BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Tinjauan Mutakhir Penelitian pada Tugas Akhir yang berjudul “Analisis kualitas jaringan lokal akses fiber optik pada layanan Indihome PT.Telkom di wilayah Jimbaran’’ ini merupakan pengembangan dari penelitian yang sudah dilakukan sebelumnya. Referensi yang digunakan pada penelitian ini menggunakan metode yang hampir serupa. Berikut merupakan uraian singkat dari referensi tersebut: 1. “Analisis karakteristik jaringan lokal akses tembaga untuk layanan speedy di kandatel Bali” (Ni Nyoman Rianti, Universitas Udayana, 2009). Penelitian tersebut membahas tentang analisis karakteristik jaringan lokal akses tembaga untuk layanan speedy di kandatel Bali. Pada penelitian tersebut yang dibahas yaitu parameter elektris jarlokat dalam penerapan layanan speedy di PT.Telkom kandatel Bali. 2. “Analisis dan Perbandingan Jaringan GPON dan DSLAM di PT. TELKOM” (Panji Putra Nugroho dan Entang Ramlan, Universitas Bina Nusantara, 2012). Penelitian tersebut membahas tentang analisis jaringan yaitu jaringan GPON dan DSLAM. Pada penelitian tersebut yang dibahas adalah layanan IPTV terdahulu yaitu Groovia TV, dimana layanan tersebut sudah tidak digunakan lagi dan digantikan dengan produk terbaru milik PT. TELKOM yaitu UseeTV. Dari parameter kualitas jaringan yang ditinjau berbeda dengan yang akan dianalisis oleh peneliti seperti Rx Power, Attenaible Rate, dan Attenuation dimana pada referensi ini menggunakan parameter seperti Line Rate. SNR Margin, Attenuation, Attainable Rate, Interleave Delay, dan Output Power. Penelitian ini mengambil 6
36
Embed
BAB II TINJAUAN PUSTAKA - sinta.unud.ac.id BAB II.pdf · yang dibahas yaitu parameter elektris jarlokat dalam ... jika jarak kabel semakin memanjang. hasil pengukuran ... kabel semakin
This document is posted to help you gain knowledge. Please leave a comment to let me know what you think about it! Share it to your friends and learn new things together.
Transcript
6
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Tinjauan Mutakhir
Penelitian pada Tugas Akhir yang berjudul “Analisis kualitas jaringan
lokal akses fiber optik pada layanan Indihome PT.Telkom di wilayah Jimbaran’’
ini merupakan pengembangan dari penelitian yang sudah dilakukan sebelumnya.
Referensi yang digunakan pada penelitian ini menggunakan metode yang hampir
serupa. Berikut merupakan uraian singkat dari referensi tersebut:
1. “Analisis karakteristik jaringan lokal akses tembaga untuk layanan speedy
di kandatel Bali”
(Ni Nyoman Rianti, Universitas Udayana, 2009).
Penelitian tersebut membahas tentang analisis karakteristik jaringan lokal
akses tembaga untuk layanan speedy di kandatel Bali. Pada penelitian tersebut
yang dibahas yaitu parameter elektris jarlokat dalam penerapan layanan speedy di
PT.Telkom kandatel Bali.
2. “Analisis dan Perbandingan Jaringan GPON dan DSLAM di PT.
TELKOM” (Panji Putra Nugroho dan Entang Ramlan, Universitas Bina
Nusantara, 2012).
Penelitian tersebut membahas tentang analisis jaringan yaitu jaringan GPON
dan DSLAM. Pada penelitian tersebut yang dibahas adalah layanan IPTV
terdahulu yaitu Groovia TV, dimana layanan tersebut sudah tidak digunakan lagi
dan digantikan dengan produk terbaru milik PT. TELKOM yaitu UseeTV. Dari
parameter kualitas jaringan yang ditinjau berbeda dengan yang akan dianalisis
oleh peneliti seperti Rx Power, Attenaible Rate, dan Attenuation dimana pada
referensi ini menggunakan parameter seperti Line Rate. SNR Margin, Attenuation,
Attainable Rate, Interleave Delay, dan Output Power. Penelitian ini mengambil
6
7
studi kasus untuk daerah Denpasar, Bali. Metode yang digunakan pada penelitian
kali ini adalah analisis kualitas jaringan berdasarkan hasil analisa terhadap
topologi jaringan GPON untuk layanan IPTV serta perbandingan terhadap
standarisasi kualitas jaringan GPON dan pengukuran menggunakan software
Embassy.
