Top Banner
5 BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Tinjauan Konsep Kebutuhan Dasar 1. Konsep Kebutuhan Dasar Manusia Kebutuhan dasar manusia manurut Abraham Maslow atau disebut dengan Hirarki kebutuhan dasar maslow yang meliputi lima kategori kebutuhan dasar yaitu: a. Kebutuhan fisiologis (Physiologic Needs) Kebutuhan fisilogis memiliki prioritas tertinggi dalam hirarki maslow. Umumnya seorang yang memiliki beberapa kebutuhan yang belum terpenuhi akan lebih dulu memnuhi kebutuhan fisiologisnya dibandingkan kebutuhan lainnya. Adapun macam-macam kebutuhan dasar fisiologis menurut hirarki maslow adalah kebutuhan oksigen dan pertukaran gas, kebutuhan cairan dan elektrolit, kebutuhan istirahat tidur, kebutuhan aktifitas, kebutuhan kesehatan temperatur tubuh dan kebutuhan seksual. b. Kebutuhan keselamatan dan rasa aman (safety and security needs) Kebutuhan keselamatan dan rasa aman yang dimaksud adalah aman dari berbagai aspek baik fisiologis maupun psikologis, kebutuhan ini meliputi kebutuhan perlindungan diri udara dingin, panas, kecelakaan dan infeksi. Bebas dari rasa takut dan kecemasan, bebas dari perasan terancam dari pengalami yang baru dan asing. c. Kebutuhan rasa cinta, memiliki dan dimiliki (love and belonging needs) Kebutuhan rasa cinta adalah kebutuhan saling memiliki dan dimiliki terdiri dari memberi dan menerima kasih sayang, perasaan dimiliki dan hubungan yang berarti dengan orang lain, kehangatan, habatan, mendapatkan tempat atau diakui dalam keluarga dan kelompok. d. Kebutuhan harga diri (self-esteem needs) Kebutuhan harga diri ini meliputi perasaan tidak tergantung pada orang lain, kompeten, penghargaan terhadap diri sendiri dan orang lain. e. Kebutuhan Aktualisasi Diri (Needs For Self Actualizatiion)
24

BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Tinjauan Konsep Kebutuhan Dasar ...repository.poltekkes-tjk.ac.id/152/4/6.BAB II.pdf · pemeriksaan fisik tentang kejajaran tubuh, gaya berjalan, penampilan

Apr 30, 2020

Download

Documents

dariahiddleston
Welcome message from author
This document is posted to help you gain knowledge. Please leave a comment to let me know what you think about it! Share it to your friends and learn new things together.
Transcript
Page 1: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Tinjauan Konsep Kebutuhan Dasar ...repository.poltekkes-tjk.ac.id/152/4/6.BAB II.pdf · pemeriksaan fisik tentang kejajaran tubuh, gaya berjalan, penampilan

5

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Tinjauan Konsep Kebutuhan Dasar

1. Konsep Kebutuhan Dasar Manusia

Kebutuhan dasar manusia manurut Abraham Maslow atau disebut dengan

Hirarki kebutuhan dasar maslow yang meliputi lima kategori kebutuhan dasar

yaitu:

a. Kebutuhan fisiologis (Physiologic Needs)

Kebutuhan fisilogis memiliki prioritas tertinggi dalam hirarki maslow.

Umumnya seorang yang memiliki beberapa kebutuhan yang belum terpenuhi

akan lebih dulu memnuhi kebutuhan fisiologisnya dibandingkan kebutuhan

lainnya. Adapun macam-macam kebutuhan dasar fisiologis menurut hirarki

maslow adalah kebutuhan oksigen dan pertukaran gas, kebutuhan cairan dan

elektrolit, kebutuhan istirahat tidur, kebutuhan aktifitas, kebutuhan kesehatan

temperatur tubuh dan kebutuhan seksual.

b. Kebutuhan keselamatan dan rasa aman (safety and security needs)

Kebutuhan keselamatan dan rasa aman yang dimaksud adalah aman dari

berbagai aspek baik fisiologis maupun psikologis, kebutuhan ini meliputi

kebutuhan perlindungan diri udara dingin, panas, kecelakaan dan infeksi.

Bebas dari rasa takut dan kecemasan, bebas dari perasan terancam dari

pengalami yang baru dan asing.

c. Kebutuhan rasa cinta, memiliki dan dimiliki (love and belonging needs)

Kebutuhan rasa cinta adalah kebutuhan saling memiliki dan dimiliki

terdiri dari memberi dan menerima kasih sayang, perasaan dimiliki dan

hubungan yang berarti dengan orang lain, kehangatan, habatan, mendapatkan

tempat atau diakui dalam keluarga dan kelompok.

d. Kebutuhan harga diri (self-esteem needs)

Kebutuhan harga diri ini meliputi perasaan tidak tergantung pada orang

lain, kompeten, penghargaan terhadap diri sendiri dan orang lain.

e. Kebutuhan Aktualisasi Diri (Needs For Self Actualizatiion)

Page 2: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Tinjauan Konsep Kebutuhan Dasar ...repository.poltekkes-tjk.ac.id/152/4/6.BAB II.pdf · pemeriksaan fisik tentang kejajaran tubuh, gaya berjalan, penampilan

6

Kebutuhan aktulisasi merupakan kebutuhan tertinggi dalam piramida

hirarki maslow yang meliputi dapat mengenal diri sendiri dengan baik

(mengenal dan memahami potensi diri ), belajar memenuhi kebutuhan diri

sendiri, tidak emosial, mempunyai dedikasi yang tinggi, kreatif dan

mempunyai kepercayaan diri yang tinggi dan sebagainya.

Konsep Hirarki Maslow ini mengajarkan bahwa manusia senantiasa

berubah menurut kebutuhannya. Jika seseorang merasa kepuasan, ia akan

menikmati kesejahteraan dan bebas untuk berkembang menuju potensi yang

lebih besar. Sebaliknya, jika proses pemenuhan kebutuhan ini terganggu maka

akan timbul kondisi patologis. Oleh karena itu, dengan konsep kebutuhan dasar

maslow akan diperoleh persepsi yang sama bahwa untuk beralih ke butuhan

yang lebuh tinggi, kebutuhan dasar yang ada dibawahnya harus terpenuhi

terlebih dahulu. (Mubarak,2008)

2. Konsep Dasar Kebutuhan Aktifitas

a. Definisi kebutuhan aktifitas

Karakteristik fisik individu yang sehat adalah adanya kemampuan

melakukan aktifitas untuk memenuhi kebutuhan misalnya berdiri, berjalan, dan

bekerja. Aktifitas adalah suatu energi atau keadaan untuk bergerak untuk

memenuhi kebutuhan hidup. Kemampuan aktifitas seseorang dipengaruhi oleh

adekuatnya siatem persyarafan, otot dan tulang, atau sendi. (Tarwoto dan

Tarwonah, 2010). System tubuh yang berperan dalam aktifitas antara lain:

1) Sistem Persarafan

System saraf terdiri dari : System saraf pusat (otak dan medulla spinalis)

terjadinya kerusakan pada siatem saraf pusat seperti pada fraktur tulang

belakang dapat menyebabkan kelemahan secara umum dan system saraf tepi

(percabangan dari saraf pusat) kerusakan saraf tepi dapat menyebabkan

tergangggunya daerah yang inervisi.

