7 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pulau Bawean 2.1.1 Batas dan Luas Wilayah Pulau Bawean Bawean adalah sebuah pulau yang terletak di Laut Jawa, yang secara administratif termasuk dalam wilayah Kabupaten Gresik dan berjarak sekitar 150 km dari daratan utama Gresik ke arah utara pulau Jawa. Secara geografis Pulau Bawean berada diantara 5”42‟-5”53‟ LS dan 112”34‟-112”57‟ BT. Batas-batas Pulau Bawean sebelah barat, timur, utara, dan selatan adalah laut jawa. Pulau Bawean terbentuk dari sisa-sisa gunung berapi yang tua dengan ketinggian maksimal 655m. Bawean terbagi menjadi dua kecamatan, yaitu Kecamatan Tambak (13 desa) dan Kecamatan Sangkapura (17 desa). Bawean mempunyai beberapa pulau kecil yang mengelilinginya, antara lain Pulau Menuri, Pulau Noko, Pulau Selayar, Pulau Beci, Pulau Gili, Pulau Karangbila dan Pulau Tanjung Nusa (Tim Dispar Gresik, 2004). 2.1.2 Penduduk Berdasarkan data dari BPS Kabupaten Gresik (2011) jumlah penduduk Pulau Bawean sekitar 70.000 jiwa yang mayoritas bermata pencaharian sebagai nelayan, petani dan menjadi TKI di Malaysia dan Singapura. Menurut Al Irsad (2008: 6) sebagian besar penduduk Pulau Bawean merupakan hasil pembauran beberapa suku yang berasal dari Pulau Jawa, Kalimantan, Sulawesi dan Sumatera. STIKOM SURABAYA
43
Embed
BAB II TINJAUAN PUSTAKA SURABAYA - sir.stikom.edusir.stikom.edu/id/eprint/330/5/BAB II.pdf · 7 BAB II TINJAUAN PUSTAKA ... pengunjung pada titik-titik tertentu dimana ... Air Terjun
This document is posted to help you gain knowledge. Please leave a comment to let me know what you think about it! Share it to your friends and learn new things together.
Transcript
7
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Pulau Bawean
2.1.1 Batas dan Luas Wilayah Pulau Bawean
Bawean adalah sebuah pulau yang terletak di Laut Jawa, yang secara
administratif termasuk dalam wilayah Kabupaten Gresik dan berjarak sekitar 150
km dari daratan utama Gresik ke arah utara pulau Jawa. Secara geografis Pulau
Bawean berada diantara 5”42‟-5”53‟ LS dan 112”34‟-112”57‟ BT. Batas-batas
Pulau Bawean sebelah barat, timur, utara, dan selatan adalah laut jawa. Pulau
Bawean terbentuk dari sisa-sisa gunung berapi yang tua dengan ketinggian
maksimal 655m. Bawean terbagi menjadi dua kecamatan, yaitu Kecamatan
Tambak (13 desa) dan Kecamatan Sangkapura (17 desa). Bawean mempunyai
beberapa pulau kecil yang mengelilinginya, antara lain Pulau Menuri, Pulau
Noko, Pulau Selayar, Pulau Beci, Pulau Gili, Pulau Karangbila dan Pulau Tanjung
Nusa (Tim Dispar Gresik, 2004).
2.1.2 Penduduk
Berdasarkan data dari BPS Kabupaten Gresik (2011) jumlah penduduk
Pulau Bawean sekitar 70.000 jiwa yang mayoritas bermata pencaharian sebagai
nelayan, petani dan menjadi TKI di Malaysia dan Singapura. Menurut Al Irsad
(2008: 6) sebagian besar penduduk Pulau Bawean merupakan hasil pembauran
beberapa suku yang berasal dari Pulau Jawa, Kalimantan, Sulawesi dan Sumatera.