3. “Analisis Pengukuran Kualitas Jaringan Gigabit Passive Optical Network
(GPON) Pada Layanan Internet Protocol Television (IPTV) PT.TELKOM
di wilayah Bali Selatan”
(Ngakan Oka Pramudia, Universitas Udayana, 2015)
Penelitian tersebut membahas tentang analisis jaringan Gigabit Passive
Optical Network (GPON) pada layanan Internet Protocol Television (IPTV).
Dimana pada penelitian ini menggunakan parameter parameter seperti rx power,
attenuation dan attainable rate. Berikut adalah Tabel 2.1 yang menjelaskan
refrensi untuk penelitian ini.
Tabel 2.1 Tinjauan mutakhir
NoNama
PenulisJudul Metode Hasil
1 Ni Nyoman
Rianti
Analisis
karakteristik
jaringan local
akses tembaga
untuk layanan
speedy di
kandatel Bali
Melakukan
perhitungan
tahanan loop,
menghitung
kebocoran arus
dan menghitung
kapasitas kanal
Shannon dari
pengukuran SNR.
Hasil pengukuran
tahanan loop sudah
memenuhi standart
yaitu ≤130 Ω/Km.
hasil perhiungan
redaman sudah
memenuhi standart
yaitu ≤65 dB.
8
2
3
Panji Putra
Nugroho
dan Entang
Ramlan
Ngakan
Oka
Pramudia
Analisis dan
Perbandingan
Jaringan
GPON dan
DSLAM di PT.
TELKOM
Analisis
Pengukuran
Kualitas
Jaringan
Gigabit
Passive
Optical
Network
(GPON) Pada
Layanan
Internet
Protocol
Television
Melakukan
pengukuran
kualitas jaringan
dengan parameter
Line Rate. SNR
Margin,
Attenuation,
Attainable Rate,
Interleave Delay,
dan Output Power
terhadap jaringan
GPON dan
DSLAM untuk
layanan IPTV
Groovia TV.
Melakukan
pengukuran
beberapa
parameter yaitu Rx
Power (Prx),
Attainable Rate,
dan Attenuation.
Pada layan IPTV
yang ada pada
wilayah Bali
selatan.
Jaringan GPON
memiliki kualitas yang
lebih baik, karena
jaringan ini
menggunakan media
optik yang menjadi
penghubung ditiap
perangkatnya..
Hasil penelitian bahwa
nilai Rx Power (Prx)
akan semakin kecil
jika jarak kabel
semakin memanjang.
hasil pengukuran
Attenuation secara
pengukuran dan
perhitungan nilainya
bervariasi antara 20 dB
sampai dengan 27 dB.
hasil penelitian bahwa
nilai Attenuation akan
9
(IPTV)
PT.TELKOM
di wilayah Bali
Selatan
semakin membesar
apabila jarak kabel
semakin memanjang
sesuai dengan teori
yang ada.
2.2 IndiHome (Indonesia Digital Home)
IndiHome merupakan layanan Triple Play dari PT.Telkom yang terdiri
dari Telepon Rumah (voice), Internet on Fiber atau High Speed Internet dan
UseeTV Cable (Interactive TV). Untuk sebagian besar wilayah Indonesia,
IndiHome akan dilayani dengan menggunakan 100 % Fiber artinya kabel Fiber
Optic digelar sampai ke rumah pelanggan.
