Page 1
6
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Tinjauan Konsep Kebutuhan Dasar
1. Konsep kebutuhan dasar manusia
Kebutuhan dasar manusia menurut Virginia Henderson (dalam
Mubarak, 2015), manusia mengalami perkembangan yang dimulai dari
proses tumbuh kembang dalam rentang kehidupan (life span). Dalam
melakukan aktivitas sehari-hari, individu memulainya dengan bergantung
pada orang lain dan belajar untuk mandiri melalui sebuah proses yang
disebut pendewasaan. Proses tersebut dipengaruhi oleh pola asuh,
lingkungan sekitar, dan status kesehatan individu. Dalam melakukan
aktivitas sehari-hari, individu dapat dikelompokkan ke dalam tiga kategori
yaitu:
a. Terhambat dalam melakukan aktivitas
b. Belum mampu melakukan aktivitas, dan
c. Tidak dapat melakukan aktivitas
Virginia Henderson (dalam Mubarak, 2015) membagi kebutuhan dasar
manusia ke dalam 14 komponen sebagai berikut:
a. Bernafas secara normal
b. Makan dan minum yang cukup
c. Eliminasi (buang air besar dan kecil)
d. Bergerak dan mempertahankan postur yang diinginkan
e. Tidur dan istirahat
f. Memilih pakaian yang tepat
g. Mempertahankan suhu tubuh dalam kisaran yang normal dengan
menyesuaikan pakaian yang digunakan dan memodifikasi lingkungan
h. Menjaga kebersihan diri dan penampilan
i. Menghindari bahaya dari lingkungan dan menghindari membahayakan
orang lain
Page 2
7
j. Berkomunikasi dengan orang lain dalam mengekspresikan emosi,
kebutuhan, kekhawatiran, dan opini
k. Beribadah sesuai agama dan kepercayaan
l. Bekerja sedemikian rupa sebagai modal untuk membiayai kebutuhan
hidup
m. Bermain atau berpatisipasi dalam berbagai bentuk rekreasi
n. Belajar menemukan atau memuaskan rasa ingin tahu yang mengarah
pada perkembangan yang normal, kesehatan, dan penggunaan fasilitas
kesehatan yang tersedia.
2. Konsep dasar suhu tubuh
a. Pengertian suhu tubuh
Suhu tubuh adalah perbedaan antara jumlah panas yang dihasilkan
tubuh dengan jumlah panas yang hilang ke lingkungan luar. Mekanisme
kontrol suhu pada manusia menjaga suhu inti (suhu jaringan dalam)
tetap konstan pada kondisi lingkungan dan aktivitas fisik yang ekstrem.
Namun, suhu permukaan berubah sesuai aliran darah ke kulit dan jumlah
panas yang hilang ke lingkungan luar. Karena perubahan tersebut, suhu
normal pada manusia berkisar dari 36,5 sampai 37,5oC. Pada rentang
ini, jaringan dan sel tubuh akan berfungsi secara optimal.
Nilai suhu tubuh juga ditentukan oleh lokasi pengukuran (oral,
rektal, aksila, membran timpani, arteri temporalis, esofagus, arteri
pulmonal atau kandung kemih). Suhu normal bayi baru lahir berkisar
36,5 – 37,5oC (suhu pada aksila). Pengukuran suhu tubuh bertujuan
memperoleh nilai suhu jaringan dalam pada tubuh. Lokasi yang
mewakili suhu ini merupakan indikator yang lebih terpercaya
dibandingkan lokasi yang mewakili suhu permukaan (Potter Perry,
2010).
b. Faktor yang memengaruhi produksi panas
1) Metabilosme basal berperan terhadap panas yang dihasilkan oleh
tubuh saat beristirahat total. Laju metabolik basal atau basal
metabolic (BMR) biasanya bergantung pada area permukaan tubuh.
Page 3
8
BMR juga dipengaruhi oleh hormon tiroid. Dengan merangsang
penguraian glukosa dan lemak, hormon tiroid meningkatkan reaksi
kimia dalam sel tubuh. Ketiadaan hormon tiroid akan menurunkan
BMR menjadi setengahnya, sehingga terjadi pengurangan produksi
panas. Hormon seks testosteron meningkatkan BMR sehingga pria
memiliki BMR yang lebih tinggi dari pada wanita.
2) Gerakan volunter seperti aktivitas otot pada olahraga membutuhkan
energi tambahan. Laju metabolik meningkat saat aktivitas,
terkadang meningkatkan produksi panas hingga 50 kali lipat.
3) Memenggigil adalah respon tubuh involunter terhadap perbedaan
suhu dalam tubuh. Gerakan otot lurik saat menggigil membutuhkan
energi yang cukup besar. Mengigil menghasilkan produksi panas 4
sampai 5 kali lipat dari normal. Panas ini akan membantu
menyeimbangkan suhu tubuh sehingga menggigil akan berhenti.
Pada pasien yang rentan, menggigil akan menghabisakan energi
sehingga terjadi perburukan fisiologis lebih lanjut.
4) Termogenesis tanpa menggigil terjadi pada neonatus. Neonatus
tidak dapat menggigil sehingga jaringan coklat vaskular yang ada
saat lahir dimetabolisme untuk produksi panas. Jaringan tersebut
sangat terbatas jumlahnya.
c. Faktor yang memengaruhi kehilangan panas
Kehilangan dan produksi panas terjadi secara bersamaan. Struktur
kulit dan pajanan terhadap lingkungan mengakibatkan kehilangan
panas normal yang konstan melalui :
1) Radiasi
Transfer panas dari permukaan suatu objek ke permukaan objek
lainnya tanpa kontak lansung diantara keduanya. Panas pada 85 %
area luas permukaan tubuh diradiasikan ke lingkungan.