STIKOM S
URABAYA
8
Pulau Bawean dihuni oleh penduduk yang berasal dari Madura hingga
sampai tahun 1743 Pulau Bawean berada dibawah kekuasaan raja Madura, raja
Madura terakhir adalah Tjakradiningrat IV dari Bangkalan. Pengaruh Madura
tampak jelas dalam bahasa yang digunakan oleh penduduk, namun lama-kelamaan
terbentuk kebudayaan baru yang terpisah dari Madura dan terpengaruh oleh
kebudayaan Melayu yang berasal dari Singapura dan peisisir barat Melayu.
Kelompok penduduk lain yang sejak dahulu kala ikut menghuni Pulau Bawean
adalah penduduk dari Sulawesi Selatan (nelayan Bugis), Pulau Jawa dan
Palembang. Penduduk Pulau Bawean 99% merupakan pemeluk agama Islam, oleh
karena itu budaya islam merupakan denyut dan hidup penduduk Pulau Bawean
Jacob (1990:14-15).
2.1.3 Potensi Industri Wisata Pulau Bawean
Potensi dan peluang investasi di sektor pariwisata difokuskan untuk segera
mewujudkan industri pariwisata yang berfokus pada wisata alam. Berikut ini
potensi wisata yang dimiliki oleh Pulau Bawean yang dikutip dari Laporan Kajian
Pengembangan Potensi Pariwisata Kabupaten Gresik (2011), antara lain:
1. Objek Wisata Air Panas Sangkapura
Air Panas Sangkapura terletak di Desa Sawahmulya dan Sungai Rujing
Kecamatan Sangkapura dengan jarak 2 KM dari Pelabuhan Sangkapura.
Letak objek wisata yang relaif dekat dengan pelabuhan yang merupakan
pintu masuk utama Pulau Bawean menjadikan objek ini mudah dicapai oleh
wisatawan, selain itu posisi objek juga berdekatan dengan jalan lingkar
STIKOM S
URABAYA
9
Bawean yang mempermudah aksesibilitas objek wisata ini meskipun
kondisi jalannya belum memadai. Seperti pada gambar 2.1 sumber mata air
panas dikedua desa yang berbatasan tersebut berupa sumber air panas artesis
sisa gunung api purba yang kini sudah tidak aktif. Sumber air panas
merupakan fenomena alam yang menarik wisatawan untuk mengunjunginya
guna menikmati berendam atau mandi di sumber air panas tersebut.
Berlokasi ditengah bukit kapur dan onyx menjadikan sumber air panas ini
berpanorama indah.Selain itu, objek wisata ini sudah banyak dikenal oleh
wisatawan lokal dan wisatawan dari Malaysia serta Singapura.
Gambar 2.1 Objek Wisata Sumber Air Panas Sangkapura
Sumber: Laporan Kajian Pengembangan Potensi Pariwisata
Kabupaten Gresik (2011)
Kendala-Kendala Pengembangan Objek Wisata Air Panas Sangkapura
antara lain:
1) Status tanah di sekitar lokasi yang menjadi hak milik perorangan
masyarakat.
2) Adanya area terbangun oleh penduduk (5 rumah) di sekitar lokasi.
STIKOM S
URABAYA
10
3) Akses untuk kendaraan bermotor cukup sempit dengan kualitas jalan
yang masih belum layak.
4) Tidak adanya taman dengan tempat duduk untuk istirahat bagi
pengunjung pada titik-titik tertentu dimana dari tempat tersebut bisa
terlihat view pemandangan yang indah.
5) Belum tersedianya kolam penampungan air panas yang dapat
dimanfaatkan oleh pengunjung.
6) Belum adanya sarana penunjang wisata.
7) Terbatasnya layanan listrik dan telepon.
8) Belum tersedianya lampu penerangan yang berkarakter sesuai dengan
objek.
9) Belum adanya tempat peristirahatan bagi pengunjung yang ingin
bermalam.
2. Objek Wisata Air Terjun Kodhuk-Kodhuk
Air Terjun Kodhuk-Kodhuk terletak di Desa Patar Selamat Kecamatan
Sangkapura dengan jarak 7 KM dari Pelabuhan Sangkapura sehingga objek
ini dapat dijadikan sebagai pilihan bagi wisatawan untuk dikunjungi
berdasarkan jarak tempuhnhya. Dapat dilihat pada gambar 2.2 lingkungan air
terjun yang merupakan perbukitan dengan vegetasi hutan yang cukup rapat,
menjadikan panorama alamnya indah dengan udara yang cukup sejuk. Objek
wisata ini telah dikenal oleh wisatawan lokal maupun wisatawan dari
Malaysia dan Singapura.
