5 BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Tinjauan Teori 1. Kosmetik Kosmetik dikenal manusia sejak berabad-abad yang lalu, pada abad ke-19 pemakaian kosmetik mulai mendapat perhatian, yaitu selain untuk kecantikan juga untuk kesehatan. Perkembangan ilmu kosmetik serta industrinya baru dimulai secara besar-besaran pada abad ke-20. Bahkan sekarang teknologi kosmetik merupakan paduan antara kosmetik dengan obat ( pharmaceutical) atau disebut kosmetik medik (Tranggono dan Fatma, 2007). Kosmetik berasal dari kata Yunani “kosmetikos” yang berarti keterampilan menghias atau mengatur. Definisi kosmetik terdapat dalam Peraturan Badan Pengawas Obat dan Makanan Republik Indonesia Nomor 23 Tahun 2019 yaitu, sediaan yang dimaksudkan untuk digunakan pada bagian luar tubuh manusia seperti epidermis, rambut, kuku, bibir, dan organ genital bagian luar atau gigi dan membran mukosa mulut terutama untuk membersihkan, mewangikan, mengubah penampilan, dan memperbaiki bau badan serta melindungi atau memelihara tubuh pada kondisi baik. Tujuan utama penggunaan kosmetik pada masyarakat modern adalah untuk kebersihan pribadi, meningkatkan daya tarik melalui make-up, meningkatkan rasa percaya diri dan perasaan tenang, melindungi kulit dan rambut dari kerusakan sinar UV, polusi dan faktor lingkungan yang lain, mencegah penuaan, dan secara umum membantu seseorang lebih menikmati dan menghargai hidup (Tranggono dan Fatma, 2007). a. Penggolongan Kosmetik Menurut Sharma dkk, (2018) kosmetik dikategorikan menjadi empat jenis: a. Kosmetik kulit b. Kosmetik rambut c. Kosmetik kuku d. Kosmetik untuk tujuan kebersihan
18
Embed
BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Tinjauan Teori 1. Kosmetik
This document is posted to help you gain knowledge. Please leave a comment to let me know what you think about it! Share it to your friends and learn new things together.
Transcript
5
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Tinjauan Teori
1. Kosmetik
Kosmetik dikenal manusia sejak berabad-abad yang lalu, pada abad ke-19
pemakaian kosmetik mulai mendapat perhatian, yaitu selain untuk kecantikan juga
untuk kesehatan. Perkembangan ilmu kosmetik serta industrinya baru dimulai
secara besar-besaran pada abad ke-20. Bahkan sekarang teknologi kosmetik
merupakan paduan antara kosmetik dengan obat (pharmaceutical) atau disebut
kosmetik medik (Tranggono dan Fatma, 2007).
Kosmetik berasal dari kata Yunani “kosmetikos” yang berarti keterampilan
menghias atau mengatur. Definisi kosmetik terdapat dalam Peraturan Badan
Pengawas Obat dan Makanan Republik Indonesia Nomor 23 Tahun 2019
yaitu, sediaan yang dimaksudkan untuk digunakan pada bagian luar tubuh
manusia seperti epidermis, rambut, kuku, bibir, dan organ genital bagian luar atau
gigi dan membran mukosa mulut terutama untuk membersihkan, mewangikan,
mengubah penampilan, dan memperbaiki bau badan serta melindungi atau
memelihara tubuh pada kondisi baik.
Tujuan utama penggunaan kosmetik pada masyarakat modern adalah untuk
kebersihan pribadi, meningkatkan daya tarik melalui make-up, meningkatkan rasa
percaya diri dan perasaan tenang, melindungi kulit dan rambut dari kerusakan
sinar UV, polusi dan faktor lingkungan yang lain, mencegah penuaan, dan secara
umum membantu seseorang lebih menikmati dan menghargai hidup (Tranggono
dan Fatma, 2007).
a. Penggolongan Kosmetik
Menurut Sharma dkk, (2018) kosmetik dikategorikan menjadi empat jenis:
a. Kosmetik kulit
b. Kosmetik rambut
c. Kosmetik kuku
d. Kosmetik untuk tujuan kebersihan
6
Menurut sifat dan cara pembuatannya kosmetik dikelompokkan menjadi dua
kelompok, yaitu:
a. Kosmetik modern, dibuat dari bahan kimia dan diolah secara modern.
b. Kosmetik tradisional:
a) Betul-betul tradisional, yang dibuat dari bahan alam dan diolah menurut
resep dan cara yang turun temurun.
b) Semi tradisional, diolah secara modern dan diberi bahan pengawet agar
tahan lama.
c) Hanya namanya yang tradisional, tanpa komponen yang benar-benar
tradisional dan diberi zat warna yang menyerupai bahan tradisional.