Vasokontriksi perifer meningkatkan aliran darah dari organ dalam
ke kulit untuk meningkatkan kehilangan panas. Vasokontriksi
perifer meminimalisasi kehilangan panas. Radiasi akan meningkat
Page 4
9
saat perbedaan suhu antara dua objek semakin besar. Sebaliknya jika
lingkungan lebih panas dibandingkan kulit, tubuh akan menyerap
panas melalui radiasi. Contohnya : melepaskan pakaian dan selimut.
2) Konduksi
Transfer panas dari dan melalui kontak langsung antara dua
objek. Benda padat, cair, dan gas mengkonduksi panas melalui
kontak. Saat kulit yang hangat menyentuh objek yang lebih dingin,
panas akan hilang. Konduksi hanya berperan untuk sejumlah kecil
kehilangan panas. Contohnya : memberikan kompres es dan
memandikan pasien dengan kain dingin.
3) Konveksi
Transfer panas melalui melalui gerakan udara. Contohnya :
kipas angin. Kehilangan panas konvektif meningkat jika kulit yang
lembab terpapar dengan udara yang bergerak.
4) Evaporasi
Transfer energi panas saat cairan berubah menjadi gas. Tubuh
kehilangan panas secara kontinu melalui evaporasi. Sekitar 600 –
900 cc air tiap harinya menguap dari kulit dan paru – paru sehingga
terjadi kehilangan air dan panas. Tubuh menambah evaporasi
melalui perspirasi (berkeringat). Saat suhu tubuh meningkat,
hipotalamus anterior memberikan sinyal kepada kelenjar keringat
untuk melepaskan keringat melalui saluran kecil pada permukaan
kulit. Keringat akan mengalami evaporasi, sehingga terjadi
kehilangan panas.
5) Diaforesis
Perspirasi yang tampak dan umumnya terjadi pada dahi dan
dada bagian atas. Evaporasi yang berlebihan akan menyebabkan
sisik pada kulit dan rasa gatal serta pengeringan nares dan faring.
Suhu tubuh yang menurun akan menghambat sekresi kelenjar
keringat. Kelainan kongenital berupa ketiadaan kelenjar keringat
Page 5
10
dapat menyebabkan seseorang tidak dapat bertahan pada suhu
hangat karena tidak mampu mendinginkan tubuhnya.
d. Faktor yang mempengaruhi suhu tubuh
1) Usia
Pada bayi dan balita belum terjadi kematangan mekanisme
pengaturan suhu tubuh sehingga dapat terjadi perubahan suhu tubuh
yang drastis terhadap lingkungan. Pastikan mereka mengenakan
pakaian yang cukup dan hindari pajanan terhadap suhu lingkungan.
Seorang bayi baru lahir dapat kehilangan 30% panas tubuh melalui
kepala sehingga ia harus menggunakan tutup kepala untuk
mencegah kehilangan panas. Suhu tubuh bayi baru lahir antara 35,5
– 37,5°C.
Regulasi tubuh baru mencapai kestabilan saat pubertas. Suhu
normal akan terus menurun saat seseorang semakin tua. Para dewasa
tua memiliki kisaran suhu tubuh yang lebih rendah dibandingkan
dewasa muda. Suhu oral senilai 35°C pada lingkungan dingin cukup
umum ditemukan pada dewasa tua. Namun rata – rata suhu tubuh
dari dewasa tua adalah 36°C. Mereka lebih sensitif terhadap suhu
yang ekstrem karena perburukan mekanisme pengaturan, terutama
pengaturan vasomotor (vasokontriksi dan vasodilatasi) yang buruk,
berkurangnya aktivitas kelenjar keringat dan metabolisme yang
menurun.
2) Olahraga
Aktivitas otot membutuhkan lebih banyak darah serta
peningkatan pemecahan karbohidrat dan lemak. Berbagai bentuk
olahraga meningkatkan metabolisme dan dapat meningkatkan
produksi panas sehingga terjadi peningkatan suhu tubuh. Olahraga
berat yang lama seperti lari jarak jauh dapat meningkatkan suhu
tubuh sampai 41 °C.
Page 6
11
3) Kadar hormon
Umumnya wanita mengalami fluktuasi suhu tubuh yang lebih
besar. Hal tersebut dikarenakan adanya variasi hormonal saat siklus
menstruasi. Kadar progesteron naik dan turun sesuai siklus
menstruasi. Saat progesteron rendah, suhu tubuh berada dibawah
suhu dasar yaitu sekitar 1/10nya. Suhu ini bertahan sampai terjadi
ovulasi, kadar progesteron yang memasuki sirkulasi akan meningkat
dan menaikan suhu tubuh ke suhu dasar atau ke suhu yang lebih
tinggi. Variasi suhu ini dapat membantu mendeteksi masa subur
seorang wanita. Perubahan suhu tubuh juga terjadi pada wanita saat
menopause. Mereka biasanya mengalami periode panas tubuh yang
intens dan perspirasi selama 30 detik sampai 5 menit. Pada periode
ini terjadi peningkatan disebut hot flashes. Hal ini diakibatkan
ketidakstabilan pengaturan vasomotor.