STIKOM S
URABAYA
11
Gambar 2.2 Objek Wisata Air Terjun Kodhuk-Kodhuk
Sumber: Laporan Kajian Pengembangan Potensi Pariwisata
Kabupaten Gresik (2011)
Kendala-Kendala Pengembangan Objek Wisata Air Terjun Kodhuk-Kodhuk
adalah sebagai berikut:
1) Akses untuk kendaraan bermotor cukup sempit dengan kualitas jalan
desa yang sempit berlubang.
2) Belum tersedianya tempat duduk untuk istirahat bagi pengunjung pada
titik-titik tertentu dimana dari tempat tersebut bisa memandang view
keindahan objek.
3) Belum adanya sarana penunjang wisata.
4) Terbatasnya layanan listrik dan telepon.
5) Belum tersedianya lampu penerangan yang berkarakter sesuai dengan
objek.
6) Belum adanya tempat peristirahatan bagi pengunjung yang ingin
bermalam.
STIKOM S
URABAYA
12
3. Objek Wisata Air Terjun Laccar
Air Terjun Laccar terletak di Desa Teluk Dalam Kecamatan Sangkapura
dengan jarak 12 KM dari Pelabuhan Sangkapura. Lingkungan air terjun
yang merupakan perbukitan dengan vegetasi hutan yang cukup rapat,
menjadikan panorama alamnya indah dengan udara yang cukup sejuk. Area
air terjun dapat dikembangkan menjadi area permainan adventure sebagai
penunjang objek utama. Selain itu, area disekitar objek air terjun yang
belum terbangun pemukiman sehingga memudahkan proses pengembangan
objek (gambar 2.3).
Gambar 2.3 Objek Wisata Air Terjun Laccar
Sumber: Laporan Kajian Pengembangan Potensi Pariwisata
Kabupaten Gresik (2011)
Kendala-Kendala Pengembangan Objek Wisata Air Terjun Laccar adalah
sebagai berikut:
1) Akses untuk kendaraan bermotor cukup sempit dengan kualitas jalan
desa yang sempit berlubang.
STIKOM S
URABAYA
13
2) Belum tersedianya tempat duduk untuk istirahat bagi pengunjung pada
titik-titik tertentu dimana dari tempat tersebut bisa memandang view
keindahan objek.
3) Belum adanya sarana penunjang wisata.
4) Terbatasnya layanan listrik dan telepon.
5) Belum tersedianya lampu penerangan yang berkarakter sesuai dengan
objek.
6) Belum adanya tempat peristirahatan bagi pengunjung yang ingin
bermalam.
4. Objek Wisata Danau Kastoba
Danau Kastoba terletak di atas gugusan perbukitan ditengah Pulau Bawean.
Danau ini termasuk dalam wilayah Desa Paromaan Kecamatan Tambak dan
Desa Balik Terus Kecamatan Sangkapura dengan jarak 33 km dari
Pelabuhan Sangkapura dan berjarak 5 km dari Bandar udara Bawean yang
sedang dalam proses pembangunan sebagai alternatif pintu masuk menuju
pulau Bawean, menjadikan Danau Kastoba sebagai salah satu objek yang
dituju wisatwan. Lingkungan sekeliling danau yang merupakan area hutan
suaka alam memiliki vegetasi hutan yang cukup rapat dengan beragam
tumbuhan hutan subtropis, menjadikan panorama alamnya indah dengan
udara yang cukup sejuk. Seperti tampak pada gambar 2.4 Danau Kastoba
juga memiliki legenda yang dapat dijadikan sebagai nilai jual tabah kepada
wisatwan karena mayoritas wisatawan tertarik pada hal-hal yang berbau
legenda.
