8 BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Tinjauan Konsep Kebutuhan Dasar 1. Konsep Kebutuhan Dasar Manusia Kebutuhan dasar manusia menurut Abraham Maslow atau yang di sebut Hirearki kebutuhan dasar Maslow yang meliputi lima kategori kebutuhan dasar, yaitu; a. Kebutuhan fisiologis Kebutuhan fisiologis memiliki prioritas tertinggi dalam Hierarki Maslow. Umumnya seseorang yang memiliki beberapa kebutuhan yang belum terpenuhi akan lebih dulu memenuhi kebutuhan fisiologisnya di bandingkan dengan kebutuhan lainnya. Adapun macam-macam kebutuhan dasar fisiologis menurut Hierarki Maslow adalah kebutuhan oksigen dan pertukaran gas, kebutuhan cairan dan elektrolit, kebutuhan makanan, kebutuhan eliminasi urine dan alvi, kebutuhan istirahat tidur, kebutuhan aktivitas, kebutuhan kesehatan temperature tubuh dan kebutuhan seksual. b. Kebutuhan keselamatan dan rasa aman Kebutuhan keselamatan dan rasa aman yang dimaksud adalah aman dari berbagai aspek baik fisiologis maupun psikologis.Kebutuhan ini meliputi kebutuhan perlindungan diri dari udara dingin, panas, kecelakaan, bebas dari perasaan terancam karena pengalaman yang baru atau asing. c. Kebutuhan rasa cinta, memiliki dan dimiliki Setelah kebutuhan dasar dan rasa aman relative dipenuhi, maka timbul kebutuhan untuk dimiliki dan dicintai.Kebutuhan rasa cinta adalah kebutuhan saling memiliki dan dimiliki terdiri dari memberi dan menerima kasih sayang, perasaan dimiliki dan hubungan yang berarti dengan orang lain. Kehangatan,
35
Embed
BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Tinjauan Konsep Kebutuhan Dasar ...repository.poltekkes-tjk.ac.id/451/3/BAB II.pdf · c. Hipotermi Suhu tubuh berada dibawah rentang normal tubuh. 12 d.
This document is posted to help you gain knowledge. Please leave a comment to let me know what you think about it! Share it to your friends and learn new things together.
Transcript
8
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Tinjauan Konsep Kebutuhan Dasar
1. Konsep Kebutuhan Dasar Manusia
Kebutuhan dasar manusia menurut Abraham Maslow atau yang di
sebut Hirearki kebutuhan dasar Maslow yang meliputi lima kategori
kebutuhan dasar, yaitu;
a. Kebutuhan fisiologis
Kebutuhan fisiologis memiliki prioritas tertinggi dalam
Hierarki Maslow. Umumnya seseorang yang memiliki beberapa
kebutuhan yang belum terpenuhi akan lebih dulu memenuhi
kebutuhan fisiologisnya di bandingkan dengan kebutuhan lainnya.
Adapun macam-macam kebutuhan dasar fisiologis menurut
Hierarki Maslow adalah kebutuhan oksigen dan pertukaran gas,
kebutuhan cairan dan elektrolit, kebutuhan makanan, kebutuhan
eliminasi urine dan alvi, kebutuhan istirahat tidur, kebutuhan
aktivitas, kebutuhan kesehatan temperature tubuh dan kebutuhan
seksual.
b. Kebutuhan keselamatan dan rasa aman
Kebutuhan keselamatan dan rasa aman yang dimaksud
adalah aman dari berbagai aspek baik fisiologis maupun
psikologis.Kebutuhan ini meliputi kebutuhan perlindungan diri dari
udara dingin, panas, kecelakaan, bebas dari perasaan terancam
karena pengalaman yang baru atau asing.
c. Kebutuhan rasa cinta, memiliki dan dimiliki
Setelah kebutuhan dasar dan rasa aman relative dipenuhi,
maka timbul kebutuhan untuk dimiliki dan dicintai.Kebutuhan rasa
cinta adalah kebutuhan saling memiliki dan dimiliki terdiri dari
memberi dan menerima kasih sayang, perasaan dimiliki dan
hubungan yang berarti dengan orang lain. Kehangatan,
9
persahabatan, mendapat tempat atau di akui daam keluarga,
kelompok atau lingkungan social.
