6 BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Landasan Teori 1. Pengertian Persediaan SAK EMKM mendefinisikan persediaan adalah aset: a. Untuk dijual dalam kegiatan normal. b. Dalam proses produksi untuk kemudian dijual. c. Dalam bentuk bahan atau perlengkapam untuk digunakan dalam proses produksi atau pemberian jasa. (IAI,2016:21) Secara garis besar persediaan adalah barang yang dimiliki oleh perusahaan. Sedangkan menurut para ahli adalah sebagai berikut: 1) Persediaan adalah sejumlah barang jadi, bahan baku, dan barang dalam proses yang dimiliki perusahaan dengan tujuan atau diproses lebih lanjut. (Rudianto, 2012:222) 2) Secara istilah persediaan barang dipakai untuk menunjukkan barang- barang yang dimiliki untuk dijual kembali atau digunakan untuk memproduksi barang-barang yang akan dijual. Dalam perusahaan dagang, barang-barang yang dibeli dengan tujuan akan dijual kembali diberi judul persediaan barang. (Zaki Baridwan,2015:149) 3) Persediaan barang dagangan adalah barang-barang yang dimiliki perusahaan siap untuk dijual kembali. (Soemarso,2009:384) 4) Persediaan barang baik dalam usaha dagang maupun dalam perusahaan manufaktur merupakan jumlah yang akan mempengaruhi necara maupun laba/rugi, oleh karena itu persediaan barang yang dimiliki
This document is posted to help you gain knowledge. Please leave a comment to let me know what you think about it! Share it to your friends and learn new things together.
Transcript
6
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Landasan Teori
1. Pengertian Persediaan
SAK EMKM mendefinisikan persediaan adalah aset:
a. Untuk dijual dalam kegiatan normal.
b. Dalam proses produksi untuk kemudian dijual.
c. Dalam bentuk bahan atau perlengkapam untuk digunakan dalam
proses produksi atau pemberian jasa. (IAI,2016:21)
Secara garis besar persediaan adalah barang yang dimiliki oleh
perusahaan. Sedangkan menurut para ahli adalah sebagai berikut:
1) Persediaan adalah sejumlah barang jadi, bahan baku, dan barang dalam
proses yang dimiliki perusahaan dengan tujuan atau diproses lebih
lanjut. (Rudianto, 2012:222)
2) Secara istilah persediaan barang dipakai untuk menunjukkan barang-
barang yang dimiliki untuk dijual kembali atau digunakan untuk
memproduksi barang-barang yang akan dijual. Dalam perusahaan
dagang, barang-barang yang dibeli dengan tujuan akan dijual kembali
diberi judul persediaan barang. (Zaki Baridwan,2015:149)
3) Persediaan barang dagangan adalah barang-barang yang dimiliki
perusahaan siap untuk dijual kembali. (Soemarso,2009:384)
4) Persediaan barang baik dalam usaha dagang maupun dalam perusahaan
manufaktur merupakan jumlah yang akan mempengaruhi necara
maupun laba/rugi, oleh karena itu persediaan barang yang dimiliki
7
selama satu periode harus dapat dipisahkan mana yang sudah dapat
dibebankan sebagai biaya (harga pokok penjualan) yang akan
dilaporkan dalam laporan laba/rugi dan mana yang masih belum terjual
yang akan menjadi persediaan dalam neraca. (Zaki
Baridwan,2015:150)
2. Arti Penting Persediaan
Persediaan berpengaruh terhadap neraca maupun laporan laba/rugi.
