7 BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Remaja 1. Pengertian remaja Masa remaja atau masa adolesensi adalah suatu fase perkembangan yang dinamis dalam kehidupan seorang individu. Masa ini merupakan periode transisi dari masa anak ke masa dewasa yang ditandai dengan percepatan perkembangan fisik, mental, emosional dan sosial dan berlangsung pada dekade kedua masa kehidupan. Masa remaja adalah masa transisi antara anak- anak dan dewasa, suatu masa perubahan biologis, intelektual, psikososial dan ekonomi. Dalam periode ini, individu mencapai kedewasaan fisik dan seksual, mengembangkan kemampuan penalaran yang lebih baik, dan membuat berbagai keputusan yang akan membentuk karir mereka kelak. Perubahan pada masa remaja memiliki implikasi untuk memahami berbagai resiko kesehatan yang biasa dialami para remaja, tingkah laku beresiko yang mereka jalani, dan berbagai kesempatan peningkatan kesehatan yang ada dalam masyarakat ini (Wong, 2008). Mengenai kronologi berapa usia seorang anak dapat dikatakan remaja, masih terdapat berbagai pendapat. Buku-buku pediatri pada umumnya mendefinisikan remaja apabila telah mencapai umur 10-18 tahun untuk anak perempuan dan 12-20 tahun untuk anak laki-laki, WHO mendefinisikan remaja bila anak telah mencapai umur 10-19 tahun. Menurut Undang-undang No. 4179 mengenai kesejahteraan anak, remaja adalah individu yang belum mencapai umur 21 tahun dan belum menikah. Menurut UU Perburuan anak dianggap remaja apabila telah mencapai umur 16-18 tahun atau sudah menikah dan mempunyai tempat tinggal sendiri. Menurut UU Perkawinan
21
Embed
BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Remaja - digilib.unimus.ac.iddigilib.unimus.ac.id/files/disk1/134/jtptunimus-gdl-widayatnim... · Pengertian remaja Masa remaja atau ... membuat berbagai
This document is posted to help you gain knowledge. Please leave a comment to let me know what you think about it! Share it to your friends and learn new things together.
Transcript
7
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Remaja
1. Pengertian remaja
Masa remaja atau masa adolesensi adalah suatu fase perkembangan yang
dinamis dalam kehidupan seorang individu. Masa ini merupakan periode
transisi dari masa anak ke masa dewasa yang ditandai dengan percepatan
perkembangan fisik, mental, emosional dan sosial dan berlangsung pada
dekade kedua masa kehidupan. Masa remaja adalah masa transisi antara anak-
anak dan dewasa, suatu masa perubahan biologis, intelektual, psikososial dan
ekonomi. Dalam periode ini, individu mencapai kedewasaan fisik dan
seksual, mengembangkan kemampuan penalaran yang lebih baik, dan
membuat berbagai keputusan yang akan membentuk karir mereka kelak.
Perubahan pada masa remaja memiliki implikasi untuk memahami berbagai
resiko kesehatan yang biasa dialami para remaja, tingkah laku beresiko yang
mereka jalani, dan berbagai kesempatan peningkatan kesehatan yang ada
dalam masyarakat ini (Wong, 2008).
Mengenai kronologi berapa usia seorang anak dapat dikatakan remaja, masih
terdapat berbagai pendapat. Buku-buku pediatri pada umumnya
mendefinisikan remaja apabila telah mencapai umur 10-18 tahun untuk anak
perempuan dan 12-20 tahun untuk anak laki-laki, WHO mendefinisikan
remaja bila anak telah mencapai umur 10-19 tahun. Menurut Undang-undang
No. 4179 mengenai kesejahteraan anak, remaja adalah individu yang belum
mencapai umur 21 tahun dan belum menikah. Menurut UU Perburuan anak
dianggap remaja apabila telah mencapai umur 16-18 tahun atau sudah
menikah dan mempunyai tempat tinggal sendiri. Menurut UU Perkawinan
8
No.1, 1974 anak dianggap sudah remaja apabila sudah cukup matang untuk
menikah yaitu 16 tahun untuk anak perempuan dan 19 tahun untuk anak laki-
laki. Departemen Pendidikan dan Kebudayaan menganggap remaja bila sudah
berusia 18 tahun yang sesuai dengan saat lulus dari Sekolah Menengah.