4) Irama sirkadian
Suhu tubuh yang normal berubah 0,5 sampai 1°C selama
periode 24 jam. Suhu terendah berada diantara pukul 1 sampai 4
pagi. Pada siang hari suhu tubuh meningkat dan mencapai
maksimum pada pukul 6 sore, lalu menurun kembali sampai pagi
hari. Pola suhu ini tidak mengalami perubahan pada individu yang
bekerja di malam hari dan tidur di siang hari. Dibutuhkan 1 sampai
3 minggu untuk terjadinya pembalikan siklus. Secara umum, irama
suhu sirkardian tidak berubah seiring usia.
5) Stress
Stress fisik maupun emosional meningkatkan suhu tubuh
melalui stimulasi hormonal dan saraf. Perubahan fisologis ini
meningkatkan metebolisme, yang akan meningkatkan produksi
panas. Pasien yang gelisah akan memiliki suhu normal yang lebih
tinggi.
Page 7
12
6) Lingkungan
Lingkungan mempengaruhi suhu tubuh. Tanpa mekanisme
kompensasi yang tepat, suhu tubuh manusia berubah mengikuti suhu
lingkungan. Suhu lingkungan lebih berpengaruh terhadap anak –
anak dan dewasa tua karena mekanisme regulasi suhu mereka yang
kurang efisien.
e. Perubahan suhu tubuh
Perubahan pengaturan homeostatik suhu normal oleh hipotalamus
dapat disebabkan oleh infeksi, vaksin, agen biologis (faktor perangsang
koloni granulosit-makrofag, interferon, interleukin), jejas jaringan
(infark, emboli pulmonal, trauma suntikan intramuskular, luka bakar),
keganasan (leukimia, limfoma, hepatoma, penyakit metastasis), obat-
obatan (demam obat, kokain, amfoterisin B), gangguan imunologik-
reumatologik (lupus eritematosus sistemik, artritis reumatoid), penyakit
radang (penyakit radang usus), penyakit granulomatosis (sarkoidosis),
gangguan endokrin (tiroktosikosis, feokromositoma), gangguan
metabolik (gout, uremia, penyakit febris, hiperlipidema tipe I), dan
wujud-wujud yang belum diketahui atau kurang dimengerti (demam
mediteranian familial). Demam palsu (diimbas-sendiri) mungkin
diakibatkan oleh manipulasi termometer secara sengaja atau
penyuntikan bahan pirogen.
Tanpa memandang etiologinya, jalur akhir penyebab demam yang
paling sering adalah produksi pirogen endogen, yang kemudian secara
langsung mengubah titik-ambang suhu hipotalamus, menghasilkan
pembentukkan panas dan konservasi panas (Gambar 2.1). Urut – urutan
pembentukan sitokin dalam responsnya terhadap pirogen eksogen, dan
selanjutnya terjadi produksi prostaglandin E2 (PGE2) hipotalamus,
mungkin memerlukan waktu 60-90 menit. Demam merupakan salah
satu manifestasi respons radang yang dihasilkan oleh mekanisme
pertahanan hospes yang ditengahi sitokin (Behrman, dkk, 2000).
Page 8
13
Gambar 2.1 Perubahan Suhu
Sumber : Behrman, dkk, 2000
1) Demam
Demam terjadi karena ketidakmampuan mekanisme kehilangan
panas untuk mengimbangi produksi panas yang berlebihan sehingga
terjadi peningkatan suhu tubuh. Demam tidak berbahaya jika
dibawah 39oC, dan pengukuran tunggal tidak menggabarkan demam
selain adanya tanda klinis, penentuan demam juga didasarkan pada
pembacaan suhu pada waktu yang berbeda dalam satu hari dan
dibandingkan dengan nilai normal individu.
Demam adalah mekanisme pertahanan yang penting.
Peningkatan suhu ringan sampai 39oC menambah sistem imunitas
tubuh. Saat episode febris, produksi sel darah putih dirangsang.
Peningkatan suhu akan menurunkan konsentrasi besi dalam plasma
darah sehingga menekan pertumbuhan bakteri. Demam juga
Page 9
14
melawan infeksi virus dengan menstimulasi interveron, yaitu
subtansi antivirus alamial pada tubuh.
Demam dan polanya dapat membantu diagnosis. Pola demam
tergantung pada pirogen penyebab. Peningkatan atau penurunan
aktivitas pirogen mengakibatkan peningkatan (spike) dan penurunan
demam pada waktu yang berbeda. Durasi dan tingkat demam
bergantung pada kekuatan pirogen dan kemampuan respon individu.
2) Kelelahan akibat panas
Kelelahan akibat panas terjadi bila diaforesis yang banyak
mengakibatkan kehilangan cairan dan eletrolit secara berlebihan,
disebabkan oleh lingkungan yang terpajan panas. Tanda dan gejala
kurang volume cairan adalah hal umum selama kelelahan akibat
panas. Tindakan pertama yaitu memindahkan pasien ke lingkungan
yang lebih dingin serta memperbaiki keseimbangan cairan dan
elektrolit.
3) Hipertermia
Peningkatan suhu tubuh yang berhubungan dengan
ketidakmampuan tubuh menghilangkan panas ataupun mengurangi
produksi panas tersebut disebut hipertermia. Hipertemi terjadi
karena adanya beban yang berlebihan pada mekanisme pengaturan
suhu tubuh. Setiap penyakit atau trauma pada hipotalamus dapat
mempengaruhi mekanisme panas. Hipertermia malignan merupakan
kondisi herediter dimana terjadi produksi panas yang tidak
terkontrol, biasanya terjadi saat individu tersebut mendapat obat
anestesi tertentu
4) Heatstroke
Panas akan menekan fungsi hipotalamus. Pajanan yang lama
terhadap matahari atau lingkungan panas akan membebani
mekanisme kehilangan panas pada tubuh kondisi ini mengakibatkan
heatstroke yaitu kegawatan berbahaya dengan mortalitas yang
tinggi. Pasien yang berisiko adalah anak-anak, lansia, pederita
Page 10
15
penyakit kardiovaskular, hipotiroid, diabetes atau alkoholisme.
