BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Remaja Putri 2.1.1 Definisi Masa remaja merupakan masa peralihan dari masa kanak-kanak ke masa dewasa yang meliputi perubahan biologis, psikologis, dan sosial. World Health Organization (WHO) menentukan usia remaja antara 12 – 24 tahun. Salah satu tanda seorang perempuan telah memasuki usia pubertas adalah terjadinya menstruasi. Menstruasi adalah pengeluaran cairan secara berkala dari vagina selama usia reproduksi. Menstruasi biasanya terjadi pada usia 11 tahun dan berlangsung hingga menopause (pada usia 45 – 55 tahun). Gangguan ginekologi pada masa remaja yang sangat sering terjadi adalah gangguan yang berhubungan dengan siklus menstruasi, pendarahan uterus disfungsi, yang termasuk di dalamnya adalah dismenore, pre menstrual syndrome, dan hirsutisme. Gangguan yang paling sering terjadi adalah dismenore. (Kusmiran, E, 2011. Kesehatan Reproduksi Remaja dan Wanita. Salemba Medika : Jakarta) Masa remaja adalah usia antara masa anak-anak dan dewasa, yang secara biologis antara 10 sampai 19 tahun. perubahan terpenting yang terjadi pada gadis remaja adalah datang haid yang pertama kali atau menarche, biasanya sekitar umur 10 sampai 16 tahun. Di daerah, menarche dianggap sebagai tanda kedewasaan, dan gadis yang mengalami menarche dianggap sudah masanya melakukan tugas-tugas sebagai seorang wanita,hasil dari
26
Embed
BAB II TINJAUAN PUSTAKA - UNMERBAYA II.pdf · 2019. 9. 23. · BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Remaja Putri 2.1.1 Definisi Masa remaja merupakan masa peralihan dari masa kanak-kanak ke
This document is posted to help you gain knowledge. Please leave a comment to let me know what you think about it! Share it to your friends and learn new things together.
Transcript
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Remaja Putri
2.1.1 Definisi
Masa remaja merupakan masa peralihan dari masa kanak-kanak ke
masa dewasa yang meliputi perubahan biologis, psikologis, dan sosial.
World Health Organization (WHO) menentukan usia remaja antara 12 – 24
tahun. Salah satu tanda seorang perempuan telah memasuki usia pubertas
adalah terjadinya menstruasi. Menstruasi adalah pengeluaran cairan secara
berkala dari vagina selama usia reproduksi. Menstruasi biasanya terjadi
pada usia 11 tahun dan berlangsung hingga menopause (pada usia 45 – 55
tahun). Gangguan ginekologi pada masa remaja yang sangat sering terjadi
adalah gangguan yang berhubungan dengan siklus menstruasi, pendarahan
uterus disfungsi, yang termasuk di dalamnya adalah dismenore, pre
menstrual syndrome, dan hirsutisme. Gangguan yang paling sering terjadi
adalah dismenore. (Kusmiran, E, 2011. Kesehatan Reproduksi Remaja dan
Wanita. Salemba Medika : Jakarta)
Masa remaja adalah usia antara masa anak-anak dan dewasa, yang
secara biologis antara 10 sampai 19 tahun. perubahan terpenting yang terjadi
pada gadis remaja adalah datang haid yang pertama kali atau menarche,
biasanya sekitar umur 10 sampai 16 tahun. Di daerah, menarche dianggap
sebagai tanda kedewasaan, dan gadis yang mengalami menarche dianggap
sudah masanya melakukan tugas-tugas sebagai seorang wanita,hasil dari
riset kesehatan dasar (Riskesdas) tahun 2010 bahwa rata-rata usia
menarche di Indonesia 13 tahun, dan hasil ini tidak jauh berbeda dengan
hasil penelitian yang dilakukan Gumanga (2012) di Ghana bahwa usia
menarche 12,5 tahun; panjang siklus menstruasi 27,9 hari, lama menstruasi
5 hari. Beberapa responden memiliki menstruasi yang tidak teratur selama
enam bulan setelah menarche dan prevalensi dismenorea sebanyak 27,4%.
