5 BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN DASAR TEORI 2.1 Tinjauan Pustaka Berdasarkan kajian pustaka sebelumnya telah banyak dilakukan penelitian tentang hal-hal yang akan di lakukan dalam penelitian kali ini: Chandra, dkk (2015), pada penelitiannya melakukan analisa perbandingan kuat sinyal anatara operator Hutchison, Indosat, Telkomsel dan XL Axiata dengan menggunkan software Rf signal tracker di area jalan Protokol Pekan Baru. Hasil dari penelitian ini adalah perbandingan kuat siynal di jalan Protokol Pekan Baru, operator Telkomsel yang memiliki kualitas kuat sinyal paling baik dengan nilai -62,335 dBm, dan operator yang memiliki kualitas kuat sinyal kedua adalah XL Axiata dengan nilai -66,323 dBm, kualitas kuat sinyal yang ketiga adalah operator Hutchison dengan nilai -74,4 dBm dan operator yang memiliki kualitas kuat sinyal terendah adalah operator Indosat dengan besar nilai -85 dBm. Kusuma, dkk.(2009), pada penelitiannya melakukan analisis kualitas voice call pada jaringan WCDMA menggunakan Tems Investigation. Penelitian ini mengamati beberapa parameter seperti RSCP, Ec/No, SQI, dan CSSR (Call Setup Success Rate) dan DCR (Drop Call Rate). Dan hasilnya Kualitas sinyal voice call terbaik berada pada nilai rata-rata RSCP, Ec/No dan SQI sebesar -68.00 dBm, -3.83 dB dan 30. Untuk nilai RSCP didapatkan nilai terendah sebesar -105.00 dBm, yaitu dengan kategori buruk, Sedangkan nilai tertinggi sebesar -57.00. Untuk nilai Ec/No, Nilai tertinggi sebesar -3.50 dB dengan kategori sangat baik. Indeks Kualitas Suara (SQI) Dengan nilai tertinggi sebesar 30 dan nilai terendah sebesar 20. Budiarta., dkk.(2016), pada penelitiannya melakukan Analisis Kuat Sinyal dan Kualitas Panggilan Jaringan GSM Indoor dengan TEMS Investigation dan G-Nettrack Pro. Dalam hasilnya Software G-NetTrack Pro memiliki kelemahan yaitu tidak memiliki fitur penguncian Cell ID. Hal itu menyebabkan sedikitnya data yang bisa dibandingkan, karena data yang bisa dibandingkan hanya yang memiliki Cell ID yang sama. Sedangkan TEMS
22
Embed
BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN DASAR TEORI - …eprints.unram.ac.id/9117/3/BAB II.pdfHasil dari penelitian ini adalah perbandingan kuat siynal di jalan Protokol Pekan Baru, operator Telkomsel
This document is posted to help you gain knowledge. Please leave a comment to let me know what you think about it! Share it to your friends and learn new things together.
Transcript
5
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA DAN DASAR TEORI
2.1 Tinjauan Pustaka
Berdasarkan kajian pustaka sebelumnya telah banyak dilakukan penelitian tentang
hal-hal yang akan di lakukan dalam penelitian kali ini:
Chandra, dkk (2015), pada penelitiannya melakukan analisa perbandingan kuat
sinyal anatara operator Hutchison, Indosat, Telkomsel dan XL Axiata dengan menggunkan
software Rf signal tracker di area jalan Protokol Pekan Baru. Hasil dari penelitian ini
adalah perbandingan kuat siynal di jalan Protokol Pekan Baru, operator Telkomsel yang
memiliki kualitas kuat sinyal paling baik dengan nilai -62,335 dBm, dan operator yang
memiliki kualitas kuat sinyal kedua adalah XL Axiata dengan nilai -66,323 dBm, kualitas
kuat sinyal yang ketiga adalah operator Hutchison dengan nilai -74,4 dBm dan operator
yang memiliki kualitas kuat sinyal terendah adalah operator Indosat dengan besar nilai -85
dBm.
