muhammad Ridwan. 2004. 54)
Menurut Islam adil adalah norma yang paling utama dalam seluruh
praktek perekonomian. Hal ini dapat ditangkap dalam al-Qur'an yang
menjadikan adil sebagai tujuan agama samawi, karena Allah meyukai
terhadap orang-orang yang bersifat adil. (Yusuf Qordhawi, 1997. 182).
Firman Allah
ومن أظلم ممن افترى على الله كذبا أولئك يعرضون على ربهم ويقول لى الظالمنية الله عنأال لع همبلى روا عكذب الء الذينؤه اده18:هود(الأش(
Dan siapakah yang lebih zalim dari pada orang yang membuat-buat dusta terhadap Allah, mereka itu akan dihadapkan kepada Tuhan mereka dan para saksi akan berkata. Orang inilah yang telah berdusta terhadap tuhan
39
mereka ingatlah kutukan Allah (ditimpakan) atas orang-orang yang zalim (QS. Huud: 18) (Depag RI, 1978: 329)
Al-Hadist
Lembaga baitul maal merupakan lembaga bisnis dan sosial yang
pertama dibangun oleh nabi. Lembaga ini berfungsi sebagai tempat
penyimpanan. Apa yang dilaksanakan rasul itu merupakan proses
penerimaan pendapatan dan pembelanjaan secara transparan dan bertujuan
seperti yang disebut sekarang sebagai welfare oriented. (Muhammad
Ridhwan, 2004: 56)
Tujuan baitul maal secara transparan dalam melaksanakan akadnya
ini akan jauh dari unsur riba, di dalam al-Qur’an term riba dapat dipahami
dalam delapan macam arti yaitu pertumbuhan, peningkatan, bertambah,
meningkat, menjadi besar, dan besar. (Abdullah Saeed, 2004: 34).
BMT dalam operasionalnya menggunakan BMT menggunakan
akad wadiah (titipan), akad syirkah, dan akad mudharabah (al-Qirad) yang
berlandaskan pada hadist nabi:
لى اللهول الله صسأبيه قال قال ر نب عيهن صالح بص نع داون دن بمحد الربع نعالبر بالشعري للبيت لا عليه وسلم ثلاث فيهن البركة البيع إلى أجل والمقارضة وأخلاط
للبيع
Dari Abdurrahman bin Daud, dari Sholeh bin Suhaib dari bapaknya ra. Bahwa Rasulallah SAW bersabda: tiga perkara di dalamnya terdapat keberkahan (1) menjual pembayaran secara kredit (2) muqaradah (nama lain dari mudharabah) (3) mencampur dengan tepung untuk keperluan rumah dan bukan untuk di jual (HR, Ibnu Majah) (Ibnu Majah: 1995: 720)
40
3. Karakteristik Baitul Maal wa Tamwil (BMT)
Baitul Maal wa Tamwil (BMT) menggabungkan dua kegiatan yang
sifatnya berbeda yaitu laba dan nirlaba dalam satu lembaga. Namun,
secara operasionalnya BMT tetap merupakan entitas (badan) yang
terpisah. Dalam perkembangannya, selama bergerak dibidang keuangan
BMT juga bergerak di sektor riil. Sehingga ada tiga jenis aktifitas yang
dilakukan BMT yaitu jasa keuangan sosial atau pengelolaan zakat infaq
dan shadaqah serta sektor riil. Mengingat masing-masing mempunyai ke
hasan sendiri, setip aktifitas merupakan badan yang terpisah, artinya
pengelola dana ZIS, jasa keuangan dan sektor rill tidak bercampur satu
sama lain. Penilaian kinerjanya pun selalu dipisahkan sebelum menilai
kerja BMT secara keseluruhan. Selain itu yang mendasar adalah bahwa
seluruh aktifitas BMT harus dijalankan prinsip muamalah (ekonomi)
dalam Islam (Hartanto Widodo, 1999: 81-82)
Karakteristik usaha BMT Menurut Hartanto Widodo (1999: 82-
84), adalah sebagai berikut:
1. Jasa Keuangan
Kegiatan jasa keuangan dikembangkan oleh BMT berupa
penghimpunan dana dan menyalurkannya melalui pembiayaan dari
anggota dan untuk anggota atau non anggota. Kegiatan ini dapat
disamakan secara operasional dengan kegiatan simpanan pinjam dalam
koperasi atau kegiatan perbankan secara umum. Namun demikian
karena merupakan lembaga keuangan Islam, BMT dapat disamakan
41
dengan sistem perbankan lembaga keuangan yang mendasarkan
kegiatannya dengan syariat Islam. Hal ini juga terlihat dari produk-
produk jasanya yang kurang lebih sama dengan yang ada dalam
perbankan Islam.