Menurut kegunaannya bagi kulit kosmetik dikelompokkan menjadi dua
kelompok, yaitu:
a. Kosmetik perawatan kulit (Skin Care Cosmetic)
Jenis ini berguna untuk merawat kebersihan dan kesehatan kulit, yang
termasuk di dalamnya yaitu:
a) Kosmetik untuk membersihkan kulit (cleanser): sabun, cleansing cream,
cleansing milk, dan penyegar kulit (freshener).
b) Kosmetik untuk melembabkan kulit (moisturizer), misalnya moisturizing
cream, night cream, anti wrinkle cream.
c) Kosmetik pelindung kulit, misalnya sunscreen cream, sunscreen
foundation, sunblock cream/lotion.
d) Kosmetik untuk menipiskan atau mengampelas kulit (peeling), misalnya
scrub cream yang berisi butiran-butiran halus yang berfungsi sebagai
pengampelas (abrasiver).
b. Kosmetik riasan (dekoratif atau make-up)
Kosmetik dekoratif terbagi menjadi 2 golongan, yaitu:
a) Kosmetik dekoratif yang hanya menimbulkan efek pada permukaan dan
pemakaian sebentar misalnya bedak, lipstik, pemerah pipi, eye shadow.
b) Kosmetik dekoratif yang efeknya mendalam dan biasanya lama baru luntur
misalnya kosmetik pemutih kulit, cat rambut, dan pengeriting rambut.
(Tranggono dan Fatma, 2007)
7
b. Persyaratan Kosmetika
Menurut Peraturan Badan Pengawas Obat dan Makanan Republik
Indonesia Nomor 23 Tahun 2019, kosmetik yang diproduksi dan atau diedarkan
harus memenuhi persyaratan teknis sebagai berikut:
a. Persyaratan keamanan
b. Persyaratan kemanfaatan
c. Persyaratan mutu
Menurut Peraturan Badan Pengawas Obat dan Makanan Republik
Indonesia Nomor 19 Tahun 2015, selain persyaratan keamanan, kemanfaatan
dan mutu, ada persyaratan penandaan dan klaim untuk kosmetik yang diedarkan.
Penandaan adalah setiap informasi mengenai kosmetik yang berbentuk gambar,
tulisan, kombinasi keduanya, atau bentuk lain yang disertakan pada kosmetik,
dimasukkan, ditempelkan, atau merupakan bagian pada kemasan, serta yang
dicetak langsung pada produk. Klaim kosmetika adalah pernyataan pada
penandaan berupa informasi mengenai manfaat, keamanan dan atau pernyataan
lain yang dibutuhkan pada kosmetik. Penandaan pada kosmetika paling sedikit
harus mencantumkan:
a) Nama kosmetika
b) Kegunaan atau kemanfaatan
c) Cara penggunaan
d) Komposisi
e) Nama dan negara produsen
f) Nama dan alamat lengkap pemohon notifikasi
g) Nomor bets
h) Ukuran, isi, atau berat bersih
i) Tanggal kadaluwarsa
j) Peringatan atau perhatian dan keterangan lain, jika dipersyaratkan.
c. Karakteristik Kosmetik Dekoratif
Karakteristik untuk kosmetik dekoratif antara lain adalah :
a. Warna yang menarik.
b. Bau harum yang menyenangkan.
c. Tidak lengket.
8
d. Tidak menyebabkan kulit tampak berkilau.
e. Tidak merusak atau mengganggu kulit
(Tranggono dan Fatma, 2007)
d. Zat Warna dalam Kosmetik Dekoratif
Dalam kosmetik dekoratif, zat pewarna memegang peranan sangat besar. Zat
warna untuk kosmetik dekoratif berasal dari berbagai kelompok yaitu :
a. Zat warna alam yang larut
Zat warna ini sudah jarang dipakai meskipun dampak zat alam ini pada kulit
lebih baik dari pada zat warna sintetis, tetapi kekuatan pewarnaanya relatif
lemah, tak tahan cahaya, dan relatif mahal.
b. Zat warna sintetis yang larut
Zat warna sintesis dihasilkan melalui proses sintesis senyawa kimia tertentu.
Zat warna ini dikenal juga dengan sebutan aniline atau coal-tar, karena zat
warna ini merupakan sintesis dari senyawa-senyawa hasil isolasi dari coal-
tar. Sifat-sifat zat warna sintetis yaitu:
a) Intensitas warna sangat kuat, sehingga dalam jumlah sedikitpun sudah
memberikan corak warna yang kuat.
b) Harus bisa larut dalam air, alkohol, minyak, atau salah satunya.
c) Daya lekatnya terhadap rambut, kulit dan kuku berbeda-beda.
d) Beberapa bersifat toksik, sehingga perlu hati-hati menggunakan produk
kosmetik yang mengandung zat warna ini.
c. Pigment-Pigment alam
Pigment alam adalah pigment warna pada tanah yang memang terdapat secara
alamiah, misalnya aluminium silikat. Gradasi warna yang terdapat pada
alumunium silikat dipengaruhi oleh kandungan besi oksida atau mangan
oksidanya, misalnya kuning, merah bata dan sebagainya. Keunggulan
pigmen-pigmen alam adalah zat warna ini murni dan tidak berbahaya,
sedangkan kelemahannya yaitu zat warna yang dihasilkan tidak seragam,
sangat tergantung pada sumber asalnya dan tingkat pemanasannya.