2) Sistem musculoskeletal yang terdiri dari:

a) Otot

Page 3: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Tinjauan Konsep Kebutuhan Dasar ...repository.poltekkes-tjk.ac.id/152/4/6.BAB II.pdf · pemeriksaan fisik tentang kejajaran tubuh, gaya berjalan, penampilan

7

Otot skelet (otot lurik) berperan dalam gerakan tubuh, postur, dan

fungsi produksi panas. Fungsi otot yaitu mengontrol pergerakan,

mempertahankan postur tubuh, dan menghasilkan panas. Otot, tulang, dan

sendi terintegrasi menghasilkan pergerakan tubuh, misalnya berjalan dan

berlari. Otot skelet berkontaksi untuk mempertahankan postur. (M. Asikin,

2016)

Menurut Tarwoto & Wartonah, (2010), kontraksi otot skelet dapat

dikelompokan menjadi dua yaitu, Kontraksi isometric dan Kontraksi

isotonic, kontraksi isometrik ini tidak terjadi pendekatan otot selama

kontraksi, karena tidak memerlukan sliding myofibril, tetapi secara paksa.

Misalnya, saat kita mengangkat barang yang sangat berat, mendorong meja,

dengan tangan lurus sehingga terjadi tegangan. Sedangkan Kontraksi

isotonic adalah jenis kontraksi dimana terjadi pemendekatan otot tetapi

tegangan pada otot tetap konstan. Kontraksi ini memerlukan energi yang

sangat besar. Contoh jenis kontraksi ini adalah mengangkat beban

menggukan otot bisep, kegiatan makan, menyisir, dan lainnya.

b) Sendi

Sendi merupakan semua persambungan tulang, baik yang

memungkinkan tulang tersebut dapat bergerak satu sama lain maupun tidak

dapat bergerak satu sama lain. Ada tiga klasifikasi sendi yaitu, Sendi

sinartrosis, sendi yang tidak dapat digerakan karena terdapat jaringan ikat

(sisdenmosis) diantaranya tulang yang saling berhubungan, sendi

amfirtrosis, sendi yang pergerakannya terbatas, dan Sendi diartrosis, sendi

yang mampu digerakan secara bebas.

c) Tulang (rangka)

Secara umum fungsi dari tulang (rangka) adalah sebagai berikut:

(1) Menyongkong jaringan tubuh, termasuk memberi bentuk pada

tubuh (postur tubuh)

(2) Melindungi bagian tubuh yang lunak, seperti otak, paru-paru, hati

dan medulla spinalis

Page 4: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Tinjauan Konsep Kebutuhan Dasar ...repository.poltekkes-tjk.ac.id/152/4/6.BAB II.pdf · pemeriksaan fisik tentang kejajaran tubuh, gaya berjalan, penampilan

8

(3) Sebagai tempat melekatnya otot dan tendon, termasuk juga

ligament

(4) Sebagai sumber mineral, seperti garam, fosfat dan lemak.

(5) Berperan dalam proses hematopoiesis (produksi sel darah).

b. Faktor Yang Mempengaruhi Aktifitas

Menurut Andri & Wahid, 2016 faktor-faktor yang mempengaruhi

aktivitas adalah sebagai berikut :

1) Tingkat perkembangan tubuh

Usia akan mempengaruhi tingkat perkembangan mobilitas pada

tingkat usia yang berbeda.

2) Keadaan fisik

cacat tubuh, dan mobilisasi akan mempengaruhi pergerakan tubuh.

3) Keadaan nutrisi

Kurangnya nutrisi dapat menyebabkan kelemahan pada otot, dan

obesitas dapat menyebabkan pergerakan menjadi kurang bebas.

4) Kelemahan neuromuscular dan skeletal

Adanya postur abnormal seperti scoliosis, lordosis, dan kifosis dapat

berpengaruh terhadap pergerakan.

5) Pekerjaan

Seseorang yang bekerja di kantor kurang melakukan aktivitas bila

dibandingkan dengan petani atau buruh.

c. Mekanika Tubuh

Mekanika tubuh adalah penggunaan organ tubuh secara efisiensi dan

efektif sesuai dengan fungsinya.melakukan aktivitas dan istirahat pada

posisi yang benar akan meningkatkan kesehatan. Setiap aktifitas yang

dilakukan oleh perawat harus memperhatikan mekanika tubuh yang benar

seperti kegiatan mengangkat dan mempindahkan pasien.

Page 5: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Tinjauan Konsep Kebutuhan Dasar ...repository.poltekkes-tjk.ac.id/152/4/6.BAB II.pdf · pemeriksaan fisik tentang kejajaran tubuh, gaya berjalan, penampilan

9

d. Faktor Yang Mempengaruhi Mekanika Tubuh Dan Ambulasi

Menurut hahwita dan sulistyowati (2017) faktor yang mempengaruhi

dinamika tubuh dan ambulasi antara lain:

1) Status kesehatan

Perubahan status kesehatan dapat mempengaruhi siastem

musculoskeletal dan sistem saraf berupa penurunan kordinasi. Perubahan

tersebut dapat disebabkan oleh penyakit, berkurangnya kemampuan untuk

melakukan aktifitas sehari-hari.

2) Nutrisi

Salah satu fubgsi bagi tubuh adalah membantu proses pertumbuhan

tulang dan perbaikan sel. Kekurangan nutrisi bagi tubuh dapat menyebabkan

kelemahan otot dan memudahkan terjadinya penyakit.

3) Emosi

Kondisi psikologis dapat menurunkan kemampuan dinamika tubuh dan

ambulasi yang baik, seseorang yang mengalami perasaan tidak aman , tidak

bersemangat dan harga diri rendah, akan mudah mengalami perubahan

mekanika tubuh dan ambulasi.

4) Situasi dan kebiasaan

Situasi dan kebiasaan yang dilakukan seseorang misalnya, sering

mengangkat benda-benda berat,akan menyebabkan perubahan mekanika

tubuh dan ambulasi.

5) Gaya hidup

Gaya hidup adalah perubuhan pola hidup seseorang, dapat menyebabkan

stress ddan kemungkinan besar akan menimbulkan kecerobohan dalam

beraktifitas sehingga dapat menggagu koordinasi musculoskeletal dan

neurologi, yang akhirnya akan mengakibatkan perubahan mekanika tubuh.