d. Kebutuhan harga diri
Ada dua macam kebutuhan akan harga diri. Pertama, adalah
kebutuhan-kebutuhan akan kekuatan, penguasaan, kompetensi,
percaya diri, kemandirian. Sementara yang kedua adalah
kebutuhan akan penghargaan dari orang lain, status, ketenaran,
dominasi, kebanggaan, dianggap penting, dan apresiasi dari orang
lain. Kebutuhan harga diri meliputi perasaan tidak bergantung pada
orang lain, kompeten, penghargaan terhadap diri sendiri dan orang
lain.
e. Kebutuhan aktualisasi diri
Kebutuhan aktualisasi diri merupakan kebutuhan yang
terdapat 17 meta kebutuhan yang tidak tersusun secara hierarki,
melainkan saling mengisi.Kebutuhan ini meliputi dapat mengenal
diri sendiri dengan baik (mengenal dan memahami potensi diri),
belajar memenuhi kebutuhan diri sendiri, tidak emosional,
mempuya dedikasi yang tinggi, kreatif dan mempunyai
kepercayaan diri yang tinggi dan sebagainya.
Dalam buku kebutuhan dasar manusia, konsep Hierarki
Maslow ini menjelaskan bahwa manusia senantiasa berubah
menurut kebutuhannya.Jika seseorang merasa kepuasan, ia akan
menikmati kesejahteraan dan bebas untuk berkembang menuju
potensi yang lebih besar. Sebaliknya, jika proses pemenuhan
kebutuhan ini terganggu maka akan timbul kondisi patologis. Oleh
karena itu, dengan konsep kebutuhan dasar maslow akan di peroleh
persepsi yang sama bahwa untuk beralih ke kebutuhan yang lebih
tinggi kebutuhan dasar yang ada di bawahnya harus terpenuhi
terlebih dahulu (Mubarak dkk, 2015).
10
2. Pengertian Kebutuhan Keamanan dan Proteksi
Keselamatan adalah suatu keadaan seseorang atau lebih yang
terhindar dari ancaman bahaya atau kecelakaan.Kecelakaan merupakan
kejadian yang tidak dapat di duga dan tidak di harapkan yang dapat
menimbulkan kerugian, sedangkan keamanan adalah keadaan aman
dan tentram (Tarwoto dan Wartonah, 2010). Menurut Mubarak dkk
(2015) kebutuhan akan keselamatan dan keamanan adalah suatu
keadaan seseorang agar terhindar dari ancaman bahaya atau
kecelakaan.
3. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Kebutuhan Keamanan dan
Keselamatan (Tarwoto dan Wartonah, 2010:143)
a. Usia
Pada anak-anak tidak terkontrol dan tidak mengetahui akibat dari
apa yang di lakukan. Pada orang tua atau lansia akan mudah sekali
terjatuh atau kerapuhan tulang
b. Tingkat kesadaran
Pada pasien koma, menurunnya respon terhadap rangsangan,
paralisis, disorentasi, dan kurang tidur.
c. Emosi
Emosi seperti kecemasan, depesi, dan marah akan mudah sekali
terjadi dan berpengaruh terhadapmasalah keselamatan dan
keamanan.
d. Status mobilisasi
Keterbatasan aktivitas, paralisis, kelemahan otot, dan kesadaran
menurun memudahkan terjadinnya risiko injuri atau gangguan
integritas kulit.
e. Gangguan presepsi sensori
Kerusakan sensori akan memengaruhi adaptasi terhadap
rangsangan yang berbahaya seperti gangguan penciuman dan
penglihatan.