d. Pigment sintetis
Warna yang dihasilkan dari pigmen sintesis lebih terang dan cerah, contohnya
yaitu besi oksida sintesis yang menghasilkan berbagai pilihan warna sintesis
9
seperti kuning, cokelat, merah dan beragam warna violet. Sejumlah zat warna
asal coal-tar juga diklasifikasikan sebagai pigmen sintesis. Banyak pigment
sintesis yang tidak boleh dipakai dalam preparat kosmetika karena toksis,
misalnya kadmium sulfida dan prussian blue (Muliyawan dan Neti, 2013).
Menurut Peraturan Badan Pengawas Obat dan Makanan Republik
Indonesia Nomor 23 Tahun 2019 tentang persyaratan teknis bahan kosmetika,
ada beberapa bahan yang dinyatakan dilarang dan diperbolehkan penggunaannya
sebagai zat warna dalam kosmetika sebagaimana tercantum dalam tabel 2.1.
Tabel 2.1 Zat Warna Tambahan Pada Kosmetik
Yang
diperbolehkan
(No. CI)
Nama Yang tidak
diperbolehkan
(No. CI)
Nama
11725 Pigment Orange 1 12075 Pigment orange 5
11920 Solvent Orange 1 12140 Solvent Orange 7
11680 Pigmen Yellow 1 13065 Metanil yellow
14700 FD&C Red No. 4 15585 D&C Red No. 8
12490 Pigmen Red 5 26105 Scarlet red [NF X]
42520 Basic violet 2
42535 Basic violet 1
42510 Basic Violet 14 42555
42555:1
42555:2
Gentian violet
Basic Violet 3
Crystal violet,
Tannate
50325 Acid Violet 50 42640 Benzyl Violet
15850 D&C Red N0. 6 45170
Rhodamine B, D&C
Red No.19
42090 FD&C Blue No.1 61554 Solvent Blue 35
Sumber: Peraturan BPOM Nomor 23 Tahun 2019
2. Lipstik
a. Pengertian Lipstik
Lipstik termasuk dalam kosmetika golongan sediaan make-up atau dekoratif
yang terbuat dari bahan dasar dan zat warna yang digunakan untuk mempercantik
dan mempertegas warna bibir yaitu untuk menambah penampilan warna pada
bibir sehingga tampak lebih segar, membentuk bibir, serta memberi ilusi bibir
lebih kecil atau lebih besar, tergantung warna yang digunakan (Nanda dan
Ayudita, 2018).
10
Sumber: Journal Consumer Voice Januari, 2016
Gambar 2.1 Lipstik.
Menurut Muliyawan dan Neti (2013) terdapat beberapa jenis-jenis lipstik, yaitu:
a. Sheer/gloss
Lipstik ini berbentuk bening (transparan), dan ketika digunakan warnanya
tidak mencolok tetapi memberikan efek glossy pada bibir.
b. Matte
Lipstik ysng mempunyai kandungan minyak lebih sedikit dan mengandung
pigmen yang banyak menyerap cahaya, sehingga ketika digunakan tidak
menimbulkan kilap.
c. Satin
Merupakan lipstik hasil perpaduan antara jenis glossy dan matte.
d. Cream
Lipstik yang bersifat seperti jenis matte tetapi teskturnya sedikit lebih berat.
e. Transferproof
Lipstik yang menggunakan teknologi silikon nonvolatile sehingga bersifat
lebih tahan lama saat diaplikasikan di bibir.
b. Karakteristik Lipstik
Karakteristik lipstik yang ideal yaitu memenuhi persyaratan sebagai berikut:
a. Melapisi bibir secara mencukupi
b. Dapat bertahan di bibir selama mungkin
c. Cukup melekat pada bibir tetapi tidak sampai lengket
d. Tidak mengiritasi atau menimbulkan alergi pada bibir
e. Melembabkan bibir dan tidak mengeringkannya
f. Memberikan warna yang merata pada bibir
g. Penampilannya harus menarik, baik warna maupun bentuknya.
11
h. Tidak meneteskan minyak, permukaan mulus, tidak bopeng, berbintik-bintik
atau memperlihatkan hal yang tidak menarik (Tranggono dan Fatma, 2007).
c. Bahan-Bahan dalam Lipstik
Menurut Tranggono dan Fatma, (2007) bahan-bahan yang digunakan dalam
lipstik adalah:
a. Lilin
Lilin berperan dalam kekerasan lipstik, contoh yang biasa digunakan yaitu
paraffin wax dan basewax.
b. Minyak
Fase minyak dalam lipstik dipilih berdasarkan kemampuannya melarutkan zat-
zat warna eosin. Misalnya minyak castor, tetrahydrolfurfuryl alchohol, fatty