2.3 Teknologi Jaringan Lokal Akses Fiber Optik
Teknologi JARLOKAF adalah teknologi yang sedang berkembang sehingga
berbagai metoda transmisi dimungkinkan untuk diterapkan dan relatif masih
terbatas jumlah implementasinya dilapangan. Teknologi Jarlokaf yang saat ini
sudah berkembang dangan baik antara lain: DLC (Digital Loop Carrier), PON
(Passive Optical Network), dan AON (Active Optical Network) dan HFC (Hybrid
Fiber Coax). DLC, PON dan AON, merupakan teknologi jarlokaf dan dapat
terintegrasi dengan copper pair, sedangkan HFC merupakan teknologi jarlokaf
yang terintegrasi dengan coaxial.
Jenis konfigurasi dasar yang dimiliki antara DLC dan PON/AON
mempunyai perbedaan dimana pada DLC konfigurasi dasarnya point to point,
berbeda dengan PON/AON yang berkonfigurasi point to multipoint yaitu
hubungan dari titik ke banyak titik. Untuk layanan DLC sendiri masih terbatas
dan belum mampu mensupport transmisi data dengan high bit rate. Teknologi
AON menggunakan spliter aktif yaitu Active Splitting Equipment (ASE) atau
biasa disebut active splitter (AS). ASE pada AON berfungsi untuk
mendistribusikan informasi dari dan ke OLT, dari satu atau lebih ONU, dengan
kapasitas sebagai multiplexer/demultiplexer serta sebagai intermediate regenerator
10
(penguat), sehingga spliter pada AON bersifat aktif. Adapun perbedaan lainnya
adalah pada tipe jenis jasa yang diberikan oleh masing-masing teknologi.
Pemilihan teknologi JARLOKAF harus memperhatikan beberapa kriteria antara
lain :
1. Jenis jasa dan kapasitas
2. Kemudahan O&M
3. Konfigurasi dan kehandalan sistem (reliability)
4. Kompatibilitas antarmuka dan sesuai standard (compatibility)
5. Tidak mudah usang dan dijamin produksinya
6. Biaya efektif
7. Tahapan pembangunan dan pengembangan dari teknologi JARLOKAF
Terdapat teknologi yang digunakan untuk mentransmisikan jasa interaktif yang
merupakan layanan telekomunikasi dua arah. Pada Space Division Multiplexing
(SDM) skema transmisinya disebut Simplex, yaitu sinyal kirim dan sinyal terima
dikirim melalui serat optik yang berbeda sehingga dibutuhkan dua buah serat
optik, tetapi panjang gelombang yang digunakan cukup satu. Kemudian pada
Wavelength Division Multiplexing (WDM) skema transmisinya disebut Full-
Duplex, yaitu digunakannya panjang gelombang yang berbeda untuk sinyal kirim
dan sinyal terima, sehingga proses sinyal dapat dilakukan secara bersamaan dalam
satu serat optik. Teknologi multiplex yang lainnya adalah Time Division
Multiplexing (TDM). Skema transmisi dari TDM disebut Half-Duplex, yaitu
sinyal kirim dan sinyal terima dikirim pada waktu yang berbeda secara bergantian,
sehingga dapat menggunakan panjang gelombang yang sama dan hanya
membutuhkan satu serat optik.
2.3.1 Digital Loop Carrier (DLC)
Teknologi DLC merupakan hasil teknologi sistem jaringan pelanggan.
Teknologi ini memiliki dua perangkat utama yaitu di sisi sentral (CT) dan di sisi
pelanggan (RT). DLC merupakan perangkat yang memultiplexing. Sinyal
keluaran dari sentral dengan kecepatan 64 kbps menjadi sinyal dengan kecepatan
11
2 Mbps di sisi pelanggan. Jika dibentuk jaringan lokal tersendiri, maka diperlukan
dua DLC yang identik yaitu di bagian sisi sentral dan sisi pelanggan. Antara RT-
DLC ke pelanggan dihubungkan melalui kabel fiber optik. Jarak antara CT-DLC
ke RT-DLC adalah sampai 30 km untuk daya sedang. Untuk daya rendah 10 km
dan untuk daya tinggi 60 km. Berikut adalah Gambar 2.1 konfigurasi umum DLC
:
Gambar 2.1 Konfigurasi Umum DLC
(sumber: Modul telkom)
Sistem DLC bisa digunakan untuk konfigurasi star karena memiliki
hubungan kabel fiber optik dari sisi sentral ke sisi pelanggan sebagai hubungan ke
setiap titik. Namun DLC dapat digunakan juga dengan konfigurasi ring.