Resiko ini juga terdapat pada individu yang mengkonsumsi obat-
obatan yang dapat mengurangi kemampuan tubuh untuk membuang
panas. (fenotiazin, antikolinergik, deuretik, amfetamin, dan
antagonis beta-adrenergik), serta pasien yang berolahraga atau
bekerja keras (atlet, pekerja bangunan, dan petani).
Tanda dan gejala heatstroke adalah rasa bingung, delirium, haus
yang sangat, mual, kram otot, gangguan penglihatan dan bahkan
inkontinensia. Suhu tubuh dapat mencapai 45oC dan terdapat
peningkatan frekuensi denyut jantung dan penurunan tekanan darah.
Tanda yang paling penting adalah kulit yang panas dan kering.
Korban heatstoke tidak berkeringat karena terjadi kehilangan
elektrolit yang berat dan malfungsi hipotalamus. Jika berlanjut,
pasien heatstroke dapat kehilangan kesadaran dengan pupil yang
non reaktif. Kerusakan neurologis permanen dapat terjadi kecuali
tindakan pendinginan segera dilakukan.
5) Hipotermia
Panas yang hilang saat paparan lama terhadap lingkungan
dingin akan melebihi kemampuan tubuh untuk menghasilkan panas,
sehingga terjadi hipotermia. Hipotermia dikelompokkan oleh
pengukuran suhu inti. Hipotermiaa yang disengaja dapat dilihat
selama prosedur operasi untuk menurunkan kebutuhan metabolisme
dan oksigen.
f. Macam – macam termometer
Terdapat tiga jenis termometer suhu badan, yaitu termometer
elektronik, termometer sekali pakai dan termometer air raksa.
1) Termometer elektronik
Termometer elektronik memiliki unit penyaji yang disuplai oleh
baterai, kabel kawat tipis dan probe yang ditutup oleh pembungkus
sekali pakai. Probe yang terpisah bagi penggunaan oral dan rektal
sudah dapat ditemukan. Probe oral juga dapat digunakan untuk
Page 11
16
mengukur suhu aksila. Terdapat dua modus operasi pada
termometer elektronik, yaitu suhu prediktif 4 detik dan suhu standar
3 menit. Pada tatanan klinik, sebagian besar perawat menggunakan
modus pertama. Sinyal suara dan pembacaan tampak pada unit
penyaji saat pembacaan suhu puncak telah diukur.
Kelebihan termometer elektronik adalah kecepatan dan
kemudahan penyajian hasilnya. Pembungkusnya terbuat dari plastik
yang tidak dapat robek sehingga dapat digunakan untuk anak-anak.
Kerugian alat ini adalah harganya yang mahal. Kebersihan probe
harus dijaga. Jika tidak dibersihkan dengan baik kontaminasi
fastrointestinal dari probe rektal dapat menyebabkan transmisi
penyakit bersihkan dan lap termometer dengan alkohol setiap hari,
dan lap probe termometer dengan lembaran kapas alkohol setelah
memeriksa satu pasien.
2) Termometer chemical dot
Termometer chemical dot sekali pakai atau pakai ulang adalah
lembaran plastik tipis dengan sensor suhu pada salah satu ujungnya.
Sensor ini memiliki titik – titik yang ditanam secara kimiawi dan
dapat berubah warna pada suhu yang berbeda. Pada versi Celcius
terdapat 50 titik, tiap titik menandakan perubahan suhu sebesar
0,1oC dalam kisaran 35,5 sampai 40,4oC. Titik-titik pada termometer
berubah warna untuk menggambarkan perubahan suhu, biasanya
dalam 60 detik. Sebagian besar merupakan alat sekali pakai.
3) Termometer kaca
Temperatur air raksa berbentuk tube kaca tertutup pada salah
satu ujungnya, dan bulatan yang berisi air raksa pada ujung lainnya.
Pajanan bulatan terhadap panas menyebabkan air raksa
mengembang dan naik di dalam tube tersebut. Pengukuran suhu
dengan termometer ini membutuhkan persiapan khusus. Selain
dibutuhkan posisi sesuai lokasi pengukuran pengguna juga harus
mempertahankan posisi tersebut untuk jangka waktu tertentu agar
Page 12
17
pengukurannya akurat. Selain masalah waktu, termometer air raksa
juga mudah pecah sehingga terjadi pengeluaran air raksa. Jika ini
terjadi ambil tindakan segera. Walaupun penyediaan pelayanan
kesehatan jarang menggunakan termometer ini, tetapi beberapa
pasien memilikinya di rumah. Sangat penting untuk mengedukasi
pasien dan keluarganya tentang cara penggunaan termometer air
raksa dan tindakan yang harus diambil jika termometer tersebut
pecah .
B. Tinjauan Asuhan Keperawatan
Tahap – tahap dalam proses keperawatan tersebut adalah sebagai berikut :
1. Pengkajian
Pengkajian keperawatan adalah tahap awal dari proses keperawatan dan
merupakan suatu proses yang sistematis dalam pengumpulan data dari
berbagai sumber data untuk mengevaluasi dan mengidentifikasi status
kesehatan pasien (Budiono, 2015).