Dalam neraca sebuah perusahaan dagang atau perusahaan manufaktur
persediaan seringkali merupakan bagian yang sangat besar dari
keseluruhan aktiva lancar yang dimiliki perusahaan. Meskipun demikian,
jumlah dan persentasenya berbeda-beda antara perusahaan yang satu
dengan lainnya. Pada perusahaan tertentu kadang-kadang persediaan
menggambarkan 70% dari keseluruhan aktiva lancar. Angka persentase
ini merupakan bukti betapa pentingnya kegiatan pembelian dan penjualan
persediaan dalam operasi perusahaan. Dalam laporan laba rugi persediaan
memegang peran sangat vital dalam penentuan hasil operasi perusahaan
untuk suatu periode. Angka laba kotor misalnya (penjualan dikurangi
harga pokok penjualan) adalah sesuatu yang diamati terus-menerus oleh
manajemen, pemilik, dan pihak-phak yang berkepentingan. (Al. Haryono
Jusup, 2010:99-100)
Dalam laporan keuangan, persediaan barang dagang disajikan baik
di neraca maupun laporan laba rugi. Persediaan barang dagang yang
tercantum di neraca mencerminkan nilai barang dagang yang ada pada
8
tanggal neraca, yang biasanya merupakan akhir dari suatu periode
akuntansi. Pada laporan laba/rugi, persediaan barang dagang muncul
dalam harga pokok penjualan. Harga pokok penjualan dihitung sebagai
persediaan barang dagang awal periode ditambah pembelian bersih
selama periode dikurangi persediaan barang dagang akhir periode. Ada
saling hubungan antara persediaan barang dagang di neraca dan laporan
laba/rugi. Bahkan, ada saling hubungan antara persediaan barang dagang
pada tahun berjalan dengan tahun sebelumnya dan tahun yang akan
datang. Dari adanya hubungan ini terlihat betapa pentingnya persediaan
dalam menentukan laba/rugi dalam posisi keuangan perusahaan, tidak saja
terhadap tahun berjalan, tetapi juga terhadap tahun sebelumnya dan tahun
yang akan datang. Kesalahan dalam menentukan nilai persediaan barang
dagang akan mempengaruhi tidak saja laporan laba/rugi dan neraca tahun
berjalan tetapi juga neraca dan laporan laba rugi tahun yang akan datang.
(Soemarso,2009:384)
3. Klasifikasi Persediaan
Dalam menentukan klasifikasi persediaan itu sangat penting untuk
jenis perusahaan. Apabila perusahaan itu adalah perusahaan dagang maka
hanya ada satu klasifikasi persediaan yaitu persediaan barang dagangan.
Sedangkan apabila jenis perusahaan itu adalah perusahaan industri, maka
klasifikasi persediaan dibagi atas:
a. Persediaan bahan baku adalah barang-barang yang akan menjadi
bagian dari prduk jadi yang dengan mudah dapat diikuti biayanya.
9
b. Persediaan bahan penolong adalah barang-barang yang juga menjadi
bagian dari produk jadi tetapi jumlahnya relatif kecil atau sulit diikuti
biayanya.
c. Persediaan supplies pabrik adalah barang-barang yang mempunyai
fungsi melancarkan proses produksi. Misalnya oli mesin dan bahan
pembersih mesin.
d. Persediaan barang dalam proses adalah barang-barang yang sedang
dijalankan (diproses) tetapi pada tanggal neraca barang-barang tadi
belum selesai dikerjakan untuk dapat dijual masih diperlukan
pengerjaan lebih lanjut.
e. Persediaan produk selesai adalah barang-barang yang sudah selesai
dikerjakan dalam proses produksi dan menunggu saat penjualnya.
(Zaki Baridwan,2015:150)
4. Kepemilikan persediaan
Menurut Zaki Baridwan, barang-barang yang akan dicatat sebagai
persediaan pihak yang dimiliki barang-barang tersebut, sehingga
perubahan catatan persediaan akan didasarkan pada perpindahan hak
pemilikan barang. Ada beberapa cara dalam menentukan hak pemilikan
atas barang, yaitu:
a. Barang-barang dalam perjalanan (Goods in Transit)
Barang-barang yang pada tanggal neraca masih dalam
perjalanan menimbulkan masalah apakah masih menjadi milik penjual
atau sudah berpindah haknya pada pembeli. Untuk mengetahui barang-
10
barang itu milik siapa harus diketahui syarat pengiriman barang-barang
tersebut. Ada 2 (dua) syarat pengiriman, yaitu:
1) F.0.B Shipping Point
Barang-barang yang dikirim dengan syarat apabila hak atas
barang yang dikirim berpindah pada pembeli ketika barang-barang
tersebut diserahkan pada pihak pengangkut. Pada saat tersebut
penjual mencatat penjualan dan mengurangi persediaan barangnya,
sedangkan pembeli mencatat pembelian dan menambah persediaan
barangnya.
