II-1 BAB II TINJAUAN PUSTAKA Pada bab ini dibahas mengenai tinjauan konsep dan teori yang digunakan dalam penelitian. Tinjauan tersebut digunakan sebagai landasan dan dasar pemikiran dalam penelitian. 2.1 Tinjauan Perusahaan PT Bumi Sari Lestari merupakan perusahaan eksportir komoditas hortikultura. Perusahaan ini berdiri pada 19 November 2011, oleh H. Bibit Waluyo. Sejarah singkat perusahaan ini berdiri karena berhubungan kuat dengan pidato Gubernur Jawa Tengah pada saat itu H. Bibit Waluyo dalam pencanangan “Kebangkitan Hortikultura Jawa Tengah” di Soropadan, Temanggung tanggal 18 Februari 2010. Saat itu Gubernur membuat pernyataan bahwa komoditas hortikultura memiliki daya ungkit yang tinggi terhadap pendapatan dan kesejahteraan petani dan ajakan Gubernur pada semua pihak yang terkait menindaklanjuti dengan langkah-langkah konkrit untuk menjawab tuntutan pasar terhadap produk hortikultura. Pernyataan tersebut menjadi inspirasi kuat untuk PT Bumi Sari Lestari. Secara hukum PT Bumi Sari Lestari berdiri dengan akte notaris No. 13 tanggal 19 November tahun 2011, kemudian dalam perkembangannya PT Bumi Sari Lestari sekarang berubah akte notaris No. 46 tanggal 19 Mei 2014. Pada launching perdananya PT Bumi Sari Lestari melakukan ekspor dengan negara tujuan Singapura yang dilakukan oleh Gubernur Jawa Tengah pada saat itu H.Bibit Waluyo di Soropadan, Temanggung pada bulan Juni 2012. PT Bumi Sari Lestari terus tumbuh dan berkembang sebagai eksportir sayuran dan buah-buahan terbesar di Jawa Tengah. Dengan visi “Bersama petani hortikultura menuju kualitas produk ekspor” dan misi “Siapkan bibit unggul, olah lahan dan perawatan serta jaminan pasca panen dan menjaga kualitas, kuantitas, dan kontinuitas produk hortikultura” PT Bumi Sari Lestari berkembang dan semakin maju hingga sekarang. Sesuai visi dan misi yang memiliki karakter tajam dan membumi tersebut PT Bumi Sari Lestari melakukan ekspor yang berbasis pada kualitas, kuantitas, dan kontiunitas serta membangun kerja sama dan kemitraan dengan petani dan kelompok tani atau gabungan kelompok tani.
23
Embed
BAB II TINJAUAN PUSTAKA - abstrak.ta.uns.ac.idabstrak.ta.uns.ac.id/wisuda/upload/I0311005_bab2.pdf · H.Bibit Waluyo di Soropadan, ... manufaktur hingga distribusi ke customer akhir.
This document is posted to help you gain knowledge. Please leave a comment to let me know what you think about it! Share it to your friends and learn new things together.
Transcript
II-1
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
Pada bab ini dibahas mengenai tinjauan konsep dan teori yang digunakan
dalam penelitian. Tinjauan tersebut digunakan sebagai landasan dan dasar
pemikiran dalam penelitian.
2.1 Tinjauan Perusahaan
PT Bumi Sari Lestari merupakan perusahaan eksportir komoditas
hortikultura. Perusahaan ini berdiri pada 19 November 2011, oleh H. Bibit
Waluyo. Sejarah singkat perusahaan ini berdiri karena berhubungan kuat dengan
pidato Gubernur Jawa Tengah pada saat itu H. Bibit Waluyo dalam pencanangan
“Kebangkitan Hortikultura Jawa Tengah” di Soropadan, Temanggung tanggal 18
Februari 2010. Saat itu Gubernur membuat pernyataan bahwa komoditas
hortikultura memiliki daya ungkit yang tinggi terhadap pendapatan dan
kesejahteraan petani dan ajakan Gubernur pada semua pihak yang terkait
menindaklanjuti dengan langkah-langkah konkrit untuk menjawab tuntutan pasar
terhadap produk hortikultura. Pernyataan tersebut menjadi inspirasi kuat untuk PT
Bumi Sari Lestari. Secara hukum PT Bumi Sari Lestari berdiri dengan akte notaris
No. 13 tanggal 19 November tahun 2011, kemudian dalam perkembangannya PT
Bumi Sari Lestari sekarang berubah akte notaris No. 46 tanggal 19 Mei 2014.
