Page 1
17
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Landasan Teori
1. Konsep Lanjut Usia
a. Pengertian Lanjut Usia
Berdasarkan secara umum, seseorang dikatakan lanjut usia apabila
usianya di atas 65 tahun (Efendi, 2009). Menurut Undang-Undang
Republik Indonesia Nomor 13 tahun 1998 tentang Kesejahteraan
Lanjut Usia, yang dimaksud dengan lanjut usia adalah seseorang yang
telah mencapai usia 60 tahun keatas (Pusat Data dan Informasi
Kementrian Kesehatan Republik Indonesia, 2014).
b. Batasan Lanjut Usia
Menurut World Health Organization (WHO), klasifikasi lansia
adalah usia pertengahan (middle age) 45-59 tahun, lansia (elderly) 60-
74 tahun, lansia tua (old) 75-90 tahun, dan lansia sangat tua (very old)
di atas 90 tahun (Nugroho, 2009). Menurut Dra. Jos Masdani (Psikolog
UI), lanjut usia merupakan kepresenium lanjutan dari usia dewasa.
Kedewasaan dapat dibagi menjadi empat bagian, yaitu yang pertama
(fase iuventus) 25-40 tahun, kedua (fase virilitas) 40-55 tahun, ketiga
(fase presenium) 55-65 tahun, dan yang keempat (fase senium) 65
tahun hingga tutup usia. Sedangkan menurut Prof. Dr. Koesoematon
Setyonegoro, masa lanjut usia terbagi menjadi tiga batasan umur, umur
Page 2
Pengaruh Senam Aerobik..., Chairunisa Dinar Mukzizat, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2019
yaitu young old (70-75 tahun), old (75-80 tahun) dan very old (>80
tahun) (Efendi, 2009).
c. Perubahan pada Lanjut Usia
Menurut Maryam (2008), perubahan yang terjadi pada lansia
berupa perubahan fisik, psikologis dan juga sosial.
1) Perubahan fisik
Perubahan fisik yang terjadi pada lansia antara lain ialah perubahan
sel, kardiovaskuler, respirasi, persarafan, muskuloskeletal,
gastrointestinal, ginjal, vesika urinaria, prostat, vagina,
pendengaran (membran timpani atrofi sehingga terjadi gangguan
pendengaran), penglihatan, endokrin, dan kulit.
2) Perubahan psikologis
Perubahan psikologis pada lansia meliputi short time memory,
frustasi, kesepian, takut kehilangan, depresi, dan kecemasan.
3) Perubahan sosial
Perubahan sosial meliputi peran, keluarga, teman, abuse, masalah
hukum, pensiun, ekonomi, rekreasi, keamanan, transportasi,
politik, pendidikan, agama, dan panti jompo.
Masalah kesehatan lansia sangat bervariasi, selain erat kaitannya
dengan degenerative (menua) juga secara progresif tubuh akan kehilangan
daya tahan tubuh terhadap infeksi, di samping itu juga sesuai individu
seperti dampak fisik, sosial, intelektual, psikologis dan spiritual (Mardina &
Zelvino, 2014). Salah satu insiden tertinggi yang terjadi pada lansia adalah
Page 3
Pengaruh Senam Aerobik..., Chairunisa Dinar Mukzizat, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2019
hipertensi. Diperkirakan dua dari tiga lansia menderita hipertensi (Pusat
Data dan Informasi Kementrian Kesehatan Republik Indonesia, 2014)
2. Konsep Hipertensi
a. Pengertian Hipertensi
Hipertensi merupakan kondisi tekanan darah seseorang yang
berada di atas batas-batas tekanan darah normal. Hipertensi disebut
juga pembunuh gelap yang secara tiba-tiba dapat mematikan seseorang
tanpa diketahui gejalanya terlebih dahulu. Hipertensi adalah faktor
penyebab timbulnya penyakit berat seperti serangan jantung, gagal
ginjal dan stroke. Apalagi di masa sekarang ini, pola makan
masyarakat Indonesia yang sangat menyukai makanan berlemak dan
berasa asin atau gurih, terutama makanan cepat saji yang memicu
timbulnya kolesterol tinggi (Susilo & Wulandari, 2011).
Hipertensi dapat didefinisikan sebagai tekanan darah persisten
dengan tekanan sistolik di atas 140 mmHg dan tekanan darah diastolik
diatas 90 mmHg. Pada populasi lansia, hipertensi didefinisikan sebagai
tekanan sistolik ≥160 mmHg dan tekanan diastolik ≥90 mmHg.
Hipertensi adalah suatu keadaan ketika seseorang mengalami
peningkatan tekanan darah di atas normal yang mengakibatkan
peningkatan angka kesakitan (morbiditas) dan angka kematian
(mortalitas) (Reny,2014).