Ada dua konfigurasi DLC yaitu :
Pada sisi sentral (Exchange DLC Unit)
Pada sisi pelanggan (Remote DLC Unit)
2.3.2 Passive Optical Network (PON)
PON adalah bentuk khusus dari FTTC atau FTTH yang mengandung
perangkat optik pasif dalam jaringan distribusi optik. Perangkat optik pasif yang
dipakai adalah konektor, passive splitter dan kabel optik itu sendiri. Dengan
passive splitter kabel optik dapat dipecah menjadi beberapa kabel optik lagi,
dengan kualitas informasi yang sama tanpa adanya fungsi addressing dan filtering.
Dalam PON terdapat tiga komponen utama yaitu Optical Line Terminal (OLT),
Optical Distribution Network (ODN) dan Optical Network Unit (ONU). Berikut
adalah Gambar 2.2 topologi konfigurasi PON :
12
Gambar 2.2 Topologi konfigurasi PON
(sumber: modul telkom)
2.3.3 Optical Network Unit (ONU / AON)
Teknologi ONU / AON mirip dengan teknologi PON, hanya saja
perbedaannya keduanya terletak pada splitter yang digunakan. PON menggunakan
splitter pasif sedangkan ONU / AON menggunakan splitter aktif yang bernama
Acttive Splitting Equipment (ASE) atau lebih singkatnya Acttive Splitter (AS).
Perlengkapan yang ada di sisi pelanggan adalah perangkat kabel fiber optik, single
mode, dan output fiber optic. Berikut Gambar 2.3 mengenai konfigurasi umum
ONU / AON.
Gambar 2.3 Konfigurasi Umum ONU / AON
(sumber: modul telkom)
2.3.4 Hybrid Fiber Coax (HFC)
Jaringan HFC adalah jaringan akses yang sebagian dari jaringan tersebut
menggunakan media transmisi serat optik dan sebagian lagi menggunakan media
transmisi kabel tembaga. Teknologi HFC terbilang unik karena menggunakan
13
penggabungan dua teknologi jaringan yang saling bertolak belakang. Pada satu
sisi jaringan kabel tembaga masuk ke jaringan kabel fiber optik dituntut untuk
dapat mengikuti perkembangan layanan menuju layanan pita lebar (Broadband
Service).
2.4 Struktur dan komponen-komponen kabel tanah tanam langsung
Dilihat dari pemasangan jaringan kabel bawah tanah, maka yang akan dibahas
adalah kabel tanah tanam langsung. Berikut Gambar 2.4 yang menjelaskan kabel
tanah tanam langsung.
Gambar 2.4 penampang kabel tanah tanam langsung
(sumber: erganomindasarempaa. )
1. Sheath (selubung kabel )Selubung kabel berfungsi sebagai pelindung mekanis agar tidak terjadigoseran atau kerusakan dalam fiber optik.
3. Reinforcement Optica fibre (penguat serat optik)penguat serat optic berfungsi sebagai penghantar dan menyambungkanpesawat telepon pelanggan dengan sentral.
14
4. Secondary coating (Lapisan sekunder)Lapisan sekunder berfungsi sebagai pelindung kemungkinan masuknya airdan sekaligus sebagai lapisan pembungkus inti.
2.5 Karakteristik Serat Optik
Kabel optik memiliki karakteristik yang berbeda dengan kabel lainnya.
Karkteristik tersebut adalah :
a) Ukuran kecil
Diameter luar serat optik berkisar antara 100-250 µm. Diameter maksimum
setelah dilapisi/dibungkus dengan plastick/nilon sebagai jaket menjadi ± 1 mm.