Pada launching perdananya PT Bumi Sari Lestari melakukan ekspor dengan
negara tujuan Singapura yang dilakukan oleh Gubernur Jawa Tengah pada saat itu
H.Bibit Waluyo di Soropadan, Temanggung pada bulan Juni 2012.
PT Bumi Sari Lestari terus tumbuh dan berkembang sebagai eksportir
sayuran dan buah-buahan terbesar di Jawa Tengah. Dengan visi “Bersama petani
hortikultura menuju kualitas produk ekspor” dan misi “Siapkan bibit unggul, olah
lahan dan perawatan serta jaminan pasca panen dan menjaga kualitas, kuantitas,
dan kontinuitas produk hortikultura” PT Bumi Sari Lestari berkembang dan
semakin maju hingga sekarang. Sesuai visi dan misi yang memiliki karakter tajam
dan membumi tersebut PT Bumi Sari Lestari melakukan ekspor yang berbasis
pada kualitas, kuantitas, dan kontiunitas serta membangun kerja sama dan
kemitraan dengan petani dan kelompok tani atau gabungan kelompok tani.
II-2
Perusahaan ekspor ini berkantor di Jl. Abu Bakrin 115, Sandangsari RT 04/08,
Madyocondro, Secang, Magelang, Jawa Tengah dan memiliki warehouse di Jl.
Raya Magelang-Semarang km. 13 Soropadan, Pringsurat, Temanggung, Jawa
Tengah.
Tujuan ekspor utama saat ini PT Bumi Sari Lestari adalah Singapura.
Singapura dipilih karena memiliki beberapa pertimbangan yaitu jarak negara yang
relatif dekat, prospek yang bagus dari populasi penduduk Singapura yang
memerlukan produk sayuran dan buah dalam jumlah yang besar setiap harinya
dan importir Singapura memiliki jaringan pasar swalayan, hotel, atau restoran
yang memiliki permintaan relatif stabil setiap tahunnya. Pemilihan pasar
Singapura secara khusus ditunjang dengan telah ditandatangani kesepakatan
antara pemeritah kedua negara, khususnya terkait dengan provinsi Jawa Tengah
pada saat itu, untuk meningkatkan pangsa pasar sayuran dan buah-buahan
Indonesia dari 6% ditahun 2009 menjadi 30% tahun 2014.
Gambar 2.1 Gambar Struktur Organisasi PT Bumi Sari Lestari
Gambar 2.1 diatas merupakan struktur organisasi dari PT Bumi Sari Lestari.
Kedudukan tertinggi pada PT Bumi Sari Lestari dipegang oleh President Director
yang berhubungan langsung dengan general manager terdiri dari beberapa
operational expert. General Manager akan berhubungan langsung dengan bagian
management information system, production, finance accounting dan purchasing,
personnel dan general affair, plantation yang terdiri dari plantation expert, serta
marketing. Production, finance accounting dan purchasing, personnel dan
II-3
general affair, plantation, serta marketing akan dikoordinasikan oleh bagian
management information system.