Page 6: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Tinjauan Konsep Kebutuhan Dasar ...repository.poltekkes-tjk.ac.id/152/4/6.BAB II.pdf · pemeriksaan fisik tentang kejajaran tubuh, gaya berjalan, penampilan

10

3. Konsep Mobilisasi fisik

a. Pengertian Mobilisasi

Mobilisasi merupakan kemampuan individu untuk bergerak secara bebas,

mudah dan teratur dengan tujuan untuk memenuhi kebutuhan memenuhi

aktivitas guna mempertahankan kesehatannya (Haswita dan sulistyowati,

2017).

Mobilisasi diperlukan untuk meningkatkan kemandirian diri,

meningkatkan kesehatan, memperlambat proses penyakit khusunya penyakit

degenerative, dan untuk aktualisasi diri (harga diri dan citra tubuh). Lingkup

mobilisasi itu sendiri mencakup exercize atau range of motion (ROM),

ambulasi, body mechanic (Kozier, 2000,: Mubarak & Wahit Iqbal, 2015

b. Tujuan Mobilisasi

Memenuhi kebutuhan dasar (termasuk melakukan aktifitas hidup sehari-

hari dan aktifitas rekreasi), mempertahankan diri (melindungi diri dari trauma),

mempertahankan konsep diri, mengekspresikan emosi dengan gerakan tangan

nonverbal (Mubarak & Wahit Iqbal, 2015). Tujuan dari mobilisasi ROM

menurut brunner & suddarth 2002 ( dalam buku ajar ilmu keperawatan dasar

Mubarak & Wahit Iqbal, 2015) adalah sebagai berikut:

1) Mempertahankan fungi tubuh dan mencegah kemunduran serta

mengembalikan rentang gerak aktifitas tertentu sehingga penderita

dapat kembali normal atau setidak-tidaknya dapat memenuhi

kebutuhan sehari-hari.

2) Memperlancar peredaran darah.

3) Membantu pernafasan jadi lebih kuat.

4) Mempertahankan tonus otot, memelihara, dan meningkatkan

pergerakan dari persendian.

5) Memperlancar eliminasi alvi dan urine.

6) Melatih atau ambulasi.

Page 7: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Tinjauan Konsep Kebutuhan Dasar ...repository.poltekkes-tjk.ac.id/152/4/6.BAB II.pdf · pemeriksaan fisik tentang kejajaran tubuh, gaya berjalan, penampilan

11

c. Jenis Mobilisasi

1) Mobilisasi penuh

Merupakan kemampuan untuk bergerak secara penuh dan bebas

sehingga dapat melakukan interaksi social dan menjalankan peran sehari-

hari. Mobilitas penuh ini merupakan fungsi saraf motoric volunteer dan

sensoris untuk dapat mengontrol seluruh area tubuh seseorang.

2) Mobilitas sebagian

Merupakan kemampuan seseorang untuk bergerak dengan batasan

jelas dan tidak mampu bergerak secara bebas karena dipengaruhi oleh

gangguan saraf motorik dan sensorik pada area tubuhnya. Hal ini dapat

dijumpai pada kasus cedera atau patah tulang dengan pemasangan traksi.

Mobilitas sebagian ini dibagi menjadi dua jenis, yaitu Mobilitas sebagian

temporer dan mobilitas sebagian permanen.

d. Faktor Yang Mempengaruhi Mobilitas

1) Gaya hidup

Mobilisasi di pengaruhi oleh latar belakang budaya, nilai yang dianut,

serta lingkungan tempat ia tinggal (masyarakat).

2) Kemampuan

Kelemahan fisik dan mental akan manghalangi seseorang untuk

melakukan aktifitas hidup sehari-hari. Secara umum, ketidakmampuan

ada dua macam, yakni ketidakmampuan primer dan sekunder.

3) Tingkat energi

Energi dibutuhkan banyak hal, salah satunya mobilisasi. Dalam hal

ini, cadangan energi yang dimiliki masing-masing individu bervariasi.

Disamping itu, ada kecenderungan seseorang untuk menghindari

stressor guna mempertahankan kesehatan fisik dan psikologis.

Page 8: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Tinjauan Konsep Kebutuhan Dasar ...repository.poltekkes-tjk.ac.id/152/4/6.BAB II.pdf · pemeriksaan fisik tentang kejajaran tubuh, gaya berjalan, penampilan

12

4) Usia

Usia dipengaruhi terhadap kemampuan seseorang dalam melakukan

mobilisasi. Pada individu lansia, kemampuan untuk melakukan

aktivitas dan mobilitas menurun sejalan dengan penuaan. (Mubarak &

wahit Iqbal, 2015)

B. Tinjauan Asuhan Keperawatan

1. Pengkajian

Pengkajian riwayat aktifitas klien meliputi riwayat keperawatan dan

pemeriksaan fisik tentang kejajaran tubuh, gaya berjalan, penampilan dan

pergerakan sendi, kemampuan dan keterbatasan gerak, kekuatan dan massa otot,

toleransi aktifitas, masalah terkait mobilitas, serta kebugaran fisik. (Mubarak &

Chayatin, 2008).

Data dapat diperoleh dari riwayat keperawatan, keluhan utama pasien,

pemeriksaan fisik, serta pemeriksaan penunjang atau tes diagnostik. Riwayat

keperawatan misalnya: riwayat kesehatan keluarga, riwayat penyakit sekarang,

dan kejadian. Pemeriksaan fisik meliputi pemeriksaan dari kepala sampai kaki

(hand to toe) melalui Teknik inspeksi, palpasi, perkusi, dan auskultasi. (Tarwoto

& Wartonah, 2010).

Menurut Wijaya dan Putri (2013) pengkajian pada pasien fraktur antara lain:

a. Identitas pasien

Meliputi nama, umur, jenis kelamin, Pendidikan, alamat, pekerjaan, agama,

suku, bangsa, tanggal dan jam MRS, nomer register, dan diagnosis medis.

b. Keluhan utama

Tidak dapat melakukan pergerakan, merasakan nyeri pada area fraktur, rasa

lemah dan tidak dapat melakukan aktivitas (Istianah, 2017).

c. Riwayat kesehatan sekarang

Pengkajian riwayat pasien saat ini meliputi alasan pasien yang menyebabkan

terjadinya keluhan/gangguan dalam mobilisasi dan imobilitas, seperti adanya

Page 9: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Tinjauan Konsep Kebutuhan Dasar ...repository.poltekkes-tjk.ac.id/152/4/6.BAB II.pdf · pemeriksaan fisik tentang kejajaran tubuh, gaya berjalan, penampilan

13

nyeri, kelemahan otot, kelelahan, tingkat mobilitas dan imobilitas, daerah dan

lama terjadinya gangguan mobilitas.

d. Riwayat kesehatan sebelumnya

Apakah pasien pernah mengalami penyakit tertentu yang dapat mempengaruhi

kesehatan sekarang.

