17 BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Pengertian Penanaman Nilai Penanaman menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia artinya proses, cara, perbuatan menanam, menanami atau menanamkan. Penanaman adalah kegiatan memindahkan bibit dari tempat penyemaian ke lahan pertanaman untuk di dapatkan hasil produk dari tanaman yang di budidayakan. Nilai adalah alat yang menunjukkan alasan dasar bahwa "cara pelaksanaan atau keadaan akhir tertentu lebih disukai secara sosial dibandingkan cara pelaksanaan atau keadaan akhir yang berlawanan. Nilai memuat elemen pertimbangan yang membawa ide-ide seorang individu mengenai hal-hal yang benar, baik, atau diinginkan. Berbicara tentang nilai, Milton Rokeach dan James Bank mengemukakan bahwa nilai adalah suatu tipe kepercayaan yang berada dalam ruang lingkup sistem kepercayaan dalam mana seseorang bertindak atau menghindari suatu tindakan atau mengenai sesuatu yang pantas atau tidak pantas di kerjakan. 22 Sedangkan EM. K. Kaswardi, berpendapat bahwa nilai adalah daya pendorong dalam hidup, yang memberi makna dan pengabsahan pada 22 H. M. Chabib Toha.(1996). Kapita SelektaPendidikan Islam. Yogyakarta : Pustaka Pelajar. hlm. 60
21
Embed
BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Pengertian Penanaman Nilaieprints.umm.ac.id/44445/3/jiptummpp-gdl-triwahyuni-48677-3-babii.pdf · 17 BAB II TINJAUAN PUSTAKA . A. Pengertian Penanaman Nilai.
This document is posted to help you gain knowledge. Please leave a comment to let me know what you think about it! Share it to your friends and learn new things together.
Transcript
17
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Pengertian Penanaman Nilai
Penanaman menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia artinya proses,
cara, perbuatan menanam, menanami atau menanamkan. Penanaman
adalah kegiatan memindahkan bibit dari tempat penyemaian ke lahan
pertanaman untuk di dapatkan hasil produk dari tanaman yang di
budidayakan.
Nilai adalah alat yang menunjukkan alasan dasar bahwa "cara
pelaksanaan atau keadaan akhir tertentu lebih disukai secara sosial
dibandingkan cara pelaksanaan atau keadaan akhir yang berlawanan.
Nilai memuat elemen pertimbangan yang membawa ide-ide seorang
individu mengenai hal-hal yang benar, baik, atau diinginkan.
Berbicara tentang nilai, Milton Rokeach dan James Bank
mengemukakan bahwa nilai adalah suatu tipe kepercayaan yang
berada dalam ruang lingkup sistem kepercayaan dalam mana
seseorang bertindak atau menghindari suatu tindakan atau mengenai
sesuatu yang pantas atau tidak pantas di kerjakan.22
Sedangkan EM. K. Kaswardi, berpendapat bahwa nilai adalah daya
pendorong dalam hidup, yang memberi makna dan pengabsahan pada
22
H. M. Chabib Toha.(1996). Kapita SelektaPendidikan Islam. Yogyakarta : Pustaka
Pelajar. hlm. 60
18
tindakan seseorang.23
Nilai merupakan realitas yang bersifat abstrak yang
dirasakan manusia sebagai daya pendorong atau prinsip-prinsip yang
menjadi pedoman dalam hidup.Jadi, dari pengertian diatas nilai
merupakan sifat yang melekat pada sesuatu yang berhubungan dengan
subyek/manusia (dalam hal ini manusia selaku pemberi nilai).
Pengertian Nilai menurut Spranger adalah suatu tatanan yang
dijadikan panduan oleh individu untuk menimbang dan memilih
alternatif keputusan dalam situasi sosial tertentu. Dalam pandangan
Spranger, kepribadian manusia terbentuk dan berakar pada tatanan nilai-
nilai kesejarahan. Meskipun menempatkan konteks sosial sebagai
dimensi nilai dalam kepribadian manusia, namun Spranger mengakui
akan kekuatan individual yang dikenal dengan istilah roh subjektif.
Sementara itu, kekuatan nilai-nilai kebudayaan merupakan roh objektif.
Kekuatan individual atau roh subjektif didudukkan dalam posisi primer
karena nilai-nilai kebudayaan hanya akan berkembang dan bertahan
apabila didukung dan dihayati oleh individu.
Penerimaan nilai oleh manusia dilakukan secara kreatif dan aktif.
Nilai merupakan sesuatu yang diyakini kebenarannya dan mendorong
orang untuk mewujudkannya. Nilai agama ialah salah satu dari macam-
macam nilai yang mendasari perbuatan seseorang atas dasar
23
EM. K. Kaswardi. (1993). Pendidikan Nilai Memasuki Tahun 2000. Jakarta : PT.