Sesuai dengan peraturan perundang-undang koperasi, untuk
jenis kegiatan simpanan pinjam, aktifitasnya tidak boleh bercampur
dengan aktifitas lain yang dilakukan oleh koperasi.
2. Sektor Riil
Pada dasarnya kegiatan sektor rill yang merupakan bentuk
penyaluran dana BMT. Namun, berbeda dengan kegiatan jasa
keuangan yang penyalurannya berjangka waktu tertentu, penyaluran
dana pada sektor riil bersifat permanen atau jangka panjang dan
terdapat unsur kepemilikan didalamnya. Penyaluran dana ini
selanjutnya disebut investasi atau pernyataan. Investasi yang dilakukan
BMT dapat dengan mendirikan usaha baru dengan masukan ke usaha
yang sudah ada dengan cara membeli saham.
3. Sosial (zakat infaq dan shadaqah)
Kegiatan pada sektor ini adalah pengelolaan zakat, infaq dan
sodaqoh baik yang berasal dari dompet dhuafa, atau yang dihimpun
sendiri oleh BMT. Sektor ini merupakan salah satu kekuatan BMT
karena juga berperan dalam pembinaan agama Islam bagi para nasabah
dalam bentuk sektor jasa keuangan BMT. Dengan demikian
pemberdayaan yang dilakukan BMT tidak terbatas pada sisi ekonomi,
42
tetapi juga dalam hal agama. Diharapkan para nasabah BMT tersebut
akan turut memperkuat sektor sosial BMT ini dengan menyalurkan
ZIS-nya kepada BMT.
Selain berfungsi sebagai lembaga keuangan BMT juga
berfungsi sebagai lembaga ekonomi. Sebagai lembaga ekonomi
keuangan BMT bertugas menghimpun dana dari masyarakat (anggota
BMT) dan menyalurkan dan kepada masyarakat (anggota BMT).
Sebagai lembaga ekonomi seperti perdagangan dan industri. Atas
landasan tersebut, maka menurut (Djazuli, 2002: 184) Baitul Mal wa
Tamwil memiliki ciri-ciri sebagai berikut:
1. Berorientasi bisnis, mencari laba bersama, meningkatkan
pemanfaatan ekonomi paling banyak untuk anggota dan
lingkungannya.
2. Bukan lembaga sosial tetapi dapat dimamfaatkan untuk
mengefektifkan penggunaan zakat infaq dan shadaqah bagi
kesejahteraan orang banyak.
3. Di tumbukan dari bawah berlandaskan peran serta masyarakat
disekitarnya.
4. Milik bersama masyarakat kecil bawah dan kecil dari lingkungan
BMT itu sendiri milik orang seorang dari luar masyarakat.
Menurut Muhammad (2000: 114), mengatakan bahwa BMT
memiliki ciri-ciri sebagai berikut:
1. Modal awal lebih kurang Rp 5 s/d 10 Juta.
43
2. Memberikan pembiayaan kepada anggota relatif lebih kecil
tergantung perkembangan besarnya modal.
3. Menerima titipan zakat, infaq dan sodaqoh.
4. Calon pengelolaan atau manajer dipilih yang berakidah, komitmen
tinggi pada pengembangan ekonomi umat, amanah dan jujur, jika
mungkin lulusan D3, S1.
5. Dalam operasi menggiatkan dan menjemput berbagai jenis
simpanan mudharabah, demikian pula terhadap nasabah
pembiayaan. Tidak hanya menunggu.
6. Manajemennya profesional dan Islami.
4. Badan Hukum Baitul Maal wa Tamwil (BMT)
BMT dapat didirikan dalam bentuk KSM Kelompok Swadaya
Masyarakat atau koperasi. Sebelum menjalankan usaha, kelompok
swadaya masyarakat mesti mendapatkan sertifikat operasi dari PINBUK
(Pusat Inkubas Bisnis Usaha Kecil) sementara PINBUK itu sendiri mesti
mendapat pengakuan dari Bank Indonesia (BI) Sebagai Lembaga
Pengembangan Swadaya Masyarakat (LPSM) yang mendukung problem
proyek hubungan bank dengan kelompok swadaya masyarakat yang
dikelola oleh Bank Indonesia (PHBK-BI). Selain dengan badan kelompok
swadaya masyarakat, BMT juga bisa didirikan dengan menggunakan
badan hukum koperasi, baik koperasi serba usaha di perkotaan, koperasi
unit desa di pedesaan maupun koperasi pondok pesantren (Kopontren) di
lingkungan pesantren.
