10 BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. PEMBELAJARAN TEMATIK 1. Pengertian Pembelajaran Tematik Pembelajaran tematik merupakan salah satu model pembelajaran terpadu atau terintegrasi yang melibatkan beberapa mata pelajaran yang di ikat dalam tema-tema tertentu. 1 Pembelajaran ini melibatkan beberapa Kompetensi Dasar (KD), hasil belajar dan indikator dari suatu mata pelajaran atau bahkan beberapa mata pelajaran. Keterpaduan dalam pembelajaran ini dapat dilihat dari aspek proses dan waktu, aspek kurikulum, dan aspek belajar mengajar. Pembelajaran tematik adalah model pembelajaran terpadu yang menggunakan pendekatan tematik yang melibatkan beberapa mata pelajaran untuk memberikan pengalaman bermakna kepada siswa. Dikatakan bermakna karena dalam pembelajaran tematik, siswa akan memahami konsep-konsep yang mereka pelajari melalui pengalaman langsung dan menghubungkannya dengan konsep lain yang telah dipahaminya. 2 Poerwadarminta menyatakan bahwa pembelajaran tematik adalah pembelajaran terpadu yang menggunakan tema untuk mengaitkan beberapa mata pelajaran sehingga dapat memberikan pengalaman bermakna kepada murid. Tema adalah pokok pikiran atau gagasan pokok yang menjadi pokok pembicaraan. 3 1 Abdul Munir, dkk, Pedoman Pelaksanaan Pembelajaran Tematik, (Jakarta: Direktorat Jenderal Kelembagaan Agama Islam, 2005), p. 3. 2 Rusman, Model-Model Pembelajaran Mengembangkan Profesionalisme Guru, (Jakarta: Rajawali Pers, 2011), p. 254. 3 Abdul Majid, Pembelajaran Tematik Terpadu, (Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2014), p. 80.
53
Embed
BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. PEMBELAJARAN TEMATIK 1. …repository.uinbanten.ac.id/4071/3/BAB II .pdf · 2019. 6. 26. · Pembelajaran tematik memiliki satu tema yang aktual, dekat
This document is posted to help you gain knowledge. Please leave a comment to let me know what you think about it! Share it to your friends and learn new things together.
Transcript
10
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. PEMBELAJARAN TEMATIK
1. Pengertian Pembelajaran Tematik
Pembelajaran tematik merupakan salah satu model pembelajaran
terpadu atau terintegrasi yang melibatkan beberapa mata pelajaran yang di
ikat dalam tema-tema tertentu.1 Pembelajaran ini melibatkan beberapa
Kompetensi Dasar (KD), hasil belajar dan indikator dari suatu mata
pelajaran atau bahkan beberapa mata pelajaran. Keterpaduan dalam
pembelajaran ini dapat dilihat dari aspek proses dan waktu, aspek
kurikulum, dan aspek belajar mengajar.
Pembelajaran tematik adalah model pembelajaran terpadu yang
menggunakan pendekatan tematik yang melibatkan beberapa mata
pelajaran untuk memberikan pengalaman bermakna kepada siswa.
Dikatakan bermakna karena dalam pembelajaran tematik, siswa
akan memahami konsep-konsep yang mereka pelajari melalui
pengalaman langsung dan menghubungkannya dengan konsep lain
yang telah dipahaminya.2
Poerwadarminta menyatakan bahwa pembelajaran tematik adalah
pembelajaran terpadu yang menggunakan tema untuk mengaitkan
beberapa mata pelajaran sehingga dapat memberikan pengalaman
bermakna kepada murid. Tema adalah pokok pikiran atau gagasan
pokok yang menjadi pokok pembicaraan.3
1 Abdul Munir, dkk, Pedoman Pelaksanaan Pembelajaran Tematik, (Jakarta: Direktorat
Jenderal Kelembagaan Agama Islam, 2005), p. 3. 2Rusman, Model-Model Pembelajaran Mengembangkan Profesionalisme Guru, (Jakarta:
Rajawali Pers, 2011), p. 254. 3
Abdul Majid, Pembelajaran Tematik Terpadu, (Bandung: PT Remaja Rosdakarya,
2014), p. 80.
11
Pembelajaran tematik adalah program pembelajaran yang berangkat
dari satu tema/topik tertentu dan kemudian dielaborasi dari berbagai aspek
atau ditinjau dari berbagai perspektif mata pelajaran yang biasa diajarkan
di sekolah.4
Berdasarkan pendapat di atass dapat disimpulkan bahwa
pembelajaran tematik merupakan suatu pembelajaran yang menggunakan
tema untuk mengaitkan beberapa mata pelajaran sehingga dapat
memberikan pengalaman yang bermakna kepada siswa.
Diterapkannya pembelajaran tematik sebagai salah satu model
pembelajaran diharapkan membuka ruang yang luas bagi peserta didik
untuk mengalami sebuah pengalaman belajar yang lebih bermakna,
menarik dan menyenangkan. Sebab anak dapat membangun
kesalingterkaitan antara satu pengalaman dengan pengalaman lainnya atau
pengetahuan dengan pengetahuan lainnya atau antara pengetahuan dengan
pengalaman. Selain itu, pembelajaran ini membuka peluang bagi pendidik
untuk mengembangkan berbagai strategi dan metodologi yang paling tepat.