Jika dipandang dari aspek psikologis dan sosialnya, masa remaja adalah suatu
fenomena fisik yang berhubungan dengan pubertas. Pubertas adalah suatu
bagian yang penting dari masa remaja dimana yang lebih ditekankan adalah
proses biologis yang pada akhirnya mengarah kepada kemampuan
bereproduksi. Masa pubertas adalah masa transisi antara masa anak dan
dewasa, dimana terjadi suatu percepatan fertilitas dan terjadi perubahan
psikologis yang mencolok (Sarwono, 2011).
Berdasarkan beberapa pengertian di atas dapat disimpulkan bahwa masa
remaja adalah fase perkembangan dari anak-anak dan dewasa, suatu masa
perubahan biologis, intelektual, psikososial dan ekonomi dengan tingkatan
usia antara 12-20 tahun. Dalam periode ini, individu mencapai kedewasaan
fisik dan seksual, mengembangkan kemampuan penalaran yang lebih baik,
dan membuat berbagai keputusan yang akan membentuk karir mereka kelak.
Masa remaja berlangsung melalui 3 tahapan yang masing-masing ditandai
dengan isu-isu biologik, psikologik dan sosial, yaitu (Sarwono, 2011):
a. Masa Remaja Awal (10-14 tahun)
Masa remaja awal ditandai dengan peningkatan yang cepat dari
pertumbuhan dan pematangan fisik. Jadi tidaklah mengherankan apabila
sebagian besar energi intelektual dan emosional pada masa remaja awal
ini ditargetkan pada penilaian kembali dan restrukturisasi dari jati diri.
Selain itu penerimaan kelompok sebaya sangatlah penting. Dapat berjalan
bersama dan tidak dipandang beda adalah motif yang mendominasi
banyak perilaku sosial remaja awal ini.
9
b. Menengah (15-16 tahun)
Masa remaja menengah ditandai dengan hampir lengkapnya pertumbuhan
pubertas, timbulnya keterampilan-keterampilan berpikir yang baru,
peningkatan pengenalan terhadap datangnya masa dewasa dam keinginan
untuk memapankan jarak emosional dan psikologis dengan orang tua.
c. Akhir (17 - 20 tahun)
Masa remaja akhir ditandai dengan persiapan untuk peran sebagai seorang
dewasa, termasuk klarifikasi dari tujuan pekerjaan dan internalisasi suatu
sistem nilai pribadi. Selanjutnya bab ini akan membahas ketiga tahapan
masa remaja ini dari berbagai aspek. Dari aspek biologik akan dibahas
mengenai neuroendokrinologi, pertumbuhan dan perkembangan somatik.
Aspek lainnya adalah aspek psikologis, kognitif dan aspek
medis/pelayanan kesehatan remaja.
2. Pertumbuhan dan Perkembangan Somatik Remaja
Pertumbuhan dan perkembangan somatik remaja ditandai dengan beberapa
ciri khas yaitu (Narendra, et. al. 2002):
a. Perubahan adalah ciri utama dari proses biologis pubertas. Perubahan
hormonal secara kualitatif dan kuantitatif terjadi antara masa pre-pubertas
dan dewasa. Akibatnya terjadi pertumbuhan yang cepat dari berat dan
panjang badan, perubahan dalam komposisi tubuh dan jaringan tubuh dan
timbulnya ciri-ciri seks primer dan sekunder, yang menghasilkan
perkembangan “boy into a man” dan “girl into a woman”.
b. Perubahan somatic sangat bervariasi dalam umur saat mulai dan
berakhirnya, kecepatannya dan sifatnya, tergantung dari masing-masing
individu. Karena itu umur yang normal saat tercapainy suatu perubahan
dalam pertumbuhan dan perkembangan tidak dapat ditentukan dengan
pasti melainkan hanya dapat dikatakan pada umur rata-rata anak.
