BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Tinjauan Teori 1. Tidur a. Definisi Tidur merupakan suatu keadaan tidak sadar dimana persepsi dan reaksi individu terhadap lingkungan menurun bahkan hilang, dan dapat dibangunkan dengan rangsangan yang cukup. Tujuan seseorang tidur tidak jelas diketahui, namun diyakini tidur diperlukan untuk menjaga keseimbangan mental emosional, fisiologis, dan kesehatan (Asmadi, 2008). Tidur merupakan kondisi tidak sadar dimana individu dapat dibangunkan oleh stimulus atau sensoris yang sesuai (Guyton, 1986), atau juga dapat dikatakan sebagai keadaan tidak sadarkan diri yang relatif, bukan hanya keadaan penuh ketenangan tanpa kegiatan, tetapi lebih merupakan suatu urutan siklus yang berulang, dengan ciri adanya aktifitas yang minim, memiliki kesadaran yang bervariasi, terdapat perubahan proses fisiologis, dan terjadi penurunan respons terhadap rangsangan dari luar (Hidayat, 2006). Berdasarkan uraian di atas disimpulkan bahwa tidur merupakan salah satu kebutuhan dasar setiap organisme untuk menjaga kondisi tubuh, tidur juga merupakan suatu proses dimana tubuh yang semula bekerja penuh akan turun saat tidur dan di saat tidur tersebut tubuh akan merilekskan organ tubuh dan memperbaiki sel-sel tubuh yang rusak secara maksimal, dan juga membantu merileksasi kerja otak.
24
Embed
BAB II TINJAUAN PUSTAKA Tidur merupakan suatu keadaan ...digilib.unimus.ac.id/files/disk1/153/jtptunimus-gdl-ekarahmawa... · melalui sel dan organ tepi, keadaan terbangun di aktifasi
This document is posted to help you gain knowledge. Please leave a comment to let me know what you think about it! Share it to your friends and learn new things together.
Transcript
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Tinjauan Teori
1. Tidur
a. Definisi
Tidur merupakan suatu keadaan tidak sadar dimana
persepsi dan reaksi individu terhadap lingkungan menurun bahkan
hilang, dan dapat dibangunkan dengan rangsangan yang cukup.
Tujuan seseorang tidur tidak jelas diketahui, namun diyakini tidur
diperlukan untuk menjaga keseimbangan mental emosional,
fisiologis, dan kesehatan (Asmadi, 2008).
Tidur merupakan kondisi tidak sadar dimana individu dapat
dibangunkan oleh stimulus atau sensoris yang sesuai (Guyton,
1986), atau juga dapat dikatakan sebagai keadaan tidak sadarkan
diri yang relatif, bukan hanya keadaan penuh ketenangan tanpa
kegiatan, tetapi lebih merupakan suatu urutan siklus yang berulang,
dengan ciri adanya aktifitas yang minim, memiliki kesadaran yang
bervariasi, terdapat perubahan proses fisiologis, dan terjadi
penurunan respons terhadap rangsangan dari luar (Hidayat, 2006).
Berdasarkan uraian di atas disimpulkan bahwa tidur
merupakan salah satu kebutuhan dasar setiap organisme untuk
menjaga kondisi tubuh, tidur juga merupakan suatu proses dimana
tubuh yang semula bekerja penuh akan turun saat tidur dan di saat
tidur tersebut tubuh akan merilekskan organ tubuh dan
memperbaiki sel-sel tubuh yang rusak secara maksimal, dan juga
membantu merileksasi kerja otak.
b. Fisiologi tidur
Tidur adalah proses fisiologis yang bersiklus yang
bergantian dengan priode yang lama dari keterjagaan. Siklus tidur
terjaga mempengaruhi dan mengatur fungsi fisiologis dan respon
prilaku. Dua sistem didalam batang otak, sistem pengaktifasi
retikulum dan daerah sinkronisasi bulbar diyakini bekerja bersama
mengontrol sifat siklus pada tidur formasi retikulum ditemukan
dibatang otak, ini membentang keatas sampai ke medula, pons, otot
tengah dan kemudian ke hipotalamus, ini bisa terjadi banyak sel
saraf dan serabut saraf mempunyai hubungan yang melalui impul
kedalam korteks serebral dan kedalam medula spinalis. Formasi
retikulum membantu reflek dan gerakan voliunter maupun aktifitas
kortek yang berkaitan dengan keadaan sadar penuh selama tidur,
sistem reticulum mengalami beberapa setimulasi dari korteks
serebral dan dari sel dan organ sensori tepi. Sebagai contoh : ketika
alam membangunkan kita dari tidur keadaan sadar apabila
menyadari bahwa harus mempersiapkan diri kita untuk hari ini.
Sensasi nyeri, tekanan dan suara menimbulkan keadaan terbangun
melalui sel dan organ tepi, keadaan terbangun di aktifasi oleh
korteks serebral dan sensasi tubuh selama tidur stimulasi dari
korteks adalah minimal (Potter & Perry, 2006).
c. Tahapan Siklus Tidur
Menurut (Asmadi, 2008), tahapan tidur dapat diklasifikasikan
dalam dua kategori yaitu tidur dengan gerakan bola mata yang
lambat Non-Rapid Eye Movement (NREM), dan tidur dengan
gerakan bola mata yang cepat Rapid Eye Movement (REM).