11
f. Informasi atau komunikasi
Gangguan komunikasi seperti afasia atau tidak dapat membaca
menimbulkan kecelakaan.
g. Penggunaan antibiotic yang tidak rasional
Antibiotik dapat menimbulkan resisten dan syok anafilaktik.
h. Keadaan imunitas
Gangguan imunitas akan menimbulkan daya tahan tubuh yang
kurang sehinggamudah terserang penyakit.
i. Ketidakmampuan tubuh dalam tubuh dalam memproduksi sel
darah putih. Sel darah putih berfugsi sebagai pertahanan tubuh
terhadap sesuatu penyakit.
j. Status nutrisis
Keadaan nutrisis yang kurang dapat menimbulkan kelemahan dan
mudah terserang penyakit, demikian sebaliknya, kelebihan nutrisi
berisiko terhadap penyakit tertentu.
k. Tingkat pengetahuan
Kesadaran akan terjadinya gangguan keselamatan dan keamanan
dapat di prediksi sebelumnya.
4. Konsep Dasar Masalah Pada Kebutuhan Keamanan dan Proteksi
Masalah keperawatan yang masuk dalam kategori lingkungan dan
sub kategori keamanan dan proteksi dalam stadar diagnosis
keperawatan Indonesia (SDKI, 2016).
a. Gangguan kerusakan integritas kulit/jaringan
Kerusakan kulit (dermis, dan/atau epidermis) atau jaringan
peningkatan tekanan darah dengan tekanan nada yang
berat.Takikardia saat istirahat, sirkulasi kolaps, syok (krisis
tirotoksikosis).
c. Eliminasi
Gejala; perubahan pola berkemih (polyuria, nocturia), rasa nyeri
atau terbakar, kesulitan berkemih (infeksi), infeksi saluran kemih
berulang, nyeri tekan abdomen, diare, urine encer, pucat, kuning,
polyuria (dapat berkembang menjadi oliguria atau anuria jika terjadi
22
hipovolemia berat), urine berkabut, bau busuk (infeksi), bising usus
lemah dan menurun, hiperaktif (diare).
d. Integritas atau ego
Gejala; stress, tergantung pada orang lain, masalah finansial yang
berhubungan dengan kondisi.
Tanda; ansietas peka rangsang.
e. Makanan atau cairan
Gejala; hilang nafsu makan, mual atau muntah, tidak mengikuti
diet, peningkatan masukan glukosa atau karbohidrat, penurunan berat
badan lebuh dari periode beberapa hari atau minggu, haus,
penggunaan diuretic (tiazid).
Tanda; kulit kering atau bersisik, muntah, pembesaran tiroid
(peningkatan kebutuhan metabolisme dengan peningkatan gula
darah), bau halitosis ataumanis, bau buah (napas aseton).
f. Neurosensory
Gejala; pusing atau pening, sakit kepala kesemutan, kelemahan
pada otot parasetia, gangguan penglihatan.
Tanda; disorientasi, mengantuk, lethargi, stupor atau koma (tahap
lanjut), gangguan memori baru masa lalu, kacau mental. Reflek
tendon dalam (RTD menurun;koma), aktivitas kejang (tahap lanjut
dari DKA).
g. Nyeri atau kenyamanan
Gejala; abdomen yang tegang atau nyeri (sedang atau berat), wajah
meringis dengan palpitasi,tampak sangat berhati-hati.
h. Pernapasan
Gejala; merasa kekurangan oksigen, batuk dengan atau tanpa
spuntum purulun (tergantung adanya infeksi atau tidak).
Tanda; sesak napas, batuk dengan atau tanpa puntum purulent
(infeksi), frekuensi pernapasan meningkat.
i. Keamanan
Gejala; kulit kering, gatal, ulkus kulit.
23
Tanda; demam, diafhoresis, kulit rusak, lesi atau ulserasi,
menurunnya kekuatan umum atau rentang gerak, paratesia atau
paralysis otot termasuk otot pernapasan (jika kadar kalium menurun
dengan cukup tajam).
j. Seksualitas
Gejala; Rabas wanita (cenderung infeksi), masalah impotent pada
pria.
Tanda; glukosa darah meningkat 100-200 mg/dl atau lebih, aseton
plasma positif secara mencolok asam lemak bebas kadar lipid dengan
kolestrol meningkat.