10
c. Walaupun terdapat variasi dalam umur saat timbulnya perubahan-
perubahan selama pubertas, tetapi setiap remaja mengikuti urutan-urutan
yang sama dalam pertumbuhan dan perkembangan somatiknya.
d. Timbulnya ciri-ciri seks sekunder merupakan manifestasi somatic dari
aktivitas gonad yang dipakai oleh Tanner untuk menentukan Sex Maturity
Rating (SMR) atau Stadium Maturitas Seks (SMS) dan dikenal sebagai
“Stadium Tanner” : SMS 1 sampai dengan 5. Penilaian SMS ini
mencakup pemeriksaan perkembangan payudara dan rambut pubis pada
anak perempuan dan testes, penis dan rambut pubis pada anak laki-laki.
e. Perubahan yang telah terjadi selama abad terakhir ini mengenai ukuran
dan umur individu-individu yang mengalami masa pubertas. Pada
umumnya karena perbaikan dalam gizi dn upaya-upaya kesehatan
masyarakat maka “seular trend” yang mengarah kepada pertumbuhan
yang lebih besar dan dini ini telah terjadi di seluruh dunia baik di negara
maju maupun negara yang sedang berkembang. Dikatakan bahwa terdapat
pengaruh etnik dan lingkungan terhadap umur terjadinya pubertas (seperti
penambahan massa tulang, otot dan lemak, pertambahan berata.
B. Interaksi Sosial
1. Pengertian
Menurut Walgito (2003) sebagai makhluk individual manusia mempunyai
dorongan atau motif untuk mengadakan hubungan dengan dirinya sendiri,
sedangkan sebagai makhluk sosial manusia mempunyai dorongan untuk
mengadakan hubungan dengan orang lain, manusia mempunyai dorongan
sosial. Adanya dorongan atau motif sosial pada manusia inilah, maka manusia
akan mencari orang lain untuk mengadakan suatu hubungan atau untuk
mengadakan interaksi. Interaksi sosial oleh Walgito (2003) didefinisikan
sebagai hubungan antara individu dengan individu yang lain, individu satu
11
dapat mempengaruhi individu yang lain atau sebaliknya, jadi terdapat
hubungan yang saling timbal balik.
Kebutuhan individu akan individu lain mendorong dirinya untuk belajar pola-
pola, rencana-rencana, dan strategi untuk bergaul dengan individu yang lain.
Individu pun mulai belajar memainkan peranan sesuai dengan status yang
diakui oleh lingkungan sosialnya. Status dapat dibedakan menjadi dua bagian,
yaitu status yang diperoleh dengan sendirinya (ascribed status) dan status
yang diperoleh dengan kerja keras atau diusahakan (achieved status).
Ascribed status atau status otomatis adalah status yang diterima individu
secara otomatis sejak individu itu dilahirkan, hal ini biasanya terjadi karena
kedudukan orang tuanya sebagai orang yang terpandang atau bangsawan.
Achieved status atau status disengaja merupakan status yang dicapai individu
melalui usaha-usaha yang disengaja, hal ini tampak dalam usaha pencapaian
cita-cita atau profesi sebagai guru, dokter dan banyak lainnya (Sunarto, 2000).
2. Aspek Interaksi Sosial
Setiap individu yang berhubungan dengan individu yang lain, baik hubungan
sosial antara individu dengan individu, individu dengan kelompok atau
kelompok dengan kelompok, hubungan sosial menurut Santoso (2004)
memiliki aspek-aspek sebagai berikut :
a. Adanya hubungan
Setiap interaksi sudah barang tentu terjadi karena adanya hubungan antara
individu dengan individu maupun antara individu dengan kelompok, serta
hubungan antara kelompok dengan kelompok. Hubungan antara individu
dengan individu ditandai antara lain dengan tegur sapa, berjabat tangan,
dan bertengakar. Hubungan timbal-balik antara individu dengan
kelompok, misalnya berpidato, kegiatan pengajian. Hubungan timbal balik
antara kelompok dengan kelompok, misalnya rapat antar RT, pertandingan
untuk acara 17 Agustus antar RT.
