Top Banner
9 BAB II TINJAUAN TEORETIS 2.1. Kajian Pustaka 2.1.1. Pengertian Hipertensi Hipertensi atau hypertension (high blood pressure/tekanan darah tinggi) berasal dari kata latin hyper” yang berarti super atau luar biasa, dan kata tension” yang berarti tekanan atau tegangan. Menurut Markam dalam “Kamus istilah Kedokteran”, hipertensi berarti tekanan darah tinggi (Muhammad, 2009). Tekanan darah merupakan kekuatan atau tenaga yang digunakan oleh darah untuk melawan dinding pembuluh arteri dan biasa diukur dalam satuan millimeter air raksa (mmHg) (Prasetyaningrum, 2014). Hipertensi adalah suatu gangguan pada pembuluh darah yang mengakibatkan suplai oksigen dan nutrisi yang dibawa oleh darah terhambat sampai ke jaringan tubuh yang membutuhkannya. Tubuh akan bereaksi lapar yang mengakibatkan jantung harus bekerja lebih keras untuk memenuhi kebutuhan tersebut. Bila kondisi tersebut berlangsung lama dan menetap,
18

BAB II TINJAUAN TEORETIS 2.1. Kajian Pustaka 2.1.1 ...

Oct 15, 2021

Download

Documents

dariahiddleston
Welcome message from author
This document is posted to help you gain knowledge. Please leave a comment to let me know what you think about it! Share it to your friends and learn new things together.
Transcript
Page 1: BAB II TINJAUAN TEORETIS 2.1. Kajian Pustaka 2.1.1 ...

9

BAB II

TINJAUAN TEORETIS

2.1. Kajian Pustaka

2.1.1. Pengertian Hipertensi

Hipertensi atau hypertension (high blood

pressure/tekanan darah tinggi) berasal dari kata latin

“hyper” yang berarti super atau luar biasa, dan kata

“tension” yang berarti tekanan atau tegangan.

Menurut Markam dalam “Kamus istilah Kedokteran”,

hipertensi berarti tekanan darah tinggi (Muhammad,

2009). Tekanan darah merupakan kekuatan atau

tenaga yang digunakan oleh darah untuk melawan

dinding pembuluh arteri dan biasa diukur dalam

satuan millimeter air raksa (mmHg)

(Prasetyaningrum, 2014). Hipertensi adalah suatu

gangguan pada pembuluh darah yang

mengakibatkan suplai oksigen dan nutrisi yang

dibawa oleh darah terhambat sampai ke jaringan

tubuh yang membutuhkannya. Tubuh akan bereaksi

lapar yang mengakibatkan jantung harus bekerja

lebih keras untuk memenuhi kebutuhan tersebut.

Bila kondisi tersebut berlangsung lama dan menetap,

Page 2: BAB II TINJAUAN TEORETIS 2.1. Kajian Pustaka 2.1.1 ...

10

timbullah gejala yang disebut sebagai penyakit

tekanan darah tinggi. Hipertensi sering disebut

sebagai pembunuh tanpa gejala (silent killer), karena

termasuk penyakit yang mematikan, tanpa disertai

dengan gejala-gejalanya lebih dulu sebagai

peringatan bagi korbannya. Kalaupun muncul, gejala

tersebut seringkali dianggap sebagai gangguan

biasa, sehingga korbannya terlambat menyadari

akan datangnya penyakit (Sustrani dkk, 2006).

Hipertensi adalah penyakit yang bisa

menyerang siapa saja, baik muda maupun tua, orang

kaya maupun miskin. Hipertensi merupakan salah

satu penyakit mematikan di dunia. Namun hipertensi

tidak dapat secara langsung membunuh

penderitanya, melainkan dapat memicu terjadinya

penyakit lain yang tergolong kelas berat. Sekitar 70%

penderita hipertensi tidak merasakan gejala apa-apa,

sehingga tidak mengetahui dirinya menderita

hipertensi. Penyakit hipertensi dari tahun ke tahun

terus mengalami peningkatan, tidak hanya di

Indonesia, namun juga di dunia. Sebanyak satu

miliar orang di dunia atau satu dari empat orang

dewasa menderita penyakit ini. Jumlah penderita

Page 3: BAB II TINJAUAN TEORETIS 2.1. Kajian Pustaka 2.1.1 ...

