7 BAB II TINJAUAN TEORI A. Tinjauan Teori 1. Persalinan a Definisi Persalinan adalah suatu rangkaian kejadian yang berakhir dengan pengeluaran bayi cukup bulan atau hamper cukup bulan, setelah itu disusul dengan pengeluaran plasenta. ( Sondakh, 2013) Persalinan adalah suatu proses pengeluaran hasil konsepsi yang dapat hidup dalam uterus melalui vagina ke dunia luar. Persalinan adalah proses pengeluaran hasil konsepsi yang ditandai dengan adanya pelunakan servik, kontraksi yang teratur dan adanya lendir darah. ( Prawihardjo, 2009 ) Persalinan pervaginam merupakan pengeluaran hasil konsepsi (janin) melalui vagina, persalinan pervaginam bisa disebut juga persalinan spontan yaitu persalinan yang berasal dari kekutan ibu sendiri dengan umur kehamilan cukup bulan presentasi kepala dan tidak ada komplikasi pada ibu dan bayinya.Persalinan pervaginam tidak hanya persalinan spontan saja tetapi persalinan pervaginam juga dapat dilakukan dengan persalinan tindakan yaitu dengan menggunakan vacuum ekstraksi, forcep. Dengan demikian pengertian persalinan adalah suatu rangkaian kejadian yang berakhir dengan pengeluaran bayi dan disusul dengan lahirnya plasenta, serta ditandai dengan adanya pelunakan servik, lendir darah, dan kontraksi yang teratur. b. Sebab-sebab mulainya persalinan Menurut Sondakhsebab mulainya persalinan adalah sebagai berikut : Hubungan Kejadian Asfiksia..., Hellin Restuwati, Kebidanan DIII UMP, 2015
25
Embed
BAB II TINJAUAN TEORI - repository.ump.ac.idrepository.ump.ac.id/1537/3/Hellin Restuwati BAB II.pdf · 9 Faktor-faktor yang mempengaruhi persalinan (Sondakh,2013) : 1) Power Power
This document is posted to help you gain knowledge. Please leave a comment to let me know what you think about it! Share it to your friends and learn new things together.
Transcript
7
BAB II
TINJAUAN TEORI
A. Tinjauan Teori
1. Persalinan
a Definisi
Persalinan adalah suatu rangkaian kejadian yang berakhir dengan pengeluaran
bayi cukup bulan atau hamper cukup bulan, setelah itu disusul dengan
pengeluaran plasenta. ( Sondakh, 2013)
Persalinan adalah suatu proses pengeluaran hasil konsepsi yang dapat hidup
dalam uterus melalui vagina ke dunia luar. Persalinan adalah proses
pengeluaran hasil konsepsi yang ditandai dengan adanya pelunakan servik,
kontraksi yang teratur dan adanya lendir darah. ( Prawihardjo, 2009 )
Persalinan pervaginam merupakan pengeluaran hasil konsepsi (janin) melalui
vagina, persalinan pervaginam bisa disebut juga persalinan spontan yaitu
persalinan yang berasal dari kekutan ibu sendiri dengan umur kehamilan cukup
bulan presentasi kepala dan tidak ada komplikasi pada ibu dan
bayinya.Persalinan pervaginam tidak hanya persalinan spontan saja tetapi
persalinan pervaginam juga dapat dilakukan dengan persalinan tindakan yaitu
dengan menggunakan vacuum ekstraksi, forcep.
Dengan demikian pengertian persalinan adalah suatu rangkaian kejadian yang
berakhir dengan pengeluaran bayi dan disusul dengan lahirnya plasenta, serta
ditandai dengan adanya pelunakan servik, lendir darah, dan kontraksi yang
teratur.
b. Sebab-sebab mulainya persalinan
Menurut Sondakhsebab mulainya persalinan adalah sebagai berikut :
Hubungan Kejadian Asfiksia..., Hellin Restuwati, Kebidanan DIII UMP, 2015
8
1) Penurunan kadar progesterone
Progesterone menimbulkan relaksasi otot-otot rahim. Selama kehamilan terdapat
keseimbangan antara kadar progesterone dan estrogen di dalam darah, tetapi
pada akhir kehamilan kadar progesterone menurun sehingga timbul his.