Ukuran ini masih sangat kecil dibandingkan dengan konduktor kabel coaxial (1-
10 mm).
b) Ringan
Dibandingkan dengan kabel transmisi biasa (Spesifigravity 9.8) maka
specifigravity bahan silica sebagai serat optik yaitu 2.2, sehingga beratnya
menjadi 1/2 – 1/3 berat kabel transmisi biasa.
c) Lentur
Pada umumnya serat optik tidak akan patah bila dilengkungkan dengan radius
5mm. Oleh karenanya kabel serat optik mempunyai kelenturan yang sama dengan
kabel transmisi biasa, sehingga teknis pemasangannya tidak jauh berbeda dengan
teknik pemasangan kabel biasa.
d) Tidak berkarat
Bahan silica sebagai bahan dasar serat optik mempunyai sifat kimia yang sangat
stabil oleh karenanya tidak mungkin berkarat.
15
e) Rugi-rugi rendah
Serat optik dengan bahan silica mempunyai rugi-rugi transmisi rendah, besarnya
berkisar 2-8 dB/km dengan panjang gelombang 830 nm. Dibandingkan dengan
kabel coaksial yang mempunyai rugi-rugi transmisi sebesar 19 dB/km pada
frekuensi 60 Mhz.
f) Kapasitas tinggi
Kapasitas dalam menyalurkan informasi per cross section area sangat besar
disamping mempunyai bandwidth yang lebar (Broadband). Sebagai contoh :
Kapasitas penyaluran per cross section area 100 x dibandngkan dengan multi pair
cable dan 10 x dibandingkan dengan coaxial cable.
g) Bebas induksi
Serat optik menggunakan bahan dasar silica yang pada dasarnya merupakan bahan
dielektrik yang sangat baik dan kebal terhadap induksi elektromagnet dan juga
terhadap kilat/petir.
h) Cross Talk rendah
Kemungkinan terjadinya kebocoran sinar antar serat optik sangat kecil, demikian
pula kebocoran akibat masuknya sinar dari luar kemudian ikut merambat dalam
serat optik.
i) Tahan temperatur tinggi
Bahan silica mempuyai titik leleh ± 1900º C dan ini sangat jauh diatas titik leleh
capper dan plastik. Sangat ideal bila dipergunakakn sebagai sarana komunikasi
pada daerah yang rawan terhadap tenperatur tinggi.
16
j) Tidak menimbulkan bunga api
Pada titik sambung tidak mungkin terjadi bunga api (discharge), oleh karenanya
sangat ideal bila digunakan pada tempat-tempat yang peka terhadap
ledakan/kebakaran.
k) Tidak dapat dicabangkan
Serat optik mempunyai ukuran sangat kecil/sangat tipis. Oleh karenanya sangat
sulit bahkan tidak mungkin untuk dicabangkan. Bila harus dicabangkan maka
harus dilakukan perubahan terlebih dahulu dari sinyal optik ke sinyal elektrik.
l) Tidak menggunakan bahan tembaga
Serat optik menggunakan bahan silica yang tidak mengandung unsur logam
bahkan serat optik yang menggunakan Multicomponent Glass, unsur campuran
logam (copper) sangat kecil. Tembaga hanya digunakan sebagai pelapis pelidung
pada kabel fiber optik untuk komunikasi kabel laut dan sebagai lewatnya arus DC
untuk mencatu tegangan pada repeater-repeater di bawah laut.
Meskipun rapuh, namun masih mempunyai daya peregangan kurang lebih sebesar
5% untuk menghindarkan kerusakan serat optik pada waktu
pemasangan/penarikan, maka pada waktu disusun menjadi kabel optik diberi
penguat.
2.5.1 Rugi-Rugi yang ditimbulkan akibat Dispersi
Rugi-Rugi yang ditimbulkan akibat Dispersi di Dalam Fiber Optic ada 4 yaitu :
2.5.1.1 Rugi-Rugi Penyebaran Rayleigh
Penyebaran Rayleigh terjadi sebagai akibat tidak homogennya
indeks bias pada core serat optik. Bilamana pada core serat optik terjadi
perubahan indeks bias yang lebih pendek dari pada panjang gelombang
sinar yang dirambatkan, maka akan terjadi hamburan.