11

hipertensi diperkirakan akan meningkat menjadi 1,6

miliar menjelang tahun 2025 (Muhammad, 2009).

Gejala-gejala hipertensi bervariasi pada

masing-masing individu dan hampir sama dengan

gejala penyakit lainnya. Menurut Sustrani dkk (2006),

gejala-gejala yang nampak antara lain: sakit kepala,

jantung berdebar-debar, sulit bernapas setelah

bekerja keras atau mengangkat beban berat, mudah

lelah, penglihatan kabur, wajah memerah, hidung

berdarah, sering buang air kecil terutama di malam

hari, telinga berdenging (tinnitus), pusing (vertigo).

Kondisi hipertensi dapat di tandai dengan tekanan

sistolik >140 dan diastolik >90 saat pemeriksaan

tekanan darah menggunakan sphygmomanometer

(alat pengukur tekanan darah) (Sustrani, 2006)

2.1.2. Klasifikasi Hipertensi

Menurut WHO, tekanan darah dianggap

normal bila kurang dari 135/85 mmHg, sedangkan

dikatakan hipertensi bila lebih dari 140/90 mmHg, dan

diantara nilai tersebut dikatakan normal tinggi. Namun

untuk orang Indonesia banyak dokter berpendapat

Page 4: BAB II TINJAUAN TEORETIS 2.1. Kajian Pustaka 2.1.1 ...

12

bahwa tekanan darah yang ideal adalah sekitar 110-

120/80-90 mmHg. Batasan ini berlaku bagi orang

dewasa diatas 18 tahun. Selain itu, menurut dr.

Andang Joesoef SpJP (K), Direktur Pelayanan Medis

Pusat Jantung Nasional Harapan Kita, tekanan darah

120-139/80-89 mmHg dikategorikan sebagai pre-

hipertensi dan diperlukan perbaikan dalam gaya hidup

untuk menurunkan tekanan darah tersebut. Tekanan

darah diatas 140/90 mmHg merupakan hipertensi

yang membutuhkan pengobatan (Muhammad, 2009).

Besarnya tekanan darah selalu dinyatakan

dengan dua angka. Angka yang pertama menyatakan

tekanan sistolik, yaitu tekanan yang dialami dinding

pembuluh darah ketika darah mengalir saat jantung

memompa darah keluar dari jantung. Angka yang

kedua disebut tekanan diastolik, yaitu angka yang

menunjukkan besarnya tekanan yang dialami dinding

pembuluh darah ketika darah mengalir masuk kembali

kedalam jantung. Tekanan sistolik diukur ketika

jantung berkontraksi, sedangkan tekanan diastolik

diukur ketika jantung mengendur (relaksasi). Kedua

Page 5: BAB II TINJAUAN TEORETIS 2.1. Kajian Pustaka 2.1.1 ...

13

angka ini sama pentingnya dalam mengindikasikan

kesehatan (Muhammad, 2009).

Tabel 2.1.1 Klasifikasi Tekanan Darah untuk Dewasa di Atas 18

Tahun

Kategori Tekanan

Darah Sistol

(mmHg)

Tekanan

Darah Diastol

(mmHg)

Optimal

Normal

Normal-Tinggi

<120

< 120

< 130

130-139

<80

< 80

< 85

85-89

Tingkat 1 (Hipertensi Ringan)

Sub-group: perbatasan

140-159

140-149

90-99

90-94

Tingkat 2 (Hipertensi Sedang) 160-179 100-109

Tingkat 3 (Hipertensi Berat) ≥ 180 ≥ 110

Hipertensi sistol terisolasi

Sub-group: perbatasan

≥ 140

140-149

< 90

<90

Sumber : WHO, 2008

2.1.3. Faktor Penyebab Hipertensi

Penyebab hipertensi dibagi menjadi dua

golongan, yaitu: Hipertensi esensial/primer, yaitu

hipertensi yang tidak diketahui penyebabnya, dan ada

kemungkinan karena faktor keturunan atau genetik

(90%), dan hipertensi sekunder, yaitu hipertensi yang

Page 6: BAB II TINJAUAN TEORETIS 2.1. Kajian Pustaka 2.1.1 ...

