Top Banner
8 BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Tinjauan Konsep Kebutuhan Dasar 1. Konsep Kebutuhan Dasar Manusia Kebutuhan dasar manusia menurut Abraham Maslow atau yang disebut dengan Hierarki kebutuhan dasar Maslow yang meliputi lima kategori kebutuhan dasar yaitu: a. Kebutuhan Fisiologis (physiologic Needs) Kebutuhan fisiologis memiliki prioritas tertinggi dalam hierarki maslow. Umumnya, seseorang yang memiliki beberapa kebutuhan yang belum terpenuhi akan lebih dulu memenuhi kebutuhan fisiologisnya dibandingkan kebutuhan lainnya. Adapun macam-macam kebutuhan dasar fisiologis menurut hierarki maslow adalah kebutuhan oksigen dan pertukaran gas, kebutuhan cairan dan elektrolit, kebutuhan makanan, kebutuhan eliminasi urine dan alvi, kebutuhan istirahat tidur, kebutuhan aktivitas, kebutuhan kesehatan temperatur tubuh dan kebutuhan seksual. b. Kebutuhan Keselamatan dan Rasa Aman (Self Security Needs) Kebutuhan keselamatan dan rasa aman yang dimaksud adalah aman dari berbagai aspek baik fisiologis maupun psikologis. Kebutuhan ini meliputi kebutuhan perlindungan diri dari udara dingin, panas, kecelakaan dan infeksi. Bebas dari rasa takut dan kecemasan, bebas dari perasaan terancam karena pengalaman yang baru atau asing. c. Kebutuhan Rasa Cinta, memiliki dan dimiliki (Love and Belonging Needs) Kebutuhan rasa cinta adalah kebutuhan saling memiliki dan dimiliki terdiri dari memberi dan menerima kasih sayang, perasaan dimiliki dan hubungan yang berarti dengan orang lain, kehangatan, persahabatan, mendapat tempat atau diakui dalam keluarga, kelompok serta lingkungan sosial.
35

BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Tinjauan Konsep Kebutuhan Dasarrepository.poltekkes-tjk.ac.id/328/3/BAB II.pdf · dimiliki terdiri dari memberi dan menerima kasih sayang, perasaan dimiliki

Oct 29, 2020

Download

Documents

dariahiddleston
Welcome message from author
This document is posted to help you gain knowledge. Please leave a comment to let me know what you think about it! Share it to your friends and learn new things together.
Transcript
Page 1: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Tinjauan Konsep Kebutuhan Dasarrepository.poltekkes-tjk.ac.id/328/3/BAB II.pdf · dimiliki terdiri dari memberi dan menerima kasih sayang, perasaan dimiliki

8

8

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Tinjauan Konsep Kebutuhan Dasar

1. Konsep Kebutuhan Dasar Manusia

Kebutuhan dasar manusia menurut Abraham Maslow atau yang

disebut dengan Hierarki kebutuhan dasar Maslow yang meliputi lima

kategori kebutuhan dasar yaitu:

a. Kebutuhan Fisiologis (physiologic Needs)

Kebutuhan fisiologis memiliki prioritas tertinggi dalam

hierarki maslow. Umumnya, seseorang yang memiliki beberapa

kebutuhan yang belum terpenuhi akan lebih dulu memenuhi

kebutuhan fisiologisnya dibandingkan kebutuhan lainnya. Adapun

macam-macam kebutuhan dasar fisiologis menurut hierarki maslow

adalah kebutuhan oksigen dan pertukaran gas, kebutuhan cairan

dan elektrolit, kebutuhan makanan, kebutuhan eliminasi urine dan

alvi, kebutuhan istirahat tidur, kebutuhan aktivitas, kebutuhan

kesehatan temperatur tubuh dan kebutuhan seksual.

b. Kebutuhan Keselamatan dan Rasa Aman (Self Security Needs)

Kebutuhan keselamatan dan rasa aman yang dimaksud adalah

aman dari berbagai aspek baik fisiologis maupun psikologis.

Kebutuhan ini meliputi kebutuhan perlindungan diri dari udara

dingin, panas, kecelakaan dan infeksi. Bebas dari rasa takut dan

kecemasan, bebas dari perasaan terancam karena pengalaman yang

baru atau asing.

c. Kebutuhan Rasa Cinta, memiliki dan dimiliki (Love and Belonging

Needs)

Kebutuhan rasa cinta adalah kebutuhan saling memiliki dan

dimiliki terdiri dari memberi dan menerima kasih sayang, perasaan

dimiliki dan hubungan yang berarti dengan orang lain, kehangatan,

persahabatan, mendapat tempat atau diakui dalam keluarga,

kelompok serta lingkungan sosial.

Page 2: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Tinjauan Konsep Kebutuhan Dasarrepository.poltekkes-tjk.ac.id/328/3/BAB II.pdf · dimiliki terdiri dari memberi dan menerima kasih sayang, perasaan dimiliki

9

d. Kebutuhan Harga Diri (Self-Esteem Needs)

Kebutuhan harga diri ini meliputi perasaan tidak bergantung

pada orang lain, kompeten, penghargaan terhadapn diri sendiri dan

orang lain.

e. Kebutuhan Aktualisasi Diri (Needs for Self Actualization)

Kebutuhan aktualisasi merupakan kebutuhan tertinggi dalam

piramida hierarki Maslow yang meliputi dapat mengenal diri

sendiri dengan baik (mengenal dan memahami potensi diri), belajar

memenuhi kebutuhan diri sendiri, tidak emosional, mempunyai

dedikasi yang tinggi, kreatif dan mempunyai kepercayaan diri yang

tinggi dan sebagainya.

Konsep hierarki maslow ini menjelaskan bahwa manusia

senantiasa berubah menurut kebutuhannya. Jika seseorang merasa

kepuasan, ia akan menikmati kesejahteraan dan bebas untuk

berkembang menuju potensi yang lebih besar. Sebaliknya, jika proses

pemenuhan kebutuhan ini terganggu maka akan timbul kondisi

patologis. Oleh karena itu, dengan konsep kebutuhan dasar maslow

akan diperoleh persepsi yang sama bahwa untuk beralih ke kebutuhan

yang lebih tinggi, kebutuhan dasar yang ada dibawahnya harus

terpenuhi terlebih dahulu. (Asmadi, 2009).

2. Pengertian Aktivitas

Aktivitas dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia yaitu kegiatan

atau keaktifan. Jadi, segala sesuatu yang dilakukan atau kegiatan-

kegiatan yang terjadi baik fisik maupun non-fisik merupakan suatu

aktivitas. Aktivitas adalah suatu energi atau keadaan untuk bergerak

untuk memenuhi kebutuhan hidup. Kemampuan aktivitas seseorang

dipengaruhi oleh adekuatnya sistem persarafan, otot dan tulang atau

sendi (Tarwoto dan Wartonah, 2010). Aktivitas fisik merupakan irama

sirkandian manusia. Tiap individu mempunyai irama atau pola

tersendiri dalam kehidupan sehari-hari untuk melakukan kerja, rekreasi,

makan, istirahat dan lain-lain (Asmadi, 2009).

Page 3: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Tinjauan Konsep Kebutuhan Dasarrepository.poltekkes-tjk.ac.id/328/3/BAB II.pdf · dimiliki terdiri dari memberi dan menerima kasih sayang, perasaan dimiliki

10

3. Fisiologi Pergerakan

Pergerakan merupakan rangkaian aktivitas yang terintegrasi antara

sistem muskuloskletal dan sistem persyarafan di dalam tubuh.

a. Sistem Muskuloskletal

Sistem muskuloskletal terdiri atas rangka (tulang), otot dan

sendi. Sitem ini sangat berperan dalam pergerakan dan aktivitas

manusia. Rangka memiliki beberapa fungsi, yaitu:

1) Menyokong jaringan tubuh, termasuk memberi bentuk pada

tubuh (postur tubuh),

2) Melindungi bagian tubuh yang lunak, seperti otak, paru-paru,

hati dan medulla spinalis,

3) Sebagai tempat melekatnya otot dan tendon, termasuk juga

ligamen,

4) Sebagai sumber mineral, seperti garam, fosfat dan lemak,

5) Berperan dalam proses hematopoiesis (produksi sel darah),

Sementara otot berperan dalam proses pergerakan, memberi

bentuk pada postur tubuh dan memproduksi panas melalui aktivitas

kontraksi otot (Asmadi, 2009).

b. Sistem Persarafan

Secara spesifik, sistem persarafan memiliki beberapa fungsi

yaitu:

1) Saraf aferen ( reseptor), berfungsi menerima rangsangan dari

luar kemudian meneruskannya ke susunan saraf pusat,

2) Sel saraf atau neuron, berfungsi membawa impuls dari bagian

tubuh satu ke bagian tubuh lainnya,

3) Sistem saraf pusat (SPP), berfungsi memproses impuls dan

kemudian memberikan respon melalui saraf eferan,

4) Saraf eferen, berfungsi menerima respon dari SPP kemudian

meneruskannya ke otot rangka.

4. Mekanika Tubuh

Mekanika tubuh adalah penggunaan organ tubuh secara efisien

dan efektif sesuai dengan fungsinya. Penggunaan mekanika tubuh yang

Page 4: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Tinjauan Konsep Kebutuhan Dasarrepository.poltekkes-tjk.ac.id/328/3/BAB II.pdf · dimiliki terdiri dari memberi dan menerima kasih sayang, perasaan dimiliki

11

tepat dapat mengurangi risiko cedera sistem muskuloskeletal. Dengan

melakukan aktivitas secara benar dan beristirahat dalam posisi yang

benar dapat meningkatkan kesehatan tubuh dan mencegah timbulnya

penyakit (Asmadi, 2009).