44
Berkenaan dengan Koperasi Unit Desa (KUD) dapat mendirikan
BMT telah diatur dalam petunjuk Menteri Koperasi dan PPK tanggal 20
maret 1995 yang menetapkan bahwa apabila di suatu wilayah dimana telah
ada KUD dan KUD tersebut telah berjalan baik dan organisasinya telah
teratur dengan baik, maka BMT bisa menjadi unit usaha otonom (U2O)
atau tempat pelayanan koperasi (PPK) dari KUD yang bersangkutan dapat
dioperasikan sebagai BMT. Apabila di wilayah yang bersangkutan belum
ada KUD, maka dapat didirikan KUD BMT.
Penggunaan badan hukum KSM dan koperasi untuk BMT itu
disebabkan karena BMT tidak termasuk kepada lembaga keuangan formal
yang dijelaskan dalam UU Nomor 7 tahun 1992 dan UU Nomor 10 Tahun
1998 tentang perbankan, yang dapat dioperasikan untuk menghimpun dan
menyalurkan dana masyarakat. Menurut undang-undang, pihak yang
menghimpun dan menyalurkan dana masyarakat adalah Bank Umum dan
Bank Perkreditan Rakyat, baik dioperasikan dengan cara konvensional
maupun dengan prinsip bagi hasil. Namun demikian, kalau BMT dengan
badan hukum KSM atau Koperasi itu telah berkembang dan telah
memenuhi syarat-syarat BPR, maka pihak manajemen dapat mengusulkan
diri ke pemerintah agar BMT itu dijadikan sebagai BPRS (Bank
Perkreditan Rakyat Syari’ah) dengan badan hukum koperasi dan perseroan
terbatas. (A. Djazuli, 2002: 186).
45
5. Struktur Organisasi Baitul Maal wa Tamwil (BMT)
Menurut A. Djazuli (2001:192) bahwa struktur BMT yang paling
sederhana harus terdiri dari badan sendiri, badan pengawas, anggota BMT
dan badan pengelola. Badan pendiri adalah orang-orang yang mendirikan
BMT dan mempunyai hak prerogative yang seluas-luasnya dalam
menentukan arah dan kebijaksanaan organisasi BMT. Dalam kapasitas
ini, badan pendiri adalah salah satu struktur dalam organisasi BMT yang
berhak mengubah Anggaran Dasar dan bahkan sampai membubarkan
BMT itu sendiri.
Badan pengawasan adalah sebuah badan yang berwenang dalam
menetapkan kebajikan operasional BMT, yang termasuk ke dalam
kebijakan operasional adalah antara lain memilih badan pengelola,
menelaah dan memeriksa pembukuan BMT dan memberikan saran kepada
badan pengelola berkenaan dengan operasional BMT. Pihak-pihak yang
masuk ke dalam badan pengawasan ini adalah anggota badan pendiri,
peserta modal awal yang memiliki pernyataan tetap dan anggota BMT
yang di angkat dan ditetapkan badan pendiri atau usulan badan
pengawasan (A. Djazuli 2001: 192-193).
Anggota BMT adalah orang yang secara resmi mendaftarkan diri
sebagai anggota BMT dan dinyatakan diterima oleh badan pengelola yang
diperoleh BMT. Anggota juga memiliki hak untuk memilih dan dipilih
sebagai anggota badan pengawas. Mereka yang berhak menjadi anggota
BMT adalah yang berdomisili di wilayah kerja BMT itu sendiri.
46
Badan pengelola adalah sebuah badan yang mengelola organisasi
dan perusahan BMT serta dipilih dari dan oleh anggota pengawas (badan
pendiri dan perwakilan anggota). Sebagai pengelola organisasi dan
perusahaan BMT, badan pengelola ini biasanya memiliki struktur
organisasi sendiri (A. Djazuli 2001: 193).