STIKOM S
URABAYA
14
Gambar 2.4 Objek Wisata Danau Kastoba
Kendala-Kendala Pengembangan Objek Wisata Danau Kastoba adalah
sebagai berikut:
1) Akses untuk kendaraan bermotor cukup sempit dengan kualitas jalan
desa yang sempit berlubang.
2) Jalan setapak mendaki bukit masih cukup terjal dan tidak berpengeras.
3) Belum tersedianya tempat duduk untuk istirahat bagi pengunjung pada
titik-titik tertentu dimana dari tempat tersebut bisa memandang view
keindahan objek.
4) Belum adanya sarana penunjang wisata.
5) Belum adanya layanan listrik dan telepon dilokasi.
6) Belum tersedianya lampu penerangan yang berkarakter sesuai dengan
objek.
7) Belum adanya tempat peristirahatan bagi pengunjung yang ingin
bermalam.
STIKOM S
URABAYA
15
5. Objek Wisata Kubur Panjang Pantai Tengghen
Objek ini terletak di Desa Lebak Kecamatan Sangkapura dengan jarak 4
KM dari Pelabuhan Sangkapura dan berdekatan dengan jalan lingkar
Bawean sehingga objek wisata ini mudah dicapai oleh wisatawan meskipun
kondisi jalan masih kurang memadai. Keindahan panorama pantai dengan
kubur tua yang memiliki ukuran 11,5 m dan terletak pada area dataran yang
luas menjadikan objek ini memiliki daya tarik yang cukup kuat untuk
dikembangkan sebagai objek wisata religi dan wisata alam dengan sarana
dan prasarana untuk yang lengkap seperti tampak pada gambar 2.5.
Gambar 2.5 Objek Wisata Kubur Panjang Pantai Tengghen
Sumber: Laporan Kajian Pengembangan Potensi Pariwisata
Kabupaten Gresik (2011)
Kendala-Kendala Pengembangan Objek Wisata Kubur Panjang Pantai
Tengghen adalah sebagai berikut:
1) Status tanah yang menjadi hak milik perorangan masyarakat. STIKOM S
URABAYA
16
2) Kawasan pantainya sudah mulai terbangun sebagai kawasan
pemukiman penduduk, sehingga untuk pengembangannya harus melalui
proses pembebasan tanah.
3) Jalan untuk kendaraan bermotor cukup sempit dengan kualitas jalan
yang masih buruk.
4) Buruknya sistem drainase di kawasan objek menyebabkan genangan air
dan banjir di kala turun hujan.
5) Tidak adanya taman dengan tempat duduk untuk istirahat bagi
pengunjung pada titik-titik tertentu dimana dari tempat tersebut bisa
memandang view keindahan objek.
6) Terbatasnya layanan listrik dan telepon.
7) Minimnya lampu penerangan yang berkarakter sesuai dengan objek.
8) Belum adanya layanan air bersih.
9) Tidak adanya ruang terbuka yang dapat dimanfaatkan untuk menggelar
pertunjukan.
6. Objek Wisata Pulau Selayar
Pulau Selayar termasuk dalam wilayah Desa Sungai Rujing Kecamatan
Sangkapura dengan jarak 4 KM dari Pelabuhan Sangkapura sehingga mudah
dicapai oleh wisatawan. Seperti tampak pada gambar 2.6 kawasan pantai
pulau ini memiliki hamparan pasir pantai dengan warna keputihan dan
mempunyai tekstur pasir yang lembut sehingga aman bagi wisatawan yang
ingin menjelajahi pantai tanpa alas kaki. Sedang di laut sekitar Pulau
STIKOM S
URABAYA
17
Selayar Banyak terdapat terumbu karang dengan ikan hias warna-warni
yang dapat dikembangkan sebagai diving and snorkeling spot bagi
wisatawan yang ingin menikmati panorama alam bawah laut.
Gambar 2.6 Objek Wisata Pulau Selayar
Sumber: Laporan Kajian Pengembangan Potensi Pariwisata
Kabupaten Gresik (2011)
Kendala-Kendala Pengembangan Objek Wisata Pulau Selayar adalah
sebagai berikut:
1) Akses untuk kendaraan bermotor dari jalur utama jalan lingkar Bawean
masih berupa jalan desa yang sangat sempit dan perlu ditingkatkan.
