15 BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Tinjauan Kriminologi Tentang Kejahatan 1. Pengertian Kejahatan Seperti yang sudah diketahui kriminologi merupakan cabang ilmu yang mempelajari kejahatan sebagaimana yang sudah dikemukakan oleh P. Topinard (1830-1911) seorang antropologi Perancis, secara harfiah berasal dari kata “crimen yang berarti kejahatan atau penjahat dan “logos” yang berarti ilmu pengetahuan, maka kriminologi dapat berarti ilmu tentang kejahatan atau penjahat. 1 Sesuai dengan definisi diatas, kriminologi terutama ditujukan untuk mencari sebab-sebab kejahatan, disamping itu juga meneliti latar belakang kelakuan jahat. Oleh karena itu, secara sederhana kriminologi dapat juga disebut sebagai ilmu pengetahuan yang mempelajari tentang kejahatan yang timbul dari gejala-gejala social (fenomena social). Kejahatan dapat dikatakan sebagai suatu perilaku manusia yang menyimpang, bertentangan dengan hukum, dan merugikan masyarakat, untuk itulah maka maka para penegak hukum berupaya untuk menanggulanginya. Untuk menaggulangi kejahatan maka harus diketahui penyebab timbulnya kejahatan, Adapun sebab-sebab timbulnya kejahatan dapat dijumpai dalam berbagai faktor, dimana suatu faktor dapat menimbulkan kejahatan tertentu, sedangkan faktor lain dapat menimbulkan jenis kejahatan yang lain pula. 1 Topo Santoso dan Eva Achjani Zulfa. 2002. Kriminologi. Jakarta. PT Raja Grafindo Persada. Halaman 3-9
16
Embed
BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Tinjauan Kriminologi Tentang ...eprints.umm.ac.id/37856/3/jiptummpp-gdl-adityaghul-51263...penyebab timbulnya kejahatan, Adapun sebab-sebab timbulnya kejahatan
This document is posted to help you gain knowledge. Please leave a comment to let me know what you think about it! Share it to your friends and learn new things together.
Transcript
15
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Tinjauan Kriminologi Tentang Kejahatan
1. Pengertian Kejahatan
Seperti yang sudah diketahui kriminologi merupakan cabang
ilmu yang mempelajari kejahatan sebagaimana yang sudah
dikemukakan oleh P. Topinard (1830-1911) seorang antropologi
Perancis, secara harfiah berasal dari kata “crimen yang berarti
kejahatan atau penjahat dan “logos” yang berarti ilmu pengetahuan,
maka kriminologi dapat berarti ilmu tentang kejahatan atau
penjahat.1
Sesuai dengan definisi diatas, kriminologi terutama ditujukan untuk
mencari sebab-sebab kejahatan, disamping itu juga meneliti latar belakang
kelakuan jahat. Oleh karena itu, secara sederhana kriminologi dapat juga
disebut sebagai ilmu pengetahuan yang mempelajari tentang kejahatan
yang timbul dari gejala-gejala social (fenomena social).
Kejahatan dapat dikatakan sebagai suatu perilaku manusia yang
menyimpang, bertentangan dengan hukum, dan merugikan masyarakat,
untuk itulah maka maka para penegak hukum berupaya untuk
menanggulanginya. Untuk menaggulangi kejahatan maka harus diketahui
Menurut Noach, bahwa “Kejahatan sesungguhnya tidak dapat
dihilangkan dalam masyarakat, yang mungkin hanyalah mengurangi atau
membatasi adanya kejahatan tersebut.”6 Pernyataan tersebut senada
dengan apa yang diungkapkan oleh Barnes dan Teeters, bahwa “Kejahatan
akan selalu ada, seperti adanya penyakit dan kematian pada manusia yang
selalu pasti terjadi serta berulang-ulang adanya seperti halnya musim yang
akan berganti –ganti dari tahun ke tahun”.7 untuk itulah maka perilaku
aparat penegak hukum, masyarakat dan para ilmuwan, terutama ahli dalam
kriminologi, kemudian berkehendak untuk menanggulanginya.