Pemilihan dan pengembangan strategi pembelajaran yang digunakan harus
mempertimbangkan kesesuaian dengan tema-tema yang dipilih
sebelumnya atau dengan mata pelajaran lainnya. Dan, disinilah pendidik
dituntut lebih kreatif dan variatif dalam menghadirkan suasana
pembelajaran yang menggiring peserta didik mampu memahami
Bentuk struktur modul juga dijabarkan dalam Pengembangan Bahan
Ajar sebagai berikut:32
1. Pendahuluan; tujuan, pengenalan terhadap topik yang akan dipelajari,
informasi tentang pelajaran, hasil belajar, serta orientasi.
29 Daryanto, Media Pembelajaran, (Yogyakarta: Gava Media, 2013), pp. 25-26. 30 Andi Prastowo, Pengembangan Bahan Ajar Tematik, (Yogjakarta: Diva Press, 2013), p.
366. 31 Tian Belawati, Pengembangan Bahan Ajar Edisi Kesatu, (Jakarta: Pusat Penerbitan
Universitas Terbuka, 2003), p. 3.6. 32
Wina Sanjaya, Pengembangan Bahan Ajar, (Jakarta: Prenada Media Group, 2008), pp.
36-37.
39
2. Kegiatan belajar; tujuan, materi pokok, uraian materi (penjelasan
3. Penutup; salam, rangkuman, aplikasi, tindak lanjut, kaitan dengan
modul berikutnya, daftar kata penting, daftar pustaka, kunci tes mandiri.
Tujuan dari struktur modul adalah untuk memudahkan siswa
mempelajari materi. Satu modul dibuat untuk mengajarakan suatu materi
yang spesifik supaya siswa mencapai kompetensi tertentu. Struktur
penyusunan modul dibagi menjadi tiga bagian di antaranya:33
1. Bagian Pembuka 2. Bagian Inti 3. Bagian penutup
a. Judul modul
b. Daftar isi
c. Peta informasi
d. Daftar tujuan
kompetensi
e. Tes awal
a. Tinjauan umum
materi ajar.
b. Hubungan
dengan materi
atau pelajaran
yang lain
c. Uraian materi
d. Penugasan
e. Rangkuman
a. Glossarium
b. Tes akhir
c. Indeks
33
Rayandra Asyhar, Kreatif Mengembangkan Media Pembelajaran, (Jakarta: Referensi,
2001), pp. 165-169.
40
Berdasarkan penjelasan komponen-komponen dan struktur modul
dari beberapa sumber di atas, maka dapat ditarik kesimpulan bahwa modul
mempunyai tiga komponen inti yakni pendahuluan, isi dan penutup. Ketiga
komponen tersebut juga merupakan komponen penyusun Modul Tematik
yang akan dikembangkan. Secara rinci, penjelasan masing-masing
komponen adalah sebagai berikut:
1. Pendahuluan meliputi : Halaman judul, Kata pengantar, Daftar Isi,
Petunjuk penggunaan Modul Tematik, Kompetensi Dasar.
2. Isi Pembahasan (Kegiatan Belajar) meliputi : Uraian materi, Tugas dan
latihan (evaluasi formatif) , Rangkuman, dan Evaluasi sumatif;
3. Penutup meliputi : Daftar pustaka, dan Biografi penulis.
5 Prosedur Pengembangan Modul
Pada proses pengembangan bahan ajar ada beberapa faktor yang
perlu diperhatikan, sebab faktor-faktor tersebut ikut mempengaruhi kualitas
dari bahan ajar yang dikembangkan. Adapun faktor-faktor yang
mempengaruhi kualitas bahan ajar antara lain:34
1. Kecermatan Isi
Kecermatan isi adalah kesahihan/kebenaran dan kesesuaian dari
isi bahan ajar secara keilmuan, berdasarkan sistem nilai, serta falsafah
hidup yang dianut oleh suatu masyarakat atau bangsa.
2. Ketepatan Cakupan
34
Tian Belawati, Pengembangan Bahan Ajar Edisi Kesatu, (Jakarta: Pusat Penerbitan
Universitas Terbuka, 2003), pp. 2.3-2.13.
41
Ketepatan cakupan berhubungan dengan keluasan dan
kedalaman isi atau materi, serta keutuhan konsep berdasarkan bidang
ilmu. Ketepatan cakupan meliputi seberapa banyak atau luas topik
yang akan disajikan dalam bahan ajar, seberapa dalam topik tersebut
harus dibahas dan bagaimana keutuhan konsep secara keseluruhan.
Kedalaman dan keluasan isi bahan ajar saling terkait satu sama dan
menentukan apakah kadar bahan ajar yang dikembangkan sesuai
dengan siswa.
3. Ketercernaan Bahan Ajar
Bahan ajar harus memiliki tingkat ketercernaan yang tinggi.