2. Diagnosis Keperawatan
Diagnosis keperawatan merupakan suatu pertanyaan yang
menggambarkan respon manusia (keadaan sehat atau perubahan pola
interaksi aktual atau potensial) dari individu atau kelompok tempat Anda
secara legal mengidentifikasi dan Anda dapat memberikan intervensi
secara pasti untuk menjaga status kesehatan atau untuk mengurangi,
menyingkirkan, atau mencegah perubahan (Budiono, 2016).
Selanjutnya, pengertian lain menyebutkan bahwa diagnosis
keperawatan merupakan penilaian klinis tentang respons individu,
keluarga atau komunitas terhadap masalah kesehatan atau proses
kehidupan aktual ataupun potensial sebagai dasar pemilihan intervensi
keperawatan untuk mecapai hasil tempat perawat bertanggung jawab
(Budiono, 2016).
Menurut SDKI (2016) diagnosis keperawatan yang muncul pada pasien
yang mengalami diabetes melitus adalah:
1. Kerusakan integritas kulit atau jaringan
Kerusakan kerusakan integritas kulit atau jaringan adalah Kerusakan
kulit (dermis, dan epidermis) atau jaringan (membrane mukosa,
kornea, fasia, otot, tendon, tulang,kartilago, kapsul sendi atau
ligament).
Gejala dan tanda
24
1. Kerusakan jaringan dan lapisan kulit
2. Nyeri
3. Pendarahan
4. Kemerahan
5. Hematoma (SDKI, 2016)
Faktor yang berhubungan
a. perubahan sirkulasi
b. perubahan status nutrisi (kelebihan dan kekurangan)
c. kekurangan atau kelebihan volume cairan
d. penurunan mobilitas
e. bahan kimia iritatif
f. faktor mekanis (mis. Penekanan pada tonjolan tulang, gesekan)
atau faktor elektris (elektrodiatermi, energi listrik bertegangan
tinggi)
g. suhu lingkungan yang ekstrem
h. efek samping terapi radiasi
i. proses penuaan
j. perubahan pigmentasi dan perubahan hormonal
k. kurang terpapar informasi tentang upaya mempertahankan atau
melindungi integritas jaringan (SDKI, 2016).
2. Resiko infeksi
Resiko infeksi adalah dimana luka beresiko mengalami peningkatan
terserang organisme patogenik (SDKI, 2016).
Faktor resiko
1. Ketidakadekuatan pertahanan primer (kerusakan integitas kulit,
perubahan sekresi PH, penurunan kerja siliaris, ketuban pecah
lama)
2. Ketidakadekuatan pertahanan tubuh sekunder-penurunan
hemoglobin, leukopenia, respons imun tertekan.
3. Penyakit kronis (mis. diabetes mellitus)
4. Peningkatan paparan organisme patogen lingkungan
5. Malnutrisi
25
6. Efek prosedur invasive (SDKI, 2016).
26
3. Rencana Tindakan Keperawatan
Tabel 2.1 : Rencana Keperawatan Menurut SIKI 2018
i NO
DIAGNOSIS INTERVENSI UTAMA INTERVENSI PENDUKUNG
1 Gangguan integritas jaringan b.d nekrosis kerusakan jaringan (Nic-Noc, 2015). Tujuan: Setelah dilakukan asuhan keperawatan selama 3x24 jam diharapkan masalah teratasi dengan kriteria hasil:
1. Perfusi jaringan normal
2. Tidak ada tanda-tanda infeksi
3. Ketebalan dan tekstur jaringan normal
4. Menunjukan pemahaman dalam proses perbaikan kulit dan mencegah terjadinya cidera berulang
5. Menunjukan terjadinya proses penyembuhan luka
Perawatan integritas kulit Observasi: 1. Identifikasi penyebab integritas kulit
(mis. Perubahan sirkulasi, perubahan status nutrisi, penurunan kelembapan, suhu lingkunganekstrem, penurunan mobilitas) (SIKI, 2018).
