BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Keselamatan dan Kesehatan Kerja Pada awal perkembangannya penanganan keselamatan dan kesehatan kerja masih terbatas pada kegiatan inspeksi untuk memeriksa kondisi libgkungan kerja. Kemudian pada tahun 1930an, H.W. Heinrich seorang ahli K3 dengan teori dominonya mengawali pendekatan K3 secara ilmiah dengan mengemukakan teori tentang sebab kecelakaan yang dikenal sebagi unsafe act dan unsafe condition. Pada saat itu, pendekatan keselamatan dan kerja adalah untuk menghilangkan sebab kecelakaan dari tempat kerja. (Ramli, 2009) Sekarang ini keselamatan dan kesehatan kerja sudah menjadi salah satu syarat yang harus dimiliki oleh setiap badan usaha dengan menerapkan Sistem Manajemen Keselamatan dan Kesehatan
65
Embed
Bab II Tinjauan Pustaka Inspeksi K3 Alat Berat - Erli Yuni Manalu
This document is posted to help you gain knowledge. Please leave a comment to let me know what you think about it! Share it to your friends and learn new things together.
Transcript
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Keselamatan dan Kesehatan Kerja
Pada awal perkembangannya penanganan keselamatan dan kesehatan kerja
masih terbatas pada kegiatan inspeksi untuk memeriksa kondisi libgkungan kerja.
Kemudian pada tahun 1930an, H.W. Heinrich seorang ahli K3 dengan teori
dominonya mengawali pendekatan K3 secara ilmiah dengan mengemukakan teori
tentang sebab kecelakaan yang dikenal sebagi unsafe act dan unsafe condition.
Pada saat itu, pendekatan keselamatan dan kerja adalah untuk menghilangkan
sebab kecelakaan dari tempat kerja. (Ramli, 2009) Sekarang ini keselamatan dan
kesehatan kerja sudah menjadi salah satu syarat yang harus dimiliki oleh setiap
badan usaha dengan menerapkan Sistem Manajemen Keselamatan dan Kesehatan
Kerja (SMK3). “Bahwa untuk menjamin keselamatan dan kesehatan tenaga kerja
maupun orang lain yang berada di tempat kerja, serta sumber produksi, proses
produksi dan lingkungan kerja dalam keadaan aman, maka perlu penerapan
Sistem Manajemen Keselamatan dan Kesehatan Kerj”. (PER. 05/MEN/1996)
2.1.1. Pengertian Keselamatan dan Kesehatan Kerja
Keselamatan dan Kesehatan Kerja adalah adalah merupakan
segala sarana dan upaya untuk mencegah terjadinya suatu kecelakaan
kerja (Silalahi, 1995). Dalam hal ini keselamatan yang dimaksud bertalian
erat dengan mesin, alat kerja dalam proses landasan tempat kerja
dan lingkungannya serta cara cara melakukan pekerjaan yang
aman bagi kelangsungan kerja.
2.2.2. Tujuan Keselamatan dan Kesehatan Kerja
Tujuan keselamatan dan Kesehatan Kerja adalah melindungi
keselamatan dan kesehatan tenaga kerja didalam melaksanakan tugasnya,
melindungi keselamatan setiap orang yang berada di lokasi tempat kerja
dan melindungi peralatan serta sumber produksi agar selalu dapat
digunakan secara efisien.
2.2.2. Manfaat Keselamatan dan Kesehatan Kerja
Aspek K3 bersifat multi dimensi. Karen itu manfaat dan tujuan K3
juha harus dilhat dari baerbagai sisi seperti dari sisi hukum, perlindungan
tenaga kerja, ekonomi, pengendalian kerugian, sosial dan lainnya.
2.2.2.1. Aspek Hukum
Keselamatan dan Kesehatan Kerja merupakan ketentuan
perundangan dan memiliki landasan hukum yang wajib
dipatuhi semua pihak, baik pekerja, pengusaha, atau pihak
terkait lainnya. Di Indonesia banyak peraturan perundangan
yang menyangkut keselamatan dan kesehatan kerja, beberapa
di antaranya :
1. Undang-undang No.1 tahun 1970 tentang Keselamatan
Kerja
2. Undang-undang No.13 tahun 2003 tentang Ketenagakerjaan
3. Undang-undang No.8 tahun 1998 tentang Perlindungan
Konsumen
4. Undang-undang No.22 tentang MIGAS
5. Undang-undang No.19/1999 tentang jasa konstruksi
6. Undang-undang No.28/1999 tentang jasa konstruksi
7. Undang-undang No.30 tahun 2002 tentang bangunan
Gedung
2.2.2.2. Perlindungan Tenaga Kerja
Keselamatan dan Kesehatan Kerja mengandung nilai
perlindungan tenaga kerja dari kecelakaan atau penyakit akibat
kerja. Tenaga kerja merupakan aset organisasi yang sangat
berharga dan merupakan unsur penting dalam proses produksi
di samping unsur lainnya seperti material, mesin, dan
lingkungan kerja. Karena itu tenaga kerja harus dijaga, dibina
dan dikembangkan untuk meningkatkan produktivitasnya.