Artinya isi bahan ajar dapat dipahami dan dimengerti oleh siswa
dengan mudah. Ada enam hal yang mendukung tingkat ketercernaan
yakni pemaparan yang logis, penyajian materi secara runtut, contoh
dan ilustrasi yang memudahkan pemahaman, alat bantu yang
memudahkan, format yang konsisten, penjelasan tentang relevansi
dan manfaat bahan ajar.
4. Penggunaan Bahasa
Penggunaan bahasa menjadi salah satu faktor yang paling
penting. Penggunaan bahasa meliputi pemilihan ragam bahasa,
pemilihan kata, penggunaan kalimat efektif, penyusunan paragraf yang
bermakna. Penggunaan bahasa juga menentukan keterbacaan bahan
ajar yang dikembangkan.
42
5. Pengemasan
Perwajahan atau pengemasan meliputi perancangan dan
penataan letak informasi dalam setiap bagian dari bahan ajar.
Perwajahan/pengemasan juga meliputi penyediaan alat bantu belajar
yang terdiri dari tiga kategori yaitu alat bantu belajar pada bagian
pendahuluan, alat bantu belajar pada uraian informasi per topik dan
alat bantu pada bagian akhir. Namun, tidak semua alat bantu harus ada
dalam bahan ajar.
6. Kelengkapan Komponen
Idealnya bahan ajar merupakan paket multikomponen. Paket
bahan ajar memiliki tiga komponen inti yakni komponen utama,
komponen pelengkap dan komponen evaluasi hasil belajar. Komponen
utama berisi informasi yang akan disajikan, komponen pelengkap
terdiri dari bacaan, peta materi, materi pengayaan, dsb. Sedangkan
komponen evaluasi terdiri dari alat evaluasi belajar baik formatif atau
sumatif (soal latihan).
Langkah-langkah dalam menyusun modul adalah sebagai berikut:35
a. Menyusun kerangka modul
1. Menetapkan atau merumuskan tujuan instruksional umum.
35
Nana Sudjana & Ahmad Rivai, Teknologi Pengajaran, (Bandung: Sinar Baru Algensindo,
2007), p. 133.
43
2. Merinci tujuan instruksional umum menjadi tujuan instruksional
khusus.
3. Menyusun butir-butir evaluasi.
4. Mengidentifikasi pokok-pokok materi pelajaran sesuai dengan
tujuan khusus.
5. Menyusun pokok-pokok materi dalam urutan yang logis.
6. Menyusun langkah-langkah kegiatan belajar siswa.
7. Memeriksa langkah-langkah kegiatan belajar untuk mencapai semua
tujuan.
8. Mengidentifikasi alat-alat yang diperlukan dalam kegiatan belajar
dengan modul tersebut.
b. Menulis Program secara rinci:
1. Pembuatan petunjuk guru
2. Lembaran kegiatan siswa
3. Lembar kerja siswa
4. Lembar jawaban
5. Lembaran tes
6. Lembaran jawaban tes
Untuk menghasilkan bahan ajar yang berkualitas dan mempunyai
fungsi yang tepat dan sesuai dengan tujuan pengembangan, maka
pengembangan bahan ajar harus dilakukan berdasarkan prosedur
pengembangan yang sistematis. Ada enam tahap penyusunan modul, antara
44
lain; a) analisis kebutuhan modul, b) desain penulisan modul, c)
implementasi, d) penilaian, dan e) evaluasi dan validasi, f) jaminan
kualitas.36
Sedangkan prosedur pengembangan bahan ajar meliputi; a)
analisis, b) perancangan, c) pengembangan, d) evaluasi, e) revisi.37
Adapun langkah-langkah dalam penulisan modul sebagai berikut:38
1. Analisis Kebutuhan Modul
Analisis kebutuhan modul merupakan kegiatan menganalisis
kompetensi/tujuan untuk menentukan jumlah dan judul modul yang
dibutuhkan untuk mencapai suatu kompetensi tersebut. Penetapan judul
modul didasarkan pada kompetensi yang terdapat pada garis-garis besar
program yang ditetapkan. Analisis kebutuhan modul bertujuan untuk
mengidentifikasi dan menetapkan jumlah dan judul modul yang harus
dikembangkan. Analisis kebutuhan modul dapat dilakukan dengan
langkah sebagai berikut:
a. Tetapkan kompetensi yang terdapat di dalam garis-garis besar
program pembelajaran yang akan disusun modulnya;
b. Identifikasi dan tentukan ruang lingkup unit kompetensi tersebut;
c. Identifikasi dan tentukan pengetahuan, keterampilan, dan sikap yang
dipersyaratkan;
36 Daryanto, Media Pembelajaran, (Yogyakarta: Gava Media, 2013), p. 16. 37 Tian Belawati, Pengembangan Bahan Ajar Edisi Kesatu, (Jakarta: Pusat Penerbitan
Universitas Terbuka, 2003), p. 2.17. 38
Direktorat Tenaga Kependidikan Ditjen PMPTK, Kompetensi Penelitian Pengembangan
Pengawas Sekolah Dasar Dan Menengah, (Jakarta, Depdiknas, 2008), pp. 13-16.
