9 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pendidikan Kesehatan 2.1.1 Definisi Pendidikan kesehatan adalah sebuah peroses untuk meningkatkan kemampuan dalam memelihara dan meningkatkan kesehatannya (Notoadmojo, 2010). Pendidikan kesehatan merupakan upaya yang di rencanakan untuk memepengaruhi orang lain baik individu, kelompok atau masyarakat sehingga dapat melakukan seperti yang di harapkan oleh pelaku pendidikan kesehatan (Fitriani, 2011). Notoadmojo (2012 :129), menyatakan bahwa dengan metode promosi kesehatan dapat meningkatkan pengetahuan masyarakat tentang kesehatan. Beensley & Fisher (2008) menyatakan bahwa pendidikan kesehatan memang menyampaikan informasi dengan harapan bahwa seseorang akan memperlajarinya dan dapat mempengaruhi pengetahuannya 2.1.2 Tujuan Pendidikan Kesehatan Menurut Green dalam Notoadmojo, (2012), bahwa pendidikan kesehatan memepengaruhi 3 faktor penyebab terbentuknya perilaku yaitu 2.1.2.1 Pendidikan kesehatan dalam faktor-faktor predisposisi. Promosi kesehatan bertujuan untuk bisa mengunggah kesadaran, memberikan atau meningkatkan pengetahuan masyarakat tentang peningkatan kesehatan bagi dirinya sendiri, keluarga maupun masyarakatnya. Di samping itu, dalam konteks promosi kesehatan juga memberikan pengertian mengenai tradisi, kepercayaan masyarakat dan
21
Embed
BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2eprints.umm.ac.id/45726/3/BAB II.pdf · 9 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pendidikan Kesehatan 2.1.1 Definisi Pendidikan kesehatan adalah sebuah peroses untuk
This document is posted to help you gain knowledge. Please leave a comment to let me know what you think about it! Share it to your friends and learn new things together.
Transcript
9
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Pendidikan Kesehatan
2.1.1 Definisi
Pendidikan kesehatan adalah sebuah peroses untuk meningkatkan kemampuan dalam
memelihara dan meningkatkan kesehatannya (Notoadmojo, 2010). Pendidikan kesehatan
merupakan upaya yang di rencanakan untuk memepengaruhi orang lain baik individu, kelompok
atau masyarakat sehingga dapat melakukan seperti yang di harapkan oleh pelaku pendidikan
kesehatan (Fitriani, 2011). Notoadmojo (2012 :129), menyatakan bahwa dengan metode
promosi kesehatan dapat meningkatkan pengetahuan masyarakat tentang kesehatan.
Beensley & Fisher (2008) menyatakan bahwa pendidikan kesehatan memang
menyampaikan informasi dengan harapan bahwa seseorang akan memperlajarinya dan
dapat mempengaruhi pengetahuannya
2.1.2 Tujuan Pendidikan Kesehatan
Menurut Green dalam Notoadmojo, (2012), bahwa pendidikan kesehatan
memepengaruhi 3 faktor penyebab terbentuknya perilaku yaitu
2.1.2.1 Pendidikan kesehatan dalam faktor-faktor predisposisi.
Promosi kesehatan bertujuan untuk bisa mengunggah kesadaran, memberikan
atau meningkatkan pengetahuan masyarakat tentang peningkatan kesehatan bagi dirinya
sendiri, keluarga maupun masyarakatnya. Di samping itu, dalam konteks promosi
kesehatan juga memberikan pengertian mengenai tradisi, kepercayaan masyarakat dan
10
sebgainya. Baik yang merugikan maupun yang menguntungkan kesehatan. Bentuk
promosi kesehatan dalam hal ini dilakukan dengan penyuluhan kesehatan, pameran
tentang kesehatan dan iklan-iklan kesehatan.
2.1.2.2 Promosi kesehatan dalam faktor-faktor enabling (penguat).
Bentuk promosi kesehatan ini dilakukan supaya masyarakat dapat
memberdayakan masyarakat yang lain supaya mampu mengadakan sarana dan prasarana
kesehatan dengan cara memberikan bantuan teknik, arahan, dan cara-cara mencari dana
untuk pengadaan sarana dan prasarana kesehatan.
2.1.2.3 Promosi kesehatan dalam faktor reinforcing (pemungkin)
Promosi kesehatan pada faktor ini bermaksud untuk mengadakan pelatihan bagi
tokoh agama, tokoh masyarakat, dan petugas kesehatan sendiri dengan tujuan agar sikap
dan perilaku petugas dapat menjadi teladan, contoh atau acuan bagi masyarakat tentang
hidup sehat.
