3 BAB II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Ikan 2.1.1 Ikan Lele Dumbo (Clarias sp.) Ikan lele Dumbo merupakan hibrida dari jenis Clarias fuscus untuk induk betina yang merupakan lele asal Taiwan dengan induk jantan yang berasal dari Afrika yaitu jenis Clarias mosambicus (Suyanto, 1992) sehingga lele dumbo bukanlah merupakan lele yang berasal dari indonesia. Ikan lele merupakan ikan yang hidup di air tawar. Secara alami ikan ini bersifat nocturnal, yang artinya aktif pada malam hari atau lebih menyukai tempat yang gelap (Blaxer, 1969). Ikan ini bersifat karnivor, mempunyai bentuk tubuh yang memanjang dan berkulit licin (Chen, 1976). Bentuk kepala pipih (depress) dan disekitar mulutnya terdapat empat pasang sungut. Pada sirip dadanya terdapat patil atau duri keras yang digunakan untuk mempertahankan diri dan kadang-kadang dipakai untuk berjalan di permukaan tanah (Huet, 1972). Ikan lele mempunyai organ arboresent yang merupakan alat pernapasan tambahan dan memungkinkan ikan ini untuk mengambil oksigen dari udara di luar air ( Viveen et al., 1987). Klasifikasi Ikan lele dumbo menurut Saanin (1984) dan Suyanto (1992) adalah sebagai berikut: Filum : Chordata Kelas : Pisces Subkelas : Teleostei Ordo : Ostariophysi Subordo : Siluroide Famili : Clariidae Genus : Clarias Spesies : Clarias sp. Untuk lebih jelas bagaimana bentuk ikan lele, perhatikan Gambar 1 dibawah ini Gambar 1. Clarias sp (www.wikipedia.com )
16
Embed
BAB II. TINJAUAN PUSTAKA - repository.ipb.ac.id · lele dumbo kurang baik karena ukuran mata yang kecil namun terdapat alat peraba berupa ... 2.1.2 Ikan Mas (Cyprinus carpio) Ikan
This document is posted to help you gain knowledge. Please leave a comment to let me know what you think about it! Share it to your friends and learn new things together.
Transcript
3
BAB II. TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Ikan
2.1.1 Ikan Lele Dumbo (Clarias sp.)
Ikan lele Dumbo merupakan hibrida dari jenis Clarias fuscus untuk induk betina yang
merupakan lele asal Taiwan dengan induk jantan yang berasal dari Afrika yaitu jenis Clarias
mosambicus (Suyanto, 1992) sehingga lele dumbo bukanlah merupakan lele yang berasal dari
indonesia.
Ikan lele merupakan ikan yang hidup di air tawar. Secara alami ikan ini bersifat
nocturnal, yang artinya aktif pada malam hari atau lebih menyukai tempat yang gelap
(Blaxer, 1969). Ikan ini bersifat karnivor, mempunyai bentuk tubuh yang memanjang dan
berkulit licin (Chen, 1976). Bentuk kepala pipih (depress) dan disekitar mulutnya terdapat
empat pasang sungut. Pada sirip dadanya terdapat patil atau duri keras yang digunakan untuk
mempertahankan diri dan kadang-kadang dipakai untuk berjalan di permukaan tanah (Huet,
1972). Ikan lele mempunyai organ arboresent yang merupakan alat pernapasan tambahan dan
memungkinkan ikan ini untuk mengambil oksigen dari udara di luar air ( Viveen et al., 1987).
Klasifikasi Ikan lele dumbo menurut Saanin (1984) dan Suyanto (1992) adalah
sebagai berikut:
Filum : Chordata
Kelas : Pisces
Subkelas : Teleostei
Ordo : Ostariophysi
Subordo : Siluroide
Famili : Clariidae
Genus : Clarias
Spesies : Clarias sp.
Untuk lebih jelas bagaimana bentuk ikan lele, perhatikan Gambar 1 dibawah ini
Gambar 1. Clarias sp (www.wikipedia.com)
4
Tubuh ikan lele dumbo cenderung lebih panjang dan lebih besar dari pada lele lokal pada usia
yang sama Pada tubuhnya ada titik-titik putih membentuk garis memotong. Indra penglihatan
lele dumbo kurang baik karena ukuran mata yang kecil namun terdapat alat peraba berupa
empat pasang sungut yaitu satu pasang sungut hidung, satu pasang sungut maksilar dan dua
pasang sungut mandibula (Najiyati, 1992).