45
d. Tentukan judul modul yang akan ditulis Kegiatan analisis kebutuhan
modul dilaksanakan pada periode awal pengembangan modul;
2. Penyusunan Draft
Penyusunan draft modul merupakan proses penyusunan dan
pengorganisasian materi pembelajaran dari suatu kompetensi atau sub
kompetensi menjadi satu kesatuan yang sistematis. Penyusunan draft
modul bertujuan menyediakan draft suatu modul sesuai dengan
kompetensi atau sub kompetensi yang telah ditetapkan. Penulisan draft
modul dapat dilaksanakan dengan mengikuti langkah-langkah sebagai
berikut:
a. Tetapkan judul modul.
b. Tetapkan tujuan akhir yaitu kemampuan yang harus dicapai oleh
peserta didik setelah selesai mempelajari satu modul.
c. Tetapkan tujuan antara yaitu kemampuan spesifik yang menunjang
tujuan akhir.
d. Tetapkan garis-garis besar atau outline modul.
e. Kembangkan materi pada garis-garis besar.
f. Periksa ulang draft yang telah dihasilkan.
Kegiatan penyusunan draft modul hendaknya menghasilkan
draft modul yang sekurang-kurangnya mencakup:
a. Judul modul; menggambarkan materi yang akan dituangkan di
dalam modul;
46
b. Kompetensi atau sub kompetensi yang akan dicapai setelah
menyelesaikan mempelajari modul;
c. Tujuan terdiri atas tujuan akhir dan tujuan antara yang akan dicapai
peserta didik setelah mempelajari modul;
d. Materi pelatihan yang berisi pengetahuan, keterampilan, dan sikap
yang harus dipelajari dan dikuasai oleh peserta didik;
e. Prosedur atau kegiatan pelatihan yang harus diikuti oleh peserta
didik untuk mempelajari modul;
f. Soal-soal, latihan, dan atau tugas yang harus dikerjakan atau
diselesaikan oleh peserta didik;
g. Evaluasi atau penilaian yang berfungsi mengukur kemampuan
peserta didik dalam menguasai modul;
h. Kunci jawaban dari soal, latihan dan atau pengujian
3. Uji Coba
Uji coba draft modul adalah kegiatan penggunaan modul pada
peserta terbatas, untuk mengetahui keterlaksanaan dan manfaat modul
dalam pembelajaran sebelum modul tersebut digunakan secara umum.
Uji coba draft modul bertujuan untuk;
a. mengetahui kemampuan dan kemudahan peserta dalam memahami
dan menggunakan modul;
b. mengetahui efisiensi waktu belajar dengan menggunakan modul;
dan
47
c. mengetahui efektifitas modul dalam membantu peserta mempelajari
dan menguasai materi pembelajaran.
Untuk melakukan uji coba draft modul dapat diikuti langkah-
langkah sebagai berikut.
a. Siapkan dan gandakan draft modul yang akan diuji cobakan
sebanyak peserta yang akan diikutkan dalam uji coba.
b. Susun instrumen pendukung uji coba.
c. Distribusikan draft modul dan instrumen pendukung uji coba
kepada peserta uji coba.
d. Informasikan kepada peserta uji coba tentang tujuan uji coba dan
kegiatan yang harus dilakukan oleh peserta uji coba.
e. Kumpulkan kembali draft modul dan instrumen uji coba.
f. Proses dan simpulkan hasil pengumpulan masukan yang dijaring
melalui instrumen uji coba.
Berdasarkan dari hasil uji coba diharapkan memperoleh
masukan sebagai bahan penyempurnaan draft modul yang diuji cobakan.
Terdapat dua macam uji coba yaitu uji coba dalam kelompok kecil dan
uji coba lapangan. Uji coba kelompok kecil adalah uji coba yang
dilakukan hanya kepada 2 - 4 peserta didik, sedangkan uji coba
lapangan adalah uji coba yang dilakukan kepada peserta dengan jumlah
20 – 30 peserta didik.
48
4. Validasi
Validasi adalah proses permintaan persetujuan atau pengesahan
terhadap kesesuaian modul dengan kebutuhan. Untuk mendapatkan
pengakuan kesesuaian tersebut, maka validasi perlu dilakukan dengan
melibatkan pihak praktisi yang ahli sesuai dengan bidang-bidang terkait
dalam modul.
Validasi modul bertujuan untuk memperoleh pengakuan atau
pengesahan kesesuaian modul dengan kebutuhan sehingga modul
tersebut layak dan cocok digunakan dalam pembelajaran. Validasi
modul meliputi: isi materi atau substansi modul; penggunaan bahasa;
serta penggunaan metode instruksional.
Validasi dapat dimintakan dari beberapa pihak sesuai dengan
keahliannya masing-masing antara lain;
a. ahli substansi dari industri untuk isi atau materi modul;
b. ahli bahasa untuk penggunaan bahasa; atau
c. ahli metode instruksional untuk penggunaan instruksional guna
mendapatkan masukan yang komprehensif dan obyektif.
Untuk melakukan validasi draft modul dapat diikuti langkah-
langkah sebagai berikut.
a. Siapkan dan gandakan draft modul yang akan divalidasi sesuai
dengan banyaknya validator yang terlibat.
