14 BAB II TINJAUAN PUSTAKA I. Tinjauan Teori A. Diabetes Mellitus tipe II 1. Definisi Diabetes Mellitus tipe II adalah suatu penyakit kronis yang disebabkan oleh ketidak mampuan tubuh menggunakan insulin atau memproduksi insulin (Riyadi, 2007). Seseorang dikatakan menderita Diabetes Mellitus jika memiliki kadar gula darah puasa >126 mg/dL dan pada tes sewaktu >200 mg/dL. Diabetes Mellitus tipe II atau yang biasa juga disebut Non Insulin Dependent Diabetes Mellitus (NIDDM), lebih sering terjadi pada dewasa, tapi dapat terjadi pada semua umur. Kebanyakan penderita kelebihan berat badan, ada kecenderungan familiar, mungkin perlu insulin pada saat hiperglikemik selama stres (Riyadi, 2007). 2. Etiologi Diabetes Mellitus tipe II dapat terjadi tanpa gejala sebelum hasil diagnosis, Diabetes Mellitus tipe II awalnya diobati dengan cara perubahan aktivitas fisik (olahraga), diet (umumnya pengurangan asupan karbohidrat), dan lewat pengurangan berat Pengaruh Pemberian Rebusan..., Nindy Nuraeni, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2015
39
Embed
BAB II TINJAUAN PUSTAKA I. Tinjauan Teori Diabetes ...repository.ump.ac.id/5853/3/Nindy Nuraeni_BAB II.pdf · Patofisiologi Pada Diabetes ... Nefropati diabetikum yang ditandai dengan
This document is posted to help you gain knowledge. Please leave a comment to let me know what you think about it! Share it to your friends and learn new things together.
Transcript
14
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
I. Tinjauan Teori
A. Diabetes Mellitus tipe II
1. Definisi
Diabetes Mellitus tipe II adalah suatu penyakit kronis yang
disebabkan oleh ketidak mampuan tubuh menggunakan insulin
atau memproduksi insulin (Riyadi, 2007). Seseorang dikatakan
menderita Diabetes Mellitus jika memiliki kadar gula darah puasa
>126 mg/dL dan pada tes sewaktu >200 mg/dL.
Diabetes Mellitus tipe II atau yang biasa juga disebut Non
Insulin Dependent Diabetes Mellitus (NIDDM), lebih sering terjadi
pada dewasa, tapi dapat terjadi pada semua umur. Kebanyakan
penderita kelebihan berat badan, ada kecenderungan familiar,
mungkin perlu insulin pada saat hiperglikemik selama stres
(Riyadi, 2007).
2. Etiologi
Diabetes Mellitus tipe II dapat terjadi tanpa gejala sebelum
hasil diagnosis, Diabetes Mellitus tipe II awalnya diobati dengan
cara perubahan aktivitas fisik (olahraga), diet (umumnya
pengurangan asupan karbohidrat), dan lewat pengurangan berat
Pengaruh Pemberian Rebusan..., Nindy Nuraeni, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2015
15
badan. Langkah yang berikutnya, jika perlu, perawatan dengan
lisan antidiabetic drugs (Askandar, T. 1999)
Penyebab-penyebab tertentu yang berhubungan dengan
proses terjadinya Diabetes Mellitus tipe II menurut Guyton & Hall
(2002) yaitu :
a. Usia (resistensi insulin cenderung meningkat pada usia
diatas 65 tahun)
b. Obesitas
c. Riwayat keluarga
3. Faktor Resiko Diabetes Mellitus Tipe II
Menurut Ehsa (2010) Faktor-faktor resiko yang
berhubungan dengan proses terjadinya Diabetes Mellitus tipe II
dibagi menjadi dua, yaitu :
a. Faktor resiko yang tidak dapat diubah :
(1) Riwayat keluarga Diabetes Mellitus
Seorang anak dapat mewarisi gen penyebab
Diabetes Mellitus orang tua. Biasanya seseorang
yang menderita Diabetes Mellitus mempunyai
anggota keluarga yang juga terkena penyakit
tersebut.
Pengaruh Pemberian Rebusan..., Nindy Nuraeni, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2015
16
(2) Ras atau latar belakang etnis
Resiko Diabetes Mellitus tipe II besar pada
hispanik, kulit hitam, penduduk asli Amerika dan
Asia.
