BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Pengertian Perilaku kekerasan merupakan salah satu respons terhadap stresor yang dihadapi oleh seseorang. Respons ini dapat menimbulkan kerugian baik kepada diri sendiri, orang lain, maupun lingkungan. Melihat dampak dari kerugian yang ditimbulkan, maka penanganan pasien dengan perilaku kekerasan perlu dilakukan secara cepat dan tepat oleh tenaga-tenaga yang profesional (Keliat dan Akemat, 2009). Perilaku kekerasan adalah suatu keadaan ketika individu mengalami perilaku yang secara fisik dapat membahayakan baik bagi diri sendiri dan orang lain ( Videbeck, 2008 ). Perilaku kekerasan di anggap sebagai suatu akibat yang ekstrem dari marah atau katakutan/panik. Parilaku agresif dan perilaku kekerasan sering dipandang sebagai rentang dimana agresif verbal di suatu sisi dan perilaku kekerasan (violence) di sisi yang lain. Suatu keadaan yang menimbulkan emosi, perasaan frustasi, benci atau marah. Hal ini akan mempengaruhi perilaku seseorang. Berdasarkan keadaan emosi secara mendalam tersebut terkadang perilaku menjadi agresif atau melukai karena penggunaan koping yang kurang bagus. Perilaku kekerasan ( PK ) adalah suatu keadaan dimana seseorang melakukan tindakan yang dapat membahayakan secara fisik, baik pada dirinya sendiri maupun orang lain, disertai dengan amuk dan gaduh gelisah tak terkontrol (Kusumawati dan Hartono, 2011). 8 Asuhan Keperawatan Pada..., NINA MARTIYANINGSIH, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2014
34
Embed
BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Pengertianrepository.ump.ac.id/2499/3/NINA MARTIYANINGSIH BAB II.pdf · Perilaku kekerasan merupakan salah satu respons terhadap stresor yang dihadapi oleh
This document is posted to help you gain knowledge. Please leave a comment to let me know what you think about it! Share it to your friends and learn new things together.
Transcript
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Pengertian
Perilaku kekerasan merupakan salah satu respons terhadap stresor yang
dihadapi oleh seseorang. Respons ini dapat menimbulkan kerugian baik
kepada diri sendiri, orang lain, maupun lingkungan. Melihat dampak dari
kerugian yang ditimbulkan, maka penanganan pasien dengan perilaku
kekerasan perlu dilakukan secara cepat dan tepat oleh tenaga-tenaga yang
profesional (Keliat dan Akemat, 2009). Perilaku kekerasan adalah suatu
keadaan ketika individu mengalami perilaku yang secara fisik dapat
membahayakan baik bagi diri sendiri dan orang lain ( Videbeck, 2008 ).
Perilaku kekerasan di anggap sebagai suatu akibat yang ekstrem dari
marah atau katakutan/panik. Parilaku agresif dan perilaku kekerasan sering
dipandang sebagai rentang dimana agresif verbal di suatu sisi dan perilaku
kekerasan (violence) di sisi yang lain. Suatu keadaan yang menimbulkan
emosi, perasaan frustasi, benci atau marah. Hal ini akan mempengaruhi
perilaku seseorang. Berdasarkan keadaan emosi secara mendalam tersebut
terkadang perilaku menjadi agresif atau melukai karena penggunaan koping
yang kurang bagus. Perilaku kekerasan ( PK ) adalah suatu keadaan dimana
seseorang melakukan tindakan yang dapat membahayakan secara fisik, baik
pada dirinya sendiri maupun orang lain, disertai dengan amuk dan gaduh
gelisah tak terkontrol (Kusumawati dan Hartono, 2011).
8
Asuhan Keperawatan Pada..., NINA MARTIYANINGSIH, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2014
Jadi dapat disimpulkan bahwa perilaku kekerasan merupakan suatu
akibat dari respons marah dan dapat menimbulkan kerugian baik pada diri
sendiri, orang lain, dan lingkungan.
B. Tanda dan Gejala
Tanda dan gejala yang ditemui pada pasien melalui observasi atau
wawancara tentang perilaku kekerasan menurut Keliat dan Akemat
(2009), adalah sebagai berikut :
a) Muka marah dan tegang
b) Pandangan tajam
c) Mengatupkan rahang dengan kuat
d) Mengepalkan tangan
e) Jalan mondar-mandir
f) Bicara kasar
g) Suara tinggi, menjerit atau berteriak
h) Mengancam secara verbal atau fisik
i) Melempar / memukul benda atau orang lain
j) Merusak benda atau barang
k) Tidak memiliki kemampuan yang mencegah/mengendalikan perilaku
kekerasan.