49
b. Susun instrumen pendukung validasi.
c. Distribusikan draft modul dan instrumen validasi kepada peserta
validator.
d. Informasikan kepada validator tentang tujuan validasi dan kegiatan
yang harus dilakukan oleh validator.
e. Kumpulkan kembali draft modul dan instrumen validasi.
f. Proses dan simpulkan hasil pengumpulan masukkan yang dijaring
melalui instrumen validasi.
Berdasarkan dari kegiatan validasi draft modul akan dihasilkan
draft modul yang mendapat masukkan dan persetujuan dari para
validator, sesuai dengan bidangnya. Masukkan tersebut digunakan
sebagai bahan penyempurnaan modul.
5. Revisi
Revisi atau perbaikan merupakan proses penyempurnaan modul
setelah memperoleh masukan dari kegiatan uji coba dan validasi.
Kegiatan revisi draft modul bertujuan untuk melakukan finalisasi atau
penyempurnaan akhir yang komprehensif terhadap modul, sehingga
modul siap diproduksi sesuai dengan masukkan yang diperoleh dari
kegiatan sebelumnya, maka perbaikan modul harus mencakup aspek-
aspek penting penyusunan modul di antaranya yaitu;
a. pengorganisasian materi pembelajaran;
b. penggunaan metode instruksional;
50
c. penggunaan bahasa; dan
d. pengorganisasian tata tulis dan perwajahan.
Mengacu pada prinsip peningkatan mutu berkesinambungan,
secara terus menerus modul dapat ditinjau ulang dan diperbaiki.
Berdasarkan pendapat di atas maka dapat disimpulkan bahwa
untuk dapat menghasilkan sebuah modul yang baik dapat dilakukan
dengan cara :
1. Melakukan analisis
a. Analisis permasalahan
Analisis ini dilakukan untuk mengetahui apa saja kendala
atau permasalahan yang terjadi dan dialami oleh guru dan siswa
dalam melaksanakan pembelajran tematik.
b. Analisis kebutuhan modul
Analisis kebutuhan modul ini dilakukan dengan
menganalisis RPP dan silabus untuk mengidentifikasi dan
menetapkan materi-materi mana yang akan dikembangkan
dalam satuan program tertentu. Analisis kebutuhan modul ini
berpijak pada hasil analisis permasalahan.
Menurut Seels dan Glasgow menjelaskan kebutuhan pada
dasarnya adalah kesenjangan (discrepancies) antara apa yang
telah tersedia dengan apa yang diharapkan, sedangkan analisis
kebutuhan (need assessment) adalah proses mengumpulkan
51
informasi tentang kesenjangan dan menentukan prioritas dari
kesenjangan untuk dipecahkan.39
Berdasarkan hal tersebut dapat dikatakan bahwa analisis
kebutuhan sangat penting untuk dilakukan. Sebab data-data yang
terkumpul akan bermanfaat dalam menentukan dan menyusun langkah-
langkah selanjutnya.
Ada beberapa kriteria kelayakan yang menentukan apakah
Modul Tematik yang dikembangkan layak digunakan atau tidak.
Sehubungan dengan penelitian pengembangan Modul Tematik ini,
kriteria kelayakan yang akan digunakan mengacu pada empat
komponen kelayakan bahan ajar, yakni:40
1. Kelayakan isi; isi atau materi bahan ajar minimal mengacu pada
sasaran yang akan dicapai peserta didik (KI-KD). Selain itu,
kelayakan isi mencakup substansi keilmuan dan life skill,
wawasan yang berkembang, keberagaman nilai sosial, dll.
2. Kelayakan kebahasaan; artinya informasi, pesan dan
pengetahuan yang dituangkan dalam bahan ajar dapat
dikomunikasikan kepada pembaca secara logis, mudah diterima
dan sesuai dengan tahapan perkembangan kognitif pembaca.
Bahasa yang digunakan harus mengacu pada kaidah-kaidah
bahasa Indonesia yang baik dan benar.
39
Wina Sanjaya, Perencanaan dan Desain Sistem Pembelajaran, (Jakarta: Prenada Media
Group, 2008), p. 92. 40
Badan Standar Nasional Pendidikan, Kegiatan Penilaian Buku Teks Pelajaran
Pendidikan Dasar dan Menengah, Buletin BSNP, (Januari :2007). p. 21.
52
3. Kelayakan penyajian; artinya penyajian konsep-konsep dalam
sebuah bahan ajar harus mampu mendorong terjadinya proses
berpikir. Maka dari itu, harus memperhatikan komponen
penyajian yang berisi teknik penyajian, pendukung penyajian
materi, penyajiannya mendukung pembelajaran.
4. Kelayakan kegrafikan; secara fisik bahan ajar tersaji dalam
wujud tampilan yang menarik dan menggambarkan ciri khas
bahan ajar tersebut. Kelayakan kegrafikan meliputi kemudahan
dalam penggunaan, keterbacaan, desain visual, serta kualitas
fisik bahan ajar (kualitas kertas, kualitas cetakan, kualitas jilidan,
dsb).