Page 4
Pengaruh Senam Aerobik..., Chairunisa Dinar Mukzizat, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2019
b. Klasifikasi Hipertensi
Ada beberapa kategori tekanan darah, yaitu normal, normal tinggi
dan tinggi. Dikatakan normal bila tekanan darah sistolik kurang dari
130 mmHg dan yang diastolik kurang dari 85 mmHg. Normal tinggi
bila tekanan darah sistoliknya 130-139 mmHg dan diastoliknya 85-89
mmHg. Apabila tekanan darah sistoliknya 140 mmHg atau lebih dan
diastoliknya 90 mmHg atau lebih, maka termasuk tinggi. Hipertensi
termasuk penyakit yang ditakuti. Ia disebut silent killer karena sering
tidak memberikan gejala apa-apa (Divine, 2012).
Menurut (Kemenkes RI, 2014) klasifikasi hipertensi terbagi
menjadi :
1) Berdasarkan penyebab hipertensi
a) Hipertensi primer/hipertensi esensial
Disebut juga dengan hipertensi idiopatik karena penyebab yang
tidak dapat teridentifikasi walaupun dikaitkan dengan
kombinasi faktor gaya hidup seperti kurang bergerak dan pola
makan, tetapi beberapa yang umumnya terlibat berkaitan
dengan homeostatik. Terjadi sekitar 90% pada penderita
hipertensi.
b) Hipertensi sekunder/hipertensi non esensial
Hipertensi yang diketahui penyebabnya. Pada sekitar 5-10%
penderita hipertensi, penyebabnya adalah penyakit gagal ginjal.
Page 5
Pengaruh Senam Aerobik..., Chairunisa Dinar Mukzizat, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2019
Pada sekitar 1-2% penyebabnya adalah kelainan hormonal atau
pemakaian obat tertentu (misalnya pil KB).
2) Berdasarkan bentuk hipertensi
a) Hipertensi sistolik
Hipertensi sistolik (Isolated systolic hypertension) yaitu
hipertensi yang biasanya ditemukan pada usia lanjut, yang
ditandai dengan peningkatan tekanan sistolik tanpa diikuti
peningkatan tekanan diastolik.
b) Hipertensi diastolik
Hipertensi diastolik (diastolic hypertension) yaitu peningkatan
tekanan diastolik tanpa diikuti peningkatan tekanan sistolik,
biasanya ditemukan pada anak-annak dan dewasa muda.
c) Hipertensi campuran
Hipertensi campuran yaitu peningkatan tekanan sistolik diikuti
peningkatan tekanan diastolik.
Klasifikasi hipertensi menurut World Health Organization (WHO)
sebagai berikut:
Tabel 2. 1 Klasifikasi Hipertensi Menurut WHO
No Kategori Sistolik
(mmHg)
Diastolik
(mmHg)
1. Optimal <120 <80
2. Normal 120-129 80-84
3. High normal 130-139 85-89
4. Hipertensi
Grade 1 (ringan) 140-159 90-99
Grade 2 (sedang) 160-179 100-109
Grade 3 (berat) 180-209 100-119
Grade 4 (sangat berat) >210 >120
Page 6
Pengaruh Senam Aerobik..., Chairunisa Dinar Mukzizat, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2019
Klasifikasi hipertensi menurut American Heart Association (AHA)
tahun 2017 yaitu:
Tabel 2. 2 Klasifikasi Hipertensi Menurut AHA
No Klasifikasi Sistolik
(mmHg)
Diastolik
(mmHg)
1. Normal < 120 < 80
2. Normal tinggi 120 – 129 < 80
3. Hipertensi tingkat 1
(ringan)
130 – 139 80 – 89
4. Hipertensi tingkat 2
(sedang)
≥ 140 ≥ 90
5. Hipertensi tingkat 3
(berat)
≥ 180 ≥ 120
c. Etiologi Hipertensi
1) Penyebab hipertensi primer
Meskipun hipertensi primer belum diketahui penyebabnya,
namun ada beberapa faktor yang sering menyebabkan terjadinya
hipertensi, faktor tersebut meliputi umur (usia lanjut), jenis
kelamin, riwayat keluarga yang mengalami hipertensi, obesitas
yang dikaitkan dengan peningkatan volume intravascular,
aterosklerosis (penyempitan arteria-arteria dapat menyebabkan
tekanan darah meningkat), merokok (nikotin dapat membuat
pembuluh darah menyempit), kadar garam tinggi (natrium dapat
membuat retensi air yang dapat menyebabkan volume darah
meningkat, konsumsi alkohol dapat meningkatkan plasma
katekolamin, dan stress emosi yang dapat merangsang sistem saraf
simpatis (Baradero et al, 2008).