Masa remaja diawali oleh masa pubertas yaitu masa terjadinya
perubahan-perubahan fisik meliputi penampilan fisik seperti tubuh dan
proporsi tubuh dan fungsi fisiologi (kematangan organ-organ seksual).
Pada remaja putri ditandai dengan pembesaran buah dada dan pinggul.
Pada masa remaja ini, remaja mengalami perubahan diantaranya
perubahan fisik, menyangkut pertumbuhan dan kematangan organ
reproduksi, perubahan intelektual, perubahan bersosialisasi, dan perubahan
kematangan kepribadian termasuk emosi. Pada perempuan diawali dengan
datangnya menstruasi yang pertama kali yang biasa disebut
menarche(Kusmiran, 2011)
Menurut Batubara, (2012) salah satu tanda pubertas pada remaja putri
yaitu terjadinya menstruasi. Pada saat menstruasi, masalah yang dialami oleh
hampir sebagian besar wanita adalah rasa tidak nyaman atau rasa nyeri yang
hebat. Hal ini biasa disebut dengan nyeri haid (dismenore). Remaja putri yang
mengalami nyeri haid (dismenore) pada saat menstruasi akan merasa terbatas
dalam melakukan aktivitas khususnya aktivitas belajar disekolah. Sedangkan
menurut Rohmat, (2013) aktivitas belajar adalah keterlibatan seseorang dalam
bentuk sikap, pikiran dan perhatian dalam
kegiatan belajar sebagai penunjang keberhasilan proses belajar mengajar
sehingga diperoleh manfaat dari kegiatan tersebut. Remaja putri yang
sedang mengalami nyeri haid (dismenore) sekaligus mengikuti kegiatan
pembelajaran, dapat menyebabkan aktivitas pembelajaran menjadi
terganggu, tidak bersemangat, konsentrasi menjadi menurun bahkan sulit
berkonsentrasi sehingga materi yang disampaikan selama pembelajaran
tidak dapat diterima dengan baik bahkan sampai ada yang tidak masuk
sekolah.
Remaja putri membutuhkan informasi tentang proses menstruasi
dan kesehatan selama menstruasi. Remaja putri akan mengalami kesulitan
dalam menghadapi menstruasi yang pertama kali terjadi jika sebelumnya
ia belum pernah mengetahui atau membicarakan baik dengan teman
sebaya atau dengan ibu mereka. Pada umumnya gadis remaja belajar
tentang haid dari ibunya. Hal ini seperti yang di hasilkan dari penelitian
Gumanga (2012) sebanyak 80,2% remaja putri mendapatkan konseling
dan pendidikan cara perawatan genetalia saat menstruasi dari orangtua
mereka. Sejalan dengan hasil penelitian Suryati (2012) bahwa perilaku
kebersihan saat menstruasi remaja dipengaruhi oleh dukungan orangtua.
2.2 Dismenore
2.2.1 Definisi Dismenore
Pada sebagian wanita yang mengalami menstruasi akan timbul
nyeri saat menstruasi yang biasanya disebut dismenore. Dysmenorrhea
berasal dari bahasa Yunani: dys yang berarti sulit, nyeri, abnormal, meno
berarti bulan, dan rrhea berarti aliran. Dysmenorrhea atau dismenore
dalam bahasa indonesia berarti nyeri pada saat menstruasi. Hampir semua
wanita mengalami rasa tidak enak pada perut bagian bawah saat
menstruasi. Namun, istilah dismenore hanya dipakai bila nyeri begitu
hebat sehingga mengganggu aktivitas dan memerlukan obat-obatan
(Sukarni dan Margareth, 2013)
2.2.2. Klasifikasi Dismenore
Nyeri haid dapat digolongkan berdasarkan jenis nyeri dan ada
tidaknyakelainan yang dapat di amati. Berdasarkan jenis nyeri, nyeri haid
dapat dibagi menjadi, disminore spasmodik dan dismenore kongestif
(Calis, 2011).