2) Teori Oxytocin
Pada akhir kehamilan kadar oxytocine bertambah, oleh karena itu timbul
kontraksi otot-otot rahim.
3) Keregangan Otot –otot
Seperti halnya dengan kandung kencing dan lambung bila dindingnya teregang
oleh karena isinya bertambah maka timbul kontraksi untuk mengeluarka
isinya.Demikian pula dengan rahim, maka dengan majunya kehamilan makin
teregang otot-otot rahim makin rentan.
4) Pengaruh Janin
Hypofise dan kelenjar suprarenal janin rupanya juga memegang peranan oleh
karena itu pada anencepalus kehamilan sering lebih lama dari biasanya.
5) Teori prostaglandin
Prostaglandin yang dihasilkan oleh deciduas, disangka menjadi salahsatu sebab
permulaan persalinan.Hasil dari percobaan menunjukan bahwa prostaglandin F2
yang diberikan secara intravena, intra dan extraaminal menimbulkan kontraksi
myometrium pada setiap umur kehamilan. Hal ini juga disokong dengan adanya
kadar prostaglandin yang tinggi baik dala air ketuban maupun darah perifer paa
ibu hamil sebelum melahirkan atau selama persalinan.
c. Faktor - faktor dalam persalinan
Hubungan Kejadian Asfiksia..., Hellin Restuwati, Kebidanan DIII UMP, 2015
9
Faktor-faktor yang mempengaruhi persalinan (Sondakh,2013) :
1) Power
Power adalah tenaga yang dikeluarkan oleh ibu dalam persalinan yaitu kontraksi
uterus atau his dari tenaga mengejan ibu. His merupakan kontraksi otot-otot
rahim yang timbul dari tenaga mengejan ibu. Tenaga mengejan ibu adalah
tenaga yang terjadi dalam proses persalinan setelah pembukaan lengkap dan
setelah ketuban pecah. Jadi power dalam persalinan sangat penting sekali
karena akan mempegaruhi yang lainnya.
a) Pembagian His
Menurut fisiologisnya, jenis his ada 4 macam yaitu his pembukaan, his pelepasan
plasenta, dan his pengiring (Sondakh, 2013).
(1) His pembukaan
His yang menimbulkan pembukaan servik sampai terjadi pembukaan 10 cm.
(2) His Pengeluaran
His yang mendorong bayi keluar, his ini biasanya disertai dengan keinginan
mengejan, sangat kuat, teratur, simetris, dan terkoordinasi bersamam antara his
kontraksi perut, kontraksi difragma, serta ligament.
(3) His Pelepasan plasenta
His dengan kontraksi sedang untuk melepaskan dan melahirkan plasenta.
(4) His Pengiring
Kontraksi lemah, masih sedikit nyeri, pengecilan rahim akan terjadi dalam
beberapa jam atau hari.
2) Passage merupakan yang mempengaruhi proses
persalinan yaitu berupa jalan lahir yang akan dilalui oleh
bayi.
Hubungan Kejadian Asfiksia..., Hellin Restuwati, Kebidanan DIII UMP, 2015
10
a) Jalan Lahir Lunak yaitu meliputi servik, vagina,
dan otot rahim.
b) Jalan lahir keras yaitu jalan lahir yang berupa
tulang yang ada pada daerah panggul.