( Ramli, 2009)
2.2.2.3. Aspek Ekonomi
Manfaat K3 dapat jugadilihat dari pendekatan ekonomi
atau finansial. Kecelakaan menimbulkan kerugian yang sanagt
besar bagi perusahaan. Banyak perusahaan yang harus gulung
tikar akibat kecelakaan, bencana atau dampak K3 lainnya yang
terjadi dalam operasinya. Dampak ekonomi dari K3 dapat
dilihat dari sisi produktifitas dan pengendalian kerugian (loss
control). ( Ramli, 2009)
2.2. Inspeksi
2.2.1. Pengertian Inspeksi
Inspeksi merupakan cara memeriksa dengan menggunakan panca indera
terutama mata. Untuk memperoleh pembuktian atas suatu keadaan atau suatu
masalah pada suatu saat tertentu. Inspeksi K3 adalah suatu kegiatan pengamatan
atau pemeriksaan terhadap pelaksanaan K3.Keselamatan dan Kesehatan Kerja
mempunyai peranan penting didalam program pencegahan kecelakaan. Telah kita
yakini bahwa kecelakaan tidak terjadi begitu saja, tetapi ada faktor-faktor
penyebab yaitu :
a. Unsafe condition / keadaaan yang tidak aman
b. Unsafe action / tindakan yang tidak aman
c. Atau kombinasi keduanya
Dengan demikian bahwa usaha- usaha untuk mencegah terjadinya
kecelakaan diawali dengan mampu menemukan faktor penyebab diatas, dengan
melakukan inspeksi secara teratur, terencana dan sistimatis. Maksud dan tujuan
dilakukan inspeksi keselamatan kerja bukan untuk mencari kesalahan tetapi untuk
menyakinkan apakah semua tata kerja dilaksanakan sesuai norma-norma
keselamatan dan Kesehatan Kerja. Di dalam inspeksi yang melakukan inspeksi
yaitu : Top Manajemen, Midle Manajemen, Lower Manajemen, Karyawan,
Manajer K3, Tim Safety Patrol.
2.2.2. Jenis Inspkesi
Inspeksi memiliki beberapa jenis, yaitu ;
a. Inspeksi Rutin
Terhadap sumber-sumber bahaya ( Hazard) di tempat kerja
secara menyeluruh.
1. Direncakan dengan cara WALK-THROUGH SURVEY
keseluruh area kerja dan bersifat komprehensif.
2. Jadwal pelaksanakan rutin ( Sudah ditentukan : 1x bulan
3. Dilakukan bersama-sama ahli K3 atau perwakilan tenaga kerja
dengan pihak manajemen.
4. Bagi perusahaan yang tidak memiliki ahli K3 sendiri, dapat
menggunakan ahli K3 dari luar perusahaan yang akan
membantu memberikan saran-saran tentang penanganan
masalah-masalah K3 di tempat kerja.
5. Pelaksanaan Inspeksi terhadap sumber-sumber bahaya pada
area khusus sebaiknya dilakukan dengan melibatkan seseorang
yang mempunyai keahlian khusus.
6. Hasil yang ditemukan segera ditindak lanjuti, dan setiap
permasalahan yang telah diidentifikasi dari hasil survey harus
selalu tercatat dan dibukukan.
7. Setiap laporan inspeksi harus inspeksi harus ditandatangani
oleh penanggung jawab kegiatan inspeksi
8. Hasil inspeksi yang telah ditulis dalam bentuk laporan harus
disampaiakan kepada pihak manajemen, sehingga langkah
perbaikan segera dilakukan
Keuntungan :
1. Inspekstur dapat mencurahkan segala perhatiannya untuk
melakuka inspeksi.
2. Inspekstur dapat melakukan observasi menyeluruh tentang K3
di tempat Kerja
3. Checklist yang akan digunakan untuk inspeksi telah disiapkan
dengan baik. Laporan temuan dan rekomendasi segera dapat
dibuat untuk meningkatkan kesadaran tentang adanya bahaya
di tempat kerja, serta tindakan korektif yang sesuai segera di
implementasikan dalam upaya mengadakan sarana pencegahan
kecelakaan dan kerugian yang lebih besar.
b. Inspeksi Informal
Merupakan inspeksi yang tidak terencana, bersifat
sederhana, dilakukan atas kesadaran orang-orang yang menemukan
atau melihat masalah K3 di dalam pekerjaanya sehari – hari. Jika
ditemukan masalah maka langsung dapat dideteksi, dilaporkan dan
segera dapat dilakukan tindakan korektif. Keterbatasan : Inspeksi
tidak dilakukan secara sistematik sehingga tidak bisa mencakup
gambaran permasalahan secara keseluruhan. Akan sangat efektif
bila inspeksi informal ini dijadikan kebijakan manajemen.