Dalam upaya untuk mengatasi masalah pencurian dengan kekerasan,
Kepolisian melakukan upaya-upaya yang diharapkan dapat mengatasi
masalah-masalah tersebut dengan langkah preventif dan represif seperti
dijelakan sebagi berikut :
a. Langkah Preventif
yang dimaksud dengan langkah preventif adalah tindakan yang
diarahkan kepada usaha pencegahan terhadap kejahatan. Tindakan
tersebut diarahkan sebelum kejahatan tersebut dilakukan. dengan
tindakan-tindakan preventif diharapkan dapat mengurangi timbulnya
kejahatan-kejahatan baru, setidaknya bisa memperkecil jumlah
pelaku-pelakunya.
b. Langkah Represif
Langkah terakhir ini merupakan tindakan penaggulangan yang
dilakukan setelah suatu kejahatan dilakukan,. Tindakan yang
dimaksud tersebut adalah tindakan yang berupa pengusutan,
penyidikan, penghukuman, dan rehabilitasi.Upaya penaggulangan ini
adalah berupa tindakan langsung yang dilakukan oleh satuan fungsi
reserse yang dikedepankan dan dibantu oleh satuan fungsi intel,
yaitu tindakan tindakan secara hukum yang ditujukan kepada pelaku
kejahatan. Perlakuan tersebut dimaksudkan sebagai suatu rangkaian
pembalasan atas perbuatan si pelanggar hukum. Penghukuman
merupakan tindakan untuk memberikan penderitaan terhadap pelaku
kejahatan yang sebanding atau mungkin lebih berat dari akibat yang
ditimbulkan oleh perbuatan kejahatan tersebut, apakah ia berupa
hukuman pemenjaraan ataupun hukuman yang bersifat penderitaan8.
6 Noach, Simanjuntak dan Pasaribu, Kriminologi, Tarsito, Bandung. 1983, Hal 6 7 Ibid hal 7 8 Djoko Prakoso, Polri sebagai Penyidik dalam Penegakan Hukum, Bina Aksara, Jakarta, Hal 22
21
Menurut pendapat penulis langkah preventif merupakan yang
dilakukan oleh Kepolisian untuk mencegah timbulnya suatu tindak
kejahatan, contoh dari langkah preventif yang dilakukan oleh kepolisian
adalah melakukan patroli secara terarah dan teratur, melakukan
pengintaian di tempat-tempat yang rawan baik yang dilakukan oleh polisi
berseragam, ataupun polisi yang tidak berseragam (Intel). Sedangkan
langkah represif merupakan tindakan pencegahan oleh kepolisian pada
saat sedang atau setelah terjadinya sutu kejahatan, misal dari tindakan
represif adalah dilakukan penangkapan, menghimpun bukti-bukti
sehubungan dengan pengusutan perkara dan bahkan berusaha untuk
menemukan kembali barang-barang hasil curian, melakukan penahanan
untuk kemudian diserahkan ke tangan kejaksaan yang kelak akan
meneruskannya ke Pengadilan.
Upaya penanggulangan kejahatan yang sebaik-baiknya harus
memenuhi persyaratan sebagai berikut:
a) Sistem dan operasi Kepolisian yang baik.
b) Peradilan yang efektif.
c) Hukum dan perundang-undangan yang berwibawa.
d) Koodinasi antar penegak hukum dan aparatur pemerintah
yang serasi.
e) Partisipasi masyarakat dalam penangulangan kejahatan.
f) Pengawasan dan kesiagaan terhadap kemungkinan
timbulnya kejahatan.
g) Pembinaan organisasi kemasyarakatan. 9
9 Mirza Wilanda. teori penaggulangan kejahatan. http://mirzabrexs.blogspot.co.id. Diakses 22