Page 7
Pengaruh Senam Aerobik..., Chairunisa Dinar Mukzizat, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2019
2) Penyebab hipertensi sekunder
Menurut Baradero et al. (2008), penyebab hipertensi
sekunder ialah penyakit parenkim ginjal (glomerulonephritis, gagal
ginjal), penyakit renovaskuler (berkurangnya perfusi ginjal karena
aterosklerosis atau fibrosis yang membuat arteri renalis
menyempit, menyebabkan tahanan vascular perifer meningkat),
sindrom cushing (meningkatnya volume darah), aldosteronisme
primer (aldosterone menyebabkan retensi natrium dan air, yang
membuat volume darah meningkat), fenokromositoma (sekresi
yang berlebihan dan katekolamin norepinefrin membuat tahanan
vascular perifer meningkat), koarktasi aorta (menyebabkan tekanan
darah meningkat pada ekstremitas atas dan berkurangnya perfusi
pada ekstremitas bawah), trauma kepala atau tumor kranial
(meningkatnya tekanan intracranial akan menyebabkan perfusi
serebral berkurang, iskemia yang timbul akan merangsang pusat
vasospasme umum bisa jadi faktor penyebab).
d. Komplikasi Hipertensi
Ada beberapa komplikasi hipertensi menurut Reny (2014) antara lain:
1) Stroke dapat terjadi akibat hemoragi akibat tekanan darah tinggi
otak, atau akibat embolus yang terlepas dari pembuluh selain otak
yang terpajang tekanan tinggi. Stroke dapat terjadi pada hipertensi
kronis apabila arteri yang memperdarahi otak mengalami hipertrofi
dan penebalan, sehingga aliran darah ke area otak yang diperdarahi
Page 8
Pengaruh Senam Aerobik..., Chairunisa Dinar Mukzizat, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2019
berkurang. Arteri otak yang mengalami arterosklerosis dapat
melemah sehingga meningkatkan kemungkinan terbentuknya
aneurisma.
2) Infark miokard dapat terjadi apabila arteri koroner yang
arterosklerotik tidak dapat menyuplai cukup oksigen ke
miokardium atau apabila terbentuk trombus yang menghambat
aliran drah melewati pembuluh darah. Pada hipertensi kronis dan
hipertensi ventrikel, kebutuhan oksigen moikardium mungkin tidak
dapat dipenuhi dan dapat terjadi iskemia jantung yang
menyebabkan infark. Demikian juga juga, hipertrofi ventrikel
dapat menyebabkan perubahan waktu hantaran listrik melintasi
ventrikel sehingga terjadi disritmia, hipoksia jantung, dan
peningkatan risiko pembentukan bekuan.
3) Gagal ginjal dapat terjadi karena kerusakan progresif akibat
tekannan tinggi pada kapiler glomelurus ginjal. Dengan rusaknnya
glomelurus, aliran darah ke nefron akan terganggu dan dapat
berlanjut menjadi hipoksia dan kematian. Dengan rusaknya
membran glomelurus, protein akan kelurmelalui urine sehingga
tekanna osmotik koloid plsma berkurang dan menyebabkan edema,
yang sering dijumpai pada hipertensi kronis.
4) Ensefalopati (kerusakan otak) dapat terjadi, terutama pada
hipertensi maligna (hipertensi yang meningkat cepat dan
berahaya). Tekanan yang sangat tinggi pada kelainan ini
Page 9
Pengaruh Senam Aerobik..., Chairunisa Dinar Mukzizat, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2019
menyebabkan peningkatan tekanan kapiler dan mendorong cairan
ke ruang interstisial di seluruh susunan saraf pusat. Neuron di
sekitarnya kolaps dan terjadi koma serta kematian.
5) Kejang dapat terjadi pada wanita preeklampsia. Bayi yang lahir
mungkin memiliki berat lahir kecil akibat perfusi plasenta yang
tidak adekuat, kemudian dapat mengalami hipoksia dan asidosis
jika ibu mengalami kejang selama atau sebelum proses persalinan.
e. Penatalaksanaan dan Pencegahan Hipertensi
Penatalaksanaan hipertensi dapat dilakukan dengan menggunakan
obat-obatan ataupun dengan cara modifikasi gaya hidup (Kemenkes
RI, 2014).
1) Terapi Farmakologis menurut Joint National Committee (JNC) 8
ACE inhibitor (captropil, enalapril, lisinopril), angiotensin
receptor blocker (eprosartan, candesartan, losartan, valsartan,
irbesartan), β Blokers (atenolol, metoprolol), calcium channel
blokers (amlodipine, diltiazem extended release, nitrendipine),
thiazide-type diuretics (bendroflumethiazide, chlorthalidone,
hydrochlorothiazide, indapamide).