14

merupakan akibat dari adanya penyakit lain seperti

kelainan pembuluh ginjal dan gangguan kelenjar tiroid

(10%). Faktor ini biasanya juga erat hubungannya

dengan gaya hidup dan pola makan yang kurang baik.

Faktor makanan yang sangat berpengaruh adalah

kelebihan lemak (obesitas), konsumsi garam dapur

yang tinggi, merokok, dan minumam alkohol

(Muhammad, 2009).

Apabila riwayat hipertensi didapatkan dari

kedua orang tua, maka kemungkinan menderita

hipertensi menjadi lebih besar. Hipertensi juga banyak

dijumpai pada penderita kembar monozigot (satu

telur), apabila salah satunya menderita hipertensi.

Meningkatnya resiko hipertensi karena faktor

keturunan tidak dapat dihindari lagi, jika kedua

orangtua mengidap hipertensi (Muhammad, 2009).

Faktor-faktor lain yang mendorong terjadinya

hipertensi antara lain stress, pola makan, dan kurang

olahraga. Pola hidup sering stress, berat badan diatas

normal, pola makan tinggi lemak dan rendah serat,

merokok serta kurang olahraga meningkatkan resiko

terkena hipertensi. Selain itu, hipertensi juga terjadi

karena begitu banyaknya konsumsi lemak dan garam-

Page 7: BAB II TINJAUAN TEORETIS 2.1. Kajian Pustaka 2.1.1 ...

15

garaman atau penguat rasa dalam makanan di era

sekarang ini (Muhammad, 2009).

Banyaknya lemak dan tingginya kadar garam

dapur serta berbagai penguat rasa seperti MSG atau

vetsin serta kadar gula yang tidak terkontrol sudah

menjadi bagian dari makanan cepat saji atau junk

food. Contoh autentik tentang hal ini adalah

monosodium glutamate (MSG) atau vetsin dan garam

dapur yang nama kimianya adalah Monosodium

Klorida atau Natrium Klorida yang memang menjadi

andalan dari bumbu makanan cepat saji, adalah unsur

yang menyebabkan hipertensi. Tepatnya, yang

menyebabkan hipertensi itu adalah makanan

Monosodium atau Natrium ion-nya. Sekali pun tidak

mengkonsumsi garam, tetapi masakan tetap di beri

MSG, berarti masakannya tetap memperoleh

Monosodium atau Natrium Ion yang berasal dari MSG

(Monosodium Glutamate). Karena itu, jelas bahwa

kedua unsur ini (garam dan MSG) adalah salah satu

pencetus terjadinya hipertensi (Muhammad, 2009).

Berikut faktor penyebab hipertensi menurut Widyanto

dkk (2013) yaitu:

Page 8: BAB II TINJAUAN TEORETIS 2.1. Kajian Pustaka 2.1.1 ...

16

a. Konsumsi Garam Berlebihan

Konsumsi garam berlebihan dapat

menyebabkan peningkatan tekanan darah. Garam

membantu menahan air dalam tubuh. Dengan

begitu, akan meningkatkan volume darah tanpa

adanya penambahan ruang. Peningkatan volume

tersebut mengakibatkan bertambahnya tekanan di

dalam arteri. Penderita hipertensi hendaknya

mengkonsumsi garam tidak lebih dari 100

mmol/hari atau 2,4 gram natrium, 6 gram natrium

klorida (Widyanto dkk, 2013).

b. Faktor Keturunan

Berdasarkan data statistik terbukti bahwa

seseorang akan memiliki kemungkinan lebih besar

untuk mendapatkan hipertensi jika orang tuanya

adalah pengidap hipertensi juga. Sekitar 70-80%

orang dengan hipertensi primer ternyata memiliki

riwayat hipertensi dalam keluarganya. Apabila

riwayat hipertensi didapatkan pada kedua orang

tua, maka terjadinya hipertensi primer 2 kali lipat

dibanding dengan orang lain yang tidak

mempunyai riwayat hipertensi pada orang

tuannya. Faktor genetik yang diduga

Page 9: BAB II TINJAUAN TEORETIS 2.1. Kajian Pustaka 2.1.1 ...