1) Nyeri Spasmodik
Nyeri spasmodik terasa di bagian bawah perut dan berawal seblum
masa haid atau segera setelah masa hadi mulai. Banyak perempuan
terpaksa harus berbaring karena terlalu menderita nyeri itu sehingga ia
tidak dapat mengerjakan apapun. Ada diantara mereka yang pingsan,
merasa sangat mual, bahkan ada yang benar-benar muntah. Kebanyakan
penderitanya adalah perempuan muda walaupun dijumpai pula pada
kalangan yang berusia 40 tahun ke atas. Dismenore spasmodik dapat
diobati atau paling tidak dikurangi dengan lahirnya bayi pertama
walaupun banyak pula perempuan yang tidak mengalami hal seperti itu.
2). Nyeri Kongestif
Penderita dismenore kongestif yang biasanya akan tahu sejak
berhari-hari sebelumnya bahwa masa haidnya akan segera tiba. Mereka
mungkin akan mengalami pegal, sakit pada buah dada, perut kembung
tidak menentu, sakit kepala, sakit punggung, pegal pada paha, merasa
lelah atau sulit dipahami, mudah tersinggung, kehilangan
keseimbangan, menjadi ceroboh, terganggu tidur, atau muncul memar
di paha dan lengan atas. Semua itu merupakan simptom pegal
menyiksa yang berlangsung antara 2 atau 3 hari sampai kurang dari 2
minggu. Proses mentruasi mungkin tidak terlalu menimbulkan nyeri
jika sudah berlangsung. Bahkan setelah hari pertama masa haid, orang
yang menderita dismenore kongestif akan merasa lebih baik,
Sedangkan berdasarkan ada tidaknya kelainan atau sebab yang dapat
diamati, nyeri haid dapat di amati, nyeri haid dapat dibagi menjadi,
dismenore primer dan dismenore sekunder.
a. Dismenore Primer
Dismenore primer adalah nyeri haid yang dijumpai tanpa adanya
kelainan pada alat-alat genital yang nyata. Dismenore primer terjadi
beberapa waktu setelah menarche biasanya setelah 12 bulan atau lebih,
oleh karena siklus-siklus haid pada bulan-bulan pertama setelah
menarche umumnya berjenis anovulator yang tidak disertai dengan rasa
nyeri. Rasa nyeri timbul tidak lama sebelumnya atau bersama-sama
dengan permulaan haid dan berlangsung untuk beberapa jam, walaupun
pada beberapa kasus dapat berlangsung beberapa hari. Sifat rasa nyeri
adalah kejang berjangkit-jangkit, biasanya terbatas pada perut bagian
bawah, tetapi dapat menyebar ke daerah pinggang dan paha. Bersamaan
dengan rasa nyeri dapat dijumpai rasa mual, muntah, sakit kepala, diare,
iritabilitas dan sebagainya. Gadis dan perempuan muda dapat diserang
nyeri haid primer. Dinamakan dismenore primer karena rasa nyeri timbul
tanpa ada sebab yang dapat dikenali. Nyeri haid primer hampir selalu
hilang sesudah perempuan itu melahirkan anak pertama, sehingga dahulu
diperkirakan bahwa rahim yang agak kecil dari perempuan yang belum
pernah melahirkan menjadi penyebabnya, tetapi belum pernah ada bukti
dari teori itu (Hermawan, 2012)
b. Dismenore Sekunder
Dismenore sekunder adalah nyeri haid yang disertai kelainan
anatomis genitalis, tanda-tanda klinik dari dismenore sekunder adalah
endometriosis, radang pelvis, fibroid, adenomiosis, kista ovarium dan
kongesti pelvis. Umumnya dismenore sekunder tidak terbatas pada
haid, kurang berhubungan dengan hari pertma haid, terjadi pada
perempuan yang lebih tua (30-40 th) dan dapat disertai dengan gejala
yang lain (dispareunia, kemandulan dan perdarahan yang abnormal)
(Hermawan, 2012).