Menurut M. Syafe’i Antonio (2001: 30) mengatakan bank
syari’ah dapat memiliki struktur organisasi yang sama dengan bank
konvensional, misalnya dalam hal komisaris dan direksi, tetapi unsur yang
amat membedakan antara bank syari’ah dan bank konvensional adalah
keharusan adanya dewan pengawasan syari’ah yang bertugas mengawasi
operasional bank dan produk-produknya agar sesuai dengan garis syari’ah.
Dewan pengawas syari’ah biasanya diletakkan pada posisi
setingkat dewan komisaris pada setiap bank hal ini untuk menjamin
efektifitas dari setiap opini yang diberikan oleh dewan pengawas syari’ah
dilakukan oleh rapat umum pemegang saham, setelah para anggota dewan
pengawas syari’ah itu mendapat rekomendasi dari dewan syari’ah
Nasional (M. Syafe’i Antonio, 2001: 30-31).
6. Jenis Usaha Baitul Maal wa Tamwil (BMT)
Jenis-jenis usaha Baitul Maal wa Tamwil sebenarnya
dimodifikasi dari produk perbankan Islam. Oleh karena itu, jenis usaha
BMT dapat dibagi kepada dua bagian utama yaitu mobilisasi simpanan
dari anggota dan usaha pembiayaan. Sedangkan jenis usaha BMT lebih
47
diarahkan pada pembiayaan usaha mikro, kecil dan bawah. Diantara
pembiayaan tersebut antara lain:
1. Pembiayaan Mudharabah
Mudharabah berasal dari kata adhdaharbu fil ardhi yaitu
berpergian untuk urusan dagang atau dharb, berarti memukul atau
jalan, pengertian memukul atau jalan ini lebih tepatnya adalah proses
seseorang memukulkan kakinya dalam menjalankan usaha. Secara
teknis mudharabah adalah akad kecil kerja sama dalam usaha antara
dua pihak dimana pihak lain menjadi pengelola. Dalam mudharabah,
pemilik modal tidak diberikan peran dalam manajemen perusahaan.
Konsekuensinya mudharabah merupakan perjanjian PLS dimana yang
diperoleh para pemberi pinjaman adalah suatu bagian tertentu dari
keuntungan / kerugian proyek yang telah mereka biaya. (Latif, 2001:
66).
Keuntungan usaha secara mudharabah dibagi menurut
kesepakatan yang dituangkan dalam kontrak, sedangkan apabila rugi
tergantung pemilik modal selama kerugian itu bukan akibat kelalaian
si pengelola. Seandainya kerugian tersebut diakibatkan oleh
kecurangan atau kelalaian si pengelola, maka si pengelola harus
bertanggung jawab atas kerugian tersebut. (M. Syafe’i Antonio, 2001:
95-97). Secara umum mudharabahh terbagi ke dalam dua bagian yaitu:
a. Mudharabah Muthlaqah yaitu pemilik dana (shahibul maal)
memberikan keluasan penuh kepada pengelola (mudharib) untuk
48
menggunakan dana tersebut dalam usaha yang dianggapnya baik
dan menguntungkan.
b. Mudharabah Muqayyadah yaitu pemilik dana (shahibul maal)
menentukan syarat dan pembatasan kepada pengelola (mudharib)
dalam menggunakan dana dengan jangka waktu, tempat, jenis
usaha dan sebagainya. (Zainul Arifin, 2002: 13)
2. Pembiayaan Musayarakah
Istilah lain dari musayarakah adalah syarikah atau syirkah.
Musayarakah adalah akad kerjasama antara dua pihak atau lebih untuk
suatu usaha tertentu dimana masing-masing pihak memberikan
kontribusi dana (atau amal) dengan kesepakatan bahwa keuntungan
dan resiko akan ditanggung bersama sesuai dengan kesepakatan (M.
Syafe’i Antonio, 2001: 90)
Musayarakah ada dua jenis, yaitu musayarakah pemilikan dan
musayarakah akad (kontrak). Musayarakah pemilikan tercipta karena
warisan wasiat atau kondisi lainnya yang berakibat pemilikan suatu
aset oleh dua orang atau lebih. Sedangkan musayarakah akad tercipta
dengan kesepakatan dimana dua orang atau lebih setuju bahwa tiap
orang dari mereka memberikan modal musayarakah dan berbagi
keuntungan dan kerugian. (Heri Sudarsono: 67).