Kegiatan pengkajian yang dilakukan oleh seorang perawat dalam
pengumpulan data dasar, yaitu mengkaji identitas atau biodata pasien.
Pengumpulan data merupakan suatu kegiatan untuk menghimpun informasi
tentang status kesehatan pasien. Status kesehatan pasien yang normal
maupun yang senjang hendaknya dapat dikumpulkan. Hal ini
dimasuksudkan untuk mengidentifikasi pola fungsi kesehatan pasien, baik
yang efektif optimal maupun yang bermasalah.
Teknik pengumpulan data yang dapat dilakukan ada 3, yaitu :
a. Anamnesis yaitu suatu proses tanya jawab atau komunikasi untuk
mengajak pasien dan keluarga bertukar pikiran dan perasaan, mencakup
ketrampilan secara verbal dan nonverbal, empati dan rasa kepedulian
yang tinggi.
b. Observasi yaitu pengamatan perilaku dan keadaan pasien untuk
memperoleh data tentang masalah kesehatan dan keperawatan pasien.
Page 13
18
c. Pemeriksaan fisik yang dilakukan dengan menggunakan metode atau
teknik PE (Physical Examination) yang terdiri atas :
1) Inspeksi, yaitu suatu teknik yang dapat dilakukan dengan proses
observasi yang dilaksanakan secara sistematik.
2) Palpasi, yaitu suatu teknik yang dapat dilakukan dengan
menggunakan indra peraba.
3) Perkusi adalah pemeriksaan yang dapat dilakukan dengan mengetuk,
dengan tujuan untuk membandingkan kiri-kanan pada setiap daerah
permukaan tubuh dengan menghasilkan suara.
4) Auskultasi merupakan pemeriksaan yang dapat dilakukan dengan
mendengar suara yang dihasilkan oleh tubuh dengan menggunakan
stetoskop.
2. Diagnosis keperawatan
Diagnosa keperawatan adalah pernyataan yang jelas mengenai status
kesehatan atau masalah aktual atau resiko dalam rangka mengidentifikasi
dan menentukan intervensi keperawatan untuk mengurangi, menghilangkan
atau mencegah masalah kesehatan pasien yang ada pada tanggung jawabnya
(Carpenito dalam Tarwoto, 2010).
Selanjutnya, pengertian lain menyebutkan bahwa diagnosa
keperawatan merupakan penilaian klinis tenteng respons individu, keluarga,
ataupun potensial sebagai dasar pemilihan intervensi keperawatan untuk
mencapai hasil tempat perawat bertanggung jawab.
Tujuan penggunaan diagnosa keperawatan adalah sebagai berikut :
a. Memberikan bahasa yang umum bagi perawat sehingga dapat terbentuk
jalinan informasi dalam persamaan persepsi.
b. Meningkatkan identifikasi tujuan yang tepat sehingga pemilihan
intervensi lebih akurat dan menjadi pedoman dalam melakukan
evaluasi.
c. Menciptakan standar paratik keperawatan.
d. Memberikan dasar peningkatan kualitas pelayanan keperawatan.
Page 14
19
Berdasarkan patofisilogis penyakit dan manifestasi klinik yang muncul
maka dignosa keperawatan yang sering muncul pada pasien dengan
kegagalan mempertahankan suhu tubuh dalam batas normal adalah :
a. Termoregulasi tidak efektif berhubungan dengan proses infeksi
Definisi : mempertahankan suhu tubuh dalam batas normal
Penyebab :
1. Stimulasi pusat termoregulasi hipotalamus
2. Fluktuasi suhu lingkungan
3. Proses penyakit
4. Proses penuaan
5. Dehidrasi
6. Ketidaksesuaian pakaian suhu lingkungan
7. Peningkatan kebutuhan oksigen
8. Perubahan laju metabolisme
9. Suhu lingkungan ekstrem
10. Ketidakadekuatan suplai lemak subkutan
11. Berat badan ekstrem
12. Efek agen farmakologis
Tabel 2.1 Gejala dan Tanda Termoregulasi Tidak Efektif
Tanda Mayor Tanda Minor
Subjektif Objektif Subjektif Objektif
(tidak tersedia)
1. Kulit dingin
2. Menggigil
3. Suhu tubuh
fluktuatif (tidak tersedia)
1. Piloereksi
2. Pengisian
kapiler > 3
detik
3. Tekanan
darah
meningkat
4. Pucat
Page 15
20
5. Frekuensi
napas
meningkat
6. Takikardi
7. Kejang
8. Kulit
kemerahan
9. Dasar kuku
sianotik
Sumber : SDKI, 2017
b. Hipertermia berhubungan dengan proses infeksi
Definisi : suhu tubuh meningkat diatas rentang normal tubuh.
Penyebab :
1) Dehidrasi
2) Terpapar lingkungan panas
3) Proses penyakit (mis. Infeksi, Kanker)
4) Ketidaksesuaian pakaian suhu lingkungan
5) Peningkatan laju metabolisme
6) Respon trauma
7) Aktivitas berlebihan
8) Penggunaan inkubator
Tabel 2.2 Gejala dan Tanda Hipertermia
Tanda Mayor Tanda Minor
Subjektif Objektif Subjektif Objektif
(tidak tersedia)
1. Suhu tubuh
diatas nilai
normal (tidak tersedia)
1. Kulit merah
2. Kejang
3. Takikardi
4. Takipneu
5. Kulit terasa
hangat
Sumber : SDKI, 2017
Page 16
21
3. Perencanaan
Perencanaan adalah pengembangan strategi desain untuk mencegah,
mengurangi, dan mengatasi masalah-masalah yang telah diidentifikasi
dalam diagnosis keperawatan. Desain perencanaan menggambarkan sejauh
mana seorang tenaga kesehatan mampu menetapakan cara menyelesaikan
masalah dengan efektif dan efisien.