(3) Riwayat Diabetes Mellitus pada kehamilan
Mendapatkan Diabetes Mellitus selama kehamilan
atau melahirkan bayi lebih dari 4,5 kg dapat
meningkatkan risiko Diabetes Mellitus tipe II.
b. Faktor resiko yang dapat diubah :
(1) Usia
Resistensi insulin cenderung meningkat pada usia
diatas 65 tahun.
(2) Pola makan
Makan secara berlebihan dan melebihi jumlah kadar
kalori yang dibutuhkan oleh tubuh dapat memicu
timbulnya Diabetes Mellitus tipe II, hal ini karena
pankreas tidak mempunyai kapasitas yang
disebabkan oleh jumlah/kadar insulin oleh sel
maksimum untuk disekresikan. Oleh karena itu,
mengkonsumsi makanan secara berlebihan dan
tidak diimbangi oleh sekresi insulin dalam jumlah
memadai dapat menyebabkan Diabetes Mellitus.
Pengaruh Pemberian Rebusan..., Nindy Nuraeni, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2015
17
(3) Gaya hidup
Makanan cepat saji dan olahraga tidak teratur
merupakan salah satu gaya hdup jaman sekarang
yang dapat memicu terjadinya Diabetes Mellitus
tipe II.
(4) Obesitas
Seseorang dikatakan obesitas apabila indeks masa
tubuh (IMT) lebih besar dari 25 HDL (“baik” kadar
kolesterol) dibawah 35mg/dL dan tingkat
trigliserida lebih dari 250mg/dL dapat
meningkatkan resiko Diabetes Mellitus tipe II.
(5) Hipertensi
Tekanan darah >140/90 mmHg dapat menimbulkan
resiko Diabetes Mellitus tipe II
(6) Bahan-bahan kimia dan obat-obatan
(7) Penyakit dan infeksi pada pankreas
(8) Dislipedimia: keadaan yang ditandai dengan
kenaikan kadar lemak darah (Trigliserida >250
mg/dL). Terdapat hubungan antara kenaikan plasma
insulin dengan rendahnya HDL (<35 mg/dL) sering
didapat pada pasien Diabetes Mellitus.
Pengaruh Pemberian Rebusan..., Nindy Nuraeni, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2015
18
4. Patofisiologi
Pada Diabetes Mellitus tipe II ini terdapat dua masalah
utama yang berhubungan dengan insulin, yaitu : resistensi
insulin dan gangguan sekresi insulin. Normalnya insulin akan
terikat dengan reseptor khusus pada permukaan sel, sebagai
akibat terikatnya insulin dengan reseptor tersebut, terjadi suatu
rangkaian reaksi dalam metabolisme glukosa didalam sel.
Resistensi insulin pada Diabetes Mellitus tipe II disertai dengan
penurunan reaksi intrasel ini. Dengan demikian insulin menjadi
tidak efektif untuk menstimulasi pengambilan glukosa oleh
jaringan. Untuk mengatasi resistensi insulin dan mencegah
terbentuknya glukosa dalam darah, harus terdapat peningkatan
jumlah insulin yang disekresikan.
Pada penderita toleransi glukosa terganggu, keadaan ini
terjadi akibat sekresi insulin yang berlebihan dan kadar glukosa
akan dipertahankan pada tingkat yang normal/sedikit
meningkat. Namun demikian, jika sel-sel beta tidak mampu
mengimbangi peningkatan kebutuhan akan insulin, maka kadar
glukosa akan meningkat dan terjadi Diabetes Mellitus tipe II.
Meskipun terjadi gangguan sekresi insulin yang merupakan ciri
khas Diabetes Mellitus tipe II, namun masih terdapat insulin
dengan jumlah yang adekuat untuk mencegah pemecahan
lemak dan produksi badan keton yang menyertainya, karena itu
Pengaruh Pemberian Rebusan..., Nindy Nuraeni, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2015
19
ketoasidosis diabetik tidak terjadi pada Diabetes Mellitus tipe
II.