C. Rentang Respon Marah
Perilaku kekerasan merupakan suatu rentang emosi dan ungkapan
kemarahan yang dimanifestasikan dalam bentuk fisik. Kemarahan
Asuhan Keperawatan Pada..., NINA MARTIYANINGSIH, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2014
tersebut merupakan suatu bentuk komunikasi dan proses penyampaian
pesan dari individu. Orang yang mengalami kemarahan sebenarnya ingin
menyampaikan pesan bahwa ia tidak setuju, tersinggung, merasa tidak
dianggap, merasa tidak diturut atau diremehkan. Rentang respon marah
individu dimulai dari respon normal (asertif) sampai pada respon tidak
normal (maladaptif) (Yosep, 2011) :
Adaptif Maladaptif
Asertif Frustasi Pasif Agresif Amuk/PK
Gambar 1.1. Rentang Respons Marah (Yosep, 2011).
Keterangan gambar :
a) Asertif adalah klien mampu mengungkapkan marah tanpa
menyalahkan orang lain dan memberikan kelegaan.
b) Frustasi adalah klien gagal mencapai tujuan kepuasan / saat marah
dan tidak dapat menemukan alternatif.
c) Pasif adalah klien merasa tidak dapat mengungkapkan
perasaannya, tidak berdaya dan menyerah.
d) Agresif adalah klien mengekspresikan secara fisik , tapi masih
terkontrol, mendorong orang lain dengan ancaman.
e) Kekerasan/ Amuk adalah perasaan marah dan bermusuhan yang
kuat dan hilang kontrol, disertai amuk, merusak lingkungan.
Asuhan Keperawatan Pada..., NINA MARTIYANINGSIH, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2014
Perilaku yang menunjukan dan berhubungan dengan agresi :
1) Agitasi motorik : bergerak cepat, tidak mampu duduk diam,
memukul dengan tinju kuat, respirasi meningkat, membentuk
aktivitas motorik tiba-tiba (katatonia).
2) Verbal : mengancam pada objek yang tidak nyata, mengacau
minta perhatian, bicara keras-keras, menunjukan adanya delusi
atau paranoid.
3) Afek : marah, permusuhan, kecemasan yang ekstrim, mudah
terangsang, euphoria tidak sesuai atau berlebihan, afek labil.
4) Tingkat kesadaran : bingung, status mental berubah tiba-tiba,
disorientasi, kerusakan memori, tidak mampu dialihkan.
D. Faktor Presdisposisi dan Faktor Presipitasi Perilaku Kekerasan
Faktor presdisposisi dan faktor presipitasi menurut Kusumawati dan
Hartono (2011), adalah sebagai berikut :
a. Faktor Presdisposisi
1) Faktor psikologis
Terdapat asumsi bahwa seseorang untuk mencapai suatu tujuan
mengalami hambatan akan timbul dorongan agresif yang
memotivasi perilaku kekerasan.
2) Berdasarkan penggunaan mekanisme koping individu dan masa
kecil yang tidak menyenangkan.
3) Frustasi
Asuhan Keperawatan Pada..., NINA MARTIYANINGSIH, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2014
Merupakan suatu harapan yang diinginkan dan kenyataan yang
terjadi tidak sesuai dengan yang diharapkan. Misalnya putus
pacar, perceraian, masalah kantor, masalah sekolah atau masalah
yang tidak kunjung selesai.
4) Kekerasan dalam rumah tangga.
Setiap perbuatan terhadap seseorang terutama perempuan, yang
berakibat timbulnya kesengsaraan atau penderitaan secara fisik,
seksual, psikologis, dan/atau penelantaran rumah tangga termasuk
ancaman untuk melakukan perbuatan, pemaksaan, atau
perampasan kemerdekaan secara melawan hukum dalam lingkup
rumah tangga.
5) Faktor sosial budaya
Seseorang akan berespon terhadap peningkatan emosionalnya
secara agresif dan sesuai dengan respon yang dipelajarinya.
Sesuai dengan teori menurut Bandura bahwa agresi tidak berbeda
dengan respon-respon yang lain. Faktor ini dapat dipelajari
melalui observasi atau imitasi, dan semakin sering mendapatkan
penguatan maka semakin besar kemungkinan terjadi. Budaya juga
dapat mempengaruhi perilaku kekerasan. Adanya norma yang
membantu mendefinisikan ekspresi marah yang dapat diterima
dan yang tidak dapat diterima.