2) Belum adanya persewaan alat diving dan snorkling dengan pemandu
profesional dilokasi objek.
3) Belum tersedianya tempat duduk untuk istirahat bagi pengunjung pada
titik-titik tertentu dimana dari tempat tersebut bisa memandang view
keindahan objek.
4) Mulai terbangunnya area pantai sebagai perkampungan penduduk.
STIKOM S
URABAYA
18
5) Belum adanya sarana penunjang wisata.
6) Belum adanya layanan listrik dan telepon dilokasi.
7) Belum adanya layanan air bersih.
8) Belum tersedianya lampu penerangan yang berkarakter sesuai dengan
objek.
9) Belum adanya tempat peristirahatan bagi pengunjung yang ingin
bermalam.
7. Objek Wisata Pantai Labuhan Dan Pejinggahan
Pantai Labuhan terletak di sisi utara Pulau Bawean, sehingga wisatawan
selain bisa menikmati suasana pantai, berenang dan berjemur dihamparan
pasir pantai yang lembut, mereka juga dapat menikmati keindahan sunset di
tempat ini. Pantai Labuhan termasuk dalam wilayah Desa Tanjungori
Kecamatan Tambak yag berjarak 30 km dari Pelabuhan Sangkapura dan
berjarak 1,5 km dari lapangan udara Bawean yang kini dalam tahap
pembangunan. Pantai ini berada tepat dipinggir jalan lingkar Bawean
sehingga memudahkan aksesibilitas objek wisata ini seperti pada gambar
2.7.
STIKOM S
URABAYA
19
Gambar 2.7 Objek Wisata Pantai Labuhan dan Pejinggahan
Sumber: Laporan Kajian Pengembangan Potensi Pariwisata
Kabupaten Gresik (2011)
Kendala-Kendala Pengembangan Objek Wisata Pantai Labuhan Dan
Pejinggahan sebagai berikut:
1) Akses untuk kendaraan bermotor masih perlu ditingkatkan.
2) Belum tersedianya tempat duduk untuk istirahat bagi pengunjung pada
titik-titik tertentu dimana dari tempat tersebut bisa memandang view
keindahan objek.
3) Mulai terbangunnya area pantai sebagai perkampungan penduduk yang
mereklamasi pantai selain menyulitkan pengembangan objek, telah pula
menyebabkan perubahan arus air laut yang berakibat pada terabrasinya
pasir pantai.
4) Belum adanya sarana penunjang wisata.
5) Belum adanya layanan listrik dan telepon dilokasi.
6) Belum adanya layanan air bersih.
STIKOM S
URABAYA
20
7) Belum tersedianya lampu penerangan yang berkarakter sesuai
dengan objek.
8) Belum adanya tempat peristirahatan bagi pengunjung yang ingin
bermalam.
8. Objek Wisata Pantai Nyimas
Pantai Nyimas terletak di sisi utara Pulau Bawean, sehingga wisatawan
selain bisa menikmati suasana pantai, berenang dan berjemur dihamparan
pasir pantai yang lembut, mereka juga dapat menikmati keindahan sunset di
tempat ini. Tampak pada gambar 2.8 pantai Nyimas termasuk dalam
wilayah Desa Diponggo Kecamatan Tambak dengan jarak 31 km dari
Pelabuhan Sangkapura dan berjarak 2 km dari lapangan udara Bawean yang
kini dalam tahap pembangunan. Pantai ini berada tepat dipinggir jalan
lingkar Bawean sehigga mudah dicapai oleh wisatawan. Pantai Nyimas
mempunyai panorama yang indah dan tekstur pantai yang halus sehingga
aman unhtuk dijelajahi tanpa mengunakan alas kaki.
Gambar 2.8 Objek Wisata Pantai Nyimas
Sumber: Laporan Kajian Pengembangan Potensi Pariwisata
Kabupaten Gresik (2011)
STIKOM S
URABAYA
21
Kendala-Kendala Pengembangan Objek Wisata Pantai Nyimas adalah
sebagai berikut:
1) Akses untuk kendaraan bermotor masih perlu ditingkatkan.