Tarwoto & wartonah (2010) mengemukakan mekanika tubuh

adalah suatu usaha mengkoordinasikan sistem muskuloskeletal dan

sistem saraf dalam mempertahankan keseimbangan, postur dan

kesejajaran tubuh selama mengangkat, membungkuk, bergerak dan

melakukan aktivitas sehari-hari. mekanika tubuh meliputi tiga elemen

dasar yaitu sebagai berikut:

a. Body aligment (postur tubuh)

Susunan geometrik bagian-bagian tubuh dalam hubungannya

dengan bagian tubuh yang lain. Kesejajaran tubuh dan postur yang

baik akan menempatkan tubuh pada posisi yang dapat

meningkatkan keseimbangan yang optimal dan fungsi tubuh yang

maksimal, baik dalam posisi berdiri, duduk, maupun tidur.

Kesejajaran tubuh yang baik dilihat dari keseimbangan persendian,

otot, tendon dan ligamen.

b. Balance/keseimbangan

Mekanisme yang berperan dalam mempertahankan

keseimbangan dan postur tubuh cukup rumit untuk dipahami.

Secara umum, perasaan seimbang (sense of equilibrium)

bergantung pada input informasi yang diterima dari labirin (telinga

bagian dalam), penglihatan (input vestibulo-okular) dan dari

reseptor otot dan tendon (input vestibulospinalis). Pada keadaan

normal, reseptor keseimbangan di aparatus veslibur mengirimkan

sinyal menuju otak yang akan mengawali refleks yang dibutuhkan

untuk mengubah posisi. Sedang pada keadaan lain, misalnya pada

perubahan posisi kepala, informasi yang diterima langsung dikirim

ke pusat refleks di batang otak sehingga memungkinkan respons

refleks yang lebih cepat guna mempertahankan keseimbangan

Page 5: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Tinjauan Konsep Kebutuhan Dasarrepository.poltekkes-tjk.ac.id/328/3/BAB II.pdf · dimiliki terdiri dari memberi dan menerima kasih sayang, perasaan dimiliki

12

tubuh. Selain mekanisme di atas, keseimbangan tubuh juga

dipengaruhi oleh pusat gravitasi dan garis gravitasi.

c. Coordinated body movement (gerakan tubuh yang terkoordinasi)

Gerakan yang halus dan seimbang merupakan hasil dari

kerjasama yang baik antara korteks serebri, sereblum dan ganglia

basalis. Dalam mekanisme ini, korteks serebri bertugas melakukan

aktivitas motorik volunter, sedangkan sereblum bertugas mengatur

aktivitas gerakan motorik dan ganglia basalis bertugaas

mempertahankan postur tubuh. Jika salah satu dari ketiganya

mengalami gangguan, misalnya sereblum, gerakan menjadi kaku,

tidak tearah dan tidak terkoordinasi.

5. Faktor Yang Mempengaruhi Mekanika Tubuh dan Ambulasi

Tarwota & Wartonah (2010) faktor yang mempengaruhi

mekanika tubuh dan ambulasi antara lain:

a. Status Kesehatan

Perubahan status kesehatan dapat mempengaruhi sistem

muskuloskeletal dan sistem saraf berupa penurunan kordinasi.

Perubahan tersebut dapat disebabkan oleh penyakit, berkurangnya

kemampuan untuk melakukan aktivitas sehari-hari.

b. Nutrisi

Salah satu fungsi nutrisi bagi tubuh adalah membantu proses

pertumbuhan tulang dan perbaikan sel. Kekurangan nutrisi bagi

tubuh dapat menyebabkan kelemahan otot dan memudahkan

terjadinya penyakit. Sebagai contoh tubuh kekurangan kalsium

akan lebih mudah mengalami fraktur.

c. Emosi

Kondisi psikologis seseorang dapat menurunkan kemampuan

mekanika tubuh dan ambulasi yang baik, seseorang yang

mengalami perasaan tidak aman, tidak bersemangat dan harga diri

rendah, akan mudah mengalami perubahan mekanika tubuh dan

ambulasi.

Page 6: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Tinjauan Konsep Kebutuhan Dasarrepository.poltekkes-tjk.ac.id/328/3/BAB II.pdf · dimiliki terdiri dari memberi dan menerima kasih sayang, perasaan dimiliki

13

d. Situasi dan Kebiasaan

Situasi dan kebiasaan yang dilakukan seseorang misalnya,

sering mengangkat benda-benda berat, akan menyebabkan

perubahan mekanika tubuh dan ambulasi.

e. Gaya Hidup

Gaya hidup adalah perubahan pola hidup seseorang dapat

menyebabkan stres dan kemungkinan besar akan menimbulkan

kecerobohan dalam beraktivitas, sehingga dapat menggangu

koordinasi antara sistem muskuloskeletal dan neurologi, yang

akhirnya akan mengakibatkan perubahan mekanika tubuh.

6. Definisi Mobilisasi

Mobilisasi merupakan kemampuan individu untuk bergerak

secara bebas, mudah dan teratur dengan tujuan untuk memenuhi

kebutuhan aktivitas guna mempertahankan kesehatannya (Andri Setiya

Wahyudi & Abd. Wahid, 2016). Kehilangan kemampuan untuk

bergerak menyebabkan ketergantungan dan ini membutuhkan tindakan

keperawatan. Mobilisasi diperlukan untuk meningkatkan kemandirian

diri, meningkatkan kesehatan, memperlambat proses penyakit khusunya

penyakit degeneratif dan untuk aktualisasi diri (Wahyudi & Abd.

Wahid, 2016).

7. Tujuan Mobilisasi

(Alimul, 2014) mengemukakan bahwa tujuan mobilisasi adalah

memenuhi kebutuhan dasar (termasuk melakukan aktivitas hidup

sehari-hari dan aktivitas rekreasi), mempertahankan diri (melindungi

diri dari trauma), mempertahankan konsep diri, mengekspresikan emosi

dengan gerakan tangan nonverbal. Adapun tujuan dari mobilisasi ROM

menurut Brunner dan Suddarth, 2002 yaitu:

a. Mempertahankan fungsi tubuh dan mencegah kemunduran serta

mengembalikan rentang gerak aktivitas tertentu sehingga penderita

dapat kembali normal atau setidaknya dapat memenuhi kebutuhan

sehari-hari.

Page 7: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Tinjauan Konsep Kebutuhan Dasarrepository.poltekkes-tjk.ac.id/328/3/BAB II.pdf · dimiliki terdiri dari memberi dan menerima kasih sayang, perasaan dimiliki

14

b. Mempercepat peredaran darah.

c. Membantu pernafasan menjadi lebih kuat.

d. Mempertahankan tonus otot, memelihara dan meningkatkan

pergerakan dari persendian.

e. Memperlancar eliminasi alvi dan urine.

f. Melatih atau ambulasi.

8. Jenis Mobilisasi

A.Aziz Alimul H. (2014) mengemukakan jenis mobilisasi yaitu:

a. Mobilisasi penuh, merupakan kemampuan seseorang untuk

bergerak secara penuh dan bebas sehingga dapat melakukan

interaksi sosial dan menjalankan peran sehari-hari. Mobilitas penuh

ini merupakan fungsi saraf motorik volunter dan sensorik untuk

dapat mengontrol seluruh area tubuh seseorang.

b. Mobilitas sebagian, merupakan kemampuan seseorang untuk

bergerak dengan batasan jelas dan tidak mampu bergerak secara

bebas karena dipengaruhi oleh gangguan saraf motorik dan

sensorik pada area tubuhnya. Hal ini dapat dijumpai pada kasus

cedera atau patah tulang dengan pemasangan traksi. Mobilitas

sebagian ini dibagi menjadi dua jenis, yaitu:

1) Mobilitas sebagian temporer, merupakan kemapuan individu

untuk bergerak dengan batasan yang sifatnya sementara. Hal

tersebut dapat disebabkan oleh trauma reversibel pada sistem

muskuloskletal, contoh adanya di lokasi sendi dan tulang.

2) Mobilitas permanen, merupakan kemampuan individu untuk

bergerak dengan batasan yang sifatnya menetap. Hal tersebut

disebabkan oleh rusaknya sistem saraf yang reversibel,

contohnya terjadinya hemiplegia karena stroke, paraplegi

karena cedera tulang belakang, poliomilitis karena

terganggunya sistem saraf motorik dan sensorik.

Page 8: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Tinjauan Konsep Kebutuhan Dasarrepository.poltekkes-tjk.ac.id/328/3/BAB II.pdf · dimiliki terdiri dari memberi dan menerima kasih sayang, perasaan dimiliki

15

9. Faktor yang Mempengaruhi Mobilisasi

A.Aziz Alimul H. (2014) mengemukakan faktor yang

mempengaruhi mobilisasi yaitu:

a. Gaya Hidup

Perubahan gaya hidup dapat mempengaruhi kemampuan mobilitas

seseorang karena gaya hidup berdampak pada prilaku atau

kebiasaan sehari-hari

b. Proses Penyakit / Cedera

Proses penyakit dapat mempengaruhi kemampuan mobilitas karena

dapat mempengaruhi fungsi sistem tubuh. Sebagai contoh, orang

yang menderita fraktur femur akan mengalami keterbatasan

pergerakan dalam ekstermitas bagian bawah.

c. Kebudayaan

Kemampuan melakukan mobilitas dapat juga dipengaruhi

kebudayaan. Sebagai contoh, orang yang memiliki budaya sering

berjalan jauh memiliki kemampuan mobilitas yang kuat, sebaliknya

ada yang mengalami gangguan mobilitas (sakit) karena adat dan

budaya tertentu dilarang untuk beraktiitas.

d. Tingkat Energi

Energi adalah sumber untuk melakukan mobilisasi agar seseorang

dapat melakukan mobilitass dengan baik dibutuhkan energi yang

cukup.

e. Usia dan Status Perkembangan

Terdapat perbedaan kemampuan mobilitas pada tingkat usia yang

berbeda. Hal ini dikarenakan kemampuan atau kematangan fungsi

alat gerak sejalan dengan perkembangan usia.