Asuhan Keperawatan Pada..., NINA MARTIYANINGSIH, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2014
6) Faktor biologis
Berdasarkan hasil penelitian pada hewan, adanya pemberian
stimulasi elektris ringan pada hipotalamus ( pada system limbic )
ternyata menimbulkan perilaku agresif, dimana jika terjadi
kerusakan fungsi limbic ( untuk emosi dan perilaku ), lobus
frontal (untuk pemikiran rasional), dan lobus temporal (untuk
interprestasi indra penciuman dan memori) akan menimbulkan
mata terbuka lebar, pupil berdilatasi, dan hendak menyerang
objek yang ada disekitanya.
7) Faktor presipitasi
Secara umum seseorang akan marah jika dirinya merasa
terancam,baik berupa injury secara fisik, psikis, atau ancaman
konsep diri. Beberapa faktor pencetus perilaku kekerasan adalah
sebagai berikut :
a) Klien : kelememahan fisik, keputusasaan, ketidakberdayaan,
kehidupan yang penuh agresif, dan masa lalu yang tidak
menyenangkan.
b) Interaksi : penghinaan, kekerasan, kehilangan orang yang
berarti, konflik, merasa terancam baik internal dari
permasalahan diri klien sendiri maupun eksternal dari
lingkungan.
c) Lingkungan : panas, padat, dan bising.
Asuhan Keperawatan Pada..., NINA MARTIYANINGSIH, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2014
E. Proses Terjadinya Perilaku Kekerasan
Agresi seseorang menurut Tomb (2003), mempunyai dasar biologis,
psikososial, dan budaya yang rumit dan tidak menentu. Perilaku kekerasan
berhubungan dengan lesi pada korteks prefrontal (sindrom lobus frontal) dan
stimulasi amigdala dan system limbic, dan adanya peningkatan hormone
androgen dan norepinefrine cairan cerebrospinal dan penurunan serotonin
dalam cairan cerebrospinal (mirip bunuh diri dalam kekerasan) dan GABA
(gama amino butirat acid). Perilaku kekerasan sukar diprediksi. Setiap orang
dapat bertindak keras tapi ada kelompok tertentu yang memiliki risiko tinggi
; pria berusia 15-25 tahun, atau subgroup dengan budaya kekerasan,
peminum alkohol. Faktor neurotransmiter: Dari biogenik amin, norepinefrin
dan serotonin merupakan dua neurotransmiter yang paling berperan dalam
patofisiologi gangguan mood. Norepinefrin hubungan yang dinyatakan oleh
penelitian ilmiah dasar antara turunnya regulasi reseptor B-adrenergik dan
respon antidepresan secara klinis memungkinkan indikasi peran sistem
noradrenergik dalam depresi. Bukti-bukti lainnya yang juga melibatkan
presinaptik reseptor adrenergik dalam depresi, sejak reseptor reseptor
tersebut diaktifkan mengakibatkan penurunan jumlah norepinefrin yang
dilepaskan. Presipnatik reseptor adrenergik juga berlokasi di neuron
serotonergik dan mengatur jumlah serotonin yang dilepaskan. Dopamin juga
sering berhubungan dengan patofisiologi depresi. Faktor neurokimia lainnya
seperti gammaaminobutyric acid (GABA) dan neuroaktif peptida
Asuhan Keperawatan Pada..., NINA MARTIYANINGSIH, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2014
(vasopressin dan opiate endogen) telah dilibatkan dalam patofisiologi
gangguan mood.
Selain kelompok amin biogenik, ada neurotransmiter lain dari asam
amino. Asam amino dikenal sebagai pembangun blok protein. Dua
neurotransmiter utama dari asam amino ini adalah gamma-aminobutyric acid
(GABA) dan glutamate. GABA adalah asam amino inhibitor (penghambat),
sedang glutamate adalah asam amino eksitator. Kadang cara sederhana untuk
melihat kerja otak adalah dengan melihat keseimbangan dari kedua
neurotransmiter tersebut. Bila oleh karena suatu hal, misalnya subsensitivitas
reseptor-reseptor pada membran sel paskasinaptik, neurotransmiter epinefrin,
norepinefrin, serotonin, dopamin menurun kadarnya pada celah sinaptik,
terjadilah sindrom depresi. Demikian pula bila terjadi disregulasi asetilkholin
yang menyebabkan menurunnya kadar neurotransmiter asetilkolin di celah
sinaptik, terjadilah gejala depresi.
Asuhan Keperawatan Pada..., NINA MARTIYANINGSIH, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2014