Terdapat beberapa kriteria kelayakan yang dapat dijadikan sebagai
yang akan dicapai oleh peserta didik (KD). Selain itu juga isi materi
mencakup kepada wawasan yang berkembang, substansi keilmuan dan
keahlian dalam hidup serta keberagaman sosial budaya. 2. Kelayakan
kebahasaan; artinya informasi yang terdapat dalam modul harus
dikomunikasikan kepada pembaca secara logis, jelas, mudah dipahami dan
sesuai dengan tahap perkembangan siswa. 3. Kelayakan penyajian, artinya
penyajian konsep-konsep didalam bahan ajar/modul harus dapat mendorong
kemampuan berfikir siswa dan dapat merangsang rasa ingin tahu siswa
yang bertujuan pada pembentukan kebermaknaan materi. 4. Kelayakan
53
kegrafikan, artinya secara fisik modul tersaji dalam bentuk yang menarik
dan menggambarkan karakteristik tertentu. Yang meliputi kemudahan
dalam penggunaan, desain visual, serta kualitas fisik atau tampilan bahan
ajar baik kertas, kualitas cetakan, kualitas jilidan dan lain-lain.
6 Pembelajaran Dengan Menggunakan Modul
Proses pembelajaran pada dasarnya adalah kegiatan komunikasi
yang diwujudkan dengan cara menyamapaikan suatu pengetahuan,
pengalaman, skill, ide dan keahlian. Informasi tersebut biasanya dikemas
dalam bentuk bahan ajar bahan ajar merupakan seperangkat materi
pelajaran yang disusun secara sistematis, yang sesuai dengan kompetensi
dasar secara runtut untuk dikuasai peserta didik dalam pembelajaran.
Dengan adanya bahan ajar memungkinkan peserta didik untuk mempelajari
suatu kompetensi atau kompetensi dasar secara runtut dan sistematis
sehingga secara akumulatif mampu menguasai semua kompetensi secara
utuh dan terpadu.
Bahan ajar disusun dengan tujuan; (1) membantu peserta didik
dalam mempelajari sesuatu; (2) menyediakan berbagai jenis pilihan bahan
ajar; (3) memudahkan pendidik dalam melaksanakan pembelajaran; serta
(4) agar kegiatan pembelajaran menjadi lebih menarik.41
41
Direktorat Tenaga Kependidikan Ditjen PMPTK, Kompetensi Penelitian Pengembangan
Pengawas Sekolah Dasar Dan Menengah, (Jakarta, Depdiknas, 2008), p. 8.
54
Pembelajaran dengan modul adalah pendekatan pembelajaran yang
difokuskan untuk mencapai kompetensi dasar dari bahan kajian yang
dipelajari peserta didik dalam waktu tertentu sesuai dengan potensi dan
kondisinya.
Belajar mandiri merupakan pembelajaran yang menitikberatkan
kepada inisiatif peserta didik untuk belajar tanpa bantuan orang lain dan
dapat mendiagnosa kebutuhan belajarnya sendiri. Di dalam belajar mandiri
peserta didik diberi kesempatan seluas-luasnya untuk menjadi pembelajar
yang mandiri.
Implikasi utama kegaitan belajar mandiri perlu mengoptimalkan
sumber belajar dengan tetap memberikan peluang peserta didik untuk
belajar mandiri dalam kegiatan pembelajarannya. Dengan begitu peran guru
bergeser yang tadinya pemberi informasi menjadi fasilitator belajar dengan
menyediakan sumber belajar yang dibutuhkan, mendorong semangat belajar,
memberikan umpan balik untuk menguji hasil belajarnya, mememberikan
umpan balik terhadap perkembangan belajar siswa, dan memberikan arah
bahwa apa yang telah dipelajarinya akan berguna dalam kehidupannya.
Tujuan penggunan modul dalam pembelajaran adalah untuk
mengurangi keragaman kecepatan belajar peserta didik melalui kegiatan
belajar mandiri.dalam pelaksanaan pembelajaran dengan menggunakan
modul lebih banyak melibatkan peran peserta didik secara individual
diabndingan dengan guru.
55
Penggunaan modul ini didasarkan pada fakta bahwa jika peserta
didik diberikan waktu dan kondisi belajar yang memadai maka peserta
didik akan dapat menguasai kompetensi secara utuh dan tuntas. Bila peserta
didik tidak diberi waktu dan kondisi belajar yang memadai maka ketuntas
pelajaran akan dipengaruhi dengan tingkat dan kualitas pembelajaran.
Kesuksesan dalam mempelajari modul tergantung kepada kriteria peserta
didik didukung dengan cara atau strategi pembelajaran. Kriteri yang
dimaksud seperti ketekunan, waktu belajar, kadar pembelajaran, mutu
kegiatan pembelajaran, dan kemampuan memahami petunjuk dalam modul.
7 Prinsip Penulisan Modul
Modul adalah bahan ajar yang digunakan dalam pembelajaran yang
dapat berfungsi sebagai pelatih/pengajar. Oleh karena itu penulisan modul
harus berdasarkan kepada prinsip-prinsip belajar dan bagaimana guru
mengajar dan peserta didik menerima pelajaran.