B. Tinjauan Asuhan Keperawatan

1. Pengkajian Keperawatan

Pengkajian merupakan tahap awal dimana data atau informasi

tentang klien yang dibutuhkan dikumpulkan dan dianalisa untuk

menetukan diagnosa keperawatan. Tujuan pengkajian keperawatan

adalah mengumpulkan data, mengelompokkan data dan menganalisa

Page 9: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Tinjauan Konsep Kebutuhan Dasarrepository.poltekkes-tjk.ac.id/328/3/BAB II.pdf · dimiliki terdiri dari memberi dan menerima kasih sayang, perasaan dimiliki

16

data sehingga ditemukan diagnosa keperawatan. Manfaat pengkajian

keperawatan adalah membantu mengidentifikasi status kesehatan, pola

pertahanan klien, kekuatan serta kebutuhan klien serta merumuskan

diagnosa keperawatan, yang terdiri dari tiga tahap, yaitu pengumpulan,

pengelompokkan dan pengorganisasian serta menganalisa dan

merumuskan diagnosa keperawatan. Menurut Wahyudi & Wahid (2016)

pengkajian pemenuhan kebutuhan aktivitas meliputi:

a. Riwayat Keperawatan Sekarang

Pengkajian riwayat pasien saat ini meliputi alasan pasien yang

menyebabkan terjadi keluhan/gangguan dalam mobilitas dan

imobilitas, seperti adanya nyeri, kelemahan otot, kelelahan, tingkat

mobilitas dan imobilitas, daerah dan lama terjadinya gangguan

mobilitas.

b. Riwayat Keperawatan Penyakit Yang Pernah di Derita

Pengkajian riwayat penyakit yang berhubungan dengan

pemenuhan kebutuhan mobilitas, misalnya adanya riwayat penyakit

sistem neurologis (kecelakaan cerebrovaskular, trauma kepala,

peningkatan tekanan intra kranial, miastenia gravis, guilain barre,

cedera medulla spinalis dan lain-lain), riwayat kardiovaskuler (infark

miokard, gagal jantung kongestif), riwayat penyakit muskuloskeletal

(osteoporosis, fraktur, arthritis), riwayat penyakit sistem pernafasan

(penyakit paru obstruksi menahun, pneumonia dan lain-lain), riwayat

pemakaian obat seperti sedative, hipnotik, depresan sistem saraf,

laksansia dan lain-lain.

c. Kemampuan Fungsi Motorik

Pengkajian fungsi motorik antara lain pada kaki dan tangan

kanan dan kiri untuk menilai ada atau tidaknya kelemahan, kelelahan

atau spastic.

d. Kemampuan mobilitas

Pengkajian kemampuan mobilitas dilakukan dengan tujuan

untuk menilai kemampuan gerak ke posisi miring, duduk, berdiri,

bangun dan berpindah tanpa bantuan.

Page 10: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Tinjauan Konsep Kebutuhan Dasarrepository.poltekkes-tjk.ac.id/328/3/BAB II.pdf · dimiliki terdiri dari memberi dan menerima kasih sayang, perasaan dimiliki

17

Pengkajian mobilisasi klien berfokus pada rentang gerak, gaya

berjalan, latihan dan toleransi aktivitas, serta kesejajaran tubuh.

1) Rentang gerak

Merupakan jumlah maksium gerakan yang mungkin

dilakukan sendi pada salah satu dari 3 potongan tubuh: sagital,

frontal dan transfersal. Potongan sagital adalah garis yang

melewati tubuh dari depan ke belakang, membagi tubuh menjadi

bagian kiri dan kanan. Potongan frontal melewati tubuh dari

tubuh dari sisi ke sisi dan membagi tubuh menjadi bagian depan

dan belakang. Potongan transfersal adalah garis horizontal yang

membagi tubuh Mobilisasi sendi di setiap potongan dibatasi

oleh ligamen, otot, konstruksi sendi. Pada potongan sagital

gerakannya adalah fleksi dan ekstensi (jari-jari tangan dan siku)

dan hiperekstensi (pinggul). Pada potongan frontal gerakannya

adalah abduksi dan adduksi (lengan dan tungkai) eversi dan

inversi (kaki). Sedangkan pada potongan transfersal gerakannya

adalah pronasi dan supinasi (tangan), rotasi internal dan

eksternal (lutut), dorsifleksi dan flantarfleksi (kaki).

Ada tiga rentang gerak dalam mobilisasi yaitu:

a) Rentang gerak pasif

Rentang gerak pasif ini berguna untuk menjaga kelenturan

otot-otot dan persendian dengan menggerakkan otot orang

lain secara pasif misalnya perawat mengangkat dan

menggerakkan kaki pasien.

b) Rentang gerak aktif

Hal ini untuk melatih kelenturan dan kekuatan otot serta

sendi dengan cara menggunakan otot-ototnya secara aktif

misalnya berbaring pasien menggerakkan kakinya.

c) Rentang gerak fungsional

Berguna untuk memperkuat otot-otot dan sendi dengan

melakukan aktivitas yang diperlukan.

Page 11: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Tinjauan Konsep Kebutuhan Dasarrepository.poltekkes-tjk.ac.id/328/3/BAB II.pdf · dimiliki terdiri dari memberi dan menerima kasih sayang, perasaan dimiliki

18

2) Gaya berjalan

Siklus gaya berjalan dimulai dengan tumit mengangkat

satu tungkai dan berlanjut dengan mengangkat dua tungkai yang

sama. Interval ini sama dengan 100% siklus gaya berjalan dan

berlangsung 1 detik untuk kenyamanan berjalan. Pengkajian ini

memungkinkan perawat untuk mengetahui keseimbangan,

postur, keamanan dan kemampuan berjalan tanpa bantuan.

a) Kategori tingkat kemampuan

Tabel 2.1 Kategori Tingkat Kemampuan

Tingkat Aktivitas Kategori

Tingkat 0 Mampu merawat diri sendiri secara penuh

Tingkat 1 Memerlukan penggunaan alat

Tingkat 2 Memerlukan bantuan atau pengawasan

orang lain dan peralatan

Tingkat 3 Memerlukan bantuan atau pengawasan

orang lain dan peralatan

Tingkat 4

Sangat tergantung dan tidak dapat

melakukan atau berpartisipasi dalam

perawatan

Sumber: Wahyudi & Wahid, 2016

b) Kemampuan rentang gerak

Pengkajian rentang gerak (range of motion-ROM)

dilakukan pada daerah seperti bahu, siku, lengan, panggul

dan kaki.

Tabel 2.2 Kemampuan Rentang Gerak

Gerak sendi Derajat rentang gerak

Bahu:

Adduksi: gerakan lengan ke lateral dari posisi samping keatas kepala, telapak

tangan menghadap ke posisi yang paling jauh

180

Siku:

Fleksi: angkat lengan bawah kearah depan dan kearah atas menuju bahu 150

Pergelangan Tangan:

Fleksi: tekuk jari-jari tangan kea rah bagian dalam lengan bawah 80-90

Ekstensi: luruskan pergelangan tangan dari posisi fleksi 80-90

Hiperekstensi: tekuk jari-jari tangan kearah belakang sejauh mungkin 70-90

Abduksi : tekuk pergelangan tangan ke sisi ibu jari ketika telapak tangan

menghadap ke atas 0-20

Adduksi: tekuk pergelangan tangan kea rah kelingking. Telapak tangan

menghadap ke atas 30-50

Tangan dan Jari:

Fleksi : buat kepalan tangan 90

Ekstensi: luruskan jari 90

Hiperekstensi: tekuk jari-jari tangan kebelakang sejauh mungkin 30

Abduksi: kembangakan jari tangan

Adduksi: rapatkan jari-jari tangan dari posisi abduksi

20

20

Sumber: Wahyudi & Wahid, 2016

Page 12: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Tinjauan Konsep Kebutuhan Dasarrepository.poltekkes-tjk.ac.id/328/3/BAB II.pdf · dimiliki terdiri dari memberi dan menerima kasih sayang, perasaan dimiliki

19

e. Kekuatan Otot dan Gangguan Koordinasi

Dalam mengkaji kekuatan otot dapat ditentukan kekuatan

secara bilateral atau tidak. Derajat kekuatan otot dapat ditentukan

dengan:

Tabel 2.3 Kekuatan Otot

Skala Presentase Kekuatan

Normal Karakteristik

0 0 Paralisis sempurna

1 10 Tidak ada gerakan, kontraksi otot dapat

dipalpasi atau dilihat

2 25 Gerakan otot penuh melawan gravitasi

dengan topangan

3 50 Gerakan yang normal melawan gravitasi

4 75

Gerakan yang normal melawan gravitasi

dan melawan tahanan minimal

5 100

Kekuatan normal, gerakan penuh yang

normal melawan gravitasi dan menahan

tahanan penuh

Sumber: Wahyudi & Wahid, 2016

f. Perubahan Psikologis

Pengkajian perubahan psikologis disebabkan oleh adanya

gangguan mobilitas dan imobilitas antara lain perubahan perilaku,

peningkatan emosi, perubahan dalam mekanisme koping dan lain-

lain.

Selain itu pengkajian keperawatan harus berfokus pada area

psikologis, sama seperti aspek psikososial dan perkembangan klien.