2) Belum tersedianya tempat duduk untuk istirahat bagi pengunjung pada
titik-titik tertentu dimana dari tempat tersebut bisa memandang view
keindahan objek.
3) Belum adanya sarana penunjang wisata.
4) Belum adanya layanan listrik dan telepon dilokasi.
5) Belum adanya layanan air bersih.
6) Belum tersedianya lampu penerangan yang berkarakter sesuai dengan
objek.
7) Belum adanya tempat peristirahatan bagi pengunjung yang ingin
bermalam.
9. Objek Wisata Pantai Tajhungghe‟en
Pantai Tajhungghe‟en termasuk dalam wilayah Desa Kumalasa Kecamatan
Sangkapura dengan jarak 9 km dari Pelabuhan Sangkapura sehigga dapat
dijadikan alternatif kunjungan oleh wisatawan berdasarkan jarak
tempuhnya yang cukup dekat dengan pelabuhan. Pada gambar 2.9 kawasan
pantai pulau ini memiliki hamparan pasir pantai dengan warna keputihan
dan tekstur pasir yang lembut sehingga aman bagi wisatawan yang ingin
menjelajahi pantai tanpa menggunakan alas kaki. Sisi barat yang merupakan
ujung tanjung terdapat batu karang yang membentuk ceruk akibat hempasan
air laut. Dari lubang ceruk ini kita dapat menyaksikan habitat ikan karang
STIKOM S
URABAYA
22
beragam warna, sedangkan di laut sekitar tanjung ini banyak terdapat
terumbu karang dengan ikan hias warna-warni. Kedua tempat tersebut dapat
dikembangkan sebagai diving and snorkeling spot yang potensial bagi
wisatawan yang ingin menikmati panorama alam bawah laut.
Gambar 2.9 Objek Wisata Pantai Tajhunngghe’en
Sumber: Laporan Kajian Pengembangan Potensi Pariwisata
Kabupaten Gresik (2011)
Kendala-Kendala Pengembangan Objek Wisata Pantai Tajhungghe‟en
adalah sebagai berikut:
1) Akses untuk kendaraan bermotor dari jalur utama jalan lingkar Bawean
masih berupa jalan desa yang sangat sempit dan banyak terdapat
tanjakan sehingga sangat perlu ditingkatkan kualitas jalannya.
2) Belum adanya persewaan alat diving dan snorkling dengan pemandu
profesional dilokasi objek.
3) Belum tersedianya tempat duduk untuk istirahat bagi pengunjung pada
titik-titik tertentu dimana dari tempat tersebut bisa memandang view
keindahan objek.
4) Mulai terbangunnya area pantai sebagai perkampungan penduduk.
STIKOM S
URABAYA
23
5) Belum adanya sarana penunjang wisata.
6) Belum adanya layanan listrik dan telepon dilokasi.
7) Belum adanya layanan air bersih.
8) Belum tersedianya lampu penerangan yang berkarakter sesuai dengan
objek.
9) Belum adanya tempat peristirahatan bagi pengunjung yang ingin
bermalam.
10. Objek Wisata Penangkaran Rusa Bawean
Objek ini terletak di Desa Pudakit timur Kecamatan Sangkapura dengan
jarak 6 km dari Pelabuhan Sangkapura dan berbatasan dengan kawasan
hutan suaka alam Bawean . Jenis rusa yang di tangkarkan di tempat ini
adalah rusa axis kuhlii yang merupakan jenis rusa endemik Pulau Bawean
yang populasiya terancam punah. Area penangkaran ini mempunhyai luas 4
ha dengan luas kandang rusa 1 ha, berbatasan dengan hutan lindung yang
memiliki tebing batu di bukit “Gunung” Gaddung sehingga menciptakan
panorama alam yang indah. Seperti pada gambar 2.10 Objek wisata
penangkaran rusa ini dapat dikembangkan sebagai taman bermain dan
belajar dengan mengembangkan sarana permainan bertema adventure dan
program pengetahuan tentang rusa Bawean.