e. Riwayat kesehatan keluarga

Apakah anggota keluarga klien memiliki penyakit keturunan yang mungkin

akan mempengaruhhi kondisi sekarang.

f. Riwayat psikososial

Konsep diri pasien imobilisasi mungkin terganggu, oleh karena itu kaji

gambaran ideal diri, harga diri, dan identitas diri serta interaksi pasien dengan

anggota keluarga maupun lingkungan tempat tinggalnya.

g. Aktivitas sehari-hari

Pengkajian ini bertujuan untuk melihat perubahan pola yang berkaitan dengan

terganggunya sistem tubuh, serta dampaknya terhadap pemenuhan kebutuhan

dasar pasien.

h. Pemeriksaan fisik

Menurut Noor (2016) pemeriksaaan fisik pada sistem muskuloskletal yaitu:

1) Inspeksi (look)

Inspeksi sebenarnya telah dimulai sejak awal pertama bertatap muka dengan

pasien. Saat pertama kali melihat pada inspeksi yang diperhatikan adalah raut

muka pasien (apakah terlihat kesakitan), cara jalannya sekurang – kurangnya

20 langkah, cara duduk, cara tidur (periksa adanya kelainan dalam cara

berjalan). Penilaian klinis abnormalitas Gait dapat membantu mencari kelainan

yang mendasari penyakit.

Inspeksi kemudian dilakukan secara sistematis dan ditujukan pada hal – hal

berikut:

a) Jaringan lunak, yaitu pembuluh darah. Saraf, otot, tendon, ligament,

jaringan lunak, fasia, dan kelenjar limfe.

Page 10: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Tinjauan Konsep Kebutuhan Dasar ...repository.poltekkes-tjk.ac.id/152/4/6.BAB II.pdf · pemeriksaan fisik tentang kejajaran tubuh, gaya berjalan, penampilan

14

b) Kulit, meliputi warna kulit (kemerahan, kebiruan, atau

hiperpigmentasi) dan tekstur kulit.

c) Tulang dan sendi.

d) Jaringan parut, apakah jaringan parut berasal dari luka operasi, trauma

atau supurasi. Apakah ada tanda cicateiks (jaringan parut baik yang

alami maupun buatan seperti bekas operasi) pada status lokalis.

e) Benjolan, pembengkaan, atau cekungan dengan hal-hal yang tidak

biasa (abnormal).

f) Posisi dan bentuk dari ekstermitas (deformitas).

2) Palpasi (Feel )

Pengkajian yang perlu diperhatikan pada palpasi adalah sebagai berikut:

a) Evaluasi gerakan sendi secara aktif dan pasif. Apakah gerakan ini

menimbulkan rasa sakit. Apakah gerakan ini disertai dengan adanya

krepitasi.

b) Stabilitas sendi, terutama ditentukan oleh integritas kedua

permukaan sendi dan keadaan ligament yang mempertahankan sendi.

c) Pengkajian stabilitas sendi dapat dilakukan dengan memberikan

tekanan pada ligament kemudian gerakan sendi diamati.

d) Pengkajian range of joint movement (ROM). Pengkajian batas

gerakan sendi harus dicatat pada setiap pengkajian ortopedi yang

meliputi batas gerakan aktif dan batas gerakan pasif. Setiap sendi

mempunyai nilai batas gerakan normal yang merupakan patokan

untuk gerakan abnormal dari sendi. Gerakan sendi sebaiknya

dibandingkan dengan mencatat gerakan sendi normal dan abnormal

secara aktif dan pasif.

3) Gerak (Move)

Daerah tungkai yang patah tidak boleh digerakan, karena akan

memberikan respons trauma pada jaringan lunak sekitar ujung fragmen

tulang yang patah. Pasien terlihat tidak mampu melakukan pergerakan pada

sisi paha yang patah.

i. Pemeriksaan penunjang

Page 11: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Tinjauan Konsep Kebutuhan Dasar ...repository.poltekkes-tjk.ac.id/152/4/6.BAB II.pdf · pemeriksaan fisik tentang kejajaran tubuh, gaya berjalan, penampilan

15

Menurut Istianah, 2017 pemeriksaan penunjang sebagai berikut:

1) Foto rontgen (x-ray)

Tujuan: untuk menentukan lokasi dan luasnya fraktur

2) Scan tulang

Tujuan: memperhatikan fraktur lebih jelas, mengidentifikasi kerusakan

jaringan lunak.

3) Arteriogram

Tujuannya: dilakukan untuk memastikan ada tidaknya kerusakan vaskuler.

4) Hitung darah lengkap

Tujuannya: hemokonsentrasi mungkin meningkat, menurun pada

perdarahan ; peningkatan leokosit sebagai respon terhadap peradangan.

5) Kretinin

Tujuannya: trauma otot meningkatkan beban kretinin untuk klirens ginjal.

6) Profil koagulasi

Tujuannya: perubahan dapat terjadi pada kehilangan darah ; tranfusi atau

cedera hati.

j. Tingkat Kemampuan Aktivitas/Mobilisasi

1) Kategori tingkat kemampuan

Table 2. 1 tabel kategori tingkat kemampuan

Tingkat

aktivitas/mobilisasi

Kategori

Tingakt 0 Mampu merawat diri sendiri secara penuh

Tingkat 1 Memerlukan penggunaan alat

Tingkat 2 Memerlukan bantuan atau pengawasan orang lain

Tingkat 3 Memerlukan bantuan atau pengawasan orang lain dan

peralatan

Tingkat 4 Sangat tergantung dan tidak dapat melaukan atau

berpartisipasi dalam perawatan

(Wahyudi, 2016)

2) Kemampuan rentang gerak

Pengkajian rentang gerak (range of motion-ROM) dilakukan pada daerah

seperti, bahu, siku, lengan, panggul dan kaki.

Tabel 2.2 tabel kemampuan rentang gerak

Gerak sendi Derajat rentang

Page 12: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Tinjauan Konsep Kebutuhan Dasar ...repository.poltekkes-tjk.ac.id/152/4/6.BAB II.pdf · pemeriksaan fisik tentang kejajaran tubuh, gaya berjalan, penampilan

16

gerak

Bahu:

Aduksi: gerakan lengan dilateral dari posisi samping keatas kepala,

telapak tangan menghadap keposisi yang paling jauh.

180

Siku :

Flaksi: angkat lengan kebawah kearah depan dan kearah atas

menuju bahu.

150

Pergelangan tangan:

Freksi : tekuk jari-jari tangan kearah bagian dalam lengan bawah.