Produksi sayur dan buah ekspor PT Bumi Sari Lestari bekerjasama dengan
petani, gapoktan, maupun pengepul dibeberapa daerah. Sesuai dengan visi dan
misinya PT Bumi Sari Lestari sudah melakukan kontrak kerjasama dengan petani
french beans di daerah sekitar Temanggung dan Yogyakarta. Petani tersebut akan
dibina oleh seorang agronom dari PT Bumi Sari Lestari. Agronom tersebut
bertugas dalam mengontrol dan mengawasi perkembangan penanaman sayur
french beans. Mulai dari penanaman dan proses perawatan hingga panen agronom
akan mengarahkan dan mengontrol. Kontrol berupa penjadwalan tanam, cara
penanaman, dan penjadwalan panen. Perusahaan juga memberikan bibit french
beans pada petani yang bekerjasama, hal tersebut dilakukan perusahaan agar
petani mendapat bibit unggul french beans dan penanaman mendapat hasil yang
terbaik. Bagi petani dan supplier yang bekerjasama dengan PT Bumi Sari Lestari,
biasanya akan dihubungi melalui pihak PT Bumi Sari Lestari mengenai
ketersediaan buah ataupun sayur yang diinginkan perusahaan. Sebelumnya
supplier tersebut akan berdiskusi mengenai cara pembelian. Cara pembelian
tersebut ada tiga jenis yaitu mou, trading, dan abras. Mou merupakan transaksi
yang melibatkan petani yang telah kontrak atau bekerjasama dengan PT Bumi Sari
Lestari pembelian dilakukan sesuai dengan perjanjian yang telah disepakati,
trading merupakan transaksi dimana buah atau sayur dari supplier dibeli tetapi
buah dan sayur yang tidak sesuai dengan spesifikasi akan dikembalikan, dan abras
pihak PT Bumi Sari Lestari membeli semua buah dan sayur yang telah disediakan
supplier.
Produksi dilakukan sesuai dengan order distributor luar negeri yang diterima
oleh perusahaan. Setiap tahunnya pengecekan akan buah dan sayur dilakukan oleh
distributor luar negeri mengenai kandungan yang terdapat pada sample buah atau
sayur yang dikirim oleh perusahaan sebelum dilakukan kerjasama ekspor.
distributor memberikan spesifikasi secara fisik dan kandungan yang harus
dipenuhi oleh perusahaan. Perusahaan akan merencanakan pemenuhan pemesanan
tersebut. Proses produksi sayur french beans diluar perusahaan dilakukan kontrol
terhadap petani dan supplier oleh agronom dari perusahaan. Kontrol dilakukan
II-4
oleh agronom agar sayur yang didapat perusahaan sesuai dengan kriteria yang
diinginkan pemesan. Proses produksi sayur french beans dalam perusahaan
dilakukan dalam beberapa tahapan.
1. Penimbangan
Pada saat sayur datang dilakukan penimbangan oleh penanggungjawab
penimbangan. Dilakukan pencatatan awal pada buku dan dicatatkan pada Slip
Proses Produksi (SPP) serta nomer nota terima (NTK).
Gambar 2.2 Penimbangan sayur
2. Penyortiran
Berikutnya french beans akan disortir sesuai dengan kriteria yang telah
ditentukan. Penyortiran dilakuakan oleh sekelompok produksi, kelompok ini
bertugas untuk menyortir hingga pengemasan french beans. Dalam kelompok
produksi ada seorang penanggungjawab yang mencatat dan mengawasi proses
yang ada. Kelompok produksi ini dibagi menjadi dua proses, yaitu penyortiran
dan pengemasan. Pencatatan dilakukan untuk jumlah french beans yang masuk
spesifikasi atau tidak.
Gambar 2.3 Penyortiran sayur
II-5
3. Pengemasan
Proses berikutnya yaitu pengemasan atau pengemasan. Pengemasan pertama
french beans akan dimasukkan kedalam plastik kemas yang ditimbang sesuai
dengan ketentuan, berikutnya kemasan-kemasan tersebut dimasukkan dalam
kardus french beans yang jumlahnya telah ditentukan.
Gambar 2.4 Pengemasan sayur
4. Penyimpanan
Penyimpanan french beans dilakukan bila kuota produksi telah dipenuhi dan
terdapat sisa french beans yang telah disortir.
Gambar 2.5 Penyimpanan sayur
5. Pengiriman
Setelah pengemasan dilakukan proses berikutnya adalah pengiriman.
Pengiriman ke luar negeri dilakukan oleh perusahaan yang telah bekerjasama
dengan PT Bumi Sari Lestari. Sehingga PT Bumi Sari Lestari hanya mengirim
hingga ke tempat perusahaan tersebut. Dilakukan pemasukan muatan oleh
pegawai dan dilakukan pengawasan oleh seorang penanggungjawab pengiriman,
seorang driver dan pegawai akan mengantar barang yang tersebut hingga ke
forwarder dan diberikan delivery note.