2.1.2 Ikan Mas (Cyprinus carpio)
Ikan mas memiliki tubuh memanjang dan sedikit pipih kesamping. Mulut terletak di
ujung tengah dan dapat disembulkan. Ikan ini mempunyai dua pasang sungut. Sungut inilah
yang merupakan salah satu pembeda antara ikan mas dengan mas koki. Ikan mas termasuk
omnivore. Suhu dan pH air untuk pertumbuhan optimal adalah 20-25 oC dan 7-8 (Susanto,
2007)
Klasifikasi ikan mas menurut Saanin (1968) dan Tim Lentera (2002) adalah sebagai
berikut:
Kingdom : Animalia
Filum : Chordata
Subfilum : Vertebrata
Superkelas : Pisces
Kelas : Osteichthyes
Subkelas : Actinopterygii
Ordo : Cypriniformes
Subordo : Cyprinoidea
Famili : Cyprinidae
Genus : Cyprinus
Spesies : Cyprinus carpio
Bentuk ikan mas diberikan pada Gambar 2 dibawah ini
Gambar 2. Cyprinus carpio (www.wikipedia.com)
5
2.1.3 Ikan Nila Hitam (Oreochromis niloticus)
Ikan nila hitam merupakan jenis ikan air tawar yang memiliki toleransi yang tinggi
terhadap perubahan lingkungan, tahan terhadap serangan penyakit serta ikan ini termasuk
hewan pemakan segala (omnivore) (Margolang 2009).
Ikan nila mempunyai sirip punggung, sirip dubur dan sirip perut yang masing-masing
mempunyai jari-jari keras dan jari-jari lunak yang tajam seperti duri (Suyanto 1994). Ikan
nila hidup di sungai, rawa, danau, waduk dan sawah. Pada daerah tropis ikan nila hidup dan
tumbuh dengan baik sepanjang tahun pada lokasi sampai ketinggian 500 m diatas permukaan
laut (Direktorat Jendral Perikanan 1991).
Klasifikasi ikan nila menurut Trewavas (1982) dalam Suyanto (1994) adalah sebagai
berikut:
Filum : Chordata
Subfilum :Vertebrata
Kelas : Osteichytes
Subkelas : Acanthopterigii
Ordo : Percomorphi
Famili : Cichlidae
Genus : Oreochromis
Spesies : Oreochromis niloticus
Gambar 3 di bawah ini merupakan bentuk dari ikan nila hitam.
Gambar 3. Oreochromis niloticus (www.wikipedia.com)
2.2 Prinsip Kerja Hidroakustik
Deteksi dengan pengukuran gema ikan secara akustik memungkinkan untuk
menganalisis tingkah laku penyebaran, dan struktur ikan. Semua penelitian ikan secara
akustik, didasari oleh evaluasi kepadatan relative (Petit and Cotel, 1996). Metode yang
sedang dikembangkan saat ini adalah metode integrasi gema. Perkembangan teknologi ini
6
semakin maju, membawa kita pada penerapan teknologi yang menggunakan echosounder dan
echointegrator. Teknologi ini telah membawa revolusi dalam dunia eksplorasi sumber daya
alam perairan. Sistem konvensional dalam penentuan daerah penangkapan oleh nelayan, kini
lebih terbantu lagi dengan metode akustik yang dapat menjadi referensi tepat dalam
penentuan daerah penyebaran ikan. Peralatan echo integrator digunakan untuk mendapatkan
integrasi sinyal echo dari echosounder beam tunggal, beam ganda, maupun beam terbagi atau
sonar konvensional. Tingkat ketepatan teknik ini sangat tinggi dan menguntungkan, sehingga
dapat digunakan sebagai penduga kelimpahan ikan di suatu perairan (Kailola dan Trap, 1984
dalam Natsir et.al., 2005).
Beberapa keunggulan dan keuntungan yang di dapat dengan menggunakan peralatan
metode akustik dalam pendugaan kelimpahan dan distribusi kelompok ikan (MacLennan and
Simmonds, 2005):
(1) Menghasilkan informasi tentang distribusi dan kelimpahan ikan secara tepat dan
mencakup kawasan luas.
(2) Pendugaan stok ikan dilakukan secara langsung tanpa harus bergantung kepada data
statistic perikanan
(3) Memiliki ketelitian dan ketepatan tinggi serta dapat digunakan saat metode lain tidak
bisa dgunakan
(4) Tidak berbahaya atau merusak karena frekuensi suara yang digunakan tidak
membahayakan bagi pemakai alat maupun target survey.
Prinsip dari pengoperasian metode akustik adalah dimulai dari timer yang berfungsi
sebagai penanda pulsa listrik untuk mengaktifkan pemancaran pulsa yang akan dipancarkan
oleh transmitter melalui transducer. Selanjutnya, transducer mengubah energi listrik menjadi
energi suara ketika suara akan dipancarkan ke medium. Gelombang akustik yang merambat
di kolom perairan akan mengenai target seperti ikan atau dasar perairan dimana gelombang
akustik ini akan dipantulkan kembali dalam bentuk echo dan akan diterima oleh transducer
dan mengubahnya menjadi energi listrik dan diteruskan ke receiver amplifier ini, sinyal
listrik lemah yang dihasilkan oleh transducer setelah echo diterima harus diperkuat beberapa
ribu kali sebelum diteruskan ke unit peraga untuk ditampilkan dalam bentuk echogram
(MacLennan and Simmonds, 2005)
7
FAO (1985) menjelaskan gangguan yang biasa terjadi dalam menjalankan metode
akustik disebut noise. Noise merupakan sinyal yang tidak diinginkan yang dapat terjadi