17

menyebabkan penurunan resiko terjadinya

hipertensi terkait pada kromosom 12p dengan

fenotip postur tubuh pendek disertai brachydactyly

dan efek neurovaskuler (Widyanto dkk, 2013).

c. Obesitas

Faktor risiko penyebab hipertensi yang

diketahui dengan baik adalah obesitas. Secara

fisiologis, obesitas didefinisikan sebagai suatu

keadaan lemak yang berlebihan dijaringan

adiposa. Kondisi obesitas berhubungan dengan

peningkatan volume intravaskuler dan curah

jantung. Daya pompa jantung dan sirkulasi volume

darah penderita hipertensi dengan obesitas lebih

tinggi dibandingkan dengan penderita hipertensi

dengan berat badan normal (Widyanto dkk, 2013).

d. Stres

Stres terjadi karena ketidakmampuan

mengatasi ancaman yang dihadapi oleh mental,

fisik, emosional dan spiritual seseorang. Kondisi

tersebut pada suatu saat akan dapat

mempengaruhi kesehatan fisik seseorang.

Hubungan antara stres dengan hipertensi, diduga

terjadi melalui aktivitas saraf simpatis.

Page 10: BAB II TINJAUAN TEORETIS 2.1. Kajian Pustaka 2.1.1 ...

18

Peningkatan aktivitas saraf simpatis dapat

meningkatkan tekanan darah secara tidak

menentu. Apabila stres berkepanjangan, dapat

mengakibatkan tekanan darah menetap tinggi

(Widyanto dkk, 2013).

e. Merokok

Menurut Widyanto dkk (2013) merokok dapat

meningkatkan tekanan darah dan denyut jantung

melalui mekanisme sebagai berikut :

1) Merangsang saraf simpatis untuk melepaskan

norepineprin melalui saraf arenergi dan

meningkatkan catecolamine yang dikeluarkan

melalui medula adrenal.

2) Merangsang kemoreseptor di arteri karotis

dan aorta bodies dalam meningkatkan denyut

jantung dan tekanan darah.

3) Secara langsung melalui otot jantung yang

mempunyai efek inotropik (+) dan efek

chonotropik.

f. Kurang Aktivitas Fisik

Olahraga teratur adalah suatu kebiasaan

yang berikan banyak keuntungan seperti

berkurangnya berat badan, tekanan darah, kadar

Page 11: BAB II TINJAUAN TEORETIS 2.1. Kajian Pustaka 2.1.1 ...

19

kolesterol serta penyakit jantung. Dalam kaitanya

dengan hipertensi, olahraga teratur dapat

mengurangi kekakuan pembuluh darah dan

meningkatkan daya tahan jantung serta paru-paru

sehingga dapat menurunkan tekanan darah

(Widyanto dkk, 2013).

g. Faktor Lemak Jenuh

Lemak ini dikenal karena bentuknya selalu

padat dalam suhu ruangan. Kebanyakan lemak

hewani dan margarin keras termasuk lemak jenuh.

Semakin banyak lemak jenuh yang dimakan,

semakin tinggi pula kadar kolesterol darah tubuh,

dan semakin besar resiko terkena penyakit

jantung. Jika di dalam menu makanan kita

mengurangi kadar lemak jenuh maka kadar

kolesterol tubuh akan menurun dalam waktu 3-4

minggu. Karena alasan itulah, dalam

merencanakan diet untuk mengurangi resiko

arterosklerosis, harus menyingkirkan makanan

yang mengandung kadar lemak jenuh secara

berlebihan. Lemak jenuh terdapat dalam mentega

susu, lemak babi, lemak itik, lemak ayam, minyak

Page 12: BAB II TINJAUAN TEORETIS 2.1. Kajian Pustaka 2.1.1 ...

20

kelapa, minyak goreng keras, mayones dan krim

selada (Nilawati dkk, 2008).

Lemak Jenuh merupakan kondisi kelebihan

lemak dalam tubuh. Membatasi konsumsi lemak

dilakukan agar kadar kolesterol darah tidak

meningkat. Kadar kolesterol darah yang tinggi

dapat megakibatkan terjadinya endapan kolesterol

dalam dinding pembuluh darah. Apabila endapan

ini semakin banyak dapat menyumbat pembuluh

darah dan mengganggu peredaran darah.