1) Faktor fisiologis

Bahaya fisiologis imobilisasi dapat diidentifikasi selama

pengkajian keperawatan.

2) Sistem Metabolik

Ketika mengkaji fungsi metabolik, perawat menggunakan

pengukuran antropometrik untuk mengevaluasi atrofi otot,

menggunakan pencatatan asupan dan haluran serta data

laboratorium untuk mengevaluasi status cairan, elektrolit,

maupun kadar serum protein, mengkaji penyembuhan luka

untuk mengevaluasi perubahan nutrien, mengkaji asupan

Page 13: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Tinjauan Konsep Kebutuhan Dasarrepository.poltekkes-tjk.ac.id/328/3/BAB II.pdf · dimiliki terdiri dari memberi dan menerima kasih sayang, perasaan dimiliki

20

makanan dan pola evaluasi klien untuk menentukan perubahan

fungsi gastrointestinal.

3) Sistem Respiratori

Pengkajian sistem respiratori minimal harus dilakukan

setiap dua jam pada klien imobilisasi. Perawat melakukan

inspeksi pergerakan dinding dada selama siklus pernapasan

inspirasi/ekspirasi penuh, jika ada atelektasis, gerakan dadanya

asimetris. Kemudian auskultasi semua area paru untuk

mengidentifikasi suara napas, crackles atau wheezing pada.

4) Sistem kardiovaskuler

Pada klien imobilisasi perlu dilakukan pemantauan

tekanan darah, nadi apek maupun nadi perifer, observasi tanda-

tanda adanya statis vena (misalnya, oedema dan penyembuhan

luka yang buruk). Pada klien yang berumur diatas 40 tahun

biasanya bunyi jantung tiga bisa terdengar pada bagian apek dan

merupakan indikasi penyait gangguan kardiovaskuler yaitu

gagal jantung kongestif. Kaji adanya oedema pada sacrum,

tungkai dan kaki. Mengkaji sistem vena karena thrombosis vena

merupakan bahaya dari keterbatasan mobilisasi.

5) Sistem muskuloskeletal

Pengkajian keperawatan meliputi penurunan tonus otot,

kehilangan massa otot dan kontraktur. Pengkajian rentang gerak

untuk mengevaluasi terjadi kehilangan mobilisasi sendi.

6) Sistem integument

Mengkaji kulit klien terhadap tanda-tanda kerusakan

integrits kulit. Kulit harus di observasi ketika klien bergerak.

Perhatikan kebersihannya, atau pemenuhan eliminasinya.

Pengkajian dilakukan minimal setiap dua jam sekali.

7) Sistem eliminasi

Evaluasi intake dan output cairan selama 24 jam, dehidrasi

(meningkatkan resiko kerusakan kulit, pembentukan thrombus,

infeksi pernapasan dan konstipasi).

Page 14: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Tinjauan Konsep Kebutuhan Dasarrepository.poltekkes-tjk.ac.id/328/3/BAB II.pdf · dimiliki terdiri dari memberi dan menerima kasih sayang, perasaan dimiliki

21

Menurut Wijaya dan Putri (2013) pengkajian pada pasien fraktur

antara lain:

a. Identitas Klien

Meliputi: Nama, jenis kelamin, umur, alamat, agama, suku,

bangsa, pendidikan, pekerjaan, tanggal masuk rumah sakit, diagnosa

medis, no. registrasi.

b. Keluhan Utama

Pasien tidak dapat melakukan pergerakan, merasakan nyeri

pada area fraktur, rasa lemah dan tidak dapat melakukan aktivitas

(Istianah, 2017).

c. Riwayat Penyakit Sekarang

Pada pasien fraktur/patah tulang dapat disebabkan oleh

trauma/kecelakaan, degeneratif dan patologis yang didahului dengan

perdarahan, kerusakan jaringan sekitar yang mengakibatkan nyeri,

bengkak, kebiruan, pucat/perubahan warna dan kesemutan.

d. Riwayat Penyakit Dahulu

Apakah pasien pernah mengalami penyakit ini (fraktur

ektremitas bawah) atau pernah punya penyakit menular/menurun

sebelumnya.

e. Riwayat Penyakit Keluarga

Pada keluarga pasien ada/tidak yang menderita esteoporoses,

arthritis dan tuberkulosis 1`` penyakit lain yang sifatnya

menurun/menular.

f. Pola Fungsi Kesehatan

1) Pola persepsi dan tata laksanaa hidup sehat

Pada fraktur akan mengalami perubahan/gangguan pada

personal hygiene, misalnya kebiasaan mandi, ganti pakaian,

BAB dan BAK.

2) Pola nutrisi dan metabolisme

Pada fraktur tidak akan mengalami penurunan nafsu

makan, meskipun menu berubah misalnya makan dirumah gizi

Page 15: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Tinjauan Konsep Kebutuhan Dasarrepository.poltekkes-tjk.ac.id/328/3/BAB II.pdf · dimiliki terdiri dari memberi dan menerima kasih sayang, perasaan dimiliki

22

tetap sama sedangkan di RS disesuaikan dengan penyakit dan

diet pasien.

3) Pola eliminasi

Kebiasaan miksi/defekasi sehari-hari, kesulitan waktu

defekasi dikarenakan imobilisasi, feses berwarna kuning dan

konsentrasi defekasi pada ada miksi pasien tidak mengalami

gangguan.

4) Pola istirahat dan tidur

Kebiasaan pola tidur dan istrihat mengalami gangguan

yang disebabkan oleh nyeri, misalnya nyeri akibat fraktur.

5) Pola aktivitas dan latihan

Aktivitas dan latihan mengalami perubahan/gangguan

akibat dari fraktur femur sehingga kebutuhan pasien perlu

dibantu oleh perawat/keluarga.

6) Pola persepsi dan konsep diri

Pada fraktur akan mengalami gangguan diri karena terjadi

perubahan pada dirinya, pasien takut cacat seumur hidup/tidak

dapat bekerja lagi.

7) Pola sensori kognitif

Nyeri yang disebabkan oleh kerusakan jaringan, sedang

pada pola kognitif atau cara berfikir pasien tidak mengalami

gangguan.

8) Pola hubungan peran

Terjadinya perubahan peran yang dapat mengganggu

hubungan interpersonal yaitu pasien merasa tidak berguna dan

menarik diri.

9) Pola penanggulangan stress

Perlu ditanyakan apakah membuat pasien menjadi stress

dan biasanya masalah dipendam sendiri/dirundingkan dengan

keluarga.

Page 16: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Tinjauan Konsep Kebutuhan Dasarrepository.poltekkes-tjk.ac.id/328/3/BAB II.pdf · dimiliki terdiri dari memberi dan menerima kasih sayang, perasaan dimiliki

23

10) Pola reproduksi seksual

Bila pasien sudah berkeluarga dan mempunyai anak, maka

akan mengalami pola seksual dan reproduksi, jika pasiem belum

berkeluarga pasien tidak akan mengalami gangguan.

11) Pola tata nilai dan kepercayaan

Adanya kecemasan dan stress sebagai pertahanan pasien

dengan mendekatkan diri kepada Allah SWT.

Menurut Mutaqqin dan Sari (2009) pemeriksaan fisik pada fraktur

femur yaitu:

a. Look, pada fraktur femur terbuka terlihat adanya luka terbuka pada

paha dengan deformitas yang jelas. Kaji berapa luas kerusakan

jaringan lunak yang terlibat. Kaji apakah pada luka terbuka ada

fragmen tulang yang keluar dan apakah terdapat adanya kerusakan

pada arteri yang berisiko meningkatkan respons syok hipovolemik.

Pada fase awal trauma sering didapatkan adanya serpihan didalam

luka, terutama pada trauma kecelakaan lalu lintas darat yang

mengantarkan pada risiko tinggi infeksi.

Pada fraktur femur tertutup sering ditemukan hilangnya fungsi,

deformitas, pemendekatan ekstremitas atas karena kontraksi otot,

krepitasi, pembengkakan dan perubahan warna lokal pada kulit

terjadi sebagai akibat trauma dan perdarahan yang mengikuti fraktur.

Tanda ini bisa terjadi setelah beberapa jam atau beberapa hari setelah

cedera. Pasien fraktur femur mempunyai komplikasi delayed union,

nonunion dan malunion. Kondisi yang paling sering didapatkan di

klinik adalah terdapatnya maluunion, terutama pada pasien fraktur

femur yang telah lama dan telah mendapat intervensi dari dukun

patah tulang. Pada pemeriksaan look akan didapatkan adanya

pemendekan ekstremitas. Pemendekan akan tampak jelas derajatnya

dengan cara mengukur kedua sisi tungkai dari spina iliaka ke

maleolus.

Page 17: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Tinjauan Konsep Kebutuhan Dasarrepository.poltekkes-tjk.ac.id/328/3/BAB II.pdf · dimiliki terdiri dari memberi dan menerima kasih sayang, perasaan dimiliki

24

b. Feel, adanya keluhan nyeri tekan (tenderness) dan adanya krepitasi.

c. Move, daerah tungkai yang patah tidak boleh digerakkan, karena akan

memberikan respons trauma pada jaringan lunak disekitar ujung

fragmen tulang yang patah. Pasien terlihat tidak mampu melakukan

pergerakan pada sisi paha yang patah.