2) Terapi Non Farmakologis
Berikut hal-hal yang dapat dilakukan untuk mencegah faktor resiko
degan cara modifikasi gaya hidup menurut JNC 8 dalam (Muhadi,
2016) antara lain:
Page 10
Pengaruh Senam Aerobik..., Chairunisa Dinar Mukzizat, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2019
a) Penurunan berat badan
Penurunan berat badan dapat mengurangi tekanan darah
sistolik 5-20 mmHg/penurunan 10kg. Rekomendasi penurunan
berat badan meliputi nasihat mengurangi asupan kalori dan
juga meningkatkan aktivitas fisik.
b) Adopsi pola makan Dietary Approaches to Stop Hypertension
(DASH)
Pola makan ini dapat menurunkan tekanan darah sistolik 8-14
mmHg. Lebih banyak makan buah, sayur-sayuran, dan produk
susu rendah lemak dengan kandungan lemak jenuh dan total
lebih sedikit, kaya akan potassium dan calcium.
c) Retriksi garam
Retriksi garam harian dapat menurunkan tekanan darah sistolik
2-8 mmHg. Konsumsi sodium chloride ≤6g/hari (100 mmol
sodium/hari). Rekomendasikan makan rendah garam sebagai
bagian dari pola makan sehat.
d) Aktivitas Fisik
Aktivitas fisik dapat menurunkan tekanan darah darah sistolik
4-9 mmHg. Lakukan aktivitas fisik sedang pada kebanyakan,
atau setiap pada satu minggu (total harian dapat
diakumulasikan, misal 10 menit diulang tiga kali).
Page 11
Pengaruh Senam Aerobik..., Chairunisa Dinar Mukzizat, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2019
e) Pembatasan konsumsi alkohol
Cara ini dapat menurunkan tekanan darah sistolik 2-4 mmHg.
Maksimum dua minuman standar/hari.
f) Berhenti merokok untuk mengurangi resiko kardiovaskuler
secara keseluruhan.
Hal yang perlu diperhatikan ketika merawat lansia dengan
hipertensi adalah mengobservasi pengobatan untuk memastikan dosis
pengobatan yag tepat. Umumnya lansia tidak melakukan pengobatan secara
teratur dengan alasan tidak menyukai efek samping dari obat. Pada beberapa
penderita lansia menghentikan pengobatan diuretic adalah karena efek
samping dari obat yang meningkatkan frekuensi buang air kecil
mengganggu jam tidur malamnya atau aktivitas hariannya (Dewi, 2014).
Terapi non farmakologi untuk menurunkan tekanan darah salah
satunya dengan olahraga. Perlu diperhatikan bahwa kegiatan olahraga pada
lansia, dengan berkurangnya hormon esterogen pada wanita sesudah
menopause, resiko untuk terjadinya osteoporosis meningkat, mudah
mengalami patah tulang, tinggi badan berkurang karena bungkuk serta
gejala lainnya. Dengan demikian, harus diingat bahwa olahraga yang
dilakukan harus efektif dan aman. Sebelum melakukan aktivitas perlu untuk
mengetahui apakah penderita hipertensi lansia sudah menderita osteoporosis
atau belum karena latihan fisik atau olahraga untuk penderita osteoporosis
berbeda dengan olahraga untuk mencegah osteoporosis (Santoso & Ismail,
2009).
Page 12
Pengaruh Senam Aerobik..., Chairunisa Dinar Mukzizat, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2019
3. Konsep Hemodinamik
Menurut Guyton and Hall (2007), hemodinamik adalah prinsip
mengenai fisika dasar dari aliran darah melalui pembuluh, terutama
meliputi hubungan timbal balik di antara tekanan, aliran, dan tahanan.
Dinamika aliran darah perifer mungkin merupakan unsur fisiologi sirkulasi
yang paling kritis karena dua alasan. Pertama, distribusi dari curah jantung
di perifer tergantung dari sifat jaringan vaskular. Kedua, volume curah
jantung tergantung dari jumlah darah yang kembali menuju jantung.
Sesungguhnya, jantung mengeluarkan volume darah yang sebanding
dengan pengembalian melalui pembuluh vena.
Menurut Susanto (2015), hemodinamik adalah ilmu yang
mempelajari pergerakan darah dan daya yang berperan di dalamnya.
Hemodinamik erat kaitannya dengan mekanisme sirkulasi darah dalam
tubuh. Komponen hemodinamik secara umum terdiri dari tiga komponen
utama, yaitu:
a. Volume (darah dan cairan)
b. Pembuluh darah (arteri, vena dan kapiler)
c. Jantung sebagai pompa
Hemodinamik dapat dipantau secara invasif dan nonvasif.
Pemantauan hemodinamik secara nonvasif terdiri dari beberapa komponen
antara lain tekanan darah, nadi, heart rate, pernafasan, indikasi perfusi
perifer, produksi urin, saturasi oksigen, dan Glasgow Coma Scale (GCS).
Page 13
Pengaruh Senam Aerobik..., Chairunisa Dinar Mukzizat, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2019
Pada penelitian ini, hemodinamik yang dinilai antara lain:
a. Tekanan Darah
Metode klasik memeriksa tekanan ialah dengan menentukan tinggi
kolom cairan yang memproduksi tekanan yang setara dengan tekanan
yang diukur. Alat yang mengukur tekanan dengan metode ini disebut
manometer. Alat klinis yang biasa digunakan dalam mengukur
tekanan adalah sphygmomanometer, yang mengukur tekanan darah.