II-6
Gambar 2.6 Pengiriman sayur
2.2 Tinjauan Teori
Pada subbab ini akan dijelaskan mengenai landasan teori yang digunakan
dalam penelitian ini. Antara lain rantai pasok, traceability, SCOR (Supply chain
Operation Reference), Radio Frequency Identification (RFID), tanaman buncis,
dan penelitian terkini.
2.2.1 Rantai Pasok
Rantai pasok merupakan cara-cara yang dilakukan oleh perusahaan yang
terintegrasi untuk menambah atau meningkatkan efesiensi melalui mata rantai
supplier yang terkait, mulai dari supplier awal hingga customer akhir. Cara
perusahaan tersebut dilakukan dengan meningkatkan komunikasi dan kerjasama
dalam setiap kaitan rantai perusahaan, yang terlibat dalam pembuatan produk
(Kosasih, 2009). Sedangkan menurut Nahmias (2005), sebuah rantai pasokan
adalah seluruh jaringan yang terkait pada aktivitas dari sebuah proses yang
mengaitkan pemasok, pabrik, gudang, toko, dan pelanggan.
Menurut Pujawan (2005) rantai pasok merupakan jaringan perusahaan-
perusahaan yang bersama-sama bekerja sama untuk menciptakan dan
menghantarkan suatu produk ke tangan pemakai akhir. Yang termasuk
perusahaan-perusahaan tersebut antara lain supplier, pabrik, distributor, toko atau
retailer, serta perusahaan-perusahaan pendukung seperti perusahaan jasa logistik.
Pada rantai pasok biasanya terdapat tiga macam aliran yang harus dikelola. Aliran
pertama yaitu barang yang mengalir dari hulu (upstream) ke hilir (downstream),
produk yang selesai diproduksi dikirim ke distributor, lalu ke retailer, kemudian
II-7
ke pemakai akhir. Aliran kedua yaitu aliran uang dan sejenisnya yang mengalir
dari hilir ke hulu. Dan aliran ketiga yaitu aliran informasi yang terjadi dari hulu ke
hilir maupun sebaliknya. Informasi mengenai ketersediaan kapasitas, status
pengiriman, dan informasi yang lainnya terkait tentang aliran barang yang
disediakan oleh perusahaan-perusahaan dalam hal ini termasuk supplier, pabrik,
distributor, toko atau retailer, serta perusahaan-perusahaan pendukung berguna
untuk menciptakan integrasi dan menghantarkan suatu produk ke tangan pemakai
akhir.
Dalam rantai pasok terjadi komunikasi secara dua arah. Informasi mengenai
jumlah permintaan serta kebutuhan dan keinginan konsumen dapat diperoleh
melalui konsumen sebagai pengguna produk. Informasi yang telah diperoleh
kemudian disampaikan kepada jaringan pemasaran yang dimiliki untuk diteruskan
kepada perusahaan. Lalu perusahaan akan melakukan evaluasi untuk menanggapi
informasi dari pelanggan. Informasi yang berasal dari konsumen dapat digunakan
untuk mengevaluasi supplier bahan baku serta sumber daya yang dibutuhkan
untuk memenuhi permintaan konsumen tersebut. Oleh karena itu rantai pasok
harus dikelola dengan baik agar berjalan sesuai dengan prosedur. Pelaku rantai
pasok mencakup semua bagian diantaranya suppliers, produsen, distributor dan
pelanggan, baik secara langsung maupun tidak langsung dalam memenuhi
permintaan pelanggan.
Supply chain (rantai pasok) adalah suatu sistem yang dilakukan oleh
kelompok-kelompok atau organisasi untuk menyalurkan barang atau jasa yang
mereka produksi hingga sampai kepada tangan end customer dengan mempunyai
tujuan yang sama yaitu membuat pengadaan dan penyaluran produk tersebut
sebaik mungkin (Indrajit, 2002). Sistem tersebut meliputi kegiatan-kegiatan
penting, berhubungan dengan supplier, distributor, dan konsumen (Djokopranoto,
2002). Menurut Schroeder dalam Rangkuti (2004) rantai pasok merupakan alur
aliran proses bisnis dan informasi mengenai suatu produk atau jasa yang terdapat
berbagai informasi yang dibutuhkan dalam menghasilkan produk atau jasa
tersebut serta proses yang dilalui produk atau jasa tersebut, mulai dari aktifitas
manufaktur hingga distribusi ke customer akhir. Dari pendefinisian tersebut pada
penelitian ini pengertian rantai pasok adalah aliran proses bisnis dan informasi
II-8
yang terdapat dalam masing-masing entitas terhadap area bisnis serta aktifitasnya
dari supplier, distributor, pasar, ritel atau toko yang berintegrasi menghantarkan
produk ke pengguna akhir.