17
2.5.1.2 Rugi-Rugi Pembengkokan (Bending Losses)
Ada dua jenis pembengkokan yang menyebabkan rugi-rugi dalam
fiber, yaitu pembengkokan-mikro (microbending) dan pembengkokan-
makro (macrobending). Keduanya timbul karena alasan yang berbeda, dan
menimbulkan rugi-rugi dengan dua macam mekanisme yang berbeda pula.
Pembengkokan mikro adalah suatu pembengkokan mikroskopis dari inti
fiber yang disebabkan oleh laju penyusutan (contraction) thermal yang
sedikit berbeda antara bahan inti dan bahan pelapis. Pembengkokan mikro
dapat juga timbul bila fiber berulang kali digulung menjadi suatu kabel
fiber majemuk (multifiber cable), atau bila digulung pada kelos-kelos
untuk memudahkan pengangkutannya. Makin tajam belokan itu dibuat,
makin banyak pula ragam-ragam yang terlepas pada belokan.
Pembengkokan makro adalah pelengkungan fiber optik.
Splicer merupakan alat atau perangkat yang digunakan untuk proses
penyambungan (splicing) serat optik yang berbasis kaca yang
mengimplementasikan daya listrik yang sudah dirubah menjadi sebuah media
sinar berbentuk sinar laser yang berfungsi memanasi kaca yang putus pada core
sehingga terhubung kembali secara baik.
Pada saat proses penyambungan serat optik (splicing), alat sambung
(splicer) harus memiliki keakuratan tinggi sehingga dapat menghasilkan redaman
yang mendekati sempurna. Penyambungan bisa saja tidak utuh, karena tidak
mengikuti prosedur penyambungan yang benar. Bila hal ini terjadi maka proses
penyambungan harus diulangi lagi, hingga mendekati redaman yg sekecil-
kecilnya (dibawah 0.2 dB). Pada Gambar 2.9 dapat dilihat gambar dari splicer
DVP – 730.
34
Gambar 2.13 Fusion Splicer DVP – 730
(sumber : teleweaver)
2.9 OTDR ( Optical Time Domain Reflectometer )
OTDR (Optical Time Domain Reflectometer) adalah sebuah alat yang
yang berbasis optical-elektronik yang mampu membaca/mengukur karakteristik
kabel optik. Karakteristik yang dibaca oleh OTDR antara lain :
Mengukur end to end loss dalam satu span kabel optik
Mengukur splice loss, yakni loss yang diakibatkan karena sambungankabel optik yang sebelumnya putus (fiber cut)
Mengukur Optical Return Loss (ORL) yang diakibatkan refleksi cahayakarena adanya konektor atau sambungan kabel
Mengukur panjang kabel optik.
Mendeteksi degradasi output power dari sebuah sumber cahaya optik(laser source) dalam hal ini adalah perangkat transmitter optik (OSN,DWDM, Metro, dll)
Di lapangan, fungsi OTDR yang sangat vital adalah untuk mengukur
panjang kabel optik sehingga diketahui jarak dari lokasi/titik kabel optik yang
putus relatif terhadap perangkat optik yang terinstal. ( Saptaji, 2013 )
35
2.10 Parameter Kualitas Jaringan
Berdasarkan penelitian yang dilakukan pada tugas akhir ini, diambil parameter
kualitas jaringan. Parameter ini merupakan parameter yang menentukan kualitas
jaringan transmisi GPON untuk layanan IndiHome, sebagai berikut :
2.10.1 Attenuation
Attenuation atau Redaman ini merupakan nilai yang menunjukan seberapa
jauh kualitas sinyal dari user sampai ke perangkat GPON/MSAN di STO telah
terdegradasi (melemah). Semakin kecil nilai line attenuation makan dikatakan
kualitas jaringan akan semakin baik. Berikut Tabel 2.4 yang menjelaskan tentang
kualitas attenuation.