Dua tipe tekanan gauge dipergunakan dalam sphygmomanometer.
Pada manometer merkuri, tekanan diindikasikan dengan tinggi kolom
merkuri dalam tabung kaca. Pada manometer aneroid, tekanan
mengubah bentuk tabung fleksibel tertutup, yang mengakibatkan jarum
bergerak ke angka. Tekanan darah diukur menggunakan sebuah
manometer berisi air raksa. Alat itu dikaitkan pada kantong tertutup
yang dibalutkan mengelilingi lengan atas (bladder & cuff). Tekanan
udara dalam kantong pertama dinaikkan cukup di atas tekanan darah
sistolik dengan pemompaan udara ke dalamnya. Ini memutuskan aliran
arteri brachial dalam lengan atas, memutuskan aliran darah ke dalam
arteri lengan bawah. Kemudian, udara dilepaskan secara perlahan-
lahan dari kantong selagi stetoskop digunakan untuk mendengarkan
kembalinya denyut dalam lengan bawah.
Tekanan sistolik, ditentukan berdasarkan bunyi Korotkoff 1,
sedangkan diastolik pada Korotkoff 5. Pada saat cuff dinaikkan
tekanannya, selama manset menekan lengan dengan sedikit sekali
Page 14
Pengaruh Senam Aerobik..., Chairunisa Dinar Mukzizat, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2019
tekanan sehingga arteri tetap terdistensi dengan darah, tidak ada bunyi
yang terdengar melalui stetoskop. Kemudian tekanan dalam cuff
dikurangi secara perlahan. Begitu tekanan dalam cuff turun di bawah
tekanan sistolik, akan ada darah yang mengalir melalui arteri yang
terletak di bawah cuff selama puncak tekanan sistolik dan kita mulai
mendengar bunyi berdetak dalam arteri yang sinkron dengan denyut
jantung. Bunyi-bunyi pada setiap denyutan tersebut disebut bunyi
korotkoff. Ada 5 fase bunyi korotkoff :
Tabel 2. 3 Deskripsi Bunyi Korotkoff
Bunyi Korotkoff Deskripsi
Fase 1
Bunyi pertama yang terdengar setelah tekanan
cuff diturunkan perlahan. Begitu bunyi ini
terdengar, nilai tekanan yang ditunjukkan
pada manometer dinilai sebagai tekanan
sistolik.
Fase 2 Perubahan kualitas bunyi menjadi bunyi
berdesir
Fase 3 Bunyi semakin jelas dan keras
Fase 4 Bunyi menjadi meredam
Fase 5
Bunyi menghilang seluruhnya setelah tekanan
dalam cuff turun lagi sebanyak 5-6 mmHg.
Nilai tekanan yang ditunjukkan manometer
pada fase ini dinilai sebagai tekanan diastolic
Page 15
Pengaruh Senam Aerobik..., Chairunisa Dinar Mukzizat, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2019
b. Nadi
Nadi atau biasa juga disebut denyut jantung adalah beberapa kali
jantung memompa atau berdenyut setiap menitnya. Dalam keadaan
istirahat nilai jantung normal berkisar dari 60-100x/menit. Nilai nadi
setiap orang berbeda-beda. Adapun faktor yang mempengaruhi nilai
nadi seperti suhu udara, posisi tubuh, berat badan, dan penggunaan
obat-obatan.
Tabel 2. 4 Frekuensi Nadi
No Frekuensi Nadi Klasifikasi
1. < 60 Bradicardi
2. 60 – 100 Normal
3. > 100 Takicardi
Jantung bekerja memompa darah ke sirkulasi tubuh (dari ventrikel
kiri) dan ke paru (dari ventrikel kanan). Melalui ventrikel kiri, darah
disemburkan melalui aorta dan kemudian diteruskan ke arteri di
seluruh tubuh. Sebagai akibatnya, timbullah suatu gelombang tekanan
yang bergerak cepat pada arteri dan dapat dirasakan sebagai denyut
nadi. Dengan menghitung frekuensi denyut nadi, dapat diketahui
frekuensi denyut jantung dalam 1 menit. Pemeriksaan nadi bisa
dilakukan pada arteri radialis, arteri karotis, arteri brachialis, arteri
femoralis, arteri tibialis posterior, arteri dorsalispedis.
c. Respiratory Rate
Respiratory Rate (RR) adalah jumlah siklus pernafasan (inspirasi
dan ekspirasi penuh) yang dihitung dalam waktu satu menit atau 60
Page 16
Pengaruh Senam Aerobik..., Chairunisa Dinar Mukzizat, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2019
detik (Perry & Potter, 2005). Bernafas adalah suatu tindakan
involunter (tidak disadari), diatur oleh batang otak dan dilakukan
dengan bantuan otot-otot pernafasan, Saat inspirasi, diafragma dan
otot-otot interkostalis berkontraksi, memperluas kavum thoraks dan
mengembangkan paru-paru. Dinding dada akan bergerak ke atas, ke
depan dan ke lateral, sedangkan diafragma terdorong ke bawah. Saat
inspirasi berhenti, paru-paru kembali mengempis, diafragma naik
secara pasif dan dinding dada kembali ke posisi semula.