12
b. Ada individu
Setiap interaksi sosial menuntut tampilnya individu-individu yang
melaksanakan hubungan. Hubungan sosial itu terjadi karena adanya peran
serta dari individu satu dan individu lain, baik secara person atau
kelompok.
c. Ada tujuan
Setiap interaksi sosial memiliki tujuan tertentu seperti mempengaruhi
individu lain. Misalnya,seorang ibu rumah tangga yang sedang berbelanja
untuk memenuhi kebutuhan hidupnya di warung atau toko dan menawar
barang yang akan dibelinya, hal itu adalah salah satu fungsi untuk
mempengaruhi individu lain agar mau menuruti apa yang dikehendaki
oleh ibu pembeli tersebut.
d. Adanya hubungan dengan struktur dan fungsi kelompok
Interaksi sosial yang ada hubungan dengan struktur dan fungsi kelompok
ini terjadi karena individu dalam hidupnya tidak terpisah dari kelompok.
Di samping itu, tiap-tiap individu memiliki fungsi dalam kelompoknya.
Individu di dalam kehidupannya tidak terlepas dari individu yang lain,
oleh karena itu individu dikatakan sebagai makhluk sosial yang memiliki
fungsi dalam kelompoknya. Hal lain yang dapat dilihat, seorang Lurah
yang memiliki fungsi untuk membentuk anggota masyarakatnya menjadi
masyarakat yang damai, tertib aman dan sejahtera, dan untuk mewujudkan
hal tersebut di butuhkan pula keikutsertaan dari setiap anggota
masyarakatnya. Jadi dalam hal ini setiap individu ada hubungannya
dengan struktur dan fungsi sosial.
13
3. Indikator dalam Interaksi Sosial
Indikator-indikator interaksi sosial menurut Sukanto (2010) adalah sebagai
berikut :
a. Proses Asosiatif (Processes of Association)
1) Kerja Sama (Cooperation)
Beberapa sosiolog menganggap bahwa kerja sama merupakan bentuk
interaksi sosial yang pokok. Sosiolog lain menganggap bahwa kerja
sama merupakan proses utama. Golongan terakhir tersebut
memahamkan kerja sama untuk menggambarkan sebagian besar
bentuk-bentuk interaksi sosial atas dasar bahwa segala macam bentuk
inetarksi tersebut dapat dikembalikan kepada kerja sama. Kerja sama
di sini dimaksudkan sebagai suatu usaha bersama antara orang
perorangan atau kelompok manusia untuk mencapai satu atau
beberapa tujuan bersama.
2) Akomodasi (Accomodation)
Istilah akomodasi dipergunakan dalam dua arti yaitu untuk menunjuk
pada suatu keadaan dan untuk menunjuk pada suatu proses.
Akomodasi yang menunjuk pada suatu keadaan, berarti adanya suatu
keseimbangan (equilibrium) dalam interaksi antara orang-peorangan
atau kelompok-kelompok manusia dalam kaitannya dengan norma-
norma sosial dan nilai-nilai sosial yang berlaku di dalam masyarakat.
Sebagai suatu proses, akomodasi menunjuk pada usaha-usaha
manusia untuk meredakan suatu pertentangan yaitu usaha-usaha
untuk mencapai kestabilan. Akomodasi sebenarnya merupakan suatu
cara untuk menyelesaikan pertentangan tanpa menghancurkan pihak
lawan, sehingga lawan tidak kehilangan kepribadiannya.