5. Manifestasi Klinik
Menurut Riyadi (2007), manifestasi klinik yang sering
dijumpai pada pasien Diabetes Mellitus, yaitu :
a. Poliuria (peningkatan pengeluaran urin)
b. Polidipsia (peningkatan rasa haus) akibat volume urin
yang sangat besar dan keluarnya air menyebabkan
dehidrasi ekstrasel karena air intrasel. Dehidrasi intra sel
mengikuti penurunan gradien konsentrasi ke plasma yang
hipertonik (sangat peka). Dehidrasi intra sel merangsang
pengeluaran ADH (Anti Diuretik Hormone) dan
menimbulkan rasa haus.
c. Rasa lelah dan kelemahan otot akibat gangguan aliran
darah pada pasien Diabetes Mellitus lama, katabolisme
protein di otot dan ketidakmampuan sebagian besar sel
untuk menggunakan glukosa sebagai energi.
d. Polifagia (peningkatan rasa lapar)
e. Peningkatan angka infeksi akibat penurunan protein
sebagai bahan pembentukan antibodi, peningkatan
konsentrasi glukosa disekresi mukus, gangguan fungsi
Pengaruh Pemberian Rebusan..., Nindy Nuraeni, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2015
20
imun dan penurunan aliran darah pada penderita Diabetes
Mellitus kronik.
f. Kelainan kulit : gatal-gatal, bisul.
Kelainan kulit berupa gatal-gatal, biasanya terjadi
didaerah ginjal. Lipatan kulit seperti di ketiak dan dibawah
payudara, biasanya akibat timbulnya jamur.
g. Kelainan ginekologis.
h. Keputihan dengan penyebab tersering yaitu jamur
terutama jamur candida.
i. Kesemutan / rasa baal akibat terjadinya neuropati.
Pada penderita Diabetes Mellitus regenerasi sel persarafan
mengalami gangguan akibat kekurangan bahan dasar
utama yang berasal dari unsur protein, akibatnya banyak
sel persarafan terutama perifer mengalami kerusakan.
j. Kelemahan tubuh.
Kelemahan tubuh terjadi akibat penurunan produksi energi
metabolik yang dilakukan oleh sel melalui proses
glikolisis tidak dapat berlangsung secara optimal.
k. Luka/bisul yang tidak sembuh-sembuh
Proses penyembuhan luka membutuhkan bahan dasar
utama dari protein dan unsur makanan yang lain. Pada
penderita Diabetes Mellitus bahan protein banyak
diformulasikan untuk kebutuhan energi sel sehingga bahan
Pengaruh Pemberian Rebusan..., Nindy Nuraeni, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2015
21
yang dipergunakan untuk penggantian jaringan yang rusak
mengalami gangguan. Selain itu, luka yang sulit sembuh
juga dapat diakibatkan oleh pertumbuhan mikroorganisme
yang cepat pada penderita Diabetes Mellitus.
l. Pada laki-laki terkadang mengeluh impotensi.
Penderita Diabetes Mellitus mengalami penurunan
produksi hormone seksual akibat kerusakan testosteron
dan sistem yang berperan.
m. Mata kabur.
Disebabkan oleh katarak/gangguan refraksi akibat
perubahan pada lensa oleh hiperglikemia, mungkin juga
disebabkan kelainan pada korpus vitreum.
6. Komplikasi
a. Komplikasi akut
(1) Ketoasidosis diabetik
Adalah keadaan dekompensasi kekacauan
metabolik yang ditandai oleh trias, terutama
diakibatkan oleh defisiensi insulin absolut atau
insulin relatif.
(2) Hipoglikemi
Adalah penurunan kadar glukosa dalam darah.
Biasanya disebabkan peningktan kadar insulin
Pengaruh Pemberian Rebusan..., Nindy Nuraeni, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2015
22
yang kurang tepat atau asupan karbohidrat
kurang.
(3) Hiperglikemia hiperosmolar non ketolik
Adalah suatu dekompensasi metabolik pada
pasien Diabetes Mellitus tanpa disertai adanya
ketoasidosis. Gejalanya pada dehidrasi berat,
tanpa hiperglikemia berat dan gangguan
neurologis.
b. Komplikasi kronis
(1) Mikroangiopati
a) Retinopati diabetikum disebabkan karena
kerusakan pembuluh darah retina. Faktor
terjadinya retinopati diabetikum: lamanya
menderita Diabetes Mellitus, umur penderita,
kontrol gula darah, faktor sistemik
(hipertensi, kehamilan).
b) Nefropati diabetikum yang ditandai dengan
ditemukannya kadar protein yang tinggi
dalam urin yang disebabkan adanya
kerusakan pada glomerulus. Nefropati
diabetikum merupakan faktor resiko dari
gagal ginjal kronik.