Tabel 2. 5 Frekuensi Respiratory Rate
No Frekuensi Pernafasan Klasifikasi
1. < 12 Bradipnea
2. 14 – 20 Eupnea
3. > 20 Takipnea
d. Capillary Refill Time
Didefinisikan sebagai waktu yang diambil untuk warna kuku
kembali normal. Hal ini dapat diukur dengan memegang tangan lebih
tinggi dari tingkat jantung dan menekan bantalan lembut jari atau kuku
sampai berubah menjadi putih, kemudian memperhatikan waktu yang
diperlukan agar warna kembali setelah tekanan dilepaskan. Waktu
pengisian kapiler normal biasanya kurang dari dua detik, apabila lebih
dari dua detik maka dipastikan bahwa pasien mengalami dehidrasi.
e. Saturasi Oksigen
Menurut Brooker (2005) oxygen saturation merupakan persentase
hemoglobin (Hb) yang mengalami saturasi oleh oksigen. Observasi
oxygen saturation dilakukan untuk mencegah dan mengenali risiko
Page 17
Pengaruh Senam Aerobik..., Chairunisa Dinar Mukzizat, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2019
terjadinya hipoksia jaringan. Hipoksia jaringan akan menyebabkan
risiko trauma sekunder pada jaringan otak yang akan berakibat pada
kematian pasien (McMullan et al., 2013). Nilai normal saturasi
oksigen adalah 95 – 100%, apabila nilai dibawah normal maka pasien
mengalami hipoksia. Menurut Brooker (2005), bacaan oxygen
saturation memiliki beberapa faktor yang mempengaruhi, yaitu
hemoglobin (Hb), sirkulasi, aktivitas, suhu tubuh, adanya
hiperbilirubinemia, dan adanya hipoksemia.
4. Konsep Senam Aerobic Low Impact
a. Pengertian Senam Aerobic
Jika dinyatakan secara sederhana, aerobic berarti “dengan
oksigen”. Segala sesuatu yang kita lakukan, setiap gerakan, setiap
pemikiran, setiap detak jantung dan setiap milimeter gerakan saluran
pencernaan memerlukan kiriman oksigen ke sel-sel yang sedang
bekerja. Kita begitu tergantung pada oksigen hingga tanpa oksigen
selama lebih dari beberapa menit sel-sel akan mati. Banyak sel yang
mempunyai kemampuan menjadi lebih efisien dengan oksigen terkirim
dengan cara menyesuaikan dengan beban kerja yang lebih berat
(Divine, 2012)
b. Klasifikasi Senam Aerobic
Macam-macam senam aerobic menurut Brick (2002), yaitu:
1) High impact aerobic (senam aerobic aliran gerakan keras) yaitu
olahraga yang bisa meningkatkan denyut jantung secara cepat.
Page 18
Pengaruh Senam Aerobik..., Chairunisa Dinar Mukzizat, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2019
2) Low impact aerobic (senam aerobic aliran gerakan ringan) yaitu
olahraga yang cenderung santai dan meningkatkan denyut jantung
secara perlahan-lahan.
3) Discorobic (kombinasi antara gerakan-gerakan aerobic aliran keras
dan ringan disko).
4) Rockrobic (kombinasi gerakan-gerakan aerobic dan ringan serta
gerakan-gerakan rock and roll)
5) Aerobic sport (kombinasi gerakan-gerakan keras dan ringan serta
gerakan-gerakan kalestetik/kelentukan)
c. Tujuan dari Senam Aerobic
Menurut Dinata (2007), tujuan dari senam aerobic adalah:
1) Meningkatkan kemampuan jantung dan paru-paru.
Gerakan yang dipilih harus mampu menyebabkan denyut nadi
meningkat sedemikian rupa target atau disebut juga zona latihan.
2) Pembentukan tubuh.
Gerakan yang dipilih harus mengandung kalestenik yang
memenuhi tuntutan teknik dan ketentuan anatomis tertentu.
d. Senam Aerobic Low Impact
Pengertian senam aerobic low impact menurut (Nelly, 2008; dalam
Indrawan, 2009) adalah senam aerobik aliran gerakan ringan dengan
salah satu kaki tetap menapak pada setiap waktu. Dalam penelitian ini,
terapi senam aerobic low impact memberikan gerakan senam yang
Page 19
Pengaruh Senam Aerobik..., Chairunisa Dinar Mukzizat, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2019
terstruktur, ritmik dengan diiringi musik yang semangat untuk
mencapai perbedaan jumlah score pre test dan post test pada sampel.