3) Asimilasi (Assimilation)
Asimilasi merupakan proses sosial dalam taraf lanjut. Ia ditandai
dengan adanya usaha-usaha mengurangi perbedaan-perbedaan yang
14
terdapat antara orang-perorangan atau kelompok-kelompok manusia
dan juga meliputi usaha-usaha untuk mempertinggi kesatuan tindak,
sikap dan proses-proses mental dengan memperhatikan kepentingan-
kepentingan dan tujuan-tujuan bersama.
b. Proses Disosiatif
1) Persaingan (competition)
Adalah suatu proses social, di mana individu atau kelompok-
kelompok manusia yang bersaing, mencari keuntungan melalui
bidang-bidang kehidupan yang pada suatu masa tertentu menjadi
pusat perhatian umum (baik perseorangan maupun kelompok
manusia) dengan cara menarik perhatian public atau dengan
mempertajam prasangka yang telah ada, tanpa mempergunakan
ancaman atau kekerasan. Ada beberapa bentuk persaingan, di
antaranya :
2) Kontravensi (contravention)
Kontravensi pada hakikatnya merupakan suatu bentuk proses social
yang berada antara persaingan dan pertentangan atau pertikaian.
Bentuk-bentuk kontravensi adalah 1) perbuatan penolakan,
perlawanan, dan lain-lain, 2) menyangkal perbuatan orang lain
dimuka umum, 3) melakukan penghasutan, 4) berkhianat, dan 5)
mengejutkan lawan, dan lain-lain.
3) Pertentangan atau pertikaian (conflict)
Pertentangan atau pertikaian adalah suatu proses social di mana
individu atau kelompok berusaha memenuhi tujuannya dengan jalan
menentang pihak lawan dengan ancaman atau kekerasan. Penyebab
terjadinya pertentangan, yaitu : 1) perbedaan individu-individu, 2)
Indikator Gambaran diri :a. Menolak melihat dan menyentuh
bagian tubuh yang berubah
b. Tidak menerima perubahan tubuh yang
telah terjadi/akan terjadi
c. Menolak penjelasan perubahan tubuh.
d. Persepsi negatif pada tubuh
e. Preokupasi terhadap tubuh yang hilang
f. Mengungkapkan keputusasaan
g. Mengungkapkan ketakutanFaktor-faktor yang mempengaruhi
interaksi sosial :
1. Situasi sosial
2. Kekuasaan norma kelompok
3. Tujuan pribadi masing-masing
individu
4. Interaksi sesuai dengan
kedudukan dan kondisi setiap
individu
5. Penafsiran situasi
RemajaKegemukan
Faktor-faktor yang mempengaruhi
gambaran diri :
1. Ukuran tubuh
2. Bentuk tubuh
3. Penampilan
4. Fungsi tubuh
5. Potensi tubuh
Interaksi Sosial
Indikator Interaksi Sosial :1. Kerja Sama (Cooperation)2. Akomodasi (Accomodation)3. Asimilasi (Assimilation)4. Persaingan (competition)5. Kontravensi (contravention)6. Pertentangan atau pertikaian
27
G. Kerangka Konsep
Berdasarkan masalah penelitian dan uraian-uraian mengenai obestas dan
gambaran diri, maka dapat digambarkan suatu kerangka konsep penelitian sebagai
berikut :
Variabel independent: Variabel dependent:
Skema 2.2 Kerangka Konsep
H. Variabel Penelitian
1. Variabel bebas (independent)
Variabel bebas (independent) variabel yang menjadi sebab timbulnya atau
berubahnya variabel dependent (variabel terikat). Varibel independent dalam
penelitian ini adalah gambaran diri.
2. Variabel terikat (dependent)
Variabel terikat (dependent) adalah variabel yang dipengaruhi atau yang
menjadi akibat karena adanya variabel independent (variabel bebas). Variabel
dependent dalam penelitian ini adalah interaksi sosial.
I. Hipotesis
Berdasarkan perumusan masalah dan kerangka dasar teori yang telah
dikemukakan diatas, maka hipotesis dalam penelitian ini dapat dirumuskan : “ada
hubungan antara gambaran diri dengan interaksi sosial pada remaja kegemukan di