Pada tahap perencanaan, ada empat hal yang harus diperhatikan :
a. Menentukan prioritas masalah.
b. Menentukan tujuan.
c. Menentukan kriteria hasil.
d. Merumuskan intervensi dan aktivitas perawatan
Page 17
22
Tabel 2.3 Rencana Tindakan Keperawatan Menurut Buku Standar Intervensi Keperawatan Indonesia (SIKI).
Diagnosa Intervensi utama Intervensi pendukung
Termogulasi tidak efektif b.d proses penyakit
Setelah dilakukan tindakan keperawatan
diharapkan termogulasi tidak efektif dapat teratasi
dengan kriteria hasil :
a. Keseimbangan antara produksi panas,
panas yang diterima, dan kehilangan panas
b. Seimbang antara produksi panas, panas
yang diterima, dan kehilangan panas
selama 28 hari pertama kehidupan
c. Temperatur stabil
d. Tidak ada kejang
Regulasi Temperatur
Definisi : mempertahankan suhu tubuh dalam batas
normal
Tindakan :
Observasi
1. Monitor suhu anak sampai stabil (36,5-
37,5oC)
2. Monitor suhu tubuh anak tiap 2 jam
3. Monitor tekanan darah, frekuensi pernapasan
dan nadi
4. Monitor warna dan suhu kulit
5. Monitor dan catat tanda Hipotermia dan
Hipertermia
Terapeutik
1. Pasang alat pemantau suhu kontinu jika perlu
2. Tingkatkan asupan cairan dan nutrisi yang
adekuat.
3. Gunakan matras penghangat, selimut hangat
dan penghangat ruangan untuk menaiikan
suhu tubuh jika perlu.
4. Gunakan kasur pendingin, water circulating
blankets, icpack atau gel pad dan
intravaskuler cooling catheterzation untuk
menurunkan suhu tubuh
5. Sesuaikan suhu lingkungan dengan kebutuhan
pasien.
Edukasi
1. Jelaskan cara pencegahan heat exhaustion dan
head stroke.
1. Edukasi aktivitas / istirahat
2. Edukasi berat badan efektif
3. Edukasi dehidrasi
4. Edukasi pengukuran suhu tubuh
5. Edukasi terapi cairan
6. Edukasi termoregulasi
7. Kompres dingin
8. Kompres panas
9. Manajemen cairan
10. Manajemen demam
11. Manajemen Hipertermia
12. Manajemen Hipotermia
13. Manajemen lingkungan
14. Pemantauan cairan
15. Pemantauan tanda vital
16. Pencegahan Hipertermia maligna
17. Perawatan bayi
18. Promosi teknik kulit ke kulit
Page 18
23
2. Jelaskan cara pencegahan Hipotermia karena
terpapar udara dingin
3. Demonstrasikan teknik perawatan metode
kanguru (PMK) untuk bayi BBLR
Kolaborasi
1. Kolaborasi pemberian anti peuretik jika perlu
Hipertermiaa berhubungan dengan proses penyakit
Setelah dilakukan tindakan keperawatan
diharapkan Hipertermia dapat teratasi dengan
kriteria hasil :
a. Suhu tubuh dalam rentang normal
b. Nadi dan RR dalam rentang normal
c. Tidak ada perubahan warna kulit dan tidak
ada pusing
Manajemen Hipertermiaa
Definisi : mengidentifikasi dan mengelola
peningkatan suhu tubuh akibat disfungsi
termoregulasi
Tindakan :
Observasi
1. Identifikasi penyebab Hipertermiaa (mis.
Dehidrasi, terpapar lingkungan, panas,
penggunaan inkubator)
2. Monitor suhu tubuh
3. Monitor kadar elektrolit
4. Monitor keluaran urin
5. Monitor komplikasi akibat Hipertermiaa
Terapeutik
1. Sediakan lingkungan yang dingin
2. Longgarkan atau lepaskan pakaian
3. Basahi dan kipasi permukaan tubuh
4. Berikan cairan oral
5. Ganti linen setiap hari atau lebih sering
mengalami hiperhidrosis (keringat berlebih)
6. Lakukan pendinginan eksternal (mis. Selimut
Hipotermiaa atau kompres dingin pada dahi,
leher, dada, abdomen, aksila).
7. Hindari pemberian antipeuretik atau aspirin
8. Berikan oksigen jika perlu
Edukasi
1. Anjurkan tirah baring
1. Edukasi analgesia terkontrol
2. Edukasi dehidrasi
3. Edukasi pengukuran suhu tubuh
4. Edukasi program pengobatan
5. Edukasi terapi cairan
6. Edukasi termoregulasi
7. Kompres dingin
8. Manajemen cairan
9. Manajemen kejang
10. Pemantauan cairan
11. Pemberian obat
12. Pemberian obat intravena
13. Pemberian obat oral
14. Pencegahan Hipertermia keganasan
15. Perawatan sirculasi
16. Promosi teknik kulit ke kulit
Page 19
24
Kolaborasi
1. Kolaborasi pemberian cairan dan elektrolit
intravena, jika perlu.