80-90

Ekstensi: luruskan pergelangan tangan dari posisi flaksi 80-90

Hiperekstensi: tekuk jari-jari tangan kearah belakang sejauh

mungkin

70-90

Abduksi: tekuk pergerakan tangan ke sisi ibu jari ketika telapak

tangan menghadap keatas

0-20

Adduksi: tekuk pergelangan tangan kearah kelingking, telapak

tangan menghadap keatas

30-50

Tangan dan jari:

Flaksi:buat kepalan tangan

90

Ekstensi: luruskan jari 90

Hiperekstensi: tekuk jari-jari tangan belakang sejauh mungkin 30

Abduksi: kembangakan jari jangan 20

Adduksi :rapatkan jari-jari tangan dari posisi abduksi 20

Sumber: (Wahyudi & Wahid, 2016)

3) Kekakuan otot dan gangguan koordinasi

Dalam mengkaji kekuatan otot dapat ditentuka kekuatan secara bilateral

atau tidak. Derajat kekakuan otot dapat ditentukan dengan:

Tabel 2.3 tabel kekuatan otot

Skala Presentase

Kekuatan Normal

Karakteistik

0 0 Paralisis sempurna

1 10 Tidak ada gerakan, kontraksi otot dapat

dipalpasi atau dilihat

2 25 Gerakan otot penuh melawan gravitasi dengan

tompangan

3 50 Gerakan yang normal melawan gravitasi

4 75 Gerakan yang normal melawan gravitasi dan

melawan tahanan minimal

5 100 Kekuatan normal, gerakan penuh yang normal

melawan gravitasi dan menahan tahanan

penuh

(Sumber: Wahyudi & Wahid,2016)

2. Diagnosa Keperawatan

Diagnosa keperawatan adalah pernyataan yang menjelaskan status masalah

kesehatan aktual atau potensial. Tujuannya adalah mengidentifikasi masalah

aktual berdasarkan respon klien terhadap masalah. Manfaat diagnose

Page 13: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Tinjauan Konsep Kebutuhan Dasar ...repository.poltekkes-tjk.ac.id/152/4/6.BAB II.pdf · pemeriksaan fisik tentang kejajaran tubuh, gaya berjalan, penampilan

17

keperawatan adalah sebagai pedoman pemberian asuhan keperawatan dan

menggambarkan suatu masalah kesehatan dan penyebab adanya masalah.

Menurut SDKI, 2016 (Standar Diagnosa Keperawatan Indonesia) masalah

keperawatan yang muncul pada klien gangguan pemenuhan kebutuhan aktifitas

antara lain yaitu gangguan mobilitas fisik, nyeri akut dan gangguan pola tidur.

a. Gangguan mobilitas fisik

Kondisi di mana pasien tidak mampu melakukan pergerakan secara mandiri.

1) Gangguan persepsi kognitif

2) Imobilisasi

3) Gangguan neuromuscular

4) Kelamahan atau paralisis

5) Fraktur

b. Nyeri akut

Pengalaman sensorik atau emosional yang berkaitan dengan kerusakan

jaringan actual atau fungsional.

Kemungkinan berhubungan dengan:

1) Kondisi pembedahan

2) Cidera traumatis

3) Sindrom coroner akut

4) Glaukoma

c. Gangguan pola tidur

Gangguan kualitas dan kuantitas waktu tidur akibat faktor eksternal.

Kemungkinan berhubungan dengan:

1) Nyeri/kolik

2) Kecemasan

3) Hipertiroidisme

3. Rencana Keperawatan

Rencana keperawatan menurut Nuratif dan Kusuma (2015) sebagai berikut:

Tabel 2.4 Rencana Keperawatan

Page 14: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Tinjauan Konsep Kebutuhan Dasar ...repository.poltekkes-tjk.ac.id/152/4/6.BAB II.pdf · pemeriksaan fisik tentang kejajaran tubuh, gaya berjalan, penampilan

18

Diagnose Keperawatan

Tujuan Dan Kriteria Hasil Intervensi

Hambatan mobilitas fisik

Definisi: keterbatasan dalam

pergerakan fisik tubuh atau satu

atau lebih ekstremitas secara

mandiri dan terarah,

Batasan karakteristik:

1. Penurunan waktu reaksi

2. Kesulitan membolak-balik

posisi

3. Melakukan aktifitas lain

sebagai pengganti

penggerakan

(mis.meningkatkan

perhatian pada aktifitas

orang lain, mengendalikan

perilaku, focus pada

kemerdayaan/aktivitas

sebelum sakit)

4. Dispnea setelah beraktivitas

5. Perubahan cara berjalan

6. Gerakan bergetar

7. Keterbatasan kemampuan

melakukan keterampilan

motoric halus

8. Keterbatasan kemampuan

melakukan keterampilan

motoric kasar

9. Keterbatasan rentang

pergerakan sendi

10. Tremor akibat pergerakan

11. Ketidakstabilan positif

12. Pergerakan lambat

13. Pergerakan tidak

terkoordinasi

Faktor yang berhubungan:

1. Intoleransi aktivitas

2. Perubahan metabolisme

seluler

3. Ansietas

4. Indeks masa tubuh diatas

perentil ke 75 sesui usia

5. Gangguan kognitif

6. Konstraktur

7. Kepercayaan budaya tentang

aktivitas sesuai usia

8. Fisik tidak bugar

9. Penurunan ketahanan tubuh

10. Penurunan kendalli otot

11. Penurunan massa otot

12. Malnutrisi

13. Gangguan musculoskeletal

14. Gangguan neuromuskuler,

NOC

1. Joint movement : active

2. Mobility level

3. Self care : ADLs

4. Transfer performance

Kriteria hasil:

1. Klien meningkat dalam

aktivitas fisik

2. Mengerti tujuan dan

peningkatan mobilitas

3. Memverbalisasikan

perasaan dalam

meningkatkan kekuatan

dan kemampuan

berpindah

4. Memperagakan

penggunaan alat

5. Bantu untuk mobilisasi

(walker)

NIC

Exercise therapy:

ambulation

1. Monitoring vital sign

sebelum/sesudah latihan dan

lihat respon pasien saat latihan

2. Konsultasikan dengan terapi

fisik tentang rencana ambulasi

sesuai dengan kebutuhan

3. Bantu pasien untuk

menggunakan tongkat saat

berjalan dan cegah terhadap

cidera

4. Ajarkan pasien atau tenaga

kesehatan lain tentang Teknik

ambulasi

5. Kaji kemampuan pasien dalam

ambulasi

6. Latih pasien dalam pemenuhan

kebutuhan ADLs secara

mandiri sesuai kemampuan

7. Dampingi dan bantu pasien saat

mobilisasi dan bantu penuhi

kebutuhan ADLs pasien

8. Berikan alat bantu jika pasien

memerlukan

9. Ajarkan pasien bagaimana

mengubah posisi dan berikan

bantuan jika diperlukan

Page 15: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Tinjauan Konsep Kebutuhan Dasar ...repository.poltekkes-tjk.ac.id/152/4/6.BAB II.pdf · pemeriksaan fisik tentang kejajaran tubuh, gaya berjalan, penampilan

19

nyeri

15. Agens otot

16. Penurunan kekuatan otot

17. Kurang pengetahuan tentang

aktivitas fisik

18. Keadaan mood depresif

19. Keterlambatan perkembangan

20. Ketidaknyamanan

21. Difuse, kaku sendi

22. Kurang dukungan lingkungan

(mis,fisik atau social)

23. Keterbatasan ketahanan

kardiovaskuler

24. Kerusakan integritas struktur

tulang

25. Program pembatasan gerak

26. Keengganan memulai

pergerakan

27. Gaya hidup monoton

28. Gangguan sensori perceptual

Nyeri akut

Definisi : pengalaman sensori dan

emosional yang tidak

menyenangkan yang muncul

akibat kerusakan jaringan yang

actual atau potensial.