2.2.2 Traceability
Beberapa organisasi dan peneliti masing-masing memiliki definisi
tersendiri mengenai traceability. Diantaranya adalah:
a. Sistem manajemen mutu ISO 9000:2000, traceability memiliki
definisi kemampuan dalam melacak sejarah, lokasi atau aplikasi yang
dapat menjadi pertimbangan yang berhubungan dengan asal bahan dan
suku cadang, serta sejarah pengolahan.
b. Codex Alimentarius mendefinisikan traceability secara sederhana
yaitu kemampuan dalam mengikuti perjalanan pangan pada setiap tahapan
produksi, proses, dan distribusi.
c. Kamus Webster mendefinisikan traceability adalah kemampuan untuk
mengikuti atau studi tentang kedetailan, tahap demi tahap, sejarah
mengenai aktivitas atau proses yang pasti
d. Kemampuan untuk menelusur asal usul, pemakaian, atau lokasi dari
sesuatu dibawah pertimbangan tertentu (International Organization for
Standardization, 1994).
e. Traceability merupakan kensep hubungan semua produk dan semua
jenis dari rantai pasok (Regattieri dkk., 2007).
CIES tahun 2005 mengungkapkan sistem traceability memiliki beberapa
tujuan antara lain :
1. Keamanan pangan
Dalam hal ini traceability berperan dalam keamanan pangan untuk
mencegah insiden makanan berbahaya yang terjadi. Dengan adanya traceability
proses penelusuran produk ke sumber bahaya lebih efisien dan sederhana bila
setiap entitas atau mitra dalam rantai produk memiliki catatan yang terorganisir
sehingga dapat mengidentifikasi produk yang berpotensi berbahaya, mencegah
atau meminimalkan bahaya untuk konsumen, serta menghindari opini negatif
II-9
publik pada produk tertentu yang dapat membuat penurunan penjualan pada
produk lainnya.
2. Membantu industri dalam penjaminan mutu dan pemantauan proses
Sistem traceability merupakan sistem yang dapat terintegrasi dengan sistem
yang lain seperti RFID serta berkaitan dengan kualitas dan juga sistem manajemen
produksi. Pada sistem lain dalam traceability akan berorientasi pada proses serta
produk yang bersifat proaktif dan reaktif, kualitas dan sistem manajemen
produksi berguna dalam memantau produk sebagai tindakan korektif dalam
memastikan produk aman dan sesuai standar sementara traceability akan bereaksi
dengan mengingat ketidakamanan produk dan produk yang keluar dari standar
pasar.
3. Meningkatkan produksi
Informasi yang terdapat dalam rantai traceability memungkinkan untuk
membangun historis pada suatu daerah mengenai produksi, pengolahan,
penyimpanan, transportasi, dan membuat feedback untuk meningkatkan kualitas
dari produk, hasil, kondisi, dan pengiriman, sehingga keamanan dan kualitas
pangan bagi konsumen terjamin. Dari informasi traceability yang didapat oleh
produsen akan membantu produsen dalam membuat keputusan yang bertujuan
untuk meningkatkan produksi.
Pada prakteknya ada beberapa jenis sistem traceability antara lain :
1. Paper-base Traceability Systems
Sistem berbasis kertas ini adalah bentuk paling sederhana dari pencatatan
informasi sistem ketertelusuran. Sistem kertas bergantung pada pengguna untuk
merumuskan template pencatatan yang efektif sehingga dapat digunakan untuk
merekam parameter penting terkait dengan produk.
Sistem kertas dapat menjadi pilihan paling mudah, namun sebenarnya mahal
untuk operasional kecil karena operator harus mempertimbangkan waktu yang
dibutuhkan untuk mencatat, memelihara catatan kertas, dan kemampuan untuk
mencari referensi melalui catatan jika masalah terjadi.