2. Diagnosa Keperawatan

Diagnosa keperawatan adalah pernyataan yang menjelaskan status

masalah kesehatan aktual atau potensial. Tujuannya adalah

mengidentifikasi masalah aktual berdasarkan respon klien terhadap

masalah. Manfaat diagnosa keperawatan adalah sebagai pedoman

pemberian asuhan keperawatan dan menggambarkan suatu masalah

kesehatan dan penyebab adanya masalah. Menurut SDKI (2016)

masalah keperawatan yang muncul pada klien gangguan pemenuhan

kebutuhan aktivitas antara lain yaitu gangguan mobilitas fisik,

intoleransi aktivitas, keletihan dan risiko intoleransi aktivitas. Diantara

masalah keperawatan tersebut kondisi klinis terkait dengan fraktur

adalah gangguan mobilitas fisik.

a. Definisi mobilitas fisik

Keterbatasan dalam gerakan fisik dari satu atau lebih ekstremitas

secara mandiri.

b. Penyebab

1) Kerusakan integritas struktur tulang,

2) Perubahan metabolisme,

3) Ketidakbugaran fisik,

4) Penurunan kendali otot,

5) Penurunan massa otot,

6) Penurunan kekuatan otot,

7) Keterlambatan perkembangan,

8) Kekauan sendi,

9) Kontraktur,

10) Malnutrisi,

11) Gangguan muskuloskeletal,

Page 18: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Tinjauan Konsep Kebutuhan Dasarrepository.poltekkes-tjk.ac.id/328/3/BAB II.pdf · dimiliki terdiri dari memberi dan menerima kasih sayang, perasaan dimiliki

25

12) Gangguan neuromuskular,

13) Indeks masa tubuh diatas persentil ke-75 sesuai usia,

14) Efek agen farmakologis,

15) Program pembuatan gerak,

16) Nyeri,

17) Kurang terpapar informasi tentang aktivitas fisik,

18) Kecemasan,

19) Gangguan kognitif,

20) Keengganan melakukan pergerakan,

21) Gangguan sensorik resepsi.

c. Gejala dan Tanda Mayor

Subjektif

1) Mengeluh sulit menggerakkan ekstremitas

Objektif

1) Kekuatan otot menurun

2) Rentang gerak (ROM) menurun

d. Gejala dan Tanda Minor

Subjektif

1) Nyeri saat bergerak

2) Enggan melakukan pergerakan

3) Merasa cemas saat bergerak

Objektif

1) Sendi kaku

2) Gerakan tidak terkoordinasi

3) Gerakan terbatas

4) Fisik lemah

e. Kondisi klinis terkait

1) Stroke

2) Cedera Medika spindalis

3) Trauma

4) Fraktur

5) Osteoarthritis

Page 19: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Tinjauan Konsep Kebutuhan Dasarrepository.poltekkes-tjk.ac.id/328/3/BAB II.pdf · dimiliki terdiri dari memberi dan menerima kasih sayang, perasaan dimiliki

26

6) Ostemalasia

7) Keganasan

3. Rencana Keperawatan

Rencana keperawatan (SDKI) :

a. Gangguan mobilitas fisik

1) Dukungan ambulasi

Definisi : memfasilitasi pasien untuk meningkatkan aktivitas

berpindah

Tindakan Observasi:

a) Identifikasi adanya nyeri atau keluhan fisik lainnya

b) Identifikasi toleransi fisik melakukan ambulasi

c) Monitor frekuensi jantung dan tekanan darah sebelum

memulai ambulasi

d) Monitor kondisi umum selama melakukan ambulasi

Tindakan terapeutik:

(1) Fasilitasi aktifitas ambulasi dengan alat bantu (mis,

tongkat, kruk)

(2) Fasilitasi melakukan ambulasi dini

(3) Libatkan keluarga untuk membantu pasien dalam

meningkatkan ambulasi edukasi

Tindakan edukasi:

a) Jelaskan tujuan dan prosedur ambusi

b) Ajarkan ambulasi sederhana yang harus dilakukan

(mis, tidur ke kamar mandi, berjalan sesuai toleransi)

2) Dukungan Mobiisasi

Definisi: memfasilitasi pasien untuk meningkatkan aktivitas

pergerakan fisik.

Tindakan observasi:

a) Identifikasi adanya nyeri atau keluhan fisik lainnya

b) Identifikasi toleransi fisik melakukan pergerakan

c) Monitor frekuensi jantung dan tekanan darah sebelum

memulai mobilisasi

Page 20: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Tinjauan Konsep Kebutuhan Dasarrepository.poltekkes-tjk.ac.id/328/3/BAB II.pdf · dimiliki terdiri dari memberi dan menerima kasih sayang, perasaan dimiliki

27

d) Monitor kondisi umum selama melakukan mobilisasi

Tindakan terapeutik:

a) Fasilitasi aktivitas mobilisasi dengan alat bantu (mis,

pagar tempat tidur)

b) Fasilitasi melakukan pergerakan, jika perlu

c) Libatkan keluarga untuk membantu pasien dalam

meningkatkan pergerakan.

Tindakan edukasi:

a) Jelaskan tujuan dan prosedur mobilisasi

b) Anjurkan melakukan mobilisasi dini

c) Ajarkan mobilisasi sederhana yang harus dilakukan (mis,

duduk di tempat tidur, duduk di sisi tempat tidur, pindah

dari tempat tidur ke kursi)

Rencana keperawatan kebutuhan aktivitas menurut Tarwoto dan Wartonah (2011)

sebagai berikut:

Tabel 2.4 Rencana Keperawatan Kebutuhan Aktivitas

Diagnosa Keperawatan Rencana keperawatan

Tujuan Intervensi Rasional

Intoleransi aktivitas

1. Kelemahan yang

berkurang

2. Berpartisipasi dalam

perawatan diri

3. Mempertahankan

kemampuan aktivitas

seoptimal mungkin

1. Monitor keterbatasan

aktivitas dan

kelemahan saat

aktivitas

2. Bantu pasien dalam

melakukan aktivitas

sendiri

3. Catat tanda vital

sebelum daan sesudah

aktivitas

4. Lakukan istirahat yang

adekuat setelah latihan

dan aktivitas

5. Berikan pendidikan

kesehatan tentang

perubahan gaya hidup

untuk menyimpan

energi dan penggunaan

alat bantu gerak

1. Merencanakan

intervensi dengan

tepat

2. Pasien dapat

memilih dan

merencakannya

sendiri

3. Mengkaji sejauh

mana perbedaan

peningkatan

selama aktivitas

4. Membantu

mengembalikan

energi

5. Meningkatkan

pengetahuan dalam

perawatan diri

Page 21: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Tinjauan Konsep Kebutuhan Dasarrepository.poltekkes-tjk.ac.id/328/3/BAB II.pdf · dimiliki terdiri dari memberi dan menerima kasih sayang, perasaan dimiliki

28

6. Berikan diet yang

adekuat dengan

kolaborasi ahli diet

7. Kolaborasi dengan

dokter dan fisioterapi

dalam latihan aktivitas.

6. Metabolisme

membutuhkan

energi

7. Meningkatkan

kerjasama tim dan

perawatan holistik.

Keletihan

1. Pasien mengatakan

keletihan berkurang

2. Meningkatnya

tingkat energi

3. Pasien dapat

melakukan aktivitas

sesuai

kemampuannya

secara bertahap

1. Monitor keterbatasan

aktivitas dan

kelemahan saat

aktivitas

2. Bantu pasien dalam

melakukan aktivitas

sendiri

3. Catat tanda vital

sebelum daan sesudah

aktivitas

4. Anjurkan istirahat

yang adekuat setelah

latihan dan aktivitas

5. Berikan pendidikan

kesehatan tentang

perubahan gaya hidup

untuk menyimpan

energi dan penggunaan

alat bantu gerak

6. Berikan diet yang

adekuat dengan

kolaborasi ahli diet

7. Kolaborasi dengan

dokter dan fisioterapi

dalam latihan aktivitas

1. Merencanakan

intervensi dengan

tepat

2. Pasien dapat

memilih dan

merencakannya

sendiri

3. Mengkaji sejauh

mana perbedaan

peningkatan

selama aktivitas

4. Membantu

mengembalikan

energi

5. Meningkatkan

pengetahuan dalam

perawatan diri

6. Metabolisme

membutuhkan

energi

7. Meningkatkan

kerjasama tim dan

perawatan holistik.

Gangguan Mobilitas

Fisik

1. Pasien dapat

menunjukan

peningkatan

mobilitas

2. Pasien mengatakan

terjadi peningkatan

aktivitas

1. Monitor kulit yang

tertekan, amati

kemungkinan

dekubitus

2. Pertahankan postur

tubuh dan posisi yang

nyaman

3. Cegah pasien jatuh,

berikan pagar

pengamanan pada

tempat tidur

1. Memonitor

gangguan integritas

kulit

2. Mencegah iritasi

dan komplikasi

3. Mempertahankan

keamanan pasien

Lanjutan Tabel 2.4

Page 22: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Tinjauan Konsep Kebutuhan Dasarrepository.poltekkes-tjk.ac.id/328/3/BAB II.pdf · dimiliki terdiri dari memberi dan menerima kasih sayang, perasaan dimiliki

29

4. Lakukan latihan aktif

maupun pasif

5. Tingkatkan aktivitas

sesuai batas toleransi

6. Lakukan kerja sama

dengan keluarga dalam

perawatan klien

7. Bantu pasien dalam

memutuskan

penggunaan alat bantu

berjalan

8. Lakukan ambulasi

sebanyak mungkin jika

memungkinkan

9. Lakukan pengetahuan

kesehatan tentang

mekanika tubuh dan

posisi

10. Pertahankan nutrisi

yang adekuat dengan

kolaborasi ahli diet

11. Kolaborasi dengan

fisioterapi dalam

program latihan.

4. Meningkatkan

sirkulasi dan

mencegah

kontraktur

5. Mempertahankan

tonus otot

6. Meneruskan

perawatan setelah

pulang

7. Menentukan pilihan

yang tepat dalam

penggunaan alat

8. Imobilisasi yang

lama dapat

menimbulkan

dekubitus

9. Memberikan

pengetahuan

10. Nutrisi

diperlukan

untuk energi

11. Kerjasama dalam

perawatan

holistik.