2.1.3 Metode Pendidikan Kesehatan
Menurut Notoadmojo (2012), bahwa terdapat tiga metode pendidikan kesehatan
berdasarkan pendekatan sasaran yang ingin dicapai, yaitu:
2.1.3.1 Metode berdasarkan pendekatan perorangan
Metode ini bersifat individual dan biasanya digunakan untuk membina perilaku
baru, atau membina seorang yang mulai tertarik pada suatu perubahan perilaku atau
inovasi. Dasar digunakannya pendekatan individual ini karena setiap orang mempunyai
masalah atau alasan yang berbeda-beda sehubungan dengan penerimaan atau perilaku
baru tersebut. Ada 2 bentuk pendekatan yaitu : Bimbingan dan penyuluhan (Guidance
and Counceling) dan Wawancara.
11
2.1.3.2 Metode berdasarkan pendekatan kelompok
Penyuluh dengan metode ini mempunyai sasaran secara kelompok., dalam
penyampaian promosi kesehatan dengan menggunkan metode ini kita perlu
mempertimbangkan besarnya kelompok sasaran serta tingkat pendidikan formal dari
sasaran. Ada 2 jenis kelompok, yaitu : kelompok besar dan kelompok kecil.
2.1.3.3 Metode berdasarkan pendekatan massa
Metode pendekatan massa ini cocok untuk mengkomunikasikan pesan-pesan
kesehatan yang ditujukan kepada masyarakat. Sehingga sasaran dari metode ini bersifat
umum, dalam arti tidak membedakan golongan umur, jenis kelamin, pekerjaan, status
social ekonomi, tingkat pendidikan, dan sebagainya, sehingga pesan-pesan kesehatan
yang ingin disampaikan harus dirancang sedemikian rupa sehingga dapat ditangkap oleh
massa.
2.1.4 Motivational Interviewing
Motivational interviewing merupakan salah satu metode konseling yang bertujuan
untuk mendorong individu dalam mengeksplorasi alasan yang sebelumnya belum
dipikirkan untuk mengubah perilakunya Karena pada dasarnya manusia tidak menyukai
keadaan yang seimbang, maka ia berusaha mencari pengetahuan baru dalam merubah
perilakunya atau merubah prilakunya supaya sejalan dengan penegtahuannya.
(Notoadmojo, 2010).
2.1.4.1 Motivational interviewing dalam promosi kesehatan
Intervensi keperawatan yang di tujukan untuk mengubah kemandirian pasien
diantaranya melalui hubungan interpersonal antara perawat dengan pasien, konsep
12
keperawatan peplau menjelasakan tetang pemanfaatan hubungan interpersonal dalam
memahami diri sendiri dan orang lain, perawat sebagai tenaga kesehatan merupakan salah
satu motivator yang mempunyai peranan penting dalam meningkatkan pengetahuan
sehingga pasien dapat termotivasi dalam melakukan pengobatan atau terapi yang di
peroleh (Notoadmojo, 2012). Salah satu intervensi yang dapat digunakan dalam
hubungan interpersonal oleh perawat untuk menambah pengetahuan dan merubah
perilakunya yaitu dengan menggunakan metode motivational interviewing (Fembi, 2014).
Metode MI awalnya digunakan untuk mengatasi masalah kecanduan alkohol,
namun kemudian dikembangkan untuk prilaku tidak sehat lainnya (Gibby, 2012).
motivational intervieiwing bisa menjadi terapi kognitiif yang didampingi oleh konselor
dimana klien dipandu untuk menhadapi ketidak konsistenan mereka sendiri dalam
pemikiran dan tindakan dengan memberikan informasi yang diperlukan oleh klien
(Resnicow&Colorio, 2012) Saat ini MI bisa digunakan sebagai perubahan pola makan
dalam startegi promosi keshatan bagi seseorang yang belum menjalani diet dengan baik
(Pirlott,2012). Motivational interviewing di dasarkan pada sikap hormat dan fokus
membangun hubungan pada tahap awal konseling, teknik pendekatan yang digunakan
dalam motivational interviewing yaitu ada tiga: Asking, Listening dan affirming (Fembi,
2014). Manfaat dari motivational intervieiwing sendiri dimana pasien didorong untuk
mengekplorasi dan menemukan alasan dalam dirinya yang sebelumnya pernah dipikirkan
untuk mengubah prilakunya (Notoadmodjo,2010)
Menurut Menurut Fembi (2015) motivational interviewing dapat memberikan
peningkatan terhadap pengetahuan yang bisa menimbulkan efek positif pada motivasi
diri dan kepercayaan diri untuk menghadapi hambatan pengobatan. pemahaman (insight)
13
hal tersebut dapat terjadi karena adanya proses kognitif selama diberikan motivational
interviewing, proses ini memfasilitasi individu untuk mengmbangkan pemikiran-pemikiran
positif dalam menghadapi kesehatannya. hal itu sejalan oleh penelitian Lingli et al (2016),
MI lebih efektif dari strategi pendidikan kesehatan yang biasa digunakan dalam
memunculkan hal positif perubahan prilaku pencegahan kesehatan mulut dan karies gigi.