3) Passenger yaitu dari janinnya,
d. Tahapan Persalinan
1) Kala I / Kala Pembukaan
Dimulai dari his persalinan yang pertama sampai pembukaan servik menjadi
lengakap. Berdasarkan kemajuan pembukaan maka kala I dibagi menjadi 2 fase
yaitu;
1) Fase Laten yaitu fase pemukaan yang sangat lambat
adalah dari 0-3 cm pembukaan yang membutuhkan
waktu kurang lebih 8 jam
2) Fase aktif, yaitu fase pembukaan yang lebih cepat
yang terbagi lagi menjadi :
a) Fase Accelerasi (Fase Percepatan) dari
pembukaan 3 cm sampai 4 cm yang dicapai
dalam 2 jam
b) Fase Dilatasi Maksimal, dari pembukaan 4 cm
sampai 9 cm yang dicapai dalam 2 jam
c) Fase Deselarisasi, ( kurangnya Percepatan)
dari pembukaan 9 cm sampai 10 cm selama 2
jam.
3) Kala II
Hubungan Kejadian Asfiksia..., Hellin Restuwati, Kebidanan DIII UMP, 2015
11
Dimulai dari pembukaan lengkap ( 10 cm ) sampai keluarnya janin. Proses ini
berlansung 2 jam.
Tanda dan Gejala kala II persalinan :
a) Ibu mempunyai dorongan untuk meneran
b) Ibu merasa adanya tekanan pada anus
c) Perineum menonjol
d) Vulva anus membuka
4) Kala IV
Masa 1 sampai 2 jam setelah plasenta lahir. Dalam klinik, atas pertimbangan-
pertimbangan praktisi masih diakui adanya kala IV persalinan masa setelah lahir
adalah dimulainya masa niifas.
e. Mekanisme Persalinan
Tahap-tahap mekanisme persalinan menurut Manuaba
(2010), abtara lain :
1) Kepala terfiksasi pada PAP, kepala janin terfiksasi
pada PAP sebelum persalinan dengan kepala janin
oksiput miring kanan / kiri, kedepan atau kebelakang.
Proses ini dikarenakan adanya kontraksi Braxton
Hicks, ketegangan dinding abdomen dan ketegangan
ligamentum rotundum.
2) Desensus ( Penurunan Kepala )
Penurunan kepala janin yang mengarah ke simpisis, pada saat ini tekanan pada
kepala janin oleh jalan lahir dan kekuatan his dan mengejan menimbulkan
bahaya yang dapat menimbulkan asfiksia sampai kematian.
3) Fleksi
Hubungan Kejadian Asfiksia..., Hellin Restuwati, Kebidanan DIII UMP, 2015
12
Dagu dibawah lebih dekat kearah dada janin diameter sub occipito bregmatika
(9,5 ) menggantikan diameter occipito Frontal (11 cm)
4) Putaran paksi dalam
Merupakan suatu usaha untuk menyesuaikan posisi kepala bentuk jalan lahir
khusunya untuk bidang tengah dan pintu bawah panggul selalu bersamaan
dengan masuknya kepala dan tidak terjadi kepala ke hodge III kadang-kadang
baru sampai setelah kepala sampai didasr pintu panggul.
5) Ekstensi
Setelah putaran paksi dalam selesai dan kepala sampai didasar panggul
terjadilah kepala janin ekstensi, UUK dibawah simpisis.
6) Ekspulsi
Setelah kepal ekstensi, terjadilah ekspulsi kelahiran kepala berturut-turut mulai
dari uub, dahi, muka dan dagu.
7) Restitusi / putaran paksi luar
Setelah kepala lahir muka kepala akan kembali kearah punggung anak untuk
menghilangkan torsi pada leher yang terjadi karena putaran paksi dalam dan
lahirkan bahu depan, bahu belakang dan badan bayi.
f. Jenis Persalinan
Menurut Benson Jenis persalinan dibagi 2 yaitu :
1) Persalinan pervaginam
Persalinan pervaginam merupakan jenis persalinan melalui jalan lahir ( vagina ),
baik persalinan spontan dan persalinan dengan tindakan ( vacuum/forcep )
2) Persalinan Perabdominal
Hubungan Kejadian Asfiksia..., Hellin Restuwati, Kebidanan DIII UMP, 2015
13
Persalinan perabdominal merupakan jenis persalinan dengan cara melakukan
sayatan pada dinding uterus melalui dinding depan perut.