Adapun teknik musyarakah yang dilakukan dalam bank Islam
adalah sebagai berikut:
49
1. Bentuk umum dari usaha bagi hasil musyarakah. Transaksi
musyarakah dilandasi adanya keinginan para pihak yang kerjasama
untuk meningkatkan nilai aset yang mereka miliki secara bersama-
sama.
2. Termasuk dalam golongan musyarakah adalah bentuk usaha yang
melibatkan dua pihak atau lebih dimana mereka bersama-sama
memadukan seluruh bentuk sumber daya yang baik yang berwujud
maupun yang tidak berwujud.
3. Secara spesifikasi terbentuk dari pihak yang bekerjasama dapat
berupa dana, barang perdagangan, kewirausahaan, kepandaian,
kepemilikan, peralatan seperti hak paten, kepercayaan reputasi dan
barang-barang lainnya yang dapat dinilai dengan uang.
4. Dengan merangkum seluruh kombinasi dan bentuk kontribusi
masing-masing pihak dengan atau tanpa batasan waktu menjadikan
produk ini sangat fleksibel.
3. Pembiayaan Murabahah
Murabahah adalah jual beli barang dengan harga asal dengan
tambahan keuntungan yang disepakati antara pihak bank dengan
nasabah. Dalam pembiayaan murabahah, penjual harus memberi tahu
harga pokok yang ia beli dan menentukan suatu tingkatan keuntungan
sebagai tambahan. (M. Syafe’i Antonio, 2001: 101)
Adapun teknik perbankan dalam menjalankan murabahah
adalah sebagai berikut:
50
a. Bank bertindak sebagai penjual sementara nasabah sebagai
pembeli. Harga jual adalah harga beli bank dari produsen
(pabrik/toko) ditambah keuntungan. Kedua pihak harus
menyepakati harga jual dan jangka waktu pembayaran.
b. Harga jual ditentukan dalam akad jual beli dan jika telah disepakati
tidak dapat berubah selama berlaku akad. Dalam perbankan,
mudharabah lazimnya dilakukan dengan cara pembayaran cicilan.
c. Dalam transaksi ini, bila sudah ada barang diserahkan segera
kepada nasabah, sedangkan pembayaran secara tangguh. (Heri
Sudarsono: 63)
4. Pembiayaan al-Ba’i Bitaman Ajil
Al-Ba’i Bitaman Ajil adalah pembelian barang dengan
pembayaran cicilan dengan harga jual merupakan harga pokok
ditambah dengan harga pokok yang disepakati atau pembiayaan yang
diberikan kepada nasabah dalam rangka pemenuhan kebutuhan barang
modal (investasi). Pembiayaan semacam ini mirip dengan kredit
investasi yang diberikan oleh bank-bank konvensional yang berjangka
satu tahun. (Karnaen Perwataatmadja, 1992: 26).
5. Pembiayaan Al-Qardhul Hasan
Al-Qardhul Hasan adalah suatu perjanjian antara bank sebagai
pemberi pinjaman dengan nasabah sebagai penerima pinjaman, baik
berupa uang maupun barang tanpa persyaratan adanya tambahan atau
biaya apapun. Peminjam (nasabah) berkewajiban mengembalikan uang
51
atau barang yang dipinjam pada waktu yang disepakati bersama
dengan jumlah yang sama dengan pokok pinjaman. (Warkum Sumitro,
2002: 101).
Usaha-usaha di atas merupakan kegiatan-kegiatan yang
berkaitan langsung dengan masalah keuangan. Selain itu kegiatan
keuangan tersebut, baitul Maal wa Tamwil (BMT) juga bisa
mengembangkan usaha di bidang sektor riil, seperti kios telepon, kios
benda pos memperkenalkan teknologi maju untuk peningkatan
produktif hasil para nasabah, mendorong tumbuhnya industri rumah
tangga atau pengelolaan hasil, mempersiapkan jaringan perdagangan
atau pemasaran masukan dan hasil produk, serta usaha lainnya yang
layak, menguntungkan dalam jangka panjang dan tidak mengganggu
jangka pendek. (A. Djazuli, 2002: 192)
Dalam operasionalnya Baitul Maal wa Tamwil sebagai suatu
sistem maka perlu metode pendekatan organisasi seperti apa yang
sesuai untuk diterapkan dalam Baitul Maal wa Tamwil. Sehingga
Baitul Maal wa Tamwil dalam perjalanannya dapat berjalan dengan
baik dan sesuai dengan tujuan berdirinya. Dengan sistem koordinasi
maka usaha-usaha yang telah disusun oleh organisasi, akan
terkoordinasi dengan terarah dengan baik.