Konsumsi makanan yang berlemak telah menjadi

kebiasaan umum untuk masyarakat karena hampir

semua makanan mengandung lemak. Lemak

jenuh dihasilkan dari makanan yang mengandung

lemak erat hubungannya dengan daging merah,

daging babi dan minyak goreng (Widyanto dkk,

2013).

h. Faktor Kafein

Kafein dapat menyebabkan lonjakan tekanan

darah, walaupun hanya bersifat sebentar. Kafein

dapat memblok hormon yang berperan menjaga

agar arteri tetap melebar atau kafein dapat

menyebabkan kelenjar adrenal untuk

Page 13: BAB II TINJAUAN TEORETIS 2.1. Kajian Pustaka 2.1.1 ...

21

memproduksi lebih banyak adrenalin yang dapat

menyebabkan tekanan darah naik. Seseorang

yang rutin mengkonsumsi kafein pasti memiliki

tekanan darah yang lebih tinggi. Terutama bagi

mereka yang berusia tujuh puluh tahun keatas

atau penderita obesitas, kafein berdampak lebih

bagi tekanan darah (Widyanto dkk, 2013).

Kandungan kafein pada kopi berbeda-beda,

tergantung pada jenis kopi, asal kopi, iklim daerah

kopi dibudidayakan dan proses pengolahan kopi.

Orang yang memiliki kebiasaan minum kopi sehari

1-2 cangkir perhari meningkatkan resiko hipertensi

sebanyak 4,12 kali lebih tinggi dibandingakan

yang tidak memiliki kebiasaan minum kopi. Selain

kandungan kafein yang dapat menigkatkan

tekanan darah, ada pula kandungan kopi lain yang

mempengaruhi tekanan darah yaitu kandungan

polifenol dan kalium. Polifenol menghambat

terjadinya atherogenesis dan memperbaiki fungsi

vaskular. Kalium menurunkan tekanan darah

sistolik dan diastolik dengan menghambat

pelepasan renin sehingga terjadi peningkatan

ekskresi natrium dan air. Hal tersebut

Page 14: BAB II TINJAUAN TEORETIS 2.1. Kajian Pustaka 2.1.1 ...

22

menyebabkan terjadinya penurunan volume

plasma, curah jantung, dan tekanan perifer

sehingga tekanan darah akan turun (Widyanto

dkk, 2013).

2.1.4. Penatalaksanaan Penyakit Hipertensi

Penatalaksanaan penyakit hipertensi dengan

menurunkan tekanan darah sampai normal atau sampai

nilai terendah yang masih dapat ditoleransi,

meningkatkan kualitas hidup dan mencegah komplikasi.

Penatalaksanaan hipertensi dapat dibedakan menjadi 2

menurut Widyanto dkk (2013) yaitu :

2.1.4.1. Terapi Non Farmakologis

Terapi non farmakologis dalam

mengatasi hipertensi ditekankan pada

berbagai upaya berikut:

a. Mengatasi obesitas dengan menurunkan

berat badan berlebih.

b. Latihan fisik (olahraga) secara teratur

c. Pemberian kalium dalam bentuk makanan

dengan konsumsi buah dan sayur.

d. Mengurangi asupan garam dan lemak

jenuh.

Page 15: BAB II TINJAUAN TEORETIS 2.1. Kajian Pustaka 2.1.1 ...

23

e. Berhenti merokok dan mengurangi

konsumsi alkohol

f. Menciptakan keadaan rileks

2.1.4.2. Terapi Farmakologis

Terapi farmakologis dilakukan

dengan menggunakan obat anti hipertensi

yang secara khusus diharapkan:

a. Mempunyai bioavailabilitas yang tinggi dan

konsisten sehingga efektivitasnya dapat

diperkirakan (predictable).

b. Mempunyai waktu paruh (plasma

elimination half-life) yang panjang

sehingga diharapkan mempunyai efek

pengendalian tekanan darah yang panjang

juga.

c. Smooth onset of action dengan kadar

puncak plasma setelah 6-12 jam untuk

mengurangi kemungkinan efek mendadak

seperti takikardia.

d. Meningkatkan survival dengan

menurunkan risiko gagal jantung dan

mengurangi recurrent (serangan balik)

infark miokard.

