10 BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Motivasi 1. Pengertian Motivasi Motif atau motivasi berasal dari kata latin ‘moreve’ yang berarti dorongan dari dalam diri manusia untuk bertindak atau berperilaku. Motivasi tidak terlepas dari kata kebutuhan atau ‘needs’ atau ‘want’, kebutuhan adalah suatu potensi dalam diri manusia yang perlu ditanggapi atau direspon. Tanggapan terhadap kebutuhan tersebut dan hasilnya orang akan merasa puas. Apabila kebutuhan tersebut belum direspon atau dipenuhi, maka akan berpotensi untuk muncul kembali sampai terpenuhinya kebutuhan yang diinginkan (Notoatmodjo, 2007). Setiap individu memiliki kondisi internal, dimana kondisi tersebut ikut berperan dalam aktivitas dirinya sehari-hari. Salah satu dari kondisi internal tersebut adalah ‘motivasi’. Motivasi adalah dorongan dasar yang menggerakan seseorang untuk bertingkah laku. Dorongan tersebut berada pada diri seseorang yang menggerakkan untuk melakukan sesuatu yang sesuai dengan dorongan dalam dirinya. Motivasi juga dapat dikatakan sebagai perbedaan antara dapat melaksanakan dan mau melaksanakan. Motivasi adalah kekuatan, baik dari dalam maupun dari luar yang mendorong seseorang untuk mencapai tujuan tertentu yang telah ditetapkan sebelumnya. Dapat diartikan juga sebagai dorongan mental
33
Embed
BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Motivasidigilib.unimus.ac.id/files/disk1/104/jtptunimus-gdl-eskasusiri... · Teori Conditioning 1) Teori Classical Conditioning (Pavlov dan Watson) ...
This document is posted to help you gain knowledge. Please leave a comment to let me know what you think about it! Share it to your friends and learn new things together.
Transcript
10
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Motivasi
1. Pengertian Motivasi
Motif atau motivasi berasal dari kata latin ‘moreve’ yang berarti
dorongan dari dalam diri manusia untuk bertindak atau berperilaku.
Motivasi tidak terlepas dari kata kebutuhan atau ‘needs’ atau ‘want’,
kebutuhan adalah suatu potensi dalam diri manusia yang perlu ditanggapi
atau direspon. Tanggapan terhadap kebutuhan tersebut dan hasilnya orang
akan merasa puas. Apabila kebutuhan tersebut belum direspon atau
dipenuhi, maka akan berpotensi untuk muncul kembali sampai
terpenuhinya kebutuhan yang diinginkan (Notoatmodjo, 2007).
Setiap individu memiliki kondisi internal, dimana kondisi tersebut
ikut berperan dalam aktivitas dirinya sehari-hari. Salah satu dari kondisi
internal tersebut adalah ‘motivasi’. Motivasi adalah dorongan dasar yang
menggerakan seseorang untuk bertingkah laku. Dorongan tersebut berada
pada diri seseorang yang menggerakkan untuk melakukan sesuatu yang
sesuai dengan dorongan dalam dirinya. Motivasi juga dapat dikatakan
sebagai perbedaan antara dapat melaksanakan dan mau melaksanakan.
Motivasi adalah kekuatan, baik dari dalam maupun dari luar yang
mendorong seseorang untuk mencapai tujuan tertentu yang telah
ditetapkan sebelumnya. Dapat diartikan juga sebagai dorongan mental
11
terhadap perorangan atau orang-orang sebagai anggota masyarakat (Uno,
2008).
Menurut Purwanto (1998) motif adalah penggerak, alasan-alasan
atau dorongan-dorongan dalam diri manusia yang menyebabkan seseorang
berbuat sesuatu. Motif manusia merupakan dorongan, keinginan atau
tenaga penggerak lainnya yang berasal dari dalam diri seseorang untuk
melakukan sesuatu. Motif-motif tersebut memberi tujuan dan arah kepada
perilaku manusia, juga kegiatan yang dilakukan setiap hari mempunyai
motif-motif tertentu.