Pengaruh Pemberian Rebusan..., Nindy Nuraeni, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2015
23
c) Neuropati diabetikum biasanya ditandai
dengan hilangnya reflex, selain itu juga bisa
terjadi poliradikulopati diabetikum yang
merupakan suatu sindrom yang ditandai
dengan gangguan pada satu atau lebih akar
saraf dan dapat disertai dengan kelemahan
motorik, biasanya dalam waktu 6-12 bulan.
(2) Makroangiopati
a) Pemyakit jantung koroner dimana diawali
dari berbagai bentuk dislipidemia,
hipertrigliseridemia dan penurunan kadar
HDL. Pada Diabetes Mellitus sendiri tidak
meningkatkan kadar LDL, namun sedikit
kadar LDL pada Diabetes Mellitus tipe II
sangat bersifat atherogeni karena mudah
mengalami glikalisasi dan oksidasi.
b) Kaki diabetik
Terdapat 4 faktor utama yang berperan pada
kejadian kaki Diabetes Mellitus:
(a) Kelainan vaskular: angiopati, contoh:
aterosklerosis
(b) Kelainan saraf : Neuropati otonom dan
perifer
Pengaruh Pemberian Rebusan..., Nindy Nuraeni, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2015
24
(c) Infeksi
(d) Perubahan biomekanika kaki
7. Penatalaksanaan
Tujuan umum terapi Diabetes Mellitus adalah mencoba
menormalkan aktivitas insulin dan kadar glukosa darah dalam
upaya untuk mengurangi terjadinya komplikasi vaskuler serta
neuropatik. Tujuan terapeutik pada setiap tipe Diabetes
Mellitus adalah mencapai kadar glukosa darah normal
(euglikemia) tanpa terjadinya hipoglikemia dan gangguan
serius pada pola aktivitas pasien.
Menurut Brunner & Suddart (2002), ada empat komponen
dalam pelaksanaan Diabetes Mellitus, yaitu :
a) Diet dan pengendalian berat badan
Merupakan dasar dari penatalaksanaan Diabetes
Mellitus. Penatalaksanaan nutrisi pada penderita
Diabetes Mellitus diarahkan untuk mencapai tujuan
berikut ini:
1) Memberikan semua unsur makanan essensial
(misalnya vitamin, mineral).
2) Mencapai dan mempertahankan berat badan yang
sesuai
3) Memenuhi kebutuhan energi
Pengaruh Pemberian Rebusan..., Nindy Nuraeni, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2015
25
4) Mencegah fluktuasi kadar glukosa darah setiap
harinya dengan mengupayakan kadar glukosa darah
mendekati normal melalui cara-cara yang aman dan
praktis.
5) Menurunkan kadar lemak darah jika kadar ini
meningkat.
Standar makanan yang dianjurkan dengan komposisi
yang seimbang dalam hal karbohidrat, protein,
lemak, sesuai dengan kecukupan gizi baik, seperti:
Karbohidrat : 60 – 70%
Protein : 10 – 15%
Lemak : 20 – 25
b) Latihan
Latihan sangat penting dalam penatalaksanaan Diabetes
Mellitus karena efeknya dapat menurunkan kadar
glukosa darah dan mengurangi resiko kardiovaskuler.
Latihan akan menurunkan kadar glukosa darah dengan
meningkatkan pengambilan glukosa oleh otot dan
memperbaiki pemakaian insulin. Sirkulasi darah dan
tonus otot juga diperbaiki dengan berolahraga.
c) Edukasi
Menurut Waspaji (2002), Pengelolaan mandiri Diabetes
Mellitus secara optimal membutuhkan partisipatif aktif
Pengaruh Pemberian Rebusan..., Nindy Nuraeni, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2015
26
pasien dalam merubah perilaku yang tidak sehat. Tim
kesehatan harus mendampingi pasien dalam perubahan
perilaku tersebut, yang berlangsung seumur hidup.
Keberhasilan dalam mencapai perubahan perilaku,
membutuhkan edukasi, pengembangan keterampilan
(skill), dan motivasi yang berkenaan dengan:
1) Makan makanan sehat
2) Kegiatan jasmani secara teratur
3) Menggunakan obat Diabetes Mellitus secara aman,
teratur, dan pada waktu-waktu yang spesifik.
4) Melakukan pemantauan glukosa darah mandiri dan
memanfaatkan berbagai informasi yang ada.