STIKOM S
URABAYA
24
Gambar 2.10 Objek Wisata Penangkaran Rusa Bawean
Sumber: Laporan Kajian Pengembangan Potensi Pariwisata
Kabupaten Gresik (2011)
Kendala-Kendala Pengembangan Objek Wisata Penangkaran Rusa Bawean
adalah sebagai berikut:
1) Status tanah di sekitar lokasi yang menjadi hak milik perorangan
masyarakat.
2) Akses untuk kendaraan bermotor cukup sempit dengan kualitas jalan
yang masih makadam.
3) Kurangnya taman dengan tempat duduk untuk istirahat bagi
pengunjung pada titik-titik tertentu dimana dari tempat tersebut bisa
memandang view keindahan objek.
4) Tidak adanya Dokter Hewan.
5) Terbatasnya layanan listrik dan telepon.
6) Minimnya lampu penerangan yang berkarakter sesuai dengan objek.
7) Belum adanya layanan air bersih.
STIKOM S
URABAYA
25
8) Belum adanya tempat peristirahatan bagi pengunjung yang ingin
bermalam.
11. Objek Wisata Pulau Cina
Pulau Cina merupakan sebuah pulau kecil yang terlepas dari Pulau Bawean
dengan jarak 100 m dari Pulau Bawean. Tampak pada gambar 2.11 Pulau
ini terletak di sisi utara Pulau Bawean. Pulau ini berpantai terjal dengan
terumbu karang hampir disekelilingnya. Dengan adanya habitat terumbu
karang, Pulau Cina dapat dikembangkan sebagai diving and snorkeling spot
bagi wisatawan yang ingin menikmati panorama alam bawah laut. Pulau
Cina termasuk dalam wilayah Desa Teluk Jati Dawang Kecamatan Tambak
dengan jarak 22 km dari Pelabuhan Sangkapura.
Gambar 2.11 Objek Wisata Pulau Cina
Sumber: Laporan Kajian Pengembangan Potensi Pariwisata Kabupaten
Gresik (2011)
Kendala-Kendala Pengembangan Objek Pulau Cina adalah sebagai berikut:
1) Akses untuk kendaraan bermotor masih perlu ditingkatkan.
2) Belum tersedianya persewaan peralatan diving maupun snorkling
dengan pemandu profesional.
STIKOM S
URABAYA
26
3) Mulai terbangunnya area pantai menuju Pulau Cina sebagai
perkampungan penduduk.
4) Belum adanya sarana penunjang wisata.
5) Belum adanya layanan listrik dan telepon dilokasi.
6) Belum adanya layanan air bersih.
7) Belum tersedianya lampu penerangan yang berkarakter sesuai dengan
objek.
8) Belum adanya tempat peristirahatan bagi pengunjung yang ingin
bermalam.
12. Objek Wisata Pulau Gili Dan Noko
Pulau Gili termasuk dalam wilayah Desa Sidogedungbatu Kecamatan
Sangkapura dengan jarak 10 km dari Pelabuhan Sangkapura. Untuk menuju
pulau ini wisatawan harus menaiki perahu dari desa Sidogedungbatu.
Kawasan pantai pulau ini memiliki hamparan pasir pantai dengan warna
keputihan yang bertekstur halus. Noko Gili merupakan tol pasir yang
dibentuk oleh arus air laut yang kini telah menjadi pulau pasir yang juga
berwarna keputihan tampak pada gambar 2.12. Dengan lokasi yang jauh
dari Pusat Pulau Bawean, Noko Gili dapat digunakan sebagai tempat
berjemur untuk turis asing tanpa harus banyak bersentuhan dengan
penduduk lokal. Sedangkan di laut sekitar Pulau Gili, banyak terdapat
terumbu karang dengan ikan hias warna-warni yang dapat dikembangkan
sebagai diving and snorkeling spot bagi wisatawan yang ingin menikmati
keindahan alam bawah laut.