Tabel 2.4 Klasifikasi Attenuation
Angka (dB) Kualitas
00,0 – 19,99 Sangat baik
20,0 – 29,99 Baik
30,0 – 39,99 Cukup Baik
40,0 – 49,99 Kurang baik
50,0 – 59,99 buruk
60,0 – ke atas Sangat buruk
Untuk menghitung redaman kabel pada optik dapat dihitung sebagai berikut := Tx - Rx …..(2.4)
36
Dimana :
= attenuation (dB)
Tx = daya yang dipancarkan (dBm)
Rx = daya yang diterima (dBm)
2.10.2 Attainable Rate
Attainable rate ini dapat diketahui dengan menggunakan pengukuran
menggukan OTDR (Optical Time Domain Reflectometer). Attainable Rate adalah
nilai yang menunjukan kapasitas bandwidth maksimum yang dapat ditransmisikan
melalui jaringan. Parameter ini menentukan pilihan paket yang disesuaikan
dengan kondisi jaringan.
Besar nilai attainable rate dipengaruhi terhadap jarak panjang kabel dari STO
menuju user. Setiap kenaikan jarak 1000 m (1 km), maka nilai attainable rate
akan berkurang (Rahmadian, 2009).
2.10.3 Rx Power (Prx)
Rx power (Prx) merupakan daya kuat sinyal yang diterima pada proses
pentransmisian paket data. Untuk menghitung Rx power digunakan rumus link
power budget sebagai berikut :
= − ( f + c + s + Sp +M ) ….(2.5)
Dimana :
Prx = daya sinyal yang diterima (dBm)
Ptx = daya optis yang dipancarkan dari sumber cahaya (dBm)αf = redaman kabel serat optik (Panjang kabel(km) x loss kabe )αc = redaman pada konektor (Jumlah konektor x loss konektor)
s = redaman pada splicer (Jumlah splice x loss splice)
Sp = Redaman Splitter (dB)
37
M = nilai yang digunakan untuk mengkompensasi redaman yang terjadi padakabel serat optik
Untuk spesfikasi level terima perangkat PT. TELKOM terletak pada batas
level terima -10 sampai dengan -30 dBm.
2.11 Aplikasi Embassy dan Telnet
Pada penelitian ini digunakan 2 aplikasi untuk mengetahui kualitas jaringan
yaitu Embassy dan Telnet. Aplikasi embassy digunakan untuk mengukur
parameter Rx power dan attainable rate dan Telnet untuk menghitung
attenuation-nya. Embassy merupakan aplikasi berbasis web yang saat ini dapat
digunakan untuk mengetahui kualitas jaringan dari user. Aplikasi ini hampir
digunakan di seluruh kantor milik Telkom di seluruh Indonesia. Aplikasi ini
digunakan guna memenuhi kebutuhan akan informasi data yang cepat dan akurat
tentang keadaan kecepatan akses. Berikut aplikasi embassy yang digunakan pada
Gambar 2.14 yaitu sebagai berikut.
Gambar 2.14 Aplikasi Embassy
(sumber: telkom)
Aplikasi embassy ini bisa digunakan untuk beberapa jenis fungsi antara lain
untuk mengetahui data-data mengenai jaringan termasuk mengenai status
jaringan, mengetahui kualitas jaringan saat proses download dan upload, dan
mengetahui traffic dari jaringan. Khususnya untuk kualitas jaringan, parameter-
parameter yang bisa dilihat dari aplikasi embassy antara lain : SNR, Attenuation,
Attainable Rate, dan Output Power untuk jaringan tembaga (cooper) dan Tx
38
Power, Rx Power, Temperature, Power Supply, dan Bias Current yang dilihat dari
OLT (Optical Line)
Telnet adalah aplikasi remote login Internet. Dengan menggunakan telnet
koneksi dapat terjadi ke komputer lain dengan menggunakan underdos (CMD).
Untuk menunjang kerja telnet digunakan 2 program yaitu client dan server.
Software client bekerja dengan cara meminta pelayanan-pelayanan yang
diinginkan, sedangkan software server menyediakan dan menghasilkan pelayanan
yang diinginkan client.