Defisit Perawatan Diri

1. Pasien dapat

melakukan perawatan

diri secara aman

1. Monitor tanda vital,

tekanan darah sebelum

dan sesudah ADL

2. Lakukan kajian

kemampuan pasien

dalam perawatan diri

terutama ADL

3. Jadwalkan jam

kegiatan tertentu untuk

ADL

4. Jaga privasi dan

keamanan pasien

selama memberikan

perawatan

5. Berikan penjelasan

sebelum melakukan

tindakan

1. Mengecek

perubahan keadaan

pasien

2. Memberikan

informasi dasar

dalam menentukan

rencana

keperawatan

3. Perencanaan yang

matang dalam

menentukan

kegiatan sehari-hari

4. Memberikan

keamanan

5. Meningkatkan

kepercayaan diri

dan motivasi

Lanjutan Tabel 2.4

Page 23: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Tinjauan Konsep Kebutuhan Dasarrepository.poltekkes-tjk.ac.id/328/3/BAB II.pdf · dimiliki terdiri dari memberi dan menerima kasih sayang, perasaan dimiliki

30

6. Selama melakukan

aktivitas berikan

dukungan dan pujian

kepada pasien

7. Lakukan latihan aktif

dan pasif

8. Berikan pendidikan

kesehatan mengenai

perawatan diri seperti

mandi, perawatan

kuku, rambut dan lain-

lain

6. Meningkatkan

kepercayaan diri

7. Meningkatkan

sirkulasi darah

8. Meningkatkan

pengetahuan dan

motivasi dalam

perawatan diri

Sumber: Tarwoto dan Wartonah, 2011

Rencana keperawatan hambatan mobilitas fisik menurut Nurarif

dan Kusuma (2015) sebagai berikut:

Tabel 2.5 Rencana Keperawatan Hambatan Mobilitas Fisik

Diagnosa Keperawatan Tujuan dan Kriteria Hasil Intervensi

Hambatan mobilitas fisik

Definisi: Keterbatasan pada pergerakan

fisik tubuh atau satu atau lebih

ekstremitas secara mandiri dan terarah.

Batasan Karakteristik:

1. Penurunan waktu reaksi

2. Kesulitan membolak-balik posisi

3. Melakukan aktivitas lain sebagai

pengganti pergerakan (mis.

meningkatkan perhatian pada

aktivitas orang lain, mengendalikan

perilaku, focus pada

ketunadayaan/aktivitas sebelum

sakit)

4. Dispnea setelah beraktivitas

5. Perubahan cara berjalan

6. Gerakan bergetar

7. Keterbatasan kemampuan

melakukan keterampilan motorik

halus

8. Keterbatasan kemampuan

melakukan keterampilan motorik

kasar

9. Keterbatasan rentang pergerakan

sendi

10. Tremor akibat pergerakan

11. Ketidakstabilan postur

12. Pergerakan lambat

13. Pergerakan tidak terkoordinasi

NOC

1. Joint Movement : Active

2. Mobility level

3. Self care : ADLs

4. Transfer performance

Kriteria Hasil:

1. Klien meningkat dalam

aktivitas fisik

2. Mengerti tujuan dan

peningkatan mobilitas

3. Memverbalisasikan

perasaan dalam

meningkatkan kekuatan

dan kemampuan berpindah

4. Memperagakan

penggunaan alat

5. Bantu untuk mobilisasi

(walker)

NIC

Exercise therapy: ambulation

1. Monitoring vital sign

sebelum/sesudah latihan dan

lihat respon pasien saat

latihan

2. Konsultasikan dengan terapi

fisik tentang rencana

ambulasi sesuai dengan

kebutuhan

3. Bantu klien untuk

menggunakan tongkat saat

berjalan dan cegah terhadap

cedera

4. Ajarkan pasien atau tenaga

kesehatan lain tentang

teknik ambulasi

5. Kaji kemampuan pasien

dalam mobilisasi

6. Latih pasien dalam

pemenuhan kebutuhan

ADLs secara mandiri sesuai

kemampuan

7. Dampingi dan bantu pasien

saat mobilisasi dan bantu

penuhi kebutuhan ADLs

pasien.

8. Berikan alat bantu jika klien

memerlukan.

9. Ajarkan pasien bagaimana

Lanjutan Tabel 2.4

Page 24: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Tinjauan Konsep Kebutuhan Dasarrepository.poltekkes-tjk.ac.id/328/3/BAB II.pdf · dimiliki terdiri dari memberi dan menerima kasih sayang, perasaan dimiliki

31

Faktor Yang Berhubungan:

1. Intoleransi aktivitas

2. Perubahan metabolisme selular

3. Ansietas

4. Indeks masa tubuh diatas perentil

ke 75 sesuai usia

5. Gangguan kognitif

6. Konstraktur

7. Kepercayaan budaya tentang

aktivitas sesuai usia

8. Fisik tidak bugar

9. Penurunan ketahanan tubuh

10. Penurunan kendali otot

11. Penurunan massa otot

12. Malnutrisi

13. Gangguan musculoskeletal

14. Gangguan neuromuskular, Nyeri

15. Agens obat

16. Penurunan kekuatan otot

17. Kurang pengetahuan tentang

aktvitas fisik

18. Keadaan mood depresif

19. Keterlambatan perkembangan

20. Ketidaknyamanan

21. Disuse, Kaku sendi

22. Kurang dukungan Iingkungan (mis,

fisik atau sosiaI)

23. Keterbatasan ketahanan

kardiovaskular

24. Kerusakan integritas struktur tulang

25. Program pembatasan gerak

26. Keengganan memulai pergerakan

27. Gaya hidup monoton

28. Gangguan sensori perceptual

merubah posisi dan berikan

bantuan jika diperlukan.

Sumber: Nurarif dan Kusuma, 2015

4. Implementasi atau Pelaksanaan

Implementasi merupakan pelaksanaan perencanaan keperawatan

oleh perawat. Hal-hal yang perlu diperhatikan ketika melakukan

implemantasi adalah intervensi dilakasanakan sesuai rencana seelah

dilakuakan validasi, penguasaan keterampilan interpersonal, intelektual

dan teknikal, intervensi harus dilakukan dengan cermat dan efisien pada

situasi yang tepat, keamanan fisik dan psikologi dilindungi dan

didokumentasi keperawatan berupa pencatatan dan pelaporan (Rohmah

& Walid, 2016).

Lanjutan Tabel 2.5

Page 25: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Tinjauan Konsep Kebutuhan Dasarrepository.poltekkes-tjk.ac.id/328/3/BAB II.pdf · dimiliki terdiri dari memberi dan menerima kasih sayang, perasaan dimiliki

32

5. Evaluasi

Fase akhir dari proses keperawatan adalah evaluasi terhadap asuhan

keperawatan yang diberikan. Hal-hal yang dievaluasi adalah keakuratan,

kelengkapan dan kualitas data, teratasi atau tidaknya masalah klien,

pencapaian tujuan serta ketepatan intervensi keperawatan. Rohmah &

Walid (2016) mengemukakan komponen evaluasi hasil dapat dibagi

menjadi 5 komponen, yaitu sebagai berikut:

a. Menentukan kriteria, standar dan pertanyaan evaluasi,

b. Mengumpulkan data mengenai keadaan klien terbaru,

c. Menganalisa dan membandingkan data terhadap kriteria dan

standar,

d. Merangkum hasil dan membuat kesimpulan,

e. Melaksanakan tindakan yang sesuai berdasarkan kesimpulan.

C. Tinjauan Konsep Penyakit

1. Pengertian Fraktur

Fraktur adalah patah tulang, biasanya disebabkan oleh trauma

atau tenaga fisik. Kekuatan dan sudut dari tenaga tersebut, keadaan

tulang dan jaringan lunak disekitar tulang akan menentukan apakah

fraktur yang terjadi itu lengkap atau tidak lengkap (Price & Wilson,

2006 dalam Aplikasi Asuhan Keperawatan Berdasarkan Diagnosa

Medis dan Nanda Nic-Noc 2015).

Fraktur adalah terputusnya kontinuitas tulang dan atau tulang

rawan yang umumnya disebabkan oleh ruda paksa. Fraktur atau patah

tulang adalah terputusnya kontinuitas tulang dan ditentukan sesuai jenis

dan luasnya (Brunner dan Suddarth, 2010).

2. Klasifikasi Fraktur

Menurut Smeltzer & Bare, 2002 jenis-jenis fraktur adalah:

a. Complete fracture (fraktur komplet), patah pada seluruh garis tengah

tulang, luas dan melintang. Biasanya disertai dengan perpindahan

posisi tulang.

Page 26: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Tinjauan Konsep Kebutuhan Dasarrepository.poltekkes-tjk.ac.id/328/3/BAB II.pdf · dimiliki terdiri dari memberi dan menerima kasih sayang, perasaan dimiliki

33

b. Closed fracture (simple fraktur) , tidak menyebabkan robeknya kulit,

integritas kulit masih utuh.

c. Open fracture (compound fraktur/komplikata/kompleks), merupakan

fraktur dengan luka pada kulit (integritas kulit rusak dan ujung

tulang menonjol sampai menembus kulit) atau membrane mukosa

sampai kepatahan tulang.

Grade I : luka bersih, kurang dari 1 cm panjangnya.

Grade II : luka lebih luas tanpa kerusakan jaringan lunak

yang ekstensif.