Kusuma, dkk.(2009), pada penelitiannya melakukan analisis kualitas voice call pada
jaringan WCDMA menggunakan Tems Investigation. Penelitian ini mengamati beberapa
parameter seperti RSCP, Ec/No, SQI, dan CSSR (Call Setup Success Rate) dan DCR (Drop
Call Rate). Dan hasilnya Kualitas sinyal voice call terbaik berada pada nilai rata-rata
RSCP, Ec/No dan SQI sebesar -68.00 dBm, -3.83 dB dan 30. Untuk nilai RSCP didapatkan
nilai terendah sebesar -105.00 dBm, yaitu dengan kategori buruk, Sedangkan nilai tertinggi
sebesar -57.00. Untuk nilai Ec/No, Nilai tertinggi sebesar -3.50 dB dengan kategori sangat
baik. Indeks Kualitas Suara (SQI) Dengan nilai tertinggi sebesar 30 dan nilai terendah
sebesar 20.
Budiarta., dkk.(2016), pada penelitiannya melakukan Analisis Kuat Sinyal dan
Kualitas Panggilan Jaringan GSM Indoor dengan TEMS Investigation dan G-Nettrack Pro.
Dalam hasilnya Software G-NetTrack Pro memiliki kelemahan yaitu tidak memiliki fitur
penguncian Cell ID. Hal itu menyebabkan sedikitnya data yang bisa dibandingkan, karena
data yang bisa dibandingkan hanya yang memiliki Cell ID yang sama. Sedangkan TEMS
6
Investigation merupakan paling banyak di gunakan oleh provider. Dan kedua software
tersebut memiliki hasil pengukuran yang sama.
Warrasih, dkk. (2009), melakukan pengamatan di ketiga titik pengamatan, kualitas
panggilan terbaik berada pada hari Kamis di titik 1 dengan nilai rata-rata RxLev - 79,33
dBm; RxQual 0,67; dan SQI 24,78. Sedangkan kualitas panggilan terburuk berada pada hari
Kamis di titik 3 dengan nilai rata-rata RxLev -78,00 dBm; RxQual 1,78; dan SQI 17,44.
Kualitas panggilan terbaik pada jaringan GSM terdapat pada pengambilan data tanggal 27
Agustus 2009 waktu panggilan malam yang memiliki CSSR sebesar 94,73%, dan DCR
sebesar 0%, dan kualitas panggilan terburuk terjadi pada tanggal 23 Agustus 2009 dan 30
Agustus 2009 waktu panggilan pagi yang memiliki CSSR sebesar 64,86%, dan DCR
sebesar 0%.
2.2 Dasar Teori
2.2.1 Sejarah Wireless dan Perkembangan Teknologi Nirkabel
Sejarah wireless diawali ketika prototype telegraf radio pertama di dunia diciptakan.
Pada tahun 1895, seorang siswa bernama Guglielmo Marconi yang berminat dengan teori
gelombang radio yang dipelajari di dalam kelas. Didorong oleh minat yang tinggi pada
ilmu radio, Marconi mengambil inisiatif sendiri dengan menciptakan prototype telegraf
radio pertama di dunia. 13 May 1987, Marconi sukses memancarkan sinyal Telegrafi
pertama, dengan pesan “Apakah Anda bersedia?” Melintasi Selat Inggris, di mana ketika
itu Guglielmo Marconi baru saja berumur 22 tahun Keberhasilan tersebut menjadi tonggak
sejarah jaringan wireless yang atau teknologi telekomunikasi nirkabel.
Pada tahun 1948, Shannon menyampaikan teori batasan kapasitas (Shannon ‘s
capacity limit) untuk pertama kalinya, industri wireless telah sangat berkembang. Hal Ini
didorong oleh kemajuan teknologi pada sirkuit terpadu (IC), pemrosesan sinyal digital dan
peruntukkan frekuensi spektrum radio yang efisien, sehingga memungkinkan pemasaran
alat portabel pada skala yang lebih besar pada biaya yang lebih rendah kepada
pengguna. Namun, aspek transmisi, terutama pada lapisan fisik saluran telekomunikasi
tetap menjadi tantangan utama dalam mencapai kapasitas mendekati batasan Shannon. Ini
7
oleh karena fitur-fitur perambatan yang ada pada saluran telekomunikasi tidak dapat
diprediksi, dan memberikan berbagai tantangan dan peluang ke para-para peneliti, baik dari
akademisi atau industriawan untuk mengubah fitur-fitur perambatan, agar mencapai
kapasitas yang maksimal.
2.2.2 Sejarah Teknologi Seluler dari Generasi ke Generasi
Berikut merupakan sejarah perkembangan teknologi seluler dari generasi ke
generasi.