Tilarso (2008) mengatakan bahwa aerobic low impact merupakan
suatu latihan yang bersifat aerobic, yaitu yang ritmis dan terus
menerus dilakukan selama 30-45 menit sehingga tubuh memerlukan
oksigen yang lebih banyak dan denyut nadi yang meningkat. Dengan
demikian tubuh memakai oksigen sebagai pembantu pembentuk
energi. Disini gerakan-gerakannya tanpa lompatan, sehingga aman
dilakukan umtuk segala usia dan tidak menyebabkan cedera pada lutut
atau punggung. Dalam senam ini, gerakan diawali dengan pemanasan
selama lima menit, gerakan inti 20 menit dan gerakan pendinginan
selama lima menit.
Aerobic low impact sebenarnya hampir sama dengan aerobic
dalam versi gerakannya. Namun dilakukan dengan irama low atau
rendah yaitu lebih lambat. Dengan gerakan-gerakan dasar jalan tidak
ada loncatan sama sekali. Maanfaat senam ini sama dengan aerobic
yaitu untuk menjaga kesehatan jantung dan stamina tubuh,karena
sifatnya yang low, maka senam ini boleh dilakukan oleh siapa saja
yang masih mampu melakukannya karena variasi gerakannya
sederhana dan mudah untuk diikuti (Dolmage & Goldstein, 2006).
Sistematika latihan senam aerobic low impact tidak terlepas dari
sistematika umum berolahraga yang terdiri dari tiga fase (Anonim,
2012), yaitu:
Page 20
Pengaruh Senam Aerobik..., Chairunisa Dinar Mukzizat, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2019
1) Pemanasan (warming up)
Dalam fase ini dapat menggunakan pola warming up yang
didahului dulu kegiatan stretching atau penguluran otot-otot tubuh
dengan dilanjutkan dengan gerakan dinamis pemanasan. Pola
kedua yaitu kebalikan dari pola yang pertama dimana seseorang
melakukan pemanasan dinamis dulu kemudian dilanjutkan dengan
melakukan kegiatan penguluran otot-otot tubuh.
Kegiatan ini bertujuan untuk menngkatkan elastisitas otot
dan ligament disekitar persendian untuk mengurangi resiko cedera,
meningkatkan suhu tubuh dan denyut nadi sehingga
mempersiapkan diri agar siap menuju ke aktivitas utama yaitu
aktivitas latihan. Dalam fase ini, pemilihan gerakan harus
dilakukan dan dilaksanakan secara sistematis, runtut dan konsisten.
Misalnya, apabila gerakan tersebut dimulai dari kepala maka
urutannya adalah kepala, lengan, dada, pinggang dan kaki. Begitu
pula sebaliknya.
2) Kegiatan inti
Fase latihan adalah fase utama dari sistematika latihan
senam aerobic. Dalam fase ini, target latihan haruslah tercapai.
Salah satu indikator latihan telah memenuhi target adalah dengan
memprediksi bahwa latihan tersebut telah mencapai training zone.
Training zone daerah ideal denyut nadi dalam fase latihan. Rentang
training zone adalah 60-90%dari denyut nadi maksimal seseorang.
Page 21
Pengaruh Senam Aerobik..., Chairunisa Dinar Mukzizat, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2019
Denyut nadi yang dimiliki oleh setiap orang berbeda tergantung
dari tingkat usia seseorang. Berikut ini rumus untuk mencari
Denyut Nadi Maksimal (DNM) seseorang yaitu DNM = 220 – usia
(tahun). Umumnya rumus ini digunakan untuk atlit. Sedangkan
rumus untuk mencari denyut nadi maksimal bagi orang awam atau
bukan atlit adalah DNM = 200 – usia (tahun). Dalam senam
aerobik, fase ini dapat dilakukan dengan aktivitas senam aerobik
low impact, moderate impact, high impact maupun mic impact
selama 25-55 menit.
3) Pendinginan
Pada fase ini hendaknya melakukan dan memilih gerakan-
gerakan yang mampu menurunkan frekuensi denyut nadi untuk
mendekati denyut nadi yang normal, setidaknya mendekati awal
dari latihan. Pemilihan gerakan pendinginan ini harus
merupakangerakan penurunan dari gerakan intensitas tinggi ke
gerakan intensitas rendah. Perubahan dan penurunan intensitas
secara bertahap tersebut berguna untuk menghindari penumpkan
asam laktat yang akan menyebabkan kelelahan dan bagia tubuh
atau otot tertentu.
e. Manfaat Fisiologi dari Senam Aerobic Low Impact
Kata lain dari aerobic adalah oksigen, dimana selama kita bergerak
akan membutuhkan oksigen untuk bekerja secara optimal. Semakin
berat aktifitas maka kebutuhan oksigen yang diperlukan akan
Page 22
Pengaruh Senam Aerobik..., Chairunisa Dinar Mukzizat, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2019
meningkat juga sehingga oksigen diperlukan lebih banyak untuk
dikirim ke otot-otot seluruh tubh dan jantung, oksigen yang akan
masuk akan diubah menjadi karbondioksida, kemudian dihembuskan.