Niewhof, dkk (2004) dalam tulisan Indie (2009), menggambarkan
motivasi sebagai “why” of human behavior, yang berarti bahwa motivasi
yang ada dalam diri seseorang merupakan satu dorongan dasar yang
menjadi alas an seseorang untuk memutuskan melakukan sesuatu atau
tidak.
Berdasarkan definisi di atas, maka dapat disimpulkan bahwa
motivasi adalah suatu dorongan atau keinginan dalam diri manusia yang
menyebabkan individu melakukan sesuatu untuk memenuhi
kebutuhannya.
2. Konsep Motivasi
Menurut Notoatmodjo (2007), para ahli merumuskan konsep atau
teori tentang motivasi, diantaranya yaitu:
a. Teori Mc Clelland
Teori ini menjelaskan bahwa dalam diri manusia ada dua
motivasi, yakni motif primer atau motif yang yang tidak dipelajari, dan
12
motif skunder atau motif yang dipelajari melalui pengalaman serta
interaksi dengan orang lain. Motif ini sering disebut dengan motif
sosial. Motif primer atau motif yang tidak dipelajari ini secara alamiah
timbul pada setiap manusia secara biologis, sehingga mendorong
seseorang untuk terpenuhinya kebutuhan biologis seperti makan,
minum, seksualitas dan kebutuhan-kebutuhan biologis yang lain. Motif
skunder adalah motif yang ditimbulkan karena dorongan dari luar
akibat interaksi sosial. Motif sosial ini dapat dibedakan menjadi 3
motif yaitu:
1) Motif Berprestasi
Berprestasi adalah suatu dorongan yang ada pada setiap
manusia untuk mencapai hasil kegiatannya atau hasil kerjanya
secara maksimal. Dalam memperoleh hasil yang lebih baik
realitanya tidak mudah dan banyak kendala, oleh sebab itu perlu
dorongan untuk berusaha mengatasi kendala tersebut dengan
memelihara semangat belajar yang tinggi, sehingga motif
berprestasi adalah dorongan untuk sukses dalam situasi kompetisi
yang didasarkan kepada ukuran keunggulan dibanding dengan
standar ataupun orang lain.
2) Motif Berafiliasi
Motif berafiliasi adalah kebutuhan atau dorongan manusia
untuk menjadi bermakna interaksinya dengan manusia yang lain
(sosial). Agar kebutuhan berafiliasi ini terpenuhi, maka harus
menjaga hubungan baik dengan orang lain.
13
3) Motif Berkuasa
Motif berkuasa adalah dorongan manusia untuk berusaha
mengarahkan perilaku seseorang atau manusia lain untuk mencapai
kepuasan melalui tujuan tertentu, seperti kekuasaan dengan cara
mengontrol atau mengawasi orang lain.
b. Teori Mc Gregor
Dalam penelitiannya, Mc Gregor menyimpulkan teori motivasi
itu dalam teori X dan Y. Teori ini didasarkan pada pandangan
konvensional atu klasik (teori X) dan pandangan baru atau modern
(teori Y). Teori X yang bertolak dari pandangan klasik ini bertolak dari
anggapan bahwa : 1) Pada umumnya manusia itu tidak senang bekerja;
2) pada umumnya manusia cenderung sesedikit mungkin melakukan
aktivitas atau bekerja; 3) pada umumnya manusia bersifat egois dan
kurang acuh terhadap organisasi. Oleh sebab itu, dalam melakukan
pekerjaan harus diawasi denga ketat.
Teori Y yang bertumpu pada pandangan atau pendekatan baru
ini beranggapan bahwa; 1) Pada dasarnya manusia itu tidak pasif,
tetapi aktif; 2) pada dasarnya manusia itu tidak malas kerja, tapi suka
bekerja; 3) pada umumnya manusia itu dapat berprestasi dalam
menjalankan pekerjannya; 4) pada umumnya manusia selalu berusaha
mencapai sasaran atau tujuan organisasi; 5) pada umumnya manusia
selalu mengembangkan diri untuk mencapai tujuan atau sasaran.