Grade III : luka sangat terkontaminasi dan mengalami

kerusakan jaringan lunak ekstensif.

d. Greenstick, fraktur dimana salah satu sisi tulang patah sedang

lainnya membengkok.

e. Transversal, fraktur sepanjang garis tengah tulang.

f. Oblik, fraktur membentuk sudut dengan garis tengah tulang.

g. Spiral, fraktur memuntir seputar batang tulang.

h. Komunitif, fraktur dengan tulang pecah mejadi beberapa fragmen.

i. Depresi, fraktur dengan fagmen patahan terdorong kedalam (sering

terjadi pada tulang tengkorak dan wajah).

j. Kompresi, fraktur dimana tulang mengalami kompresi (terjadi pada

tulang belakang).

k. Patologik, fraktur yang terjadi pada daerah tulang berpenyakit (kista

tulang, paget, metatasis tulang, tumor).

l. Epifisial, fraktur melalui epifisis.

m. Impaki, fraktur dimana fragmen tulang terdorong ke fragmen tulang

lainnya.

Fraktur terbuka atau tertutup akan mengenai serabut saraf yang

dapat menimbulkan gangguan rasa nyaman nyeri. Selain itu dapat

mengenai tulang dan dapat terjadi neurovaskuler yang menimbulkan

nyeri gerak sehingga mobilitas fisik terganggu. Disamping itu fraktur

terbuka dapat mengenai jaringan lunak yang kemungkinan dapat terjadi

infeksi terkontaminasi dengan udara luar dan kerusakan jaringan lunak

Page 27: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Tinjauan Konsep Kebutuhan Dasarrepository.poltekkes-tjk.ac.id/328/3/BAB II.pdf · dimiliki terdiri dari memberi dan menerima kasih sayang, perasaan dimiliki

34

akan mengakibatkan kerusakan integritas kulit. Fraktur adalah patah

tulang, biasanya disebabkan oleh trauma gangguan metabolik, patologik

yang terjadi itu terbuka atau tertutup. Pada umumnya pada pasien fraktur

terbuka maupun tertutup akan dilakukan imobilitas yang bertujuan untuk

mempertahankan fragmen yang telah dihubungkan tetap pada tempatnya

sampai sembuh (Sylvia, 2006).

Jelas yang ditimbulkan karena adanya fraktur menyebabkan

rupturnya pembuluh darah sekitar yang dapat menyebabkan terjadinya

perdarahan. Respon dini terhadap kehilangan darah adalah kompensasi

tubuh, sebagai contoh vasokonstriksi progresif dari kulit, otot dan

sirkulasi viseral. Karena ada cedera, respon terhadap berkurangnya

volume darah yang aku adalah peningkatan detak jantung sebagai usaha

untuk menjaga output jantung, pelepasan katekolamin-katekolamin

endogen meningkatkan tahanan pembuluh perifer. Hal ini akan

meningkatkan tekanan darah diastolik dan mengurangi tekanan nadi

(pulse pressure), tetapi hanya sedikit membantu peningkatan perfusi

organ. Hormon-hormon lain yang bersifat vasoaktif juga dilepaskan ke

dalam sirkulasi sewaktu terjadinya syok, termasuk histamin, bradikinin

beta-endorpin dan sejumlah besar prostanoid dan sitokinin-sitokinin

lain. Substansi ini berdampak besar pada mikro-sirkulasi dan

permebilitas pembuluh darah.

Pada syok perdarahan yang masih dini, mekanisme kompensasi

sedikit mengatur pengembalian darah (venuos return) dengan cara

kontraksi pembuluh darah di dalam sistem vena sistemik. Cara yang

paling efektif untuk memulihkan kardiak pada tingkat seluler, sel

dengan perfusi dan oksigenasi tidak adekuat tidak mendapatkan substrat

esensial yang sangat diperlukan untuk metabolisme aerobik normal dan

produksi energi. Pada keadaan awal terjadi kompensasi dengan

berpindah ke metabolisme anaerobik, hal mana mengakibatkan

pembentukan asam laktat dan berkembangnya asidosis metabolik. Bila

syoknya berkepanjangandan penyampaian substrat untuk pembentukan

ATP (adenosin triphospat) tidak memadai, maka membran sel tidak

Page 28: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Tinjauan Konsep Kebutuhan Dasarrepository.poltekkes-tjk.ac.id/328/3/BAB II.pdf · dimiliki terdiri dari memberi dan menerima kasih sayang, perasaan dimiliki

35

dapat lagi mempertahankan integritasnya dan gradietnya elektrik normal

hilang. Pembengkakan retikulum endoplasmik merupakan tanda ultra

struktural pertama dari hipoksia seluler setelah itu tidak lama lagi diikuti

cedera mitokondrial. Lisosom pecah dan melepaskan enzim yang

mencernakan struktur intra-seluler. Bila proses ini berjalan terus,

terjadilah cedera seluler yang progresif, penambahan edema jaringan

dan kematian sel. Proses ini memperberat dampak kehilangan darah dan

hipoperfusi (Purwadinata, 2000).

Sewaktu tulang patah perdarahan biasanya terjadi disekitar tempat

patah dan kedalam jaringan lunak sekitar tulang tersebut. Jaringan lunak

juga biasanya mengalami kerusakan. Reaksi peradangan biasanya timbul

hebat setelah fraktur. Sel-sel darah putih dan sel mast berakumulasi

sehingga menyebabkan peningkatan aliran darah ketempat tersebut.

Fagositosis dan pembersihan sisa-sisa sel mati dimulai. Ditempat patah

terbentuk fibrin (hematoma fraktur) dan berfungsi sebagai jala-jala

untuk melakukan aktivitas osteoblast terangsang dan terbentuk tulang

baru imatur yang disebut callus. Bekuan fibrin direabsorpsi dan sel-sel

tulang baru mengalami remodeling untuk membentuk tulang sejati

(Corwin, 2000).

Infusiensi pembuluh darah atau penekanan serabut saraf yang

berkaitan dengan pembengkakan yang tidak ditangani dapat

menurunkan asupan darah ekstremitas dan mengakibatkan kerusakan

saraf perifer. Bila tidak terkontrol pembengkakan dapat mengakibatkan

peningkatan tekanan jaringan, oklusi darah total dapat berakibat anoksia

jaringan yang mengakibatkan rusaknya serabut saraf maupun jaringan

otot. Komplikasi ini dinamakan sindrom kompartemen (Brunner dan

Suddarth, 2005).

Page 29: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Tinjauan Konsep Kebutuhan Dasarrepository.poltekkes-tjk.ac.id/328/3/BAB II.pdf · dimiliki terdiri dari memberi dan menerima kasih sayang, perasaan dimiliki

36

3. Pathway Fraktur

Trauma Langsung Trauma Tak Langsung Kondisi Patologis

Fraktur

Pergeseran Fragmen

Tulang

Dekontinuitas Tulang Pergeseran Fragmen Tulang Nyeri

Pergeseran Fragmen

Tulang

Perubahan Jaringan

Sekitar Laseri Kulit Kerusakan Fragmen

Kulit

Pergeseran

Fragmen

Spasme

Otot

Putus

Vena/

Artery

Kerusakan

integritas kulit Tek. Sumsum Tulang >

dari kapiler

Deformitas

Ogn. Fungsi

Ogn. Mobilitas

Fisik

4 Tek

Kapiler

Pelepasan

Histamiin

Protein Plasma

HIlang

Penurunan

Perfusi Jaringan

Ggn. Perfusi

Jaringan

Pendarahan

Kehilangan

Vol. Cairan

Syok

Hipovolemik

Reaksi stress Klien

Melepaskan

Katekolamin

Memobilitas Asam

Lemak

Bergantung dengan

Trombosit

Emboli

Menyumbat

Pembuluh Darah

Gambar 2.1 Fathway Fraktur

Wijaya & Putri 2013

Page 30: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Tinjauan Konsep Kebutuhan Dasarrepository.poltekkes-tjk.ac.id/328/3/BAB II.pdf · dimiliki terdiri dari memberi dan menerima kasih sayang, perasaan dimiliki

37

4. Manifestasi Klinis Fraktur

Manifestasi klinis pada pasien fraktur yaitu:

a. Tidak dapat menggunakan anggota gerak,

b. Nyeri pembengkakan,

c. Terdapat trauma (kecelakaan lalu lintas, jatuh dari ketinggian atau

jatuh dikamar mandi pada orang tua, penganiayaan, tertimpa benda

berat, kecelakaan kerja, trauma olah raga),

d. Gangguan fungsi anggota gerak,

e. Deformitas,

f. Kelainan gerak,

g. Krepitasi.

5. Pemeriksaan Penunjang

Nurarif dan Kusuma (2015) mengemukakan pemeriksaaan

penunjang pada pasien fraktur yaitu:

a. X-ray : menentukan lokasi/luasnya fraktur,

b. Scan tulang : memperlihatkan fraktur lebih jelas, mengidentifikasi

kerusaka jaringan,

c. Arteriogram : dilakukan untuk memastikan ada tidaknya kerusakan

vaskuler,

d. Hitung Darah Lengkap : hemokonsentrasi mungkin meningkat,

menurun pada perdarahan; peningkatan leukosit sebagai respon

peradangan,

e. Kreatinin : trauma otot meningkatkan beban kreatinin untuk klirens

ginjal,

f. Profil koagulasi : perubahan dapat terjadi pada kehilangan darah,

transfusi atau cedera hati.