5) Melakukan perawatan kaki secara berkala.
6) Mengelola Diabetes Mellitus dengan tepat.
7) Mengembagkan sistem pendukung dan mengajarkan
keterampilan.
8) Dapat mempergunakan fasilitas perawatan
kesehatan.
Edukasi (penyuluhan) secara individual dan
pendekatan berdasarkan penyelesaian masalah
merupakan inti perubahan perilaku yang berhasil.
Perubahan perilaku hampir sama dengan proses
Pengaruh Pemberian Rebusan..., Nindy Nuraeni, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2015
27
edukasi dan memerlukan penilaian, perencanaan,
implementasi, dokumentasi dan evaluasi.
d) Terapi farmakologis (jika diperlukan)
Pada Diabetes Mellitus tipe II insulin mungkin
diperlukan sebagai terapi jangka panjang untuk
mengendalikan kadar glukosa darah jika diet dan obat
hipoglikemia oral tidak berhasil mengontrolnya.
Disamping itu, sebagai pasien Diabetes Mellitus tipe II
yang biasanya mengendalikan kadar glukosa darah
dengan diet dan obat kadang membutuhkan insulin
secara temporer selama mengalami sakit, infeksi,
kehamilan pembedahan atau beberapa kajadian stres
lainnya.
8. Beda Diabetes Mellitus tipe I dan Diabetes Mellitus Tipe II:
Menurut Arisman (2011), perbedaan pertama terletak pada
usia pasien saat pertama kali didiagnosis. Diabetes Mellitus
tipe I lebih banyak menyerang pasien di bawah umur 20 tahun
sehingga sering disebut juvenile onset, sebaliknya Diabetes
Mellitus tipe II lebih banyak menyerang pasien pada usia 35
tahun ke atas atau disebut adult onset. Penggunaan istilah
juvenile onset dan adult onset saat ini sudah dihilangkan, sebab
pada kenyataannya Diabetes Mellitus tipe I dan Diabetes
Pengaruh Pemberian Rebusan..., Nindy Nuraeni, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2015
28
Mellitus tipe II bisa menyerang usia berapapun. Hanya saja,
kecenderungannya masih sama yakni Diabetes Mellitus tipe I
lebih banyak menyerang di usia muda dan Diabetes Mellitus
tipe II di usia tua. Selanjutnya adalah postur dan perawakan
pengidapnya. Pasien Diabetes Mellitus tipe I umumnya
memiliki perawakan kurus, sedangkan Diabetes Mellitus tipe II
lebih banyak menyerang orang-orang bertubuh besar yang
dikategorikan kelebihan berat badan (overweight) ataupun
obesitas.
Diabetes Mellitus tipe I dan Diabetes Mellitus tipe II juga
dibedakan berdasarkan penyebabnya. Diabetes Mellitus tipe I
disebabkan oleh kerusakan pankreas sehingga produksi insulin
berkurang, sementara Diabetes Mellitus tipe II disebabkan oleh
resistensi insulin dalam arti insulinnya cukup tetapi tidak
bekerja dengan baik dalam mengontrol kadar gula darah,
karena penyebabnya berbeda, pengobatan kedua tipe Diabetes
Mellitus ini juga tidak sama. Pengidap Diabetes Mellitus tipe I
membutuhkan insulin dalam bentuk suntikan maupun pompa
insulin sedangkan pasien Diabetes Mellitus tipe II cukup
mengkonsumsi obat oral atau obat telan. Diabetes Mellitus tipe
I susah diprediksi dan dicegah, sebab merupakan kelainan
genetik yang dibawa sejak lahir. Lain halnya dengan Diabetes
Mellitus tipe II yang sangat bisa dicegah, karena biasanya
Pengaruh Pemberian Rebusan..., Nindy Nuraeni, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2015
29
menyerang orang-orang dengan pola makan tidak sehat dan
jarang berolahraga.