STIKOM S
URABAYA
27
Gambar 2.12 Objek Wisata Pulau Gili dan Noko
Sumber: Laporan Kajian Pengembangan Potensi Pariwisata Kabupaten
Gresik (2011)
Kendala-Kendala Pengembangan Objek Wisata Pulau Gili Dan Noko adalah
sebagai berikut:
1) Akses untuk kendaraan bermotor dari jalur utama jalan lingkar Bawean
masih sangat sempit dan perlu ditingkatkan.
2) Belum adanya dermaga penyebrangan bagi wisatawan yang hendak
menuju Pulau Gili dan Pulau Noko.
3) Belum adanya persewaan alat diving dan snorkling dengan pemandu
profesional dilokasi objek.
4) Belum tersedianya tempat duduk untuk istirahat bagi pengunjung pada
titik-titik tertentu dimana dari tempat tersebut bisa memandang view
keindahan objek.
5) Mulai terbangunnya area pantai sebagai perkampungan penduduk.
6) Belum adanya sarana penunjang wisata.
7) Belum adanya layanan listrik dan telepon dilokasi.
8) Belum adanya layanan air bersih.
STIKOM S
URABAYA
28
9) Belum tersedianya lampu penerangan yang berkarakter sesuai dengan
objek.
10) Belum adanya tempat peristirahatan bagi pengunjung yang ingin
bermalam.
2.2 Definisi Logo
Asal kata logo bearsal dari bahasa Yunani logos yang berarti kata, pikiran,
pembicaraan, dan akal budi. Pada awal kemunculannya, logo lebih dikenal dengan
istilah logotype, sedangkan logo sendiri sebenarnya merupakan penyingkatan dari
logotype. Berikut ini merupakan penjelasan dari logotype, logo dan logogram.
1. Logotype
Istilah logotype pertama kali muncul pada tahun 1810 – 1840 dan diartikan
sebagai tulisan nama entitas yang didesain secara khusus dengan
menggunakan teknik lettering atau memakai jenis huruf tertentu (Rustan,
2009:12). Sedangkan menurut Kusrianto (2007:232) logotype atau tanda kata
(word mark) merupakan nama lembaga, perusahaan, atau produk yang tampil
dalam bentuk tulisan yang khusus untuk menggambarkan ciri khas secara
komersial. Pada perkembangannya, orang membuat desain logotype menjadi
semakin unik dengan mengolah huruf, menambahkan elemen gambar, bahkan
tulisan dan gambar berbaur jadi satu.
Adapun fungsi dari logotype (Rustan, 2009:13) adalah:
a. Sebagai identitas diri. Untuk membedakannya dengan identitas milik
orang lain.
STIKOM S
URABAYA
29
b. Sebagai tanda kepemilikan. Untuk membedakan miliknya dengan milik
orang lain.
c. Tanda jaminan kualitas.
d. Mencegah peniruan/pembajakan.
2. Logo
Logo atau tanda gambar (picture mark) merupakan identitas yang
dipergunakan untuk menggambarkan citra dan karakter suatu lembaga atau
perusahaan maupun organisasi (Kusrianto, 2007:232). Istilah logo pertama
kali muncul pada tahun 1937 dan kini istilah logo lebih populer dibandingkan
istilah logotype. Menurut Rustan (2009:13) logo bisa berupa apa saja, seperti
tulisan, gambar, logogram, ilustrasi dan lain-lain. Oleh karena itu, logo dapat
dibedakan dalam empat kelompok sesuai dengan unsur pembentuknya
(Kusrianto, 2009:240), antara lain:
a. Logo dalam bentuk alphabetical
Logo yang terdiri dari bentuk huruf-huruf atau dimahsudkan untuk
menggambarkan bentuk huruf dan kombinasi dari bentuk huruf.
1) Logo dalam bentuk benda konkret
Bentuk konkret, misalnya bentuk manusia (seorang tokoh, wajah,
bentuk tubuh yang menarik), bentuk binatang, tanaman, maupun
benda yang lain.
2) Bentuk abstrak, poligon, spiral, dsb
Logo dalam kelompok ini memiliki elemen-elemen yang merupakan
bentuk abstrak, bentuk geometri, spiral, busur, segitiga, bujur