g. Seksio Caesaria
Seksio caesaria merupakan jenis persalinan dengan cara melakukan sayatan
pada dinding uterus melalui dinding depan perut ( obstetric operatif, 2003)
1) Indikasi seksio sesarea
a) Indikasi Mutlak
(1) Indikasi Ibu
(a) Panggul sempit absolute
(b) Kegagalan melahirkan secara
normal karena kurang adekuatnya stimulasi
(c) Tumor-tumor jalan lahir yang
menyebabkan obstruksi
(d) Stenosis servik atau vagina
(e) Plasenta previa
(f) Disprroporsi sefalopelvik
(g) Rupture uteri membakat
(2) Indikasi janin
(a) Kelainan letak
(b) Gawat janin
(c) Prolapsus plasenta
(d) Perkembangan bayi yang
terhambat
(e) Mencegah hipoksia janin, misalnya
karena preeklamsia
Hubungan Kejadian Asfiksia..., Hellin Restuwati, Kebidanan DIII UMP, 2015
14
b) Indikasi relatif
(1) Riwayat seksio saesaria sebelumnya
(2) Presentasi bokong
(3) Distosia
(4) Fetal distress
(5) Preeklamsia berat, penyakit kardiovaskuler dan
diabetes
(6) Ibu dengan HIV positif sebelum inpartu
(7) Menurut Eastman untuk janin yang gemeli seksio
saesaria dianjurkan :
(a) Bila janin pertama letak lintang atau presentasi
bahu
(b) Bila terjadi interlock
(c) Distosia oleh karena tumor
(d) IUFD ( Intra Uterine Fetal Death )
2) Kontraindikasi Seksio Saesaria
Kontraindikasi dari seksioa saesaria adalah :
a) Janin mati
b) Syok
c) Anemia berat
d) Kelainan congenital berat
e) Infeksi piogenik pada dinding abdomen
f) Minimnya fasilitas operasi seksio saesaria
3) Persiapan Praoperasi
Hubungan Kejadian Asfiksia..., Hellin Restuwati, Kebidanan DIII UMP, 2015
15
a) Persiapan pasien
(1) Pemeriksaan Praoperasi
(a) Pemeriksaan praoperasi merupakan hal
yang mutlak dalam setiap operasi. Berikut
hal-hal yang perlu diperiksa sebelum
operasi dilaksanakan :
(1) Anamnesis pasien
(2) Pemeriksaan fisik ( menilai system
kardiovaskular dan respirasi pasien )
(3) Pemeriksaan penunjang yaitu urinalisis,
EKG, hitung darah lengkap, kreatinin,
elektrolit, glukosa darah, tes sel sabit, X-
foto thorax dan golongan darah.
(4) Konsultasi dengan ahli anestesi untuk
mendiskusikan persiapan yang akan
dilakukan
(2) Informed consent
Setiap tindakan medis memerlukan persetujuan atas penjelasan baik secara
lisan maupun tulisan.
(3) Puasa
(4) Pemberian antibiotik
(5) Persiapan kulit yaitu berupa pencukuran rambut
yang tujuannya untuk mempermudah operasi,
memperjelas lapangan operasi dan menjamin
Hubungan Kejadian Asfiksia..., Hellin Restuwati, Kebidanan DIII UMP, 2015
16
plester penutup luka dapat melekat dengan
baik.
(6) Persiapan vagina berupa vaginal scrub dengan
povidion-iodin dapat dilakukan karena
menurunkan risiko endometritis pascaoperasi.