Untuk bisa menggunakan telnet memerlukan kineksi TCP (Transfer Control
Protokol) dengan server. User harus mengetikan nama dan sandi untuk dapat
terhubung pada server. Kemudian setelah kata sandi telah terbukti, maka server
akan menginformasikan software komputer jaringan bahwa komputer server
maupun client sudah siap berkoneksi
Dari shell prompt ini seorang user dapat mengetikkan fasilitas atau kegiatan
apa saja yang diinginkan. Inputan yang berisi keinginan user ini diubah formatnya
menjadi format standar untuk dikirimkan kembali menuju server. Lalu server akan
melaksanakan apa yang telah diminta oleh user pada melalui terminal client.
Gambar 2.15 Format paket VoIP berbasis SIP (Cisco,Voice Over Ip- Per Call BitrateConsumption)
39
2.12 Perhitungan kebutuhan bitrate codec G.711
G.711 adalah suatu standar internasional untuk kompresi audio dengan
menggunakan teknik Pulse Code Modulation ( PCM ) dalam pengiriman suara.
Standar ini banyak digunakan oleh operator telekomunikasi termasuk Telkom
sebagai penyedia jaringan telepon terbesar di Indonesia. PCM mengkonversikan
sinyal analog ke bentuk dengan melakukan sampling sinyal analog tersebut 8000
kali/detik dan dikodekan dalam kode angka. Jarak antar sample adalah 125µ detik.
Sinyal analog pada suatu percakapan diasumsikan memiliki frekuensi 300 Hz –
3400 Hz. Sinyal tersample lalu dikonversikan ke bentuk diskrit. Sinyal diskrit ini
direpresentasikan dengan kode yang disesuaikan dengan amplitude dari sinyal
sample. Format PCM menggunakan 8 bit untuk pengkodeannya. Laju transmisi
diperoleh dengan mengalikan 8000sample/ detik dengan 8 bit/sample,
menghasilkan 64.000 but/detik. Bitrate 64 kbps ini merupakan standar transmisi
untuk satu kanal telepon digital.
Percakapan berupa sinyal analog yang melalui jaringan PSTN mengalami
kompresi dan pengkodean menjadi sinyal digital oleh PCM G.711 sebelum
memasuki VoIP gateway . Pada VoIP gateway , bagian terminal ,terdapat audio
codec melalui proses farming (pembentukan frame datagram IP yang dikompresi
sinyal suara terdigitalisasi ( hasil PCM G.711 ) dan juga melakukan rekonstruksi
pada sisi receiver. Frame – frame yang merupakan paket-paket informasi ini lalu
ditransmisikan melalui jaringan IP dengan suatu standar komunikasi jaringan
packet-based .
Standar G.711 merupakan teknik kompresi yang tidak efesien, karena akan
memakan bandwidth 64 kbps untuk kanal pembicaraan. Ada dua variasi dasar
Codec G.711 yaitu biasanya menggunakan µ-law dan A-law. Metode ini hamper
sama yaitu kesamaan menggunakan kompresi logaritmik, tetapi keduanya
memiliki perbedaan kuantisasi. µ-law lebih dikenal dengan PCM 24 dengan
karakteristik 15 segmen dimana µ-law mengkompresi 15 bit sample PCM linier
menjadi frame dengan 8 bit code PCM logaritma, sedangkan A-law
mengkompresi 13 bit sample PCM linier menjadi 8 bit code PCM logaritma. µ-
40
law digunakan diseluruh wilayah Amerika Utara sedangkan A-law digunakan di
Eropa termasuk Indonesia. Saat kita melalukan telepon jarak jauh, jika
memerlukan konversi dari µ-law ke A-law maka tanggung jawab berada pada
Negara yang menggunakan µ-law.
Perhitungan teoritis ini dilakukan untuk mengetahui kebutuhan bitrate user pada
berkomunikasi VoIP menggunakan protocol SIP. Pada gambar 2.15 Menunjukan
format VoIP untuk codec G.711. Voice payload size codec G.711 sebesar 64
Kbps, sehinggan perhitungan adalah sebagai berikut :