Page 16: BAB II TINJAUAN TEORETIS 2.1. Kajian Pustaka 2.1.1 ...

24

2.2. Perspektif Teoretis

Penyakit hipertensi adalah peningkatan tekanan

darah sistolik lebih dari 140 mmHg dan tekanan darah

diastolik lebih dari 90 mmHg pada dua kali pengukuran

dengan selang waktu lima menit dalam keadaan

cukup/tenang. Hipertensi dapat menyerang siapa pun, baik

umur 18 tahun ke atas maupun usia anak-anak walaupun

kemungkinan kecil dan jarang terjadi. Penyakit hipertensi

juga menyerang kalangan yang miskin mupun yang kaya

(Muhammad, 2009).

Hipertensi merupakan penyakit yang dapat

menyebabkan komplikasi seperti penyakit gagal jantung,

stroke dan gagal ginjal. Gejala yang biasa terjadi seperti

pusing, mudah lelah, penglihatan kabur dan lain-lain,

gejala-gejala tersebut bukanlah gejala yang pasti untuk

dikatakan sedang menderita penyakit hipertensi karena

gejala-gejalanya yang dapat menyebabkan penyakit yang

lain selain penyakit hipertensi. Berdasarkan hasil

penelitian di dunia maupun di Indonesia penyakit

hipertensi sudah banyak membunuh, itu disebabkan

karena kurangnya kesadaran diri untuk menjaga asupan

makan dan aktivitas olahraga.

Page 17: BAB II TINJAUAN TEORETIS 2.1. Kajian Pustaka 2.1.1 ...

25

Dengan permasalahan yang ada pada masyarakat

sekarang penting untuk dapat dilakukan studi epidemiologi

hipertensi. Studi epidemiologi merupakan studi untuk

mempelajari peristiwa yang berkaitan dengan kesehatan

yang menimpa masyarakat, serta memecahkan masalah

kesehatan. Studi ini akan dapat mengetahui faktor

penyebab terjadinya angka kejadian hipertensi yang selalu

meningkat dan diam-diam membunuh. Epidemiologi akan

membantu dengan studinya mendeteksi permasalahan di

masyarakat berhubungan dengan kematian tiba-tiba dan

angka kejadian hipertensi.

Berdasarkan data penyakit hipertensi di ketahui

sebagai penyakit pembunuh di urutan ke tiga di Indonesia

yang setiap tahun selalu meningkat angka kejadian

hipertensi. Faktor penyebab penyakit hipertensi yang

sering dilakukan oleh setiap orang tanpa disadari maupun

disadari seperti kebiasaan memakan makanan yang

berlemak sehingga berakibat kejadian obesitas, makanan

dengan kandungan garam tinggi yang mengandung MSG,

kebiasaan jarang berolahraga atau beraktivitas, kebiasaan

minum kopi dianggap sebagian orang sebagai minuman

pendamping yang dikonsumsi lebih dari 2 kali perhari,

kebiasaan merokok yang tidak bisa dikurangi dan di

Page 18: BAB II TINJAUAN TEORETIS 2.1. Kajian Pustaka 2.1.1 ...

26

hilangkan dikalangan laki-laki maupun perempuan, dan

faktor yang besar kemungkinan adalah faktor genetik

dikatakan 90% penyebab utama menurut teori yang ada.

Selain penyebab yang disampaikan, penyebab yang

sering di anggap tidak akan menjadi penyebab yaitu terlalu

banyak pikiran sehingga menjadi stres karena

permasalahan yang ada di sekitar.

2.3. Kerangka Teoritis

Kejadian

Hipertensi

Faktor Penggunaan

garam

Faktor Lemak

Jenuh

Faktor

Merokok

Faktor Konsumsi

Kafein Berlebihan

Faktor Kurang

Aktivitas Fisik

Faktor Psikis (Stres)

Faktor Keturunan

Gambar 2.3 KerangkaTeori