Masalah-masalah yang ditemukan langsung dapat
didokumentasikan berupa catatan singkat / foto sesuai prosedur dan
di buat laporan secara sederhana.
c. Inspeksi Khusus
Terhadap objek-objek atau area tertentu mempunyai resiko
tinggi terhadap kerugian dan kecelakaan kerja.Dilakukan
berdasarkan adanya keluhan atau komplain dari tenaga kerja di
suatu unit kerja. Dilakukan berdasarkan adanya permintaan atau
instruksi dari pengurus perusahaan.Direncanakan hanya untuk
diarahakan kepada kondisi-kondisi tertentu, seperti : Mesin-mesin,
alat kerja dan tempat-tempat khusus yang meiliki resiko kerja
tinggi.
Langkah dalam membuat daftar inventarisasi objek inspeksi
khusus adalah :
Kategorikan dan buat daftar objek yang dianggap penting &
krusial di perusahaan
Rencanakan atau gambarkan area yang menjadi tanggung
jawab masing-masing unit kerja
Susun daftar inventarisasi dengan baik dan terstruktur.
Buatlah Recordkeeping : Identifikasi setiap mesin &
peralatan, indikasi apa yang akan di inspeksi, identifikasi
siapa petugas dan penanggung jawab inspeksi n berapa
sering dilakukan inspeksi.
2.2.3. Tujuan Inspkesi
Tujuan Inspeksi K3 adalah untuk mengetahui tindakan dan kondisi yang
dilaksanakan sesuai dengan ketentuan yang berlaku untuk mencegah bahaya dan
kecelakaan, selain itu tujuan diadakannya Inspeksi Keselamatan dan Kesehatan
Kerja yaitu :
1. Mengidentifikasi problem – problem yang mungkin terjadi
2. Mengidentifikasi kekurangan-kekurangan pada peralatan.
3. Mengidentifikasi tindakan tidak standar / tidak aman pekerja
4. Mengidentifikasi dampak dari perubahan / pergantian suatu proses /
material
5. Mengidentifikasi kekurangan – kekurangan dalam suatu perbaikan
6. Melokalisasi dan menetralisir bahaya-bahaya yang ada.
Pada prinsipnya maksud dan tujuan inspeksi adalah untuk menemukan
atau mengidentifikasi unsafe action dan unsafe condition dan menentukan
penyebab dasar agar dapat Melakukan tindakan perbaikan, sehingga kondisi dan
tindakan tidak aman tidak sempat menyebabkan suatau kecelakaan.
2.2.4. Manfaat Inspkesi
Disamping maksud dan tujuan diatas, suatu inspeksi Keselamatan Kerja
juga mempunyai manfaat yaitu :
1. Dapat melakuakan pembetulan segera terhadap tindakan atau kondisi tidak
standar ( tidak aman) yang ditemukan selama inspeksi.
2. Inpeksi secara teratur dan berkelanjutan mendorong para pekerja untuk
lebih tanggap terhadap tindakan tidak aman yang dilakukan oleh sesama
pekerja serta akan lebih giat memeriksa kondisi tidak aman suatu alat /
tempat kerja.
3. Menetapkan secara tepat alat-alat pelindung keselamatan yang diperlukan
untuk setiap jenis dan kondisi kerja.
4. Inspeksi dapat memberikan semangat serta meningkatkan keseadaran
setiap pekerja terhadap pentingnya K-3
5. Inspeksi membantu apresiasi serta sekaligus merealisasikan program K-3
dikalangan para karyawan.
Dalam melakukan inspeksi seseorang seharusnya tidak hanya
mendeteksi atau mencari tindakan tidak standar / aman atau kondisi tidak
standar / aman secara phisik, tetapi harus pula dapat mengevaluasi dan
menentukan penyebab dasar, mengapa tindakan dan kondisi tidak standar /
aman dapat terjadi. Selanjutnya menentukan tindakan perbaikan yang
harus dilakukan. Sebelum melakukan inspeksi harus terlebih dahulu
mengevaluasi atau menganalisa semua temuan, kerusakan atau insiden
yang pernah terjadi sebelumnya, sehingga nantinya dapat memberikan
perhatian khusus terhadap kondisi dan tindakan tidak aman yang
berpotensi.
2.2.5. Sasaran dan kebutuhan Inspeksi K3
Sasaran Inspeksi :
1. Pemeriksaan langsung thd pelaksanaan K3 pada setiap obyek kerja
2. Identifikasi problem atas kondisi dan tindakan bahaya
3. Memperoleh data dan fakta sebenarnya
4. Mengukur kinerja K3
5. Melakukan tindakan koreksi/perbaikan
6. Tingkatkan komitmen &kinerja K3
Kebutuhan Ispeksi :
1. Identifikasi risiko bahaya yang tidak terdeteksi dalam analisa
Pekerjaan
2. Untuk mengetahui kekurangan pada peralatan yang potensi bahaya
Mengenali tindakan tidak aman karyawan
3. Identifikasi dampak perubahan dlam proses
4. Identifikasi tindakan perbaikan
5. Penilaian kinerja manajemen dalam pengelolaan K3
6. Menunjukkan komitmen manajemen dalam kegiatan K3 yang