Dismenore adalah nyeri saat haid yang terasa di perut bagian
bawah dan muncul sebelum, selama atau setelah menstruasi. Nyeri
dapat bersifat kolik atau terus menerus (Badziad, 2003).
Wanita yang mengalami dismenore memproduksi prostaglandin 10
kali lebih banyak dari wanita yang tidak dismenore. Prostaglandin
menyebabkan meningkatnya kontraksi uterus, dan pada kadar yang
berlebih akan mengaktivasi usus besar. Dismenore terjadi karena
peningkatan prostaglandin (PG) F2-alfa yang merupakan suatu
sikloogsigenase(C0X-2) yang mengakibatkan hipertonus dan
vasokontriksi pada miometrium sehingga terjadi iskemia dan nyeri haid
Setiap perempuan usia reproduksi memiliki proses reguler yang
dialami hampir setiap bulannya, proses alami ini disebut menstruasi.
Siklus menstruasi ini biasanya diawali pada usia remaja 9-12 tahun.
Menstruasi memiliki siklus dengan beberapa tahapan yang dikendalikan
oleh interaksi hormon yang akan membuat peluruhanpada dinding uterus
yang nantinya dikeluarkan melalui vagina.Saat menstruasi seringkali
menjadi saat-saat yang menyiksa dan menegangkan. Meskipun datang
secara rutin, tidak sedikit dari perempuan usia reproduksi tersebut
mengalami ketidaknyamanan setiap mengalami menstruasi. Kurangnya
pengetahuan remaja mengenai gangguan
menstruasi menyebabkan ketidaksiapan saat mengalami ketidaknyamanan
menstruasi. Ketidaknyamanan tersebut dapat berupa gangguan emosional
atau gangguan rasa nyeri sehingga seringkali dapat mengganggu
produktivitas kerja. Rasa nyeri saat menstruasi atau yang
biasa disebut dismenorea, merupakan nyeri yang terjadi tanpa tanda-
tanda infeksi atau penyakit panggul. Dismenorea biasanya terjadi
akibat pelepasan prostaglandin dari sel-sel endometrium.Prostaglandin
merupakan hormon perangsang kontraksi otot polos miometrium dan
kontriksi pembuluh darah uterus. Hal inilah yang menyebabkan
hipoksia uterus yang biasa terjadi saat menstruasi semakin parah,
sehingga timbul rasa nyeri yang berlebihan. (Prawiroharjo, 2009).
Intensitas nyeri yang dirasakan setiap perempuan berbeda-beda.
Nyeri dismenorea dapat berupa nyeri ringan, sedang atau bahkan nyeri
yang berat sehingga penderita tidak dapat melakukan aktifitas fisik.
Perbedaan rasa nyeri ini dapat dipengaruhi oleh beberapa faktor seperti
kadar prostaglandin, kelainan letak rahim, faktor psikologis, penyakit
menahun dan anemia. (Prawirohardjo, 2009).
Secara patofisiologi, kondisi dismenore terjadi karena peningkatan
sekresi prostaglandin F2a pada fase luteal siklus menstruasi. Sekresi F2
alfa prostaglandin yang meningkat menyebabkan peningkatan frekuensi
kontraksi uterus sehingga menyebabkan terjadinya vasospasme dan
iskemia pada pembuluh darah arteri uterus. Hal ini dapat menyebabkan
perempuan penderita mengalami kram pada perut. Respons iskemik yang
terjadi pada kondisi dismenore menyebabkan sakit pada daerah pinggang