14
c. Teori Herzberg
Teori motivasi ini dikenal dengan teori motivasi ‘dua faktor’
(Herzberg’s two factors motivation theory). Jadi menurut teori ini, ada
dua faktor yang mempengaruhi seseorang dalam tugas atau
pekerjaannnya, antara lain:
1) Faktor-faktor penyebab kepuasaan (Satisfierr) atau faktor
motivasional. Faktor ini menyangkut kebutuhan psikologis
seseorang seperti serangkaian kondisi intrinsik. Apabila kepuasaan
belajar tercapai, maka akan menggerakkan tingkat motivasi atau
kepuasan ini antara lain; prestasi (achievement), penghargaan
(recognition), tanggung jawab (responsibility), kesempatan untuk
maju (possibility of growth), dan pekerjaan itu sendiri (work).
2) Faktor-faktor penyebab ketidakpuasan (dissastifaction) atau
hygiene factor. Faktor ini menyangkut kebutuhan akan
pemeliharaan atau maintenance factor yang merupakan hakikat
manusia yang ingin memperoleh kesehatan badaniyah. Hilangnya
faktor-faktor ini akan menimbulkan ketidakpuasan bekerja
(dissatisfaction). Faktor higienes ini meliputi kondisi fisik
lingkungan (physical environment), hubungan interpersonal
(interpersonal relationship) kebijakan dan administrasi (policy and
administration), dan pengawasan (supervision), reward, dan
keamanan.
15
d. Teori Maslow
Teori motivasi ini merupakan lanjutan atau pengembangan dari
teori Eltom Mayo (1880-1949) dengan mendasarkan pada kebutuhan
manusia yang dibedakan antara kebutuhan biologis dan kebutuhan
psikologis, atau disebut kebutuhan materi (biologis) dan kebutuhan
non materi (psikologis). Maslow menyatakan bahwa kebutuhan
manusia secara hierarkis semuanya laten pada diri manusia. Kebutuhan
tersebut mencakup kebutuhan fisiologis (sandang pangan), kebutuhan
rasa aman (bebas cahaya), kebutuhan kasih sayang, kebutuhan dihargai
dan dihormati, dan kebutuhan aktualisasi diri. Teori ini dikenal sebagai
teori kebutuhan (needs) yang digambarkan seperti berikut:
Gambar 2.1 Hierarki kebutuhan Maslow (Sumber: Stephen P. Robbin, 1996:214 dikutip oleh Uno 2008)
Teori ini mempunyai makna serta peranan kognisi dalam
kaitannya dengan perilaku seseorang yang menjelaskan adanya
peristiwa internal yang terbentuk sebagai perantara dari stimulus tugas
dan tingkah laku berikutnya (Uno, 2008).
Aktualisasi Diri
Kebutuhan Fisiologis
Penghargaan/penghormatan
Rasa memiliki dan cinta/sayang
Perasaan aman dan nyaman
16
3. Tujuan Motivasi
Tujuan motivasi adalah untuk menggerakkan atau menggugah
seseorang agar timbul keinginan dan kemauannya untuk melakukan
sesuatu sehingga dapat memperoleh hasil atau mencapai tujuan tertentu.
Dalam mencapai tujuan motivasi, maka setiap orang yang akan
memberikan motivasi harus mengenal dan memahami benar-benar latar
belakang kehidupan, kebutuhan, dan kepribadian orang yang akan
dimotivasi (Purwanto, 2007).
4. Jenis Motivasi
Menurut Abraham C. dan Shanley F.(1999) dalam bukunya
Sunaryo (2004), jenis motivator secara umum adalah uang, penghormatan,
tantangan, pujian, kepercayaan atasan, lingkungan kerja yang menarik,
jam kerja yang fleksibel, promosi, persahabatan, pengakuan, penghargaan,
kemandirian, lingkungan yang kreatif, bonus atau hadiah, ucapan
terimakasih, dan keyakinan dalam bekerja.