1) Tidur Non-REM
Tidur NREM merupakan tidur yang nyaman dan
dalam. Pada tidur NREM gelombang otak lebih lambat
dibandingkan pada orang yang sadar atau tidak tidur.
Tanda-tanda tidur NREM antara lain: mimpi berkurang,
tekanan darah turun, frekuensi pernafasan menurun, proses
metabolisme menurun, dan gerakan bola mata melambat.
Tidur NREM memiliki empat tahap diantaranya:
a) Tahap I
Tahap I merupakan tahap transisi dimana seseorang
beralih dari sadar menjadi tidur. Pada tahap I ini
ditandai dengan sesorang merasa rileks, seluruh otot
menjadi lemas, kelopak mata menutup mata, kedua bola
mata bergerak ke kiri ke kanan, kecepatan jantung dan
pernapasan menurun secara jelas. Seseorang yang tidur
pada tahap I ini dapat dibangunkan dengan mudah.
b) Tahap II
Merupakan tahap tidur ringan dan proses tubuh
terus menurun. Tahap II ini ditandai dengan kedua bola
mata berhenti bergerak, suhu tubuh menurun, tonus otot
perlahan-lahan berkurang, serta kecepatan jantung dan
pernapasan turun dengan jelas. Tahap II ini berlangsung
sekitar 10-15 menit.
c) Tahap III
Pada tahap ini, keadaan fisik lemah karena kekuatan
tonus otot lenyap secara menyeluruh. Kecepatan
jantung, pernapasan, dan proses tubuh pun ikut
mengalami penurunan akibat dominasi sistim saraf
parasimpatis. Sesorang yang tidur pada tahap III ini
sulit untuk dibangunkan.
d) Tahap IV
Tahap IV merupakan tahap tidur dimana seseorang
berada dalam keadaan rileks, jarang bergerak karena
keadaan fisik yang sudah lemah lunglai, dan sulit
dibangunkan. Denyut jantung dan pernapasan menurun
sekitar 20-30%, pada tahap ini dapat terjadi mimpi,
selain itu tahap IV ini juga dapat memulihkan keadaan
tubuh.
Selama tidur malam sekitar 7-8 jam, seseorang
mengalami REM dan NREM bergantian sekitar 4-6
kali. Apabila seseorang mengalami kehilangan tidur
NREM, maka akan menunjukan gejala-gejala sebai
berikut:
(a) Menarik diri, apatis, dan respon menurun.
(b) Merasa tidak enak badan.
(c) Ekpresi wajah kuyu.
(d) Malas bicara.
(e) Kantuk yang berlebihan.
2) Tidur REM
Tidur REM merupakan tidur dalam kondisi aktif
atau tidur paradoksal. Hal tersebut berarti tidur REM ini
sifatnya nyenyak sekali, tidur REM ditandai dengan mimpi,
otot-otot kendor, tekanan darah bertambah, gerakan mata
cepat (mata cenderung bergerak bolak-balik), sekresi
lambung meningkat, gerakan otot tidak teratur, kecepatan
jantung dan pernafasan teratur sering lebih cepat, serta suhu
dan metabolisme meningkat.
Apabila seorang mengalami kehilangan tidur REM,
maka akan menunjukan gejala-gejala sebagai berikut:
a) Cenderung hiperaktif.
b) Kurang dapat mengendalikan diri dan emosi (emosinya
labil).
c) Nafsu makan bertambah.
d) Bingung dan curiga.
Sedangkan apabila seseorang kehilangan tidur
keduanya, maka akan menunjukan manifestasi sebagai
berikut:
a) Kemampuan memberikan keputusan atau pertimbangan
menurun.
b) Tidak mampu untuk konsentrasi (kurang perhatian).
c) Terlihat tanda-tanda keletihan seperti penglihatan
kabur, mual, dan pusing.
d) Sulit melakukan aktifitas sehari-hari.
e) Daya ingat berkurang, bingung, timbul halusinasi, dan
ilusi penglihatan atau pendengaran.
Perubahan tahap ke tahap cenderung beriringan
dengan pergerakan tubuh dan pergerakan untuk tidur yang
dangkal cenderung terjadi tiba-tiba, dengan perpindahan
untuk tidur yang nyenyak cenderung bertahap.
d. Fungsi Tidur
Kegunaan tidur masih belum jelas diketahui (Hodgson,
1991), tidur juga dipercaya dapat mengkontribusi pemulihan
fisiologis dan psikologis manusia (Oswald, 1984). Menurut teori,
tidur adalah waktu perbaikan dan persiapan untuk priode terjaga
berikutnya. Selama tidur NREM, fungsi biologis menurun (Potter
& Perry, 2006).
Tidur merupakan salah satu kebutuhan untuk memperbaiki
proses biologis secara rutin. Selama tidur gelombang rendah yang
dalam (NREM tahap IV), tubuh melepaskan hormon pertumbuhan
manusia untuk memperbaiki dan memperbaharui sel epitel dan
khusus seperti sel otak (Horne, 1983; mandleson, 1987; Born,
Muth & Fehm, 1988; dalam Potter & Perry, 2006).
Menurut Kelly (2005) mengatakan bahwa manfaat tidur
sering diremehkan. Tidur nyenyak sangat penting dalam hal
menjaga tingkat energi untuk lingkaran kesibukan di kantor, di
rumah, bahkan aktifitas di waktu luang. Dengan tidur juga dapat