Tabel 2.1 Diabetes Mellitus tipe I dan Diabetes Mellitus tipe II
Letak Diabetes Mellitus tipe I Diabetes Mellitus tipe II
Onset Anak/dewasa muda (<25 tahun)
Biasanya setelah usia pertengahan
Proporsi <10% dari semua penyandang DM >90% dari semua
penyandang DM Riwayat Keluarga Tidak lazim Sangat lazim
Gejala Akut/sub-akut Lambat
Ketoasidosis Sering sekali Jarang, kecuali jika
sakit/stress Antibodi ICA,
GAD
Sangat sering positif Biasanya negative
Obesitas saat onset Tidak obes Obes sebelum onset Kaitan dengan
HLA tipe tertentu
Ada Tidak ada
Kaitan dengan penyakit autoimun
Kadang-kadang ada Tidak ada
C-peptida
darah/urin
Sangat rendah Rendah/normal/tinggi
Kegunaan insulin Penyelamat nyawa Kadang-kadang diperlukan sebagai pengawasan gula
darah
Penyebab Pankreas tidak mampu membuat insulin
Produksi insulin masih ada, tetapi sel target tidak peka
Kegunaan diet Mengawasi gula darah (makan/jajan
harus diatur seputar pemberian insulin agar tidak terjadi
hipoglisemia)
Menurunkan BB (jadwal
tidak harus ketat, kecuali kalau insulin juga
diberikan)
(Sumber : Arisman, 2011)
Pengaruh Pemberian Rebusan..., Nindy Nuraeni, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2015
30
B. Kadar Gula Darah
1. Definisi
Kadar gula darah adalah istilah yang mengacu kepada
tingkat glukosa di dalam darah. Konsentrasi gula darah, atau
tingkat glukosa serum, diatur dengan ketat di dalam tubuh.
Umumnya tingkat gula darah bertahan pada batas-batas yang
sempit sepanjang hari (70-150 mg/dl), tingkat ini meningkat
setelah makan dan biasanya berada pada level terendah pada pagi
hari, sebelum orang makan (Henrikson J. E., 2009).
Ada beberapa tipe pemeriksaan glukosa darah yaitu
pemeriksaan gula darah puasa mengukur kadar glukosa darah
selepas tidak makan setidaknya 8 jam lalu pemeriksaan gula darah
postprandial 2 jam mengukur kadar glukosa darah tepat selepas 2
jam makan. Pemeriksaan gula darah adalah random mengukur
kadar glukosa darah tanpa mengambil kira waktu makan terakhir
(Henrikson J. E., 2009).
Tingginya kadar gula darah pada penderita Diabetes
Mellitus disebabkan oleh terganggunya organ pankreas sehingga
hormon insulin yang dihasilkan menjadi kurang maksimal,
akibatnya, insulin yang dihasilkan jumlahnya bisa sedikit bahkan
tidak mencukupi untuk menurunkan kadar gula darah atau jumlah
insulin mencukupi tetapi kualitasnya rendah sehingga tetap tidak
bisa menurunkan kadar gula darah, sebab insulin disini berperan
Pengaruh Pemberian Rebusan..., Nindy Nuraeni, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2015
31
dalam mendorong glukosa darah ke sel tertentu untuk diubah
menjadi energi dan mengubah kelebihan glukosa darah menjadi
glikogen yang disimpan di hati dan otot sebagai timbunan energi
(Abuaqila, 2008).
2. Meknisme Pengaturan Gula Darah
Tingkat gula darah diatur melalui umpan balik negatif
untuk mempertahankan keseimbangan di dalam tubuh. Level
glukosa di dalam darah dimonitor oleh pankreas, bila konsentrasi
glukosa menurun, karena dikonsumsi untuk memenuhi kebutuhan
energi tubuh, pankreas akan melepaskan glukagon, hormon yang
menargetkan sel-sel di lever (hati), kemudian sel-sel ini mengubah
glikogen menjadi glukosa (proses ini disebut glikogenolisis).
Glukosa dilepaskan ke dalam aliran darah, hingga meningkatkan
level gula darah.
Apabila level gula darah meningkat, entah karena
perubahan glikogen atau karena pencernaan makanan, hormon
yang lain akan dilepaskan dari butir-butir sel yang terdapat di
dalam pankreas, hormon ini yang disebut insulin dan akan
menyebabkan hati mengubah lebih banyak glukosa menjadi
glikogen, proses ini disebut glikogenosis, yang mengurangi level
gula darah.
Pengaruh Pemberian Rebusan..., Nindy Nuraeni, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2015
32
Diabetes Mellitus tipe I disebabkan oleh tidak cukup atau
tidak dihasilkannya insulin, sementara Diabetes Mellitus tipe II
disebabkan oleh respon yang tidak memadai terhadap insulin yang
dilepaskan (resistensi insulin), kedua jenis Diabetes Mellitus ini
mengakibatkan terlalu banyak glukosa yang terdapat di dalam
darah.