Belajar merupakan perubahan tingkah laku yang disebabkan karena
adanya rangsangan/stimulus dari lingkungan. Terkait hal tersebut maka
penulisan modul harus menggunakan prinsip-prinsip sebagai berikut:
1. Peserta didik perlu diberikan penjelasan tentang hasil belajarnya yang
menjadi tujuan pembelajaran sehingga mereka dapat mengetahui dan
dapat menimbang untuk dirinya sendiri apakah mereka telah
mencapai tujuan pembelajaran atau belum mencapai tujuan
pembelajaran pada saat menggunakan modul.
56
2. Peserta didik perlu perlu diuji untuk mengukur ketercapaian tujuan
pembelajaran. Untuk itu, dalam penulisan modul perlu dipadukan
kedalam pembelajaran supaya dapat mengetahui ketercapaian tujuan
pembelajaran dan memberikan tindakan/umpan balik yang sesuai.
3. Bahan ajar perlu diurutkan sedemikian rupa sehingga peserta didik
mudah untuk memahaminya. Urutan modul tersebut adalah dari
mudah kesulit, dari yang diketahui ke yang tidak diketahui, dari
pengetahuan ke penerapan.
4. Peserta didik perlu disediakan umpan balik. Sehingga mereka dapat
memantau proese belajar dan mendapatkan perbaikan manakala
diperlukan. Misalnya dengan memberikan kriteria terhadap hasil tes
yang dilakukan secara mandiri.
Banyak sekali yang dapat mempengaruhi keberhasilan dalam
mencapai tujuan pembelajaran di antaranya, kondisi siswa, strategi
pembelajaran, sumber belajar, gaya belajar, minat bakat peserta didik dan
lain sebagainya. Oleh karena itu implikasi penting prinsip belajar terhadap
penulisan modul antara lain:42
1. Rancang strategi untuk menarik perhatian sehingga peserta didik
dapat memahami informasi yang disajikan. Misalnya, dalam modul,
informasi penting diberi ilustrasi yang menarik perhatian dengan
memberikan warna, ukuran teks, atau jenis teks yang menarik.
42
Direktorat Tenaga Kependidikan Ditjen PMPTK, Kompetensi Penelitian Pengembangan
Pengawas Sekolah Dasar Dan Menengah, (Jakarta, Depdiknas, 2008), p. 11.
57
2. Supaya peserta didik memfokuskan perhatian pada hal-hal yang
menjadi tujuan pembelajaran pada modul, tujuan tersebut perlu
diinformasikan secara jelas dan tegas pada peserta didik.
Informasikan pula pentingnya tujuan tersebut untuk memotivasi.
3. Hubungkan bahan ajar yang merupakan informasi baru bagi peserta
didik dengan pengetahuan yang telah dikuasai sebelumnya oleh
peserta didik. Hal ini dapat dilakukan dengan menggunakan advance
organizer untuk mengaktifkan struktur kognitif. Gunakan juga
pertanyaan-pertanyaan untuk mengaktifkan struktur koginitif yang
relevan.
4. Informasi perlu dipenggal-penggal untuk memudahkan pemrosesan
dalam ingatan pengguna modul. Sajikan 5 sampai 9 butir informasi
dalam satu kegiatan belajar. Jika terdapat banyak sekali butir
informasi, sajikan informasi tersebut dalam bentuk peta informasi.
5. Untuk memfasilitasi peserta didik memproses informasi secara
mendalam, peserta didik perlu didorong supaya mengembangkan peta
informasi pada saat pembelajaran atau sebagai kegiatan merangkum
setelah pembelajaran.
6. Supaya peserta didik memproses informasi secara mendalam, peserta
didik perlu disiapkan latihan yang memerlukan penerapan, analisis,
sintesis, dan evaluasi. Kegiatan tersebut akan mentransfer secara
efektif informasi kedalam memori jangka panjang.
58
7. Penyajian modul harus dapat memberikan motivasi untuk belajar.
Modul dikembangkan agar menarik perhatian penggunanya selama
mempelajarinya. Dalam modul harus tersedia informasi mengenai
mafaat pelajaran bagi yang mempelajarinya. Hal ini dapat dilakukan
dengan menjelaskan bagaimana materi pelajaran tersebut dapat
digunakan dalam situasi nyata.
Uraian materi dalam modul hendaknya dapat mendorong siswa
menerapkan yang dipelajari ke dalam situai yang nyata. Peserta didik akan
lebih menyukai pembelajaran yang menerapkan informasi kedalam masalah
nyata yang dihadapi. Modul juga harus dapat memfasilitasi peserta didik
untuk dapat mengembangkan pengetahuannya sendiri bukan menerima
pengetahuan saja.
8 Kelemahan dan Kelebihan Modul
1. Kelebihan Modul
Modul memiliki kelebihan untuk digunakan sebagai salah satu
bahan ajar dalam proses pembelajaran. Pengajaran menggunakan modul
mempunyai keuntungan dibandingkan dengan metode pengajaran lain,
yakni:
a. Individualisasi belajar; siswa dapat belajar berdasarkan kemampuan
dan kecepatan sendiri, tidak banyak bergantung kepada guru.
b. Kebebasan; peserta didik dapat melakukan kegiatan belajar mandiri,
seperti membaca sendiri, tidak banyak bergantung kepada guru.