Saat tubu berkeringat, disitulah terjadi pembakaran lemak dan kalori.
Latihan aerobic dalam beberapa minggu dapat menurunkan tekanan
darah, jantung akan memompa darah lebih banyak untuk mentransfer
oksigen pada otot-otot yang sedang bekerja. Gerakan aerobic juga
dapat menghindari kegemukan pada seluruh tubuh, gerakan aerobik
dapat dilakukan dengan intensitas rendah sampai sedang selama 20
menit atau lebih akan membakar lemak, sedangkan pada intensitas
tinggi dalam waktu singkat (<20 menit) akan membakar gula dalam
tubuh (Brick, 2001; dalam Sumarwan, 2013).
Senam aerobic low impact yang dilakukan dengan benar dapat
memberi manfaat bagi kebugaran jasmani. Kebugaran sering dikaitkan
dengan kemampuan seseorang untuk melakukan pekerjaan sehari-hari
tanpa rasa lelah yang berarti dan masih mempunyai cadangan energi
untuk keperluan mendadak. Kebugaran merupakan pendukung utama
penampilan dan prestasi, ditopang oleh kerja sama sistem tubuh.
Pengaruh seketika disebut respon dan pengaruh jangka panjang akibat
latihan teratur disebut adaptasi. Dengan demikian apabila melakukan
senam aerobic low impact secara kontinu/terus-menerus, akan
memberi dampak terhadap : respon dan adaptasi pada jantung, sistem
pernapasan, sistem energi, dan respon adaptasi khusus (Ending, 2006).
Page 23
Pengaruh Senam Aerobik..., Chairunisa Dinar Mukzizat, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2019
B. Kerangka Teori Penelitian
Gambar 2. 1 Kerangka Teori
Faktor-faktor
penyebab hipertensi
primer, yaitu:
1) Umur (lanjut
usia)
2) Jenis kelamin
3) Riwayat
hipertensi pada
keluarga
4) Obesitas
5) Aterosklerosis
6) Merokok
7) Konsumsi garam
tinggi
8) Konsumsi alcohol
(Baradero et al.,
2008)
HIPERTENSI
Penatalaksanaan
farmakologi
(JNC 8)
ACE inhibitor ,
angiotensin
receptor blocker
, β Blokers,
calcium channel
blokers ,
thiazide-type
diuretics .
Penatalaksanaan
non-farmakologi
(JNC 8; dalam
Muhadi, 2016) :
1) Penurunan
berat badan
2) Adopsi pola
makan DASH
(Dietary
Approaches to
Stop
Hypertension)
3) Retriksi garam
4) Aktivitas
Fisik
5) Pembatasan
konsumsi
alkohol
6) Berhenti
merokok
Aktifitas fisik
aerobic low impact
Hemodinamik :
1. Tekanan Darah
2. Nadi
3. Respiratory Rate
4. Capillary Refill
Time
5. Saturasi Oksigen
Page 24
Pengaruh Senam Aerobik..., Chairunisa Dinar Mukzizat, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2019
Keteragan :
: tidak diteliti
: diteliti
C. Kerangka Konsep Penelitian
Kerangka konsep penelitian adalah suatu hubungan atau kaitan antara
konsep satu terhadap konsep yang lainnya dari masalah yang ingin diteliti.
Kerangka konsep ini digunakan untuk menghubungkan atau menjelaskan
secara luas tentang suatu topik yang akan dibahas (Setiadi, 2007).
1. Variabel dependen dalam penelitian ini adalah hemodinamik.
2. Variable independen dalam penelitian ini adalah senam aerobic low
impact.
Variabel Independen Variabel Dependen
Gambar 2. 2 Kerangka Konsep
Hemodinamik :
1. Tekanan Darah
2. Nadi
3. Respiratory Rate
4. Capillary Refill
Time
5. Saturasi Oksigen
Aerobic Low Impact
Page 25
Pengaruh Senam Aerobik..., Chairunisa Dinar Mukzizat, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2019
D. Hipotesis
Menurut Hidayat (2007), hipotesis merupakan suatu pernyataan yang
masih lemah dan membutuhkan pembuktian untuk menegaskan apakah
hipotesis tersebut dapat diterima atau harus ditolak, berdasarka fakta atau data
empiris yang telah dikumpulkan dalam penelitian. Hipotesis juga merupakan
sebuah pernyataan tentang hubungan yang diharapkan antara dua variabel
atau lebih yang dapat diuji secara empiris.
Hipotesis dalam penelitian yang akan dilakukan yaitu:
Ha = Ada pengaruh aerobic low impact terhadap hemodinamik pada lansia
dengan hipertensi di posyandu lansia wilayah kerja Puskesmas 1
Kembaran.
Ho = Tidak ada pengaruh aerobic low impact terhadap hemodinamik pada
lansia dengan hipertensi di posyandu lansia wilayah kerja Puskesmas
1 Kembaran.