Regulasi Temperatur
Definisi : mempertahankan suhu tubuh dalam
rentang normal
Tindakan :
Observasi
1. Monitor suhu anak sampai stabil (36,5-
37,5oC)
2. Monitor suhu tubuh anak tiap 2 jam
3. Monitor tekanan darah, frekuensi pernapasan
dan nadi
4. Monitor warna dan suhu kulit
5. Monitor dan catat tanda Hipotermia dan
Hipertermia
Terapeutik
1. Pasang alat pemantau suhu kontinu jika perlu
2. Tingkatkan asupan cairan dan nutrisi yang
adekuat.
3. Gunakan matras penghangat, selimut hangat
dan penghangat ruangan untuk menaiikan
suhu tubuh jika perlu.
4. Gunakan kasur pendingin, water circulating
blankets, icpack atau gel pad dan
intravaskuler cooling catheterzation untuk
menurunkan suhu tubuh
5. Sesuaikan suhu lingkungan dengan kebutuhan
pasien.
Edukasi
1. Jelaskan cara pencegahan heat exhaustion dan
head stroke.
Page 20
25
2. Jelaskan cara pencegahan Hipotermia karena
terpapar udara dingin
3. Demonstrasikan teknik perawatan metode
kanguru (PMK) untuk bayi BBLR
Kolaborasi
1. Kolaborasi pemberian anti peuretik jika perlu
Sumber : SIKI, 2018
Page 21
26
4. Implementasi
Implementasi merupakan tindakan yang sudah direncanakan dalam
rencana perawatan. Tindakan keperawatan mencakup tindakan mandiri
(independen) dan tindakan kolaborasi.
Tindakan mandiri (independen) adalah aktivitas perawat yang
didasarkan pada kesimpulan atau keputusan sendiri dan bukann merupakan
petunjuk atau perintah dari petugas kesehatan lain. Tindakan kolaborasi
adalah tindakan yang didasarkan hasil keputusan bersama, seperti dokter
dan petugas kesehatan lain.
Perencanaan yang dapat diimplementasikan tergantung pada aktivitas
berikut ini:
a. Kesinambungan pengumpulan data.
b. Penentuan prioritas.
c. Bentuk intervensi keperawatan.
d. Dokumentasi asuhan keperawatan.
e. Pemberian catatan perawatan secara verbal.
f. Mempertahankan rencana pengobatan.
5. Evaluasi
Evaluasi adalah penilaian dengan cara membandingkan perubahan
keadaan pasien (hasil yang diamati) dengan tujuan dan kriteria hasil yang
perawat buat pada tahap perencanaan.
Evaluasi perkembangan kesehatan pasien dapat dilihat dari hasilnya.
Tujuannya adalah untuk mengetahui sejauh mana tujuan perawatan dapat
dicapai dan memberikan umpan balik terhadap asuhan keperawatan yang
diberikan.
Langkah-langkah evaluasi adalah sebagai berikut :
a. Daftar tujuan-tujuan pasien.
b. Lakukan pengkajian apakah pasien dapat melakukan sesuatu.
c. Bangdingkan antara tujuan dengan kemampuan pasien.
d. Diskusikan dengan pasien, apakah tujuan dapat tercapai atau tidak.
Page 22
27
C. Tinjauan Konsep Penyakit
1. Definisi Demam
Demam adalah meningkatnya temperatur suhu tubuh secara abnormal.
Tipe demam yang mungkin kita jumpai antara lain:
a. Demam septik yaitu suhu badan berangsur naik ketingkat yang tinggi
sekali pada malam hari dan turun kembali ketingkat diatas normal pada
pagi hari. Sering disertai keluhan menggigil dan berkeringat. Bila
demam yang tinggi tersebut turun ketingkat yang normal dinamakan
juga demam hektik.
b. Demam remiten yaitu suhu badan dapat turun setiap hari tetapi tidak
pernah mencapai suhu badan normal. Penyebab suhu yang mungkin
tercatat dapat mencapai dua derajat dan tidak sebesar perbedaan suhu
yang dicatat demam septik.
c. Demam intermiten yaitu suhu badan turun ketingkat yang normal
selama beberapa jam dalam satu hari. Bila demam seperti ini terjadi
dalam dua hari sekali disebut tersiana dan bila terjadi dua hari terbebas
demam diantara dua serangan demam disebut kuartana.
d. Demam kontinyu yaitu variasi suhu sepanjang hari tidak berbeda lebih
dari satu derajat. Pada tingkat demam yang terus menerus tinggi sekali
disebut hiperpireksia.
e. Demam siklik yaitu terjadi kenaikan suhu badan selama beberapa hari
yang diikuti oleh kenaikan suhu seperti semula.
Suatu tipe demam kadang-kadang dikaitkan dengan suatu penyakit
tertentu misalnya tipe demam intermiten malaria. Seorang pasien dengan
keluhan demam mungkin dapat dihubungkan segera dengan suatu sebab
yang jelas seperti: abses, pneunomia, infeksi saluran kencing, malaria, tetapi
kadang sama sekali tidak dapat dihibungkan segera dengan suatu sebab yang
jelas. Dalam praktek 90% dari para pasien dengan demam yang baru saja
dialami, pada dasarnya merupakan suatu penyakit yang self-limting seperti
influensa atau penyakit virus sejenis lainnya. Namun hal ini tidak berarti
kita tidak harus tetap waspada terhadap infeksi bakterial.