59
c. Partisipasi aktif; kegiatan belajar dapat dilakukan dengan partisipasi
aktif dalam bentuk learning by doing.
d. Modul mudah dibawa-bawa, sehingga dapat dipelajari dimana saja
dan kapan saja.
2. Kelemahan Modul
Modul tidak hanya mempunyai kelebihan, modul juga memiliki
beberapa keterbatasan yang menjadi kelemahannya. Secara umum,
modul memiliki kelemahan yang sama dengan bahan ajar cetak lainnya.
Adapun kelemahan modul sebagai bahan ajar yaitu:
a. Pembelajaran dengan menggunakan modul umumnya kurang
memperhatikan aspek perasaan.
b. Modul menuntut siswa untuk memiliki disiplin dan keinginan
belajar yang tinggi.
c. Membutuhkan kemampuan membaca dengan pemahaman. Hal ini
menjadi hambatan bagi siswa yang kurang terampil dalam membaca.
d. Sulit memberikan bimbingan kepada pembacanya yang mengalami
kesulitan memahami bagian tertentu dari bahan ajar cetak modul.
e. Interaksi antara siswa dan guru berkurang.
f. Pemaparan materi dalam modul bersifat linear.
Modul Tematik sebagai suatu bahan ajar, memiliki beberapa
kelebihan dan kelemahan. Adapun kelebihan dan kelemahan Modul
Tematik dijabarkan sebagai berikut:
60
1. Kelebihan Modul Tematik
a. Penyajian materi dalam Modul Tematik menggunakan bahasa yang
mudah dipahami siswa.
b. Penyajian tugas/latihan dalam Modul Tematik bervariasi, sehingga
siswa tidak bosan dengan latihan dan tugas yang itu-itu saja. Selain
itu, latihan dan tugas disajikan dalam bentuk permainan yang dapat
merangsang kreativitas siswa.
c. Pengembangan Modul Tematik dilakukan berdasarkan hasil analisis
sasaran di lapangan. Sehingga, sesuai dengan kebutuhan sasaran.
d. Modul Tematik dapat mengakomodasi keragaman individual siswa,
baik perbedaan kecepatan belajar maupun perbedaan tingkat
kemampuan. Sehingga, siswa dapat mengikuti program kegiatan
belajar dalam Modul Tematik sesuai dengan kecepatan dan
kemampuannya sendiri.
e. Modul Tematik disertai kunci jawaban yang memudahkan siswa
untuk menilai dan mengetahui hasil belajarnya sendiri.
f. Penggunaan Modul Tematik tidak membutuhkan alat khusus atau
media pembelajaran lain.
g. Modul Tematik memiliki karakteristik self instructional yang
mampu membelajarkan siswa secara mandiri, tanpa atau dengan
bimbingan yang minimal dari pendidik.
61
2. Kelemahan Modul Tematik
a. Terbatasnya materi bahasan yang disajikan dalam Modul Tematik.
Dimana materi yang disajikan hanya mencakup dua subtema saja.
Sehingga, kurang mampu memfasilitasi siswa untuk mempelajari
materi bahasan yang lainnya.
b. Membutuhkan biaya yang cukup banyak untuk pencetakan Modul
Tematik.
c. Membutuhkan kemampuan membaca dengan pemahaman. Hal ini
menjadi hambatan bagi siswa yang kurang terampil dalam membaca.
d. Sulit memberikan bimbingan kepada pembacanya yang mengalami
kesulitan dalam memahami bagian tertentu dari Modul Tematik.
e. Sulit memberikan umpan balik untuk pertanyaan yang
membutuhkan jawaban yang kompleks dan mendalam.
f. Dari segi fisik, karena Modul Tematik disajikan dalam bentuk kertas,
maka akan sangat rentan dan mudah rusak.
62
D. KERANGKA BERPIKIR
Gambar 2.1
Bagan Kerangka Berpikir
Masalah
• Bahan ajar cetak yang ada kurang mengedepankan unsur lingkungan dan budaya lokal masyarakat setempat.
• Buku pegangan siswa yang dikeluarkan oleh pemerintah masih banyak kekurangan seperti materi yang disajikan masih bersifat dangkal dan tidak melibatkan pengalaman peserta didik secara kontekstual serta terkesan masih berdiri sendiri sebagai mata pelajaran.
• Dari segi penyajian materi pada buku bersifat terbatas, dari segi desain, terdapat keterbatasan gambar ilustrasi.
Tindakan
• Merancang dan mengembangkan modul pembelajaran tematik bernuansa kontekstual tema daerah tempat tinggalku sub tema 2 keunikan daerah tempat tinggalku
• Menggunakan modul pembelajaran tematik bernuansa kontekstual tema daerah tempat tinggalku sub tema 2 keunikan daerah tempat tinggalku
• Penggunaan modul pembelajaran tematik bernuansa kontekstual oleh siswa secara kelompok dan secara individu.
Hasil
• Modul pembelajaran tematik bernuansa kontekstual yang layak untuk siswa kelas 4 Tema Daerah Tempat Tinggalku Sub Tema 2 Keunikan Daerah Tempat Tinggalku