Grasindo.hlm. 24-25
19
pertimbangan kepercayaan bahwa sesuatu itu dipandang benar menurut
ajaran agama.24
Penanaman nilai dapat diartikan sebagai wujud aplikasi dari
apa yang diperoleh dari pendidikan yang kemudian ditransformasikan
secara sadar ke dalam sikap dan perilaku sehari-hari. Penanaman nilai
yang dimaksud dalam hal ini adalah mendorong lahirnya generasi yang
mampu memperbaharui sistem nilai yang sedang berjalan dan melawan
beberapa arus yang kini mulai menggerogoti budaya bangsa, khususnya
korupsi.
Penanaman nilai antikorupsi tentu sangat relevan sebagai
upaya edukatif mendidik generasi muda yang berkarakter jujur dan
bermoral baik. Tujuan pokoknya, mencegah berlanjutnya siklus
korupsi di masa mendatang.Asumsinya, peserta didik yang menjadi
sasaran program tersebut merupakan generasi masa depan yang
diharapkan tidak meneruskan kebiasaan korupsi.
Program ini saja tidak cukup untuk tujuan menghapus korupsi
maupun menyiapkan generasi antikorupsi. Korupsi di Indonesia telah
menjadi masalah akut dan kompleks. Korupsi tak semata terkait
buruknya sistem, tetapi juga memudarnya nilai-nilai kejujuran,
kesederhanaan, kepedulian, kegigihan, kedisiplinan, keberanian dan
tanggung jawab dalam masyarakat dan lingkungan pemerintahan.
24
Mohammad Ali, Asrori (2010). Psikologi Remaja (Perkembangan Peserta Dididik).
Jakarta : Bumi Aksara.
20
Secara normatif tujuan yang ingin dicapai dalam proses
aktualisasi nilai-nilai agama Islam, meliputi tiga dimensi atau aspek
kehidupan yang harus di bina dan dikembangkan oleh pendidikan.
Pertama dimensi spiritual, yaitu iman, taqwa dan akhlak mulia yang
tercermin dalam bentuk ibadah dan mu‟amalah.
Kedua dimensi budaya yaitu kepribadian yang mantap dan
mandiri, tanggungjawab kemasyarakatan dan kebangsaan. Ketiga
dimensi kecerdasan yang membawa kepada kemajuan yaitu cerdas,
kreatif, terampil, disiplin, etos kerja, profesional, inovatif dan produktif.
Dimensi kecerdasan ini berimplikasi bagi pemahaman nilai nilai al
Qur‟an dalam pendidikan.25
B. Pengertian Antikorupsi
1. Pengertian Antikorupsi
Pengertian Antikorupsi adalah sikap dan perilaku untuk tidak
mendukung adanya upaya untuk merugikan keuangan negara dan
perekonomian negara. Dengan kata lain, antikorupsi merupakan sikap
menentang terhadap adanya korupsi.
Antikorupsi adalah sikap tidak setuju, tidak suka, dan tidak senang
terhadap tindakan korupsi. Antikorupsi merupakan sikap yang dapat
mencegah dan menghilangkan peluang bagi berkembangnya korupsi.
Mencegah yang dimaksud adalah upaya meningkatkan kesadaran
25
Said Agil Husin Al Munawar. (2005) Aktualisasi Nilai-Nilai Islam, Al-Qur‟an
dalam sistem Pendidikan Islam. Jakarta : Ciputat Press.
21
individu untuk tidak melakukan tindak korupsi dan berupaya
menyelamatkan uang dan asset negara. Pendidikan anti korupsi, dengan
demikian, merupakan usaha sadar untuk memberi pemahaman dan
tindakan pencegahan terhadap terjadinya perbuatan korupsi yang
dilakukan melalui pendidikan formal di sekolah, pendidikan informal
pada lingkungan keluarga, dan pendidikan nonformal di masyarakat.
Pendidikan antikorupsi tidak berhenti pada pengenalan nilai-nilai
antikorupsi, akan tetapi, berlanjut pada pemahaman nilai, penghayatan
nilai dan pengamalan nilai antikorupsi menjadi kebiasaan hidup sehari-
hari.
Secara umum tujuan pendidikan anti korupsi adalah: 1.)
membentuk pengetahuan dan pemahaman mengenai bentuk korupsi dan
aspek-aspeknya; 2.) pengubahan persepsi dan sikap terhadap korupsi; dan
3.) pembentukan keterampilan dan kecakapan baru yang dituduhkan
untuk melawan korupsi.26
Manfaat jangka panjangnya dapat menyumbang pada
keberlangsungan Sistem Integrasi Nasional dan program antikorupsi.
Dalam jangka pendek adalah pembangunan kemauan politik bangsa
Indonesia untuk memerangi korupsi.
Pendidikan anti korupsi secara umum dikatakan sebagai
pendidikan koreksi budaya yang bertujuan untuk mengenalkan cara
berfikir dan nilai-nilai baru kepada peserta didik. Dalam pendidikan anti
26
Makna dan Tujuan Pendidikan Anti Korupsi di akses pada tanggal 5 Oktober 2015 dari