6. Penatalaksanaan Fraktur

Prinsip penanganan fraktur meliputi reduksi imobilisasi dan

pengembalian fungsi serta kekuatan normal dengan rehabilitasi

(Brunner dan Suddarth, 2002). Reduksi fraktur berarti mengembalikan

fragmen tulang pada kesejajarannya dan rotasi anatomis. Metode untuk

Page 31: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Tinjauan Konsep Kebutuhan Dasarrepository.poltekkes-tjk.ac.id/328/3/BAB II.pdf · dimiliki terdiri dari memberi dan menerima kasih sayang, perasaan dimiliki

38

mencapai reduksi fraktur adalah dengan reduksi tertutup, traksi dan

reduksi terbuka. Metode yang dipilih untuk mereduksi fraktur

bergantung pada sifat frakturnya.

Pada kebanyakan kasus, reduksi tertutup dilakukan dengan

mengembalikan fragmen tulang ke posisinya (ujung-ujungnya saling

berhubungan) dengan manipulasi dan traksi manual. Selanjutnya, traksi

dapat dilakukan untuk mendapatkan efek reduksi dan imobilisasi.

Beratnya traksi disesuaikan dengan spasme otot yang terjadi. Pada

fraktur tertentu memerlukan reduksi terbuka, dengan pendekatan bedah,

fragmen tulang direduksi. Alat fiksasi interna dalam bentuk pin, kawat,

sekrup, plat, paku, atau batangan logam dapat digunakan untuk

mempertahankan fragmen tulang dalam posisinya sampai penyembuhan

tulang solid terjadi. Tahapan selanjutnya setelah fraktur direduksi

adalah mengimobilisasi dan mempertahankan fragmen tulang dalam

posisi dan kesejajaran yang benar sampai terjadi penyatuan. Imobilisasi

dapat dilakukan dengan fiksasi interna dan fiksasi eksterna. Metode

fiksasi eksterna meliputi pembalutan, gips, bidai, traksi kontin, pin dan

tehnik gips. Sedangkan implant logam digunakan untuk fiksasi interna.

Mempertahankan dan mengembalikan fragmen tulang, dapat

dilakukan dengan reduksi dan imobilisasi. Pantai status neurovaskuler,

latihan isometrik dan memotivasi klien untuk berpartisipasi dalam

memperbaiki kemandirian dan harga diri (Brunner dan Suddarth, 2002).

Prinsip penanganan fraktur dikenal dengan 4 R yaitu:

a. Rekognisi adalah menyangkut diagnosis fraktur pada tempat

kejadian dan kemudian di rumah sakit.

b. Reduksi adalah usaha dan tindakan memanipulasi fragmen-fragmen

tulang yang patah sedapat mungkin untuk kembali seperti letak

asalnya.

c. Retensi adalah aturan umum dalam pemasangan gips yang

dipasang untuk mempertahankan reduksi harus melewati sendi di

atas fraktur dan di bawah fraktur.

Page 32: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Tinjauan Konsep Kebutuhan Dasarrepository.poltekkes-tjk.ac.id/328/3/BAB II.pdf · dimiliki terdiri dari memberi dan menerima kasih sayang, perasaan dimiliki

39

d. Rehabilitasi adalah pengobatan dari penyembuhan fraktur (Price,

2006).

Penatalaksanaan perawat menurut Mansjoer, (2003), adalah

sebagai berikut:

a. Terlebih dahulu perhatikan adanya perdarahan, syok dan penurunan

kesadaran, baru periksa patah tulang.

b. Atur posisi tujuannya untuk menimbulkan rasa nyaman, mencegah

komplikasi.

c. Pemantauan neurocirculatory yang dilakukan setiap jam secara dini

dan pemantauan neurocirculatory pada daerah yang cedera adalah:

1) Merabah lokasi apakah masih hangat,

2) Observasi warna,

3) Menekan pada akar kuku dan perhatikan pengisian kembali

kapiler,

4) Tanyakan pada pasien mengenai rasa nyeri atau hilang sensasi

pada lokasi cedera,

5) Meraba lokasi cedera apakah pasien bisa membedakan rasa

sensasi nyeri,

6) Observasi apakah daerah fraktur bisa digerakkan.

d. Pertahankan kekuatan dan pergerakan

e. Mempertahankan kekuatan kulit

f. Meningkatkan gizi, makan-makanan yang tinggi serat anjurkan

intake protein 150-300 gram/hari

g. Memperhatikan imobilisasi fraktur yang telah direduksi dengan

tujuan untuk mempertahankan fragmen yang telah dihubungkan

tetap pada tempatnya sampai sembuh.

Menurut Sjamsuhidayat (2005) proses penyembuhan fraktur

yaitu:

a. Fase Hematoma

Apabila terjadi fraktur pada tulang panjang, maka pembuluh

darah kecil yang melewati kanalikuli dalam sistem Havers

mengalami robekan dan akan membentuk hematoma di kedua sisi

Page 33: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Tinjauan Konsep Kebutuhan Dasarrepository.poltekkes-tjk.ac.id/328/3/BAB II.pdf · dimiliki terdiri dari memberi dan menerima kasih sayang, perasaan dimiliki

40

fraktur. Hematoma yang benar akan diliputi periosteum.

Periosteum akan terdorong dan dapat mengalami robekan akibat

tekanan hematoma, sehingga terjadi ekstravasasi darah ke dalam

jaringan lunak. Osteosit di daerah fraktur akan kehilangan darah

dan mati, sehingga menimbulkan suatu daerah cincin avaskuler

tulang yang mati pada sisi-sisi fraktur setelah trauma.

b. Fase Proliferasi Seluler Subperiosteal dan Endosteal

Proses penyembuhan fraktur karena sel-sel osteogenik yang

berproliferasi dari periosteum untuk membentuk kalus eksterna dan

dari endosteum membentuk kalus interna sebagai aktivitas seluler

dalam kanalis medularis. Robekan yang hebat dari periosteum akan

menyebabkan penyeembuhan sel dari diferensiasi sel-sel

mesenkimal yang berdiferensiasi ke dalam jaringan lunak.

Pada tahap awal penyembuhan terjadi pertambahan sel-sel

ostteogenik. Setelah beberapa minggu, kalus dari fraktur

membentuk suatu massa yang meliputi jaringan osteogenik (belum

mengandung tulang, sehingga apabila di foto rontgen akan tampak

radiolusen).

c. Fase Pembentukan Kalus

Sel yang berkembang biak memiliki potensi kondrogenik dan

osteogenik yang apabila berada dalam keadaan yang tepat akan

membentuk tulang sejati dan kadang tulang kartilago. Tempat

osteoblas diduduki oleh matriks interseluler kolagen dan perlekatan

polisakarida oleh garam-garam kalsium membentuk suatu tulang

imatur yang disebut woven bone.

Tulang fibrosa yang imatur (anyaman tulang) menjadi lebih

padat, gerakan pada tempat fraktur semakin berkurang. 4 minggu

setelah cedera, fraktur menyatu. Pada pemeriksaan radiologis,

woven bone terlihat, merupakan indikasi rdiologic pertama

terjadinya fraktur.

Page 34: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Tinjauan Konsep Kebutuhan Dasarrepository.poltekkes-tjk.ac.id/328/3/BAB II.pdf · dimiliki terdiri dari memberi dan menerima kasih sayang, perasaan dimiliki

41

d. Fase Konsolidasi

Woven bone akan membentuk kalus primer dan secara

perlahan diubah menjadi tulang yang lebih matang oleh aktivitas

osteoblas yang menjadi struktur lamerlar dan kelebihan kalus akan

diresorpsi secara bertahap.

e. Fase Remodelling

Terjadi resorpsi secara osteoklastik dan tetap terjadi proses

osteoblastik pada tulang dan kalus eksterna perlahan-lahan

menghilang. Kalus intermediate berubah menjadi tulang.

7. Komplikasi Fraktur

Komplikasi fraktur menurut Price, A dan L.Wilson (2006) antara

lain:

a. Malunion, adalah suatu keadaan dimana tulang yang patah telah

sembuh dalam posisi yang tidak pada seharusnya, membentuk sudut

atau miring

b. Delayed union, adalah proses penyembuhan yang berjalan terus

tetapi dengan kecepatan yang lebih lambat dari keadaan normal

c. Nonunion, patah tulang yang tidak menyambung kembali

d. Compartment syndroma adalah suatu keadaan peningkatan takanan

yang berlebihan di dalam satu ruangan yang disebabkan perdarahan

masif pada suatu tempat

e. Shock terjadi karena kehilangan banyak darah dan meningkatnya

permeabilitas kapiler yang bisa menyebabkan menurunnya

oksigenasi. Ini biasanya terjadi pada fraktur

f. Fat embolisme syndroma, tetesan lemak masuk ke dalam pembuluh

darah. Faktor resiko terjadinya emboli lemak ada fraktur meningkat

pada laki-laki usia 20-40 tahun, usia 70 sampai 80 fraktur tahun

g. Tromboembolik komplication, trombo vena dalam sering terjadi

pada individu yang imobilisasi dalam waktu yang lama karena

trauma atau ketidakmampuan lazimnya komplikasi pada perbedaan

ekstremitas bawah atau trauma komplikasi paling fatal bila terjadi

pada bedah ortipedi

Page 35: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Tinjauan Konsep Kebutuhan Dasarrepository.poltekkes-tjk.ac.id/328/3/BAB II.pdf · dimiliki terdiri dari memberi dan menerima kasih sayang, perasaan dimiliki

42

h. Infeksi, sistem pertahanan tubuh rusak bila ada trauma pada

jaringan. Pada trauma orthopedik infeksi dimulai pada kulit

(superfisial) dan masuk ke dalam

i. Avascular nekrosis, pada umumnya berkaitan dengan aseptik atau

nekrosis iskemia

j. Refleks symphathethik dystropy, hal ini disebabkan oleh hiperaktif

sistem saraf simpatik abnormal syndroma ini belum banyak

dimengerti. Mungkin karena nyeri, perubahan tropik dan vasomotor

instability.