(7) Persiapan kandung kencing dan ureter dengan
kateterisasi
(8) Persiapan kamar dan alat operasi
(9) Persiapan tim operasi yaitu operator, asisten
operator, paramedic piñata alat operasi, ahli
anestesi atau perawat anestesi
4) Jenis – jenis operasi seksio sesaria
Jenis jenis operasi seksio saesaria ada 4 jenis (Mochtar, 1998) yaitu :
a) Seksio saesaria klasik (kolporal) yaitu insisi vertical
pada korpus uteri diatas segmen bawah uterus dan
mencapai fundus uterus.
(1) Indikasi
(a) Bila terjadi kesukaran dalam memisahkan
vesika urinaria untuk mencapai segmen
bawah rahim, misalnya karena ada
perlekatan akibat pembedahan seksio
sasaria sebelumnya, adanya mioma yang
menempati segmen bawah uterus atau
keganasan.
(b) Janin besar dengan letak lintang
Hubungan Kejadian Asfiksia..., Hellin Restuwati, Kebidanan DIII UMP, 2015
17
(c) Plasenta previa dengan insersi plasenta
pada dinding depan segmen bawah rahim.
(2) Kelebihan
(a) Mengeluarkan janin lebih cepat
(b) Tidak mengakibatkan komplikasi kandung
kemih tertarik
(c) Sayatan bisa diperpanjang proksimal atau
distal (Muchtar, 1998)
(3) Kekurangan
(a) Infeksi mudah menyebar
(b) Untuk persalinan berikutnya lebih sering
terjadi rupture uteri spontan (Muchtar, 1998)
b) Seksio saesaria servikalis rendah, dilakukan
dengan membuat sayatan melintang pada segmen
bawah rahim ( low cervical transversal ) (Rasjidi,
2009).
(1) Kelebihan
(a) Penjahitan luka lebih mudah
(b) Penutupan luka dengan reperitonealisasi
yang baik
(c) Tumpang tindih dari peritoneal flap baik
sekali untuk menahan penyebaran isi uterus
ke rongga perioteneum
(d) Perdarahan kurang
(e) Rupture spontan lebih kecil
Hubungan Kejadian Asfiksia..., Hellin Restuwati, Kebidanan DIII UMP, 2015
18
(2) Kekurangan
(a) Luka dapat melebar ke kiri, kanan, dan
bawah, sehingga menyebabkan perdarahan
yang banyak
(b) Keluhan pada kandung kemih post operatif
tinggi
c) Seksio ekstraperitonealis yaitu tanpa membuka
peritoneum parietalis tidak membuka kavum
abdominal (Muchtar, 1998)
5) Komplikasi dan efek persalinan seksio saesaria
Kompilikasi utama pada persalinan seksio saesaria adalah kerusakan organ –
organ seperti vesika urinaria saat berlangsungnya operasi. Kematian ibu lebih
besar pada persalinan sksio saesaria daripada persalinan pervaginam (Rasjidi,
2009). Takipneu sesaat bayi baru lahir lebih sering terjadi pada persalinan seksio
saesaria dan kejadian trauma pun tidak dapat disingkirkan. Risiko jangka
panjang yang dapat terjadi adalah plasenta previa, solusio plasenta, plasenta
akreta dan rupture uteri. Komplikasi lainpada persalinan perabdominal / SC yaitu
trias komplikasi pada bayi meliputi asfiksia, tarauma persalinan dan
infeksi.(Manuaba, 2010).
2. Asfiksia Neonaturum
a. Definisi
Asfiksia neonaturum adalah merupakan suatu keadaan pada bayi baru lahir yang
mengalami gagal bernafas secara spontan dan teratur segera setelah
Hubungan Kejadian Asfiksia..., Hellin Restuwati, Kebidanan DIII UMP, 2015
19
lahir.Sehingga bayi tidak dapat memasukan oksigen dan tidak dapat
mengeluarkan zat asma arang dalam tubuhnya.
Asfiksia adalah hipoksi yang progresif, penimbunan CO2 dan asidosis. Bila
proses ini berlangsung terlalu jauh dapat mengakibatkan kerusakan otak atau
kematian (Prawihardjo, 2006).