Selain itu semua informasi yang dicatat dalam paper-base traceability
mempunyai kekurangan yaitu memperlambat analisis informasi, informasi
II-10
terputus-putus, tidak dapat di akses secara bersamaan, sehingga secara tidak
langsung akan menambah biaya dan waktu yang diperlukan.
Kelebihan :
a. Biaya rendah.
b. Praktis.
c. Tahan lama jika diarsipkan dalam kondisi yang baik.
d. Dokumen ditandatangani, sebagai dasar hukum representasi.
Kelemahan :
a. Pengambilan dokumen dapat memakan waktu.
b. Jumlah dokumen untuk diarsipkan bisa sangat banyak.
c. Kertas rentan terhadap kelembaban, api dll.
d. Pertukaran informasi hanya pada waktu-waktu lokasi tertentu.
e. Kertas dapat dengan mudah disalin atau dipalsukan.
f. Sekali hilang, informasi tidak dapat dengan mudah direkonstruksi.
g. Susah dan tidak praktis untuk dianalisis.
2. Computer-base Systems
Informasi yang dapat direkam di atas kertas dapat ditangkap pada sistem
teknologi informasi. Sistem informasi memiliki keuntungan tambahan untuk dapat
menghubungkan dan mengolah data sebagai bagian dari sistem manajemen secara
keseluruhan .
Kelebihan :
a. Informasi dapat dikorelasikan untuk mengidentifikasi dengan cepat dan
efisien.
b. Ketertelusuran interlinking informasi dengan penjualan / produksi /
account dll
c. Interlinking perangkat lunak dengan mitra eksternal (pemasok /
pelanggan)
Kekurangan :
a. Biaya lebih mahal.
b. Terkadang sistem tidak dapat disinkronkan dengan sistem lain atau
perangkat lunak lain.
II-11
3. Bar Coding Systems
Bar coding adalah teknologi yang relatif matang dan telah digunakan secara
ekstensif dibeberapa sektor perindustrian. Pada dasarnya barcode menggunakan
kode numerik atau alfanumerik sebagai sarana identifikasi. Kode ini diterapkan
pada label dan dibaca dengan pembaca kontak.
Tujuan utama dari barcode adalah untuk mengidentifikasi item dan
menghilangkan atau mengurangi kesalahan manusia dengan menyediakan
pendekatan elektronik antarmuka dengan sistem komputer perusahaan.
4. RFID Systems
Radio frequency identification (RFId) adalah versi elektronik dari teknologi
barcode, tidak perlu seorang individu berhadapan langsung karena informasi
dilewatkan melalui gelombang radio. Penerapan teknologi barcode dalam
teknologi rantai pasokan secara luas diterapkan di seluruh entitas rantai. Informasi
tentang barcode harus melewati dari satu tahap ke tahap lainnya di seluruh rantai.
Pada kenyataannya bahwa RFId hanya mengurangi risiko kesalahan manusia,
barcoding memberikan mekanisme yang sangat baik di semua sektor untuk
melacak gerakan dari rantai pasokan.
Keuntungan :
a. Standar untuk kode produk (EAN / UCC) sudah matang.
b. Banyak digunakan dan biayanya efektif.
c. Digunakan untuk melacak batch.
d. Digunakan untuk paket-paket individual.
e. Dapat merekam tanggal kadaluwarsa.
Kekurangan :
a. Pembacaan tag terkadang harus didekatkan secara langsung.
Berdasar pendefinisian serta tujuan dari traceability yang ada pada
penelitian ini, traceability didefinisikan sebagai kemampuan dalam menelusur
alur rantai pasok suatu produk untuk mendapatkan informasi yang dapat
digunakan untuk penjaminan mutu serta kualitas suatu produk.
II-12
2.2.2.1 Manfaat Traceability
Dalam kaitannya dengan rantai pasok makanan, beberapa peneliti
menyebutkan bahwa traceability sangat potensial dalam mengurangi risiko dan
biaya yang berhubungan dengan penanganan penyakit pada makanan serta
menghilangkan bahaya pada keamanan makanan. Beberapa penelitian
menyebutkan bahwa terdapat banyak manfaat pada traceability yaitu mengurangi