Terapeutik: 1. Ubah posisi tiap 2 jam jika tirah
baring 2. Lakukan pemijatan pada area
penonjolan tulang 3. Bersihkan perineal dengan air
hangat,terutama selama periode diare 4. Gunakan produk berbahan petrolium
atau minyak pada kulit kering 5. Gunakan produk berbahan
ringan/alami dan hipoalergik pada kulit sensitif
6. Hindari produk berbahan dasar alkohol pada kulit kering (SIKI, 2018).
1. Dukungan perawatan diri 2. Edukasi perawatan diri 3. Edukasi perawatan kulit 4. Edukasi perilaku upaya kesehatan 5. Edukasi pola perilaku kebersihan 6. Edukasi program pengobatan 7. Konsultasi 8. Latihan rentang gerak 9. Manajemen nyeri 10. Pelaporan status kesehatan 11. Pemberian obat 12. Pemberian obat intradermal 13. Pemberian obat intramuskular 14. Pemberian obat intravena 15. Pemberian obat kulit 16. Pemberian obat subkutan 17. Pemberian obat topikal 18. Penjahitan luka 19. Perawatan area insisi 20. Perawatan imobilisasi 21. Perawatan kuku 22. Perawatan luka bakar
27
Edukasi: 1. Anjurkan menggunakan pelembap
(mis. Lotion, serum) 2. Anjurkan minum air yang cukup 3. Anjurkan meningkatkan asupan
nutrisi 4. Anjurkan meningkatkan asupan buah
dan sayur 5. Anjurkan menghindari terpapar suhu
ekstrem 6. Anjurkan menggunakan tabir surya
SPF minimal 30 saat berada di luar rumah
7. Anjurkan mandi dan menggunakan sabun secukupnya (SIKI, 2018).
Perawatan luka Observasi: 1. Monitor karakteristik luka (mis.
Enzimatik, biologis, mekanis, autolitik), jika perlu
2. Kolaborasi pemberian antibiotik, jika
29
perlu (SIKI, 2018).
2 Risiko infeksi berhubungan dengan trauma pada jaringan, proses penyakit (diabetes melitus)(Nic-Noc, 2015). Tujuan: Setelah dilakukan asuhan keperarawatan selama 3x24 jam diharapkan masalah teratasi dengan kriteria hasil: 1. Klien bebas dari tanda
dan gejala infeksi 2. Mendeskripsik.an proses
penularan penyaki, faktor yang mempengaruhi penularan serta penatalaksanaannya.
3. Menunjukan kemampuan untuk mencegah timbulnya infeksi.
4. Jumlah leukosit dalam
Pencegahan Infeksi: Observasi:
1. Monitor tanda dan gejala infeksi lokal dan sistemik.
Terapeutik: 2. Batasi jumlah pengunjung. 3. Berikan perawatan kulit pada area
edema. 4. Cuci tangan sebelum dan sesudah
kontak dengan pasien dan lingkunganpasien.
5. Pertahankan teknik aseptik pada pasien berisiko tinggi. (SIKI, 2018)
Edukasi: 6. Jelaskan tanda dan gejala infeksi. 7. Ajarkan cara mencuci tangan dengan
benar. 8. Ajarkan etika batuk. 9. Ajarkan cara memeriksa kondisi luka
atau luka operasi. 10. Anjurkan meningkatkan asupan
nutrisi.
1. Dukungan pemeliharaan rumah 2. Dukungan perawatan diri: mandi 3. Edukasi pencegahan luka tekan 4. Edukasi seksualitas 5. Induksi persalinan 6. Latihan batuk efektif 7. Manajemen jalan nafas 8. Manajemen imunisasi/vaksin 9. Manajemen lingkungan 10. Manajemen nutrisi 11. Manajemen medikasi 12. Pemantauan elektrolit 13. Pemantauan nutrisi 14. Pemantauan tanda vital 15. Pemberian obat 16. Pemberian obat intravena 17. Pemberian obat oral 18. Pencegahan luka tekan 19. Pengaturan posisi 20. Perawatan amputasi 21. Perawatan area insisi 22. Perawatan kehamilan risiko tinggi 23. Perawatan luka bakar
30
batas normal. 5. Menunjukan perilaku
hidup sehat.
11. Anjurkan meningkatkan asupan cairan. (SIKI, 2018).
Kolaborasi: 12. Kolaborasi pemberian imunkisasi, jika