Batasan karakteristik :

1. Perubahan selera makan

2. Perubahan tekanan darah

3. Laporan isyarat

4. Perlakuan distraksi

5. Mengekspresikan prilaku

6. Sikap melindungi area nyeri

7. Indikasi nyeri yang dapat

diamati

8. Perubahan posisi menghindari

nyeri

9. Dilatasi pupil

10. Melaporkan nyeri secara

verbal

11. Gangguan tidur

Faktor yang berhubungan :

1. Tirah baring atau imobilisasi

2. Kelemahan umum

3. Ketidakseimbangan antara

suplay dan kebutuhan oksigen

4. Imobilitas

5. Gaya hidup monoton

NOC

1. Level pain

2. Pain control

3. Comfort level

Kriteria hasil :

1. Mampu mengontol nyeri

(tahu penyebab nyeri,

mampu menggunakan

tehnik non farmakologi

untuk mengurangi

nyeri,mencari bantuan)

2. Melaporkan bahwa nyeri

berkurang dengan

menggunakan manajemen

nyeri

3. Mampu mengenali nyeri

(skala, intensitas,

frekuensi dan tanda nyeri)

4. Mengatakan nyaman

setelah nyeri berkurang

NIC

Activity therapy

1. Kaji secara komprehensif

terhadap nyeri termasuk

lokasi, karakteristik,durasi,

frekuensi, kualitas,

intensitas nyeri dan faktor

presipitasi

2. Observasi reaksi

ketidaknyamanan secara

onverbal.

3. Gunakan srategi

komunikasi terapeutik

untuk menggungkapkan

pengalaman nyeri dan

penerimaan pasien

terhadap respon nyeri

4. Tentukan pengaruh

pengalaman nyeri terhadap

kualitas hidup (nafsu

makan, tidur, aktifitas,

mood, hubungan social)

5. Tentukan faktor yang

dapat memperburuk nyeri.

6. Lakukan evaluasi dengan

pasien dan tim kesehatan

lain tentang ukuran

pengontrolan nyeri yang

telah dilakukan

7. Control lingkungan yang

dapat mempengaruhi

respon ketidaknyamanan

pasien (suhu ruangan,

cahaya, dan suara)

Page 16: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Tinjauan Konsep Kebutuhan Dasar ...repository.poltekkes-tjk.ac.id/152/4/6.BAB II.pdf · pemeriksaan fisik tentang kejajaran tubuh, gaya berjalan, penampilan

20

8. Ajarkan cara penggunaan

terapi nonfarmakologi

(distraksi, guide imagery,

relaksasi)

9. Tingkat istirahat

10. Berikan informasi tentang

nyeri termasuk penyebab

nyeri, berapa lama nyeri

akan hilang, antisipasi

terhadap ketidaknyamanan

11. Pemberian obat analgetik

untuk mengurangi nyeri

Gangguan pola tidur

Definisi : gangguan kualitas dan

kuntitas waktu tidur akibat faktor

eksternal.

Batasan karakteristik:

1. Perubahan pola tidur normal

2. Penurunan kemampuan

berfungsi

3. Ketidakpuasan tidur

4. Menyatakan sering terjaga

5. Menyatakan tidak mengalami

kesulitan tidur

6. Menyatakan tidak merasa

cukup istirahat

Faktor yang berhubungan:

1. Kelembaban lingkukngan

sekitar

2. Suhu lingkungan sekitar

3. Tanggung jabab memberi

asuhan

4. Perubahan pejanan terhadap

cahaya gelap

5. Kurang control tidur

6. Kurang privasi pencahayaan

7. Bising

NOC

1. Anxiety reduction

2. Comfort level

3. Rest: Extent dan pattern

4. Sleep :extent and pattern

Kriteria hasil:

1. Jumlah jam tidur dalam

batas normal 6-8 jam/hari

2. Pola tidur, kualitas dan

batas normal

3. Perasaan segar sesudah

tidur atau istirahat

4. Mampu mengidentifikasi

hal-hal yang

meningkatkan tidur

NIC

Sleep enhancement

1. Kaji kebutuhan tidur

pasien

2. Determinasi efek-efek

medikasi terhadap pola

tidur

3. Fasilitasi untuk

mempertahankan aktifitas

sebelum tidur (membaca)

4. Ciptakan lingkungan yang

nyaman

5. Mrendiskusikan dengan

pasien dan keluarga

tentang tehnik tidur pasien

6. Jelaskan pentingnya tidur

yang adekuat

7. Kolaborasi pemberian obat

yang tidur.

5. Implementasi Atau Pelaksanaan

Implementasi merupakan pelaksanaan perencanaan keperwatan oleh

perawat. Hal-hal yang perlu diperhatikan ketika melakukan implementasi

adalah intervensi dilaksanakan sesuai rencana setelah dilakukan validasi,

penguasaan keterampilan interpersonal, intelektual dak teknikal, intervensi

harus dilakukan dengan cermat dan ifisien pada situasi yang tepat, keamanan

fisik dan psikologi dilindungi dan didokumentasi keperwatan berupa

pencatatan dan laporan.

Page 17: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Tinjauan Konsep Kebutuhan Dasar ...repository.poltekkes-tjk.ac.id/152/4/6.BAB II.pdf · pemeriksaan fisik tentang kejajaran tubuh, gaya berjalan, penampilan

21

6. Evaluasi

Fase akhir dari proses keperawatan adalah evaluasi terhadap asuhan

keperawatan yang diberikan. Hal-hal yang dievaluasi adalah keakuratan,

kelengkapan dan kualitas data, teratasi atau tidaknya masalah klien, pencapaian

tujuan serta ketepatan intervensi keperawatan.

Mengemukakan komponen evaluasi hasil dapat dibagi menjadi 5 komponen,

yaitu sebagai berikut:

a. Menentukan kriteria, standar dan pertanyaan evaluasi,

b. Mengumpulkan data mengenai keadaan klien terbaru,

c. Menganallisa dan membandingkan data terhadap kriteria dan standar,

d. Melaksanakan tindakan yang sesuai berdasarkan kesimpulan.