52
C. Pelayanan Kepada Nasabah
1. Pengertian Nasabah
Nasabah adalah Orang yang berhubungan dengan atau menjadi
pelanggan bank. (Purwadarminta: 683). Atau nasabah bisa disebut
dengan obyek yang dapat memberikan keuntungan bagi bank dan
nasabah merupakan sebuah aset yang berharga dalam sebuah bank.
Dengan perkataan lain, hidup atau mati suatu bank ditentukan oleh
nasabah yang menyalurkan aktifitas keuangannya pada suatu bank.
Berdasarkan pengertian tersebut dapat dipahami bahwa nasabah
adalah orang yang menyimpan kekayaan atau uang pada suatu bank
dengan maksud agar uang tersebut aman. Nasabah merupakan orang yang
paling penting dalam suatu bank, karena tanpa nasabah, suatu bank tidak
ada artinya.
2. Kebutuhan Nasabah
Agar setiap nasabah tetap setia dan menyalurkan aktifitas
keuangannya pada bank kita harus mengetahui kebutuhan-kebutuhan apa
saja yang dibutuhkan oleh seorang nasabah, dan bagaimana supaya mereka
tetap memilih bank kita sebagai bank kepercayaannya. Suatu cara untuk
menarik calon nasabah adalah dengan melakukan pelayanan yang baik
pada setiap nasabah yang datang dan berurusan dengan bank. (Bob. 1997:
16). Pelayanan yang baik itu sangat diperlukan dalam memasarkan produk
dan jasa-jasa perbankan. Bila petugas bank bersikap baik terhadap nasabah
53
diharapkan nasabah akan datang kembali menyalurkan aktivitas
keuangannya pada bank tersebut hal ini karena kebutuhannya terpenuhi.
Adapun kebutuhan-kebutuhan nasabah adalah:
a. Faktor Keamanan Nasabah
Hampir setiap nasabah bank memiliki kepercayaan, apakah
bank tersebut dapat dipercaya oleh nasabah atau tidak, banyak faktor
yang menentukan namun setidaknya ketika seorang nasabah
menyimpan uang pada suatu bank mereka merasakan aman. Untuk itu
nasabah mencari informasi diantara banyak bank yang merupakan
bank kepercayaan, karena nasabah biasanya menyebutkan keamanan
sebagai alasan utama mereka dalam memilih suatu lembaga keuangan.
(Bob: 11). Oleh arena itu seorang nasabah selalu memperhatikan hal-
hal yang kecil seperti:
a) Besarnya aset atau kekayaan pada bank yang bersangkutan.
b) Bank yang memiliki administrasi yang baik.
c) Bank yang memberikan saran, dan informasi yang menguntungkan
pada nasabah.
d) Bang yang selalu menempati janjinya.
b. Adanya ketenangan
Nasabah bank biasanya termasuk orang yang sibuk. Ia selalu
mencari suatu bank yang memberi kemudahan dan ketenangan
padanya karena nasabah mencari bank yang dekat dengan lokasi
kantornya, mudah di hubungi, memiliki ruang tamu atau lobi-lobi yang
54
nyaman, satpam yang ramah serta melayani nasabah dengan cepat dan
tepat dapat mempersingkat waktu tunggu nasabah. (Bob: 17).
3. Kualitas Pelayanan
Dengan mengadakan pelayan yang baik pada setiap nasabah, dan
mendapatkan pelayanan yang memuaskan maka nasabah tidak merasa
segan-segan untuk melakukan aktivitasnya yaitu simpan pinjam kepada
bank. Hal ini karena kebutuhannya terpenuhi.
Dengan demikian kualitas pelayanan sangat diperlukan dalam suatu
bank. Bob (1979: 12-14) mengatakan beberapa hal yang diperhatikan
dalam melakukan pelayanan kepada nasabah diantaranya;
a. Pelayanan yang baik atas kebutuhan nasabah akan menanamkan suatu
lingkaran yang baik sehingga tidak akan putus sepanjang waktu asal
kita dapat menjaga kualitas pelayanan yang kita berikan secara
berkesinambungan.
b. Bersikap profesional dalam melayani nasabah. ketrampilan melayani
nasabah, termasuk penguasaan pengetahuan produk adalah kesan yang
diberikan kepada nasabah dan orang disekitarnya bahwa pelayan