Asfiksia adalah keadaan bayi tidak bernafas secara spontan dan teratur segaera
setelah lahir. Seringkali bayi yang sebelumnya mengalami gawat janin akan
mengalami asfiksia sesudah persalinan. Masalah ini meungkin berkaitan
denagan keadaan ibu, tali pusat, atau masalah pada bayi selama atau sesudah
persalinan (Depkes RI, 2009).
Dengan demikian Asfiksia merupakan suatu keadaan bayi baru lahir dimana
yang mengalami kegagalan bernafas secara teratur dan spontan setlah lahir.Bayi
baru lahir yang asfiksia diawali dengan mengalami hipoksia dan hiperkapus serta
diakhiri dengan asidosis.
b. Patofisiologi
Gangguan suplai darah teroksigenasi melalui vena umbilical dapat terjadi pada
saat antepartum, intrapartum dan pascapartum saat tali pusat dipotong.Hal ini
diikuti oleh serangkaian kejadian yang dapat diperkirakan ketika asfiksia
bertambah berat.
1) Awalnya hanya ada sedikit nafas. Sedikit nafas ini
dimaksudkan untuk mengembangkan paru, tetapi bila paru
mengembang saat kepala dijalan lahir atau bila paru tidak
mengembang karena suatu hal, aktivitas singkat ini akan diikuti
oleh henti nafas komplit yang disebut apnea primer.
Hubungan Kejadian Asfiksia..., Hellin Restuwati, Kebidanan DIII UMP, 2015
20
2) Setelah waktu singkat, asfiksia tidak dikaji dalam situasi klinis
karena dilakukan tindakan resusitasi yang sesuai usaha
bernafas otomatis dimulai. Hal ini hanya akan membantu
dalam waktu singkat, kemudian jika paru tidak mengembang,
secara bertahap terjadi penurunan kekuatan dan frekuensi
pernafasan. Selanjutnya bayi akan memasuki periode apnea
terminal. Kecuali jika dilakukan resusitasi yang tepat,
pemulihan dari keadaan terminal ini tidak terjadi.
3) Frekuensi jantung menurun selama apnea primer dan akhirnya
turun di bawah 100 x/menit. frekuensi jantung mungkin sedikit
meningkat saat bayi bernafas terengah-engah tetapi bersama
dengan menurun dan hentinya nafas terengah-engah bayi,
frekuensi jantung terus berkurang. Keadaan asam-basa
semakin memburuk, metabolisme selular gagal, jantung pun
berhenti. Keadaan ini akan terjadi dalam waktu cukup lama.
4) Selama apnea primer, tekanan darah meningkat bersama
dengan pelepasan ketokolamin dan zat kimia stress lainnya.
Walaupun demikian, tekanan darah yang terkait erat dengan
frekuensi jantung, mengalami penurunan tajam selama apnea
terminal.
5) Terjadi penurunan pH yang hampir linier sejak asfiksia. Apnea
primer dan apnea terminal mungkin tidak selalu dapat
dibedakan. Pada umumnya bradikardi berat dan kondisi syok
memburuk apnea terminal.
c. Etiologi
Hubungan Kejadian Asfiksia..., Hellin Restuwati, Kebidanan DIII UMP, 2015
21
Faktor yang dapat menimbulkan gawat janin (asfiksia) antara lain :
1) Ibu
a) Preeklamsi dan eklamsia
b) Perdarahan abnormal (plasenta previa atau solusio
plaseta)
c) Partus lama atau partus macet
d) Demam selama persalinan infeksi berat (malaria, sifilis,
TBC, HIV)
e) Kehamilan lewat waktu (sesudah 42 minggu kehamilan )
2) Faktor bayi
a) Bayi premature ( sebelum kehamilan 37 minggu kehamilan
)
b) Persalinan dengan tindakan ( sungsang, bayi kembar,