Panduan federasi Diabetes International (IDF) tentang
pengelolaan gula darah sesudah makan, merekomendasikan pasien
Diabetes Mellitus untuk menjaga kadar gulanya agar tidak lebih
dari 140mg/dL pada dua jam sesudah makan. Panduan IDF ini
menekankan pentingnya menjaga gula darah sesudah makan agar
terhindar dari resiko komplikasi Diabetes Mellitus. (Triyono &
Heru, 2009)
Kadar glukosa darah prepardial 90-130mg/dL, kadar
glukosa darah postpradial <180 mg/dL (Yunir. E., 2007).
3. Pengaruh Langsung Dari Masalah Gula Darah
Bila level gula darah menurun terlalu rendah,
berkembanglah kondisi yang bisa fatal yang disebut hipoglikemia.
Gejala-gejalanya adalah perasaan lelah, fungsi mental yang
menurun, rasa mudah tersinggung, dan kehilangan kesadaran. Bila
levelnya tetap tinggi, yang disebut hiperglikemia, nafsu makan
akan tertekan untuk waktu yang singkat. Hiperglikemia dalam
Pengaruh Pemberian Rebusan..., Nindy Nuraeni, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2015
33
jangka panjang dapat menyebabkan masalah-masalah kesehatan
yang berkepanjangan yang berkaitan dengan Diabetes Mellitus,
termasuk kerusakan pada mata, ginjal dan saraf (Yunir. E., 2007).
4. Cara Mengontrol Kadar Gula Darah
Kadar gula darah dapat di kontrol dengan 3 cara yakni
menjaga berat badan ideal, diet makanan seimbang dan melakukan
olah raga/latihan fisik. Seiring dengan berjalannya waktu, ketiga
cara tersebut, kadar gula darah mungkin tidak terkontrol dengan
baik, pada keadaan seperti inilah baru diperlukan obat anti diabetes
(OAD), pada dasarnya obat baru diperlukan jika dengan cara diet
dan olahraga gula darah belum terkontrol dengan baik. (Ramdhani.
R., 2008).
5. Cara Menurunkan Kadar Glukosa Darah (Susatyo, JP., 2010)
a. Diet
Diet rendah karbohidrat merupakan cara yang paling dikenal
dalam menurunkan kadar gula darah. Makanan yang rendah
karbohidrat termasuk susu kedelai, selai, dan ikan kering bisa
menjadi pilihan. Selain itu, makanan tinggi serat seperti
kacang kedelai, oatmeal, bran/sekam atau sereal dengan
kismis, roti whole bread dan kacang-kacangan bisa
Pengaruh Pemberian Rebusan..., Nindy Nuraeni, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2015
34
membantu mengontrol diabetes. Disamping itu, menambah
asupan buah dan sayur-sayuran segar.
b. Olahraga
Tetap aktif dan berolahraga setiap hari. Jalan kaki dan bentuk
olahraga ringan lainnya dapat membantu membakar gula
didalam tubuh. Jalan cepat, memotong rumput dan aktivitas
rumah tangga lainnya merupakan pilihan olahraga yang tepat
untuk mengatur kadar glukosa darah.
c. Turunkan berat badan
Berat badan normal akan membantu mengontrol kadar glukosa
darah. Berkonsultasi dengan ahli nutrisi dan mengikuti anjuran
diet dengan benar.
d. Suplemen
Penderita diabetes lebih beresiko mengalami kekurangan seng.
Mengkonsumsi suplemen atau memperbanyak asupan makanan
yang mengandung seng untuk menurunkan kadar gula darah.
Ayam dan sarden merupakan makanan yang kaya akan seng.
e. Istirahat cukup
Kurang tidur akan mengurangi kemampuan tubuh untuk
mengolah glukosa darah agar efektif. Anda bisa membantu
menurunkan kadar gula darah dengan istirahat yang cukup.
Pengaruh Pemberian Rebusan..., Nindy Nuraeni, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2015
35
f. Obat-obatan
Penggunaan insulin dan obat-obatan penurun kadar gula darah
harus sesuai dengan dosis dan waktu penggunaan yang
dianjurkan karena apabila tidak sesuai atau lupa, dapat
mengakibatkan, efek samping yang tidak diharapkan seperti