B. Belajar
1. Pengertian Belajar
Belajar sangat penting bagi kehidupan seorang manusia, karena
manusia selain sebagai makhluk biologis, manusia merupakan makhluk
sosial dan budaya. Artinya manusia tidak mampu hidup sebagai manusia
jika ia tidak dididik atau diajar oleh manusia lain. Seperti contoh bayi yang
baru dilahirkan tidak mempunyai daya, sehingga membutuhkan bantuan
17
orang dewasa yang lain agar mampu bertahan hidup. Selain itu bayi yang
baru dilahirkan memiliki beberapa naluri atau insting dan potensi-potensi
yang terbatas. Potensi-potensi bawaan itu tidak berkembang dengan baik
tanpa adanya pengaruh dari luar (Purwanto, 2007).
Belajar merupakan suatu perubahan dalam tingkah laku, dimana
perubahan itu dapat mengarah kepada tingkah laku yang lebih baik, dan
ada juga kemungkinan untuk mengarah kepada tingkah laku yang lebih
buruk. Belajar juga merupakan suatu perubahan yang terjadi melalui
latihan atau pengalaman (Purwanto, 2007). Dalam Wikipedia (2007),
Slavin (2000) mendefinisikan belajar merupakan akibat adanya interaksi
antara stimulus dan respon. Seseorang dianggap telah belajar sesuatu jika
dia dapat menunjukkan perubahan perilakunya. Menurut teori ini dalam
belajar yang penting adalah ‘input’ yang berupa stimulus dan ‘output’
yang berupa respon.
Uno (2008) menjelaskan bahwa belajar merupakan suatu
pengalaman yang diperoleh berkat adanya interaksi antara individu dan
lingkungannya. Belajar adalah proses perubahan perilaku atau pribadi
seorang berdasarkan interaksi antara individu dan lingkungannya yang
dilakukan secara formal, informal, dan nonformal.
Belajar adalah usaha memperoleh hal baru dalam tingkah laku
(pengetahuan, kecakapan, keterampilan, dan nilai-nilai) dengan aktivitas
kejiwaan sendiri. Dari pernyataaan tersebut tampak jelas bahwa sifat khas
dari proses belajar adalah memperoleh sesuatu yang baru yang dahulu
18
belum ada, sekarang menjadi ada, yang semula belum diketahui, sekarang
diketahui, yang dulu belum dimengerti, sekarang dimengerti
(Notoatmodjo, 2003:37). Dijelaskan bahwa belajar pada hakikatnya adalah
penyempurnaan potensi atau kemampuan pada organisme biologis dan
psikis yang diperlukan dalam hubungan manusia dengan dunia luar dan
hidup bermasyarakat (Notoatmodjo, 2007).
Dari beberapa definisi belajar diatas dapat dirumuskan bahwa
belajar adalah perubahan tingkah laku akibat dari adanya interaksi antara
stimulus dan respon akibat interaksi antara manusia (individu) dengan
lingkungannya, sehingga memperoleh sesuatu yang baru, baik sesuatu itu
yang bersifat positif (baik) maupun sesuatu yang negatif (jelek).
2. Ciri-ciri Kegiatan Belajar
Kegiatan belajar dapat terjadi dimana saja, kapan saja, dan oleh
siapa saja. Seseorang dikatakan belajar apabila di dalam dirinya terjadi
perubahan dari yang tidak tahu menjadi tahu, dari tidak dapat mengerjakan
sesuatu menjadi dapat mengerjakan sesuatu. Dapat disimpulkan bahwa
belajar mempunyai ciri-ciri, yaitu belajar adalah kegiatan yang
menghasilkan perubahan pada diri individu tersebut, baik aktual maupun
potensial, perubahan tersebut didapatkan karena kemampuan baru yang
berlaku untuk waktu yang relatif lama, dan perubahan itu terjadi karena
usaha, bukan karena proses kematangan.
19
3. Konsep Proses Belajar
Teori proses belajar dapat dikelompokkan kedalam 2 (dua)
kelompok besar, yakni teori stimulus-respon yang kurang
memperhitungkan faktor internal dan teori transformasi yang
memperhitungkan faktor internal. Teori stimulus-respon ini apa yang
terjadi pada diri subjek belajar merupakan rahasia atau biasa disebut ‘black
box’. Belajar adalah mengambil tanggapan-tanggapan dan menggabung-
gabungkan tanggapan dengan jalan mengulang-ulang. Tanggapan tersebut
diperoleh melalui pemberian stimulus atau rangsangan. Teori transformasi
yang berlandaskan pada psikologi kognitif seperti yang dirumuskan oleh
Neisser, bahwa proses belajar adalah transformasi dari masukan (input).