C. Tinjauan Konsep Penyakit

1. Pengertian Fraktur

Fraktur merupakan terputusnya kontinuitas jaringan tulang yang

umumnya disebabkan oleh tekanan atau trauma.selain itu, fraktur merupakan

rusaknya kontinuitas tulang yang disebabkan oleh tekanan eksternal yang

datang lebih besar dibandingkan dengan yang di serap oleh tulang (M. Asikin,

2016)

Fraktur adalah patah tulang, biasanya disebabkan oleh trauma atau tenaga

fisik. Kekuatan dan sudut dari tenaga tersebut, keadaan tulang, dan jaringan

lunak disekitar tulang akan mementukan apakah fraktur yang terjadi itu

lengkap atau tidak lengkap. (Price & Wilson, 2006 ; NANDA NIC-NOC,

2016)

Fraktur adalah kondisi tulang yang patah atau terputus sambungannya

akibat tekanan berat. Tulang merupakan bagian tubuh yang keras, namun jika

diberi gaya tekan yang lebih besar dari pada yang dapat diarbsorbsi, maka bisa

terjadi fraktur. Gaya tekan yang berlebihan yang dimaksud antara lain seperti,

pukulan yang keras, gerakan memuntir atau meremuk yang terjadi mendadak,

dan bahkan kontraksi otot ekstrem (Brunner & Suddarth, 2002 ; Istianah, 2017)

Page 18: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Tinjauan Konsep Kebutuhan Dasar ...repository.poltekkes-tjk.ac.id/152/4/6.BAB II.pdf · pemeriksaan fisik tentang kejajaran tubuh, gaya berjalan, penampilan

22

2. Penyebab Fraktur

a. Trauma

1) Trauma langsung, misalnya pada kecelakaan lalu lintas.

2) Trauma tidak langsung, misalnya jatuh dari ketinggian dengan posisi

berdiri/duduk dapat mengakibatkan fraktur tulang belakang.

b. Patologis: metastase dari tulang.

c. Degenerasi.

d. Spontan, misalnya akibat tarikan otot yang sangat kuat.

3. Jenis-Jenis Fraktur

a. Berdasarkan jumlah garis patah

1) Fraktur komunitif : fraktur dimana garis patah lebih dari dua fragmen

2) Fraktur segmental : fraktur dimana garis patah lebih dari satu, tetapi

tidak berhubungan.

3) Fraktur multiple : garis patah lebih dari satu tetapi pada tulang yang

berlain tempat.

b. Berdasarkan sifat fraktur (luka yang ditimbulkan)

1) Fraktur tertutup: jika kulit yang menutupi tulang masih intak (utuh).

2) Fraktur terbuka: jika kulit yang menutupi tulang tidak intak (utuh).

c. Berdasarkan komplet dan inkomplet fraktur

1) Fraktur komplet : jika garis patah melalui seluruh menampang tulang

atau melalui kedua konteks tulang.

2) Fraktur inkomplet : apabila garis patah tidak melalui penampang

tulang.

d. Berdasarkan bentuk fraktur dan kaitannya dengan mekanisme trauma

1) Frsktur tranversal : garis fraktur tegak lurus dengan sumbu panjang

tulang.

2) Fraktur oblik : garis fraktur membentuk suatu sudut dan sumbu

panjang tulang.

3) Fraktur spiral : garis fraktur mengelilingi tulang (membentuk spiral).

Page 19: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Tinjauan Konsep Kebutuhan Dasar ...repository.poltekkes-tjk.ac.id/152/4/6.BAB II.pdf · pemeriksaan fisik tentang kejajaran tubuh, gaya berjalan, penampilan

23

4) Fraktur avulsi : fragmen tulang yang berhubungan ligament/tendon

robek dari tulang utama.

(Istianah, 2017)

4. Faktor – Faktor Yang Mempengaruhi Fraktur

a. Usia

Lamanya proses penyebuhan fraktur sehubung dengan umur lebih

bervariasi pada tulang dibandingkan dengan jaringan-jaringan lain pada

tubuh. Cepatnya proses penyembuhan ini sangat behubungan erat dengan

aktifitas osteogenesis dari periosterium dan endosteum. Proses pembentukan

tulang/ osteogenesis telah bermula sejak umur embrio 6 – 7 minggu dan

berlangsung sampai dewasa sekitar umur 30 – 35 tahun. Dari grafik, massa

tulang mulai tumbuh sejak usia 0 sampai usia 30 – 35 tahun, pada usia 30 –

35 tahun pertumbuhan tulang berheti, dan tercapai puncak massa tulang.

b. Tempat / lokasi fraktur

Lokasi yang dikelilingi otot akan sembuh lebih cepat dibandingkan

dengan tulang yang terdapat pada subkutan atau daerah persendian.

c. Ada atau tidaknya dislokasi

Fraktur yang tidak mengalami dislokasi akan lebih cepat sembuh, makin

besar dislokasinya maka semakin lama penyembuhannya.

d. Aliran darah ke fragmen tulang

Bila fragmen tulang mendapatkan aliran darah yang baik, maka

penyembuhannya akan lebih cepat dan tanpa komplikasi. Bila terjadi

berkurangnya aliran darah atau kerusakan jaringan lunak yang berat, maka

proses penyembuhannya akan semakin lama.

5. Gejala Klinis

Page 20: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Tinjauan Konsep Kebutuhan Dasar ...repository.poltekkes-tjk.ac.id/152/4/6.BAB II.pdf · pemeriksaan fisik tentang kejajaran tubuh, gaya berjalan, penampilan

24

Gejala-gejala fraktur tergantung pada lokasi, berat dan jumlah kerusakan

pada fraktur lain. Pengkajian gejala klinis fraktur meliputi:

a. Aktivitas/istirahat

Klien memperlihatkan keterbatasan/kehilangan fungsi pada bagian yang

cidera. Kemungkinan terjadi sebagai akibat langsung dari fraktur atau

akibat sekunder pembengkaan jaringan dan nyeri.

b. Sirkulasi

Klien menunjukan tanda/gejala:

1) Peningkatan tekanan darah, mungkin terjadi akibat respons terhadap

nyeri atau kecemasan. Sebaliknya penurunan tekanan darah mungkin

terjadi bila terjadi pendarahan

2) Takikardia

3) Penurunan atau hilangnya denyut nadi pada bagian distal atau cidera,

pengisian kapiler lambat, pucat pada area fraktur.

c. Neurosensori

Klien menunjukan tanda dan gejala:

1) Hilang gerakan

2) Parestesia (kesemutan), deformitas local, angulasi abnormal,

pemendekan, rotasi, krepitasi, spasme otot, kelemahan atau

kehilangan fungsi.

3) Kekurangan atau hilangnya fungsi pada bagian yang cedera sebagai

akibat langsung dari fraktur.