Menurut Zhou & Huang (2015) Bahwa Metode motivational interviewing memiliki pengaruh
yang dapat meningkatkan kepercayaan diri dan kemampuan dalam menghadapi
ambivalensi dan mengatasi masalah selama perubahan perilaku.Selain itu MI juga sangat
beguna untuk perubahan jangka panjang dalam perubahan prilaku bagi pasien yang
mempunyai factor resiko tinggi terhadap komplikasi (Hardcastle et al, 2013). Hubungan
baik yang dicapai dengan keterampilan seperti mendengarkan reflektif,mengalihkan fokus
dan reframing, yang memungkinkan konselor dan klien dalam percakapan konstruktif
tentang perubahan dan akan memudahkan mencapai tujuan ( Emmon, 2010).
2.1.5 Strategi Motivational Interviewing
Menurut Gabbie & Lubman (2012) ada empat keterampilan dasar yang
digunakan dalam konseling motivational interviewing yang disebut OARS yaitu :
a. Open-ended question, merupakan pertanyaan terbuka yang tidak mudah di jawab
dengan singkat seperti “ya / tidak” sehingga memberikan informasi yang tidak
sedikit.
b. Afirmation, merupakan pernyataan yang dapat menguatkan klien untuk bisa
berubah dengan informasiatau pendidikan yang di berikan oleh konselor. Penggunaa
affirmation bisa membantu klien merasa bahwa perubahan itu mungkin bahkan
ketika upaya sebelumnya gagal.
14
c. Reflection, mendengarkan secara reflektif merupakan keterampil penting dalam
motivational interviewing, dua tujuan utamannya yaitu. Pertama memberikan rasa
empati dengan mendengarkan dan memberikan respon secara hati-hati sehingga
pasien merasa konselor mengerti masalah pasien, kedua memberikan intervensi
dengan bimbingan atau arahan terhadap serta memberikan informasi mengenai
penyakit yang di derita dengan tujuan mendukung perubahan.
d. Summaries adalah ringkasan dimana terapis atau konselor merekap apa yang telah
terjadi dari semua atau dari sebagian konseling sehingga meberikan informasi
tentang ambivalensi dari pasien.
2.2 Konsep Pengetahuan
2.2.4 Definisi Pengetahuan
Pengetahuan merupakan hasil dari pengindraan manusia atau hasil tahu
seseorang terhadap objek melalui indra yang dimilikinya (mata, hidung, telinga, dan
sebagainya. Pengetahuan merupakan domain yang sangat penting untuk terbentuknya
tindakan seseorang. Perilaku yang berdasarkan pengetahuan akan bertahan lama
dibangdingkan dengan tidak didasari oleh pengetahuan (Notoadmodjo, 2010)
2.2.5 Tingkat pengetahuan
Kratwhol (2001) dalam Efendi (2015 : 72) mengemukan terdapat
6 tingkat pengetahuan yaitu :
2.2.4.1 C1- Mengingat (Remembering)
Mengingat adalah mengambil pengetahuan yang relevan dari memori jangka
panjang. Termasuk didalamnya mengenali (recognizing) dan recalling (menuliskan/
menyebutkan). Mengingat merupakan proses kognitif yang paling rendah tingkatannya.
15
2.2.4.2 C2-Memahami (understanding)
Memahami yaitu mengkonstruksi makna atau pengertian berdasarkan
pengetahuan awal yang dimiliki, mengaitkan informasi yang baru dengan pengetahuan
yang telah dimiliki, atau mengintegrasikan pengetahuan yang baru kedalam skema yang
telah ada dalam pemikiran siswa. Siswa dikatakan memahami ketika mereka mampu
untuk membangun makna dari pesan instruksional termasuk lisan, tertulis, dan grafis
komunikasi, dan materi yang disampaikan. Proses kognitif dalam kategori memahami
termasuk menafsirkan (interpreting), mencontohkan (examplifying), mengklasifikasi