Kemudian input tersebut direduksi, diuraikan, disimpan, ditemukan
kembali, dan dimanfaatkan.
Para ahli psikologi kognitif menggunakan faktor eksternal dan
internal dalam mengembangkan teorinya. Mereka berpendapat bahwa
kegiatan belajar merupakan proses yang bersifat internal yang dipengaruhi
oleh faktor eksternal, seperti metode pembelajaran atau pengajaran. Proses
belajar tersebut dapat digambarkan sebagai berikut.
20
Faktor Eksternal
Faktor Internal
Skema 2.2. Faktor Eksternal dan Internal yang Mempengaruhi Peristiwa Belajar (Sumber Notoatmojo, 2007:41)
4. Teori-teori Belajar
Teori belajar yang merupakan hasil penyelidikan para ahli psikogi
dan ahli pendidikan antara lain (Purwanto, 2007) :
a. Teori Conditioning
1) Teori Classical Conditioning (Pavlov dan Watson)
Menurut teori ini belajar adalah suatu proses perubahan
yang terjadi karena adanya syarat-syarat (condition) yang
kemudian menimbulkan reaksi (response). Segala tingkah laku
manusia tidak lain adalah hasil dari pada conditioning, yaitu hasil
latihan-latihan atau kebiasaan-kebiasaan yang bereaksi terhadap
syarat-syarat atau perangsang-perangsang tertentu yang dialami
dialami di dalam kehidupannya.
2) Teori Conditioning dari Guthrie
Dalam teori ini Guthrie mengemukakan bahwa tingkah laku
manusia itu secara keseluruhan dapat dipandang sebagai deretan-
Peristiwa belajar
Persentuhan (contigultg)
Repetisi (Repetition)
Penguat (Reinforcement)
Keterampilan Intelektual
(Intelectual Skill)
Fakta Informasi (Factual
Information)
Strategi-strategi
(Strategies)
21
deretan tingkah laku yang terdiri dari unit tingkah laku yang
berikutnya secara terus-menerus. Pada proses Conditioning ini
pada umumnya terjadi proses asosiasi antara unit-unit tingkah laku
satu sama lain yang beruntutuan. Ulangan-ulangan atau latihan-
latihan memperkuat asosiasi yang terdapat antar unit tingkah laku
yang satu dengan unit tingkah laku yang lainnya.
3) Teori Operant Conditioning
Teori ini merupakan penyempurnan dari teorinya Ivan
Pavlov dan John Watson, yang dikembangkan oleh Burhus Fredik
Skinner (1930), menurut pendapatnya belajar adalah proses
perubahan tingkah laku yang harus dapat diukur. Bila pembelajar
atau subjek (peserta didik) berhasil belajar, maka respon
bertambah, tetapi bila tidak belajar banyaknya respon berkurang,
sehingga secara formal hasil belajar harus bisa diamati dan diukur.
4) Teori Systematic Behavior oleh Clark C. Hull
Clark C. Hull mengemukakan teorinya, yaitu bahwa suatu
kebutuhan atau keadaan terdorong (oleh motif, tujuan, maksud,
aspirasi, ambisi) harus ada dalam diri seseorang yang belajar,
sebelum suatu respon dapat diperkuat atas dasar pengurangan
kebutuhan itu. Efisiensi belajar tergantung pada besarnya tingakat
pengurangan dan kepuasan motif yang menyebabkan timbulnya
usaha belajar itu oleh respon-respon yang dibuat individu itu.
22
Prinsip penguat menggunakan seluruh situasi yang
memotivasi, mulai dari dorongan biologis (kebutuhan utama
seseorang) sampai pada hasil-hasil yang memberikan ganjaran
(reward) misalnya: uang, perhatian, afeksi, dan aspirasi sosial
tingkat tinggi. Dua hal penting dalam proses belajar dari Hull
adalah adanya incentive motivation (motivasi insentif) dan drive