4) Agitasi, mungkin berhubungan dengan nyeri, kecemasan, atau trauma

lain.

d. Rasa tidak nyaman

Klien menunjukan tanda dan gejala :

1) Nyeri hebat tiba-tiba pada saat cedera, mungkin terlokalisasi pada

klien fraktur, berkurang pada imobilisasi.

2) Spasme/kram otak setelah imobilisasi.

3) Pembengkaan local yang dapat meningkatkan bertahap atau tiba-tiba.

(Istianah, 2017).

Page 21: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Tinjauan Konsep Kebutuhan Dasar ...repository.poltekkes-tjk.ac.id/152/4/6.BAB II.pdf · pemeriksaan fisik tentang kejajaran tubuh, gaya berjalan, penampilan

25

6. Komplikasi

Komplikasi fraktur antara lain :

a. Komplikasi awal

1) Kerusakan arteri

Pecahnya arteri karena trauma ditandai dengan menghilangnya denyut

nadi, menurunnya CRT, sianosis bagian distal, dan hematoma melebar.

Tanda lain adalah rassa lain pada ekstermitas akibat tindakan darurat

splinting, perubahan posisi yang sakit, tindakan reduksi, pembedahan.

2) Kompeten syndrome

Kompeten syndrome merupakan komplikasi serius yang terjadi karena

terjebaknya otot, tulang, syaraf, dan pembuluh darah dalam jaringan perut.

Konsisi ini biasanya disebabkan oleh edema atau pendarahan yang menekan

otot, saraf, dan pembuluh darah. Penyebab lain mungkin berasal dari

tekanan luar, seperti gips atau pembebatan yang terlalu kuat.

3) Avaskuler nekrosis

Avaskuler nekrosis (AVN) terjadi karena aliran darah ketulang rusak

atau terganggu. Konsisi ini dapat menyebabkan nekrosis tulang yang

diawali dengan munculnya Volkman’s ischemia.

4) Syok

Syok terjadi karena kehilangan banyak darah dan meningkatnya

parmeabilitas kepiler. Kondisi yang umum ini terjadi pada kasus fraktur ini

bias menyebabkan turunnya oksigen.

5) Infeksi

Trauma pada jaringan dapat menurunkan fungsi sistem pertahanan

tubuh. Pada trauma ortopedik, infeksi dimulai pada kulit dan masuk

kedalam tubuh. Kondisi ini terjadi pada kasus fraktur terbuka, akan tetapi

bias juga karena penggunaan bahan asing dalam pembedahan seperti pin

dan plat.

b. Komplikasi lanjutan

1) Delayed union

Page 22: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Tinjauan Konsep Kebutuhan Dasar ...repository.poltekkes-tjk.ac.id/152/4/6.BAB II.pdf · pemeriksaan fisik tentang kejajaran tubuh, gaya berjalan, penampilan

26

Delayed union merupakan kondisi ketika fraktur gagal menyatu sesui

dengan waktu yang dibutuhkan tulang untuk menyambung. Umumnya

disebabkan oleh penurunan suplay darah ke tulang.

2) Non union

Non union merupakan kondisi ketika fraktur gagal menyatu dan

memproduksi sambungn yang lengkap, kuat, dan stabil setelah enam bulan.

Kondisi ini ditandai dengan pergerakan berlebih pada sisi fraktur yang

membentu sendi palsu atau pseudoarthrosis. Sama halnya dengan delayed

union, konsisi non union juga disebabkan karena berkurangnya suplai darah

ketulang.

3) Mal union

Mal union merupakan kondisi penyembuhan tulang yang terlihat dari

meningkatnya kekuatan tulang dan perubahan bentuk (deformitas). Kondisi

ini dicapai memulai pembedahan dan reimobilitas.

7. Manifestasi Klinis

Nuratif dan Kusuma (2015) mengemukakan manifestasi klinis pada pasien

fraktur yaitu:

a. Tidak dapat menggunakan anggota gerak

b. Nyeri pembengkakan

c. Terdapat trauma (kecelakaan lalu lintas, jatuh dari ketinggian atau jatuh

dari kamar mandi pada prang tua, penganiayaan, tertimpa benda berat,

kecelakaan kerja, trauma olahraga)

d. Gangguan fungsi otak gerak

e. Deformitas

f. Kelainan gerak

g. Krepitasi

8. Perkiraan Penyembuhan Fraktur

Menurut NANDA NIC-NOC, 2016 waktu penyembuhan fraktur adalah

sebagai beribut :

Page 23: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Tinjauan Konsep Kebutuhan Dasar ...repository.poltekkes-tjk.ac.id/152/4/6.BAB II.pdf · pemeriksaan fisik tentang kejajaran tubuh, gaya berjalan, penampilan

27

Tabel 2.5

9. P

e

n

a

talaksanaan Medis

a. Diagnosis dan penilaian fraktur

Anamnesis, pemeriksaan klinis dan radiologi dilakukan untuk

mengetahui dan menilai keadaan fraktur. Pada awal pengobatan perlu

diperhatikan: lokasi fraktur, bentuk fraktur, menentukan teknik yang sesuai

untuk pengobatan komplikasi yang mungkin terjadi selama pengobatan.

b. Reduksi

Reduksi fraktur berarti mengembalikan fragmen tulang pada

kesejajarannya dan rotasi anatomis. Reduksi tertutup, mengembalikan fragmen

tulang ke posisinya (ujung-ujungnya saling berhubungan) dengan manipulasi

dan traksi manual. Alat yang digunakan biasanya traksi, bidai, dan alat yang

lainnya. Reduksi terbuka, dengan pendekatan bedah. Alat fiksasi interna dalam

bentuk pin, kawat, sekrup, plat, paku.

c. Retensi

Imobilitas fraktur bertujuan untuk mencegah pergeseran fragmen dan

mencegah pergerakan yang dapat mengancam penyatuan. Pemasangan plat

atau traksi dimaksudkan untuk mempertahankan reduksi ekstermitas yang

mengalami fraktur.

d. Rehabilitasi

Mengembalikan aktifitas fungsional seoptimal mungkin (Istianah, 2017)

Lokalisasi Waktu penyembuhan

1. Falang/metacarpal/kosta

2. Destal radius

3. Diafis ulna dan radius

4. Humerus

5. Klavikula

6. Panggul

7. Femur

8. Kondilus femur/tibia

9. Tibua/fibula

10.Vetebrata

3-6 minggu

6 minggu

12 minggu

10-12 minggu

6 minggu

10-12 minggu

12-16 minggu

8-10 minggu

12-16 minggu

12 minggu

Page 24: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Tinjauan Konsep Kebutuhan Dasar ...repository.poltekkes-tjk.ac.id/152/4/6.BAB II.pdf · pemeriksaan fisik tentang kejajaran tubuh, gaya berjalan, penampilan

28

10. Pathway