11 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Maskulinitas, Pemimpin Perempuan dan Media Konsep Gender sangat dekat dengan pemahaman nuansa barat (western invention). Konsep gender kemudian di adopsi ke Indonesia, karena masyarakat Indonesia modern kurang memperhatikan esensi budaya local mengenai dinamika relasi-relasi seksual. Gender sebagai suatu konsep bertumpuh pada aspek biologis (biological reductionism), gender memiliki dua ketgori biologis yang berbeda namun saling mengisi, yaitu laki-laki dan perempuan (Cucchiari,1994) Dalam masyarakat berkembang berbagai konstruksi-konstruksi sosial yang melahirkan ketimpangan atau bias dalam pembagian lahan kerja maupun persepektif sosial mengenai dua kategori gender diatas, ketimpangan yang disadari oleh kategori perempuan akan begitu diagungkannya hak laki- laki melahirkan gerakan pembela perempuan untuk memperjuangkan hanya demi terwujudnya kesetaraan gender, gerakan ini yang disebut Feminisme. Berbagai konsep muncul untuk menjelaskan bagaimana kesetaraan dapat terwujud dalam berbagai aspek salah satunya aspek kepemimpinan oleh perempuan. Dalam feminisme perjuangan ini dapat dilambangkan dengan feminism liberalism, Marxis dan Radikal. Berdasarkan data yang dipaparkan di atas, konsep feminism liberal menjadi konsep besar yang dapat menjelaskan bagaimana perjuangan perempuan dalam memperoleh kuasa dalam menyampaikan suara dalam tatanan suatu Negara. Namun budaya maskulinitas menjadi suatu tantangan tersendiri bagi para kaum perempuan untuk memperjuangkan hak kesetraan yang dijelaskan diatas, salah satunya dalam berkarir sebagai seorang pemimpin dunia maupun dalam suatu Negara.
12
Embed
BAB II TINJAUAN PUSTAKA - repository.uksw.edurepository.uksw.edu/bitstream/123456789/14795/2/T1_362013027_BAB II... · pendidikan menuju perempuan berpendidikan, termasuk berpendidikan
This document is posted to help you gain knowledge. Please leave a comment to let me know what you think about it! Share it to your friends and learn new things together.
Transcript
11
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Maskulinitas, Pemimpin Perempuan dan Media
Konsep Gender sangat dekat dengan pemahaman nuansa barat
(western invention). Konsep gender kemudian di adopsi ke Indonesia, karena
masyarakat Indonesia modern kurang memperhatikan esensi budaya local
mengenai dinamika relasi-relasi seksual. Gender sebagai suatu konsep
bertumpuh pada aspek biologis (biological reductionism), gender memiliki dua
ketgori biologis yang berbeda namun saling mengisi, yaitu laki-laki dan
perempuan (Cucchiari,1994)
Dalam masyarakat berkembang berbagai konstruksi-konstruksi
sosial yang melahirkan ketimpangan atau bias dalam pembagian lahan kerja
maupun persepektif sosial mengenai dua kategori gender diatas, ketimpangan
yang disadari oleh kategori perempuan akan begitu diagungkannya hak laki-
laki melahirkan gerakan pembela perempuan untuk memperjuangkan hanya
demi terwujudnya kesetaraan gender, gerakan ini yang disebut Feminisme.
Berbagai konsep muncul untuk menjelaskan bagaimana
kesetaraan dapat terwujud dalam berbagai aspek salah satunya aspek
kepemimpinan oleh perempuan. Dalam feminisme perjuangan ini dapat
dilambangkan dengan feminism liberalism, Marxis dan Radikal. Berdasarkan
data yang dipaparkan di atas, konsep feminism liberal menjadi konsep besar
yang dapat menjelaskan bagaimana perjuangan perempuan dalam memperoleh
kuasa dalam menyampaikan suara dalam tatanan suatu Negara.
Namun budaya maskulinitas menjadi suatu tantangan tersendiri
bagi para kaum perempuan untuk memperjuangkan hak kesetraan yang
dijelaskan diatas, salah satunya dalam berkarir sebagai seorang pemimpin
dunia maupun dalam suatu Negara.
12
Dalam sebuah penelitian yang dilakukan di Michigan University
oleh Wessel,dkk mengemukakan hasil penelitian yang menunjukan bahwa
seorang perempuan yang berada dalam posisi pemimpin harus dapat bermain
maksimal hingga mencapai kualitas maskulin jika ingin berhasil dalam
pekerjaan atau lingkungan pekerjaan yang didominasi laki-laki. (Journal of
Psychology of Women,2014)
Melihat penjelasan diatas menunjukan realita yang ada dalam
perkembangan Gender saat ini. Media sebagai saluran Informasi menjalankan
perannya dengan membangun informasi kepada masyarakat mengenai realita
diatas,yang kemudian disiarkan dalam berbagai bentuk program, hal ini
kemudian membangun pemikiran masyarakat mengenai pemimpn perempuan
itu sendiri.
2.1.1. Konstruksi Gender dan Pemimpin Perempuan
2.1.1.1. Maskulinitas
Kata masculine sendiri dekat dengan kata Mascle (otot) yang dapat
segera diasosiasikan dengan kekuatan, keperkasaan, kepahlawanan, kekerasan
dan pekerjaaan militer. Maskuslinsitas adalah stereotype mengenai karakter
seorang laki-laki. Maskulin dan feminis memiliki tataran yang sama yaitu
menggamabrkan kesetaraan derajat gender dalam berbagai aspek. Jika karakter
berlebihan disebut laki-laki super maskulin, jika kurang maka disebut laki-laki
kurang maskulin atau laki-laki feminin (Darwin,2015:1).
Maskulinitas tradisional menganggap tinggi nilai-nilai, antara lain