2.2.2.1 Teknologi 1G
Sejarah Jaringan Wireless berteknologi 1G dapat ditelusuri kembali ketika
perkembangan awal di dalam industri telekomunikasi nirkabel pada tahun 1970-an, di mana
sistem telekomunikasi analog, atau lebih dikenal sebagai Advanced Mobile Phone Service
(AMPS) telah diperkenalkan oleh AT & T, yaitu perusahaan besar telekomunikasi dari
Amerika Serikat. AMPS lebih dikenal sebagai Generasi Pertama, hampir seluruh sistem
pada generasi ini merupakan sistem analog dengan kecepatan rendah (low-speed) dan suara
sebagai objek utama. Contoh: NMT (Nordic Mobile Telephone) dan AMPS (Analog
Mobile Phone System). AMPS pada saat itu hanya mampu menawarkan kecepatan 2.4
kbps, di mana kecepatan tersebut hanya mampu memancarkan informasi suara dengan
menggunakan sinyal analog. AMPS memanfaatkan teknologi berbagai akses dealer
frekuensi, atau Frekuensi Division Multiple Access (FDMA). Antara sistem jaringan lain
berlandaskan platform 1G adalah Nordic Mobile Telephony (NMT), Total Access
Communication System (TACS) di mana kedua teknologi tersebut digunakan di benua
Eropa pada tahun 1983 dan Japanese Total Access Communications (J-TACS) yang pernah
diperkenalkan di Jepang.
2.2.2.2 Teknologi 2G
Sejarah Wireless berteknologi 2G disaksikan di awal era jaringan digital
sepenuhnya pada sistem transmisi sinyal suara. Diperkenalkan pada akhir 1980-an dengan
kecepatan hingga 64 kbps, 2G memanfaatkan teknologi seperti pengiriman paket data
untuk meningkatkan kualitas suara dan juga kapasitas jaringan, sehingga memungkinkan
lebih banyak pengguna untuk membuat panggilan telepon pada satu slot waktu yang
8
sama. Kelebihan dari 2G karena kestabilan dan kemampuan mengirim pesan teks dan suara,
2G khususnya GSM sangat stabil dalam menjalankan fungsi ini.
Pada saat radio panggil (pager) kehilangan popularitasnya sejak ponsel digital
mampu digunakan untuk mengirim teks SMS, disinilah 2G menunjukan kelebihannya.
Teknologi Global Satellite for Mobile Communication (GSM), atau awalnya dikenal
sebagai Group Special Mobile merupakan sistem jaringan 2G yang paling berhasil
dikomersialkan ke seluruh pasar dunia. Menurut statistik dirilis pada bulan Agustus 2010,
GSM digunakan oleh lebih dari 2 miliar pengguna yang datang dari 212 negara di seluruh
benua. Ini karena spesifikasi GSM memenuhi standar dan transparansi di tingkat
internasional, secara langsung memudahkan proses pembuatan dan instalasi alat-alat
telekomunikasi selain fasilitas pengintegrasian jaringan meskipun alat-alat pemancar
tersebut dikeluarkan oleh perusahaan pembuatan yang berbeda.
Sebelum teknologi GSM, jaringan telekomunikasi didominasi oleh jaringan circuit
switched. Namun, pada 1990-an, revolusi Internet mendorong industri telekomunikasi
untuk melompati teknologi ada dengan lebih jauh ke depan. Sebuah jaringan inti berbasis
sirkuit berpaket (packet switched) diperkenalkan ke dalam inti jaringan GSM dan dibuat
tersediauntuk umim pada tahun 2000. Ini dikenal sebagai General Packet Radio Service
(GPRS), atau dikenal sebagai teknologi evolusi 2.5G. Adanya GPRS, penyedia layanan
telekomunikasi dapat menawarkan paket layanan Internet kepada pengguna alat portabel
seperti aplikasi Wireless Application Protocol yang diperkenalkan pada 2002.
2.2.2.3 Teknologi 3G
Sekitar tahun 2001- 2003, EVDO Rev 0 pada CDMA2000 dan UMTS pada GSM
pertama merupakan tonggak sejarah wireless dengan teknologi 3G. Kehadiran 3G ini bukan
berarti GPRS dilupakan, pada saat itu muncul EDGE – Enhanced Data – rates for GSM
Evolution. Hal ini diharapkan akan menjadi pengganti GPRS yang baik karena tidak perlu
mengubah hardware secara seluruh dan tidak terlalu banyak mengeluarkan biaya. dengan
EDGE anda sudah dapat merasakan kecepatan dua kali lebih cepat daripada GPRS akan