Page 23
28
2. Etiologi
a. Penyebab demam selain infeksi juga dapat disebabkan oleh keadaan
toksemia, keganasan atau reaksi terhadap pemakaian obat, juga pada
gangguan pusat regulasi suhu sentral (misalnya: perdarahan otak,
koma). Pada dasarnya untuk mencapai ketetapan diagnosis penyebab
demam diperlukan antara lain: ketelitian pengambilan riwayat penyakit
pasien, pelaksanaan pemeriksaan fisik, observasi perjalanan penyakit
dan evaluasi pemeriksaan laboratorium, serta penunjang lain secara
tepat dan holistik.
b. Beberapa hal khusus perlu diperhatikan pada demam adalah cara timbul
demam, lama demam, tinggi demam serta keluhan dan gejala lain yang
menyertai demam.
c. Demam belum terdiagnosis adalah suatu keadaan dimana seorang
pasien mengalami demam terus menerus selama 3 minggu dan suhu
badan diatas 38,3oCdan tetap belum didapat penyebabnya walaupun
telah diteliti selama satu minggu secara intensif dengan menggunakan
sarana laboratorium dan penunjang medis lainnya.
3. Patofisiologi
Exogenous dan virogens (seperti: bakteri, virus, kompleks antigen –
antibodi) akan menstimulasi sel host inflamasi (seperti: makrofag, sel PMN)
yang memproduksi endogenous pyrogen. Interleukin 1 sebagai prototypical
ER Eps menyebabkan endotelium hipotalamus meningkatkan prostaglandin
dan neurotransmiter, kemudian beraksi dengan neuron preoptik di
hipotalamus anterior dengan memproduksi peningkatan “set point”.
Mekanisme tubuh secara fisiologis mengalami (vasokonstriksi perifer,
menggigil) dan perilaku ingin berpakaian yang tebal atau ingin diselimuti
dan minum air hangat. Demam sering kali dikaitkan dengan adanya
gangguan pada :set point: hipotalamus oleh infeksi, alergi, endotoxin atau
tumor.
Page 24
29
Gambar 2.2 Pathway Demam
Sumber: Suriadi, 2006
4. Manifestasi klinis
a. Anak rewel (suhu lebih tinggi dari 37,8 – 40oC)
b. Kulit kemerahan
c. Hangat pada sentuhan
d. Peningkatan frekuensi pernapasan
e. Menggigil
f. Dehidrasi
g. Kehilangan nafsu makan
h. Gelisah
i. Nadi dan pernapasan cepat
5. Pemeriksaan penunjang
a. Uji coba darah
Contoh pada Demam Dengue terdapat leucopenia pada hari ke-2 atau
hari ke-3. Pada DBD dijumpai trombositopenia dan hemokonsentrasi.
Page 25
30
Masa pembekuan masih normal, masa perdarahan biasanya
memanjang, dapat ditemukan penurunan factor II, V, VII, IX, dan XII.
Pada pemeriksaan kimia darah tampak hipoproteinemia, hiponatremia,
hipokloremia. SGOT, serum glutamit piruvat (sgpt), ureum, dan pH
darah mungkin meningkat, reverse alkali menurun.
b. Pembiakan kuman dari cairan tubuh/ lesi permukaan atau sinar tembus
rutin. Contoh pada DBD air seni mungkin ditemukan albuminuria
ringan.
c. Dalam tahap melalui biopsi pada tempat-tempat yang dicurigai. Juga
dapat dilakukan pemeriksaan seperti anginografi, aortografi atau
limfangiografi.
d. Ultrasonografi, endoskopi atau scanning, masih dapat diperiksa.
6. Komplikasi
a. Kejang
b. Risiko persisten bakteremia
c. Risiko meningitis
d. Risiko ke arah keseriusan penyakit
7. Penatalaksanaan
Pada dasarnya menurunkan demam dapat dilakukan secara fisik, obat-
obatan maupun kombinasi keduanya.
a. Secara fisik
1) Anak demam ditempatkan dalam ruangan bersuhu normal
2) Pakaian anak diusahakan tidak tebal
3) Memberikan minuman yang banyak karena kebutuhan air
meningkat
4) Memberikan kompres
b. Obat-obatan
Pemberian obat antipiretik merupakan pilihan pertama dalam
menurunkan demam. Obat-obat anti inflamasi, analgetik dan antipiretik
terdiri dari golongan yang bermacam-macam dan sering berbeda dalam
susunan kimianya tetapi mempunyai kesamaan dalam efek
Page 26
31
pengobatannya. Tujuannya menurunkan set point hipotalamus melalui
pencegahan pembentukan prostaglandin dengan jalan menghambat
enzim cyclooxygenase. Asetaminofen merupakan derivate para-
aminofenol yang bekerja menekan pembentukan prostaglandin yang
disintesis dalam susunan saraf pusat. Dosis terapeutik antara 10-15
mg/kgBB/4 jam dan diberikan maksimal 5 kali sehari dengan dosis
maksimal 90 mg/kgBB/hari. Metamizole (antalgin) bekerja menekan
pembentukkan prostaglandin dan mempunyai efek antipiretik,
analgetik dan antiinflamasi. Dosis terapeutik 10mg/kgBB/6-8 jam dan
tidak dianjurkan untuk anak yang kurang dari 6 bulan. Metamizole
(antalgin) diberikan secara per oral, intramuskular atau intravena. Asam
mefenamat suatu obat golongan fenamat, khasiat analgetiknya lebih
kuat dibandingkan sebagai antipiretik. Dosis pemberiannya 20
mg/kgBB/hari dibagi 3 dosis. Pemberiannya secara per oral dan tidak
boleh diberikan anak usia kurang dari 6 bulan.