2) F.O.B Destination
Barang-barang yang dikirim dengan syarat atas hak atas
barang baru berpindah pada pembeli jika barang-barang yang
dikirim sudah diterima oleh pembeli. Jadi perpindahan hak atas
barang terjadi pada tanggal penerimaan barang oleh pembeli. Pada
saat tersebut penjual mengurangi persediaan barangnya dan
mencatat penjualan, sedangkan pembeli mencatat pembelian dan
menambah persediaan barangnya.
b. Barang-barang yang dipisahkan (Segregated Goods)
Barang-barang yang akan dijual dalam jumlah besar
pengirimannya tidak dapat dilakukan sekaligus. Barang-barang yang
dipisahkan tersendiri dengan maksud untuk memenuhi kontrak-kontrak
atau pesanan-pesanan walaupun belum dikirim, haknya sudah
berpindah pada pembeli. Oleh karena itu, pada tanggal penyusunan
11
laporan keuangan jka ada barang-barang yang dipisahkan harus
dikeluarkan dari jumlah persediaan penjual dan dicatat sebagai
penjualan. Begitu pula pembeli dapat mencatat pembelian dan
menambah persediaan barangnya.
c. Barang-barang Konsiyasi (Consigment Goods)
Dalam penjualan titipan, barang-barang yang dititipkan untuk
dijualkan (dikonsiyasi) haknya masih tetap pada yang menitipkan
sampai saat barang-barang tersebut dijual. Sebelum barang-barang
tersebut dijual masih tetap menjadi persediaan pihak yang menitipkan
(songsinor). Pihak yang menerima titipan (congsinee) tidak
mempunyai hak atas barang-barang tersebut sehingga tidak mencatat
barang-barang tersebut sebagai persediaan. Apabila barang-barang
tersebut sudah dijual, maka yang menerima titipan membuat laporan
pada yang menitipkan. Pada waktu menerima laporan pihak yang
menitipkan (consignor) mencatat penjualan dan mengurangi
persediaan barang. (Zaki Baridwan,2015:152 -154)
5. Metode Pencatatan Persediaan Barang Dagangan
Menurut Zaki Baridwan, pencatatan persediaan dalam perusahaan
yang jumlahnya cukup besar dapat ditentukan dengan 2 (dua) metode
yaitu metode fisik dan metode perpetual.
a. Metode fisik
Menurut metode ini perhitungan persediaan (stok opname) ini
diperlukan untuk mengetahui berapa jumlah barang yang masih ada
12
dan kemudian diperhitungkan harga pokoknya. Pencatatan hanya
dilakukan pada akhir periode akuntansi dengan cara menghitung,
mengukur, dan menimbang secara fisik barang-barang yang ada di
gudang. Dalam metode ini semua pembelian dan penjualan barang
yang tidak dibukukan dalam perkiraan persediaan, sehingga dalam
buku besar tidak terlihat jumlah persediaan. Oleh karena itu, dengan
menggunakan metode fisik, harga harga pokok penjualan juga tidak
dapat diketahui sewaktu-waktu. Harga pokok penjualan baru dapat
dihitung apabila persedian akhir sudah dhitung.
Perhitungan harga pokok penjualan dilakukan dengan cara sebagai
berikut:
Persediaan awal Rp xxx
Pembelian Netto Rp xxx (+)
Tersedia untuk dijual Rp xxx
Persediaan barang akhir Rp xxx (-)
Harga Pokok Penjualan Rp xxx
Selama periode berjalan pencatatan mutasi persediaan yaitu:
1) Jurnal untuk mencatat pembelian
Pembelian Rp xxx
Hutang dagang / kas Rp xxx
13
2) Jurnal untuk mencatat penjualan
Penjualan Rp xxx
Hutang dagang / kas Rp xxx
b. Metode Buku (Perpetual)
Dengan metode ini semua pemasukan dalam pembelian dan
semua pengeluaran atau penjualan barang yang dibukukan ke dalam
perkiraan persediaan dari barang yang bersangkutan. Oleh sebab itu
dengan hanya melihat catatan dalam perkiraan perusahaan sudah dapat
diketahui setiap saat berapa sisa persediaan yang masih ada di gudang.
Dengan metode perpetual setiap jenis persediaan dibuatkan
rekening sendiri-sendiri yang merupakan buku pembantu persediaan.
Rincian dalam buku pembantu bisa diawasi dari rekening kontrol
persediaan barang dalam buku besar. Rekening yang digunakan untuk
mencatat persediaan ini terdiri dari beberapa kolom yang dapat dipakai
untuk mencatat pembelian, penjualan, dan saldo persediaan. Dalam
menggunakan metode perpetual penyusunan laporan keuangan dapat
dilakukan setahun sekali untuk memastikan apakah jumlah persediaan
barang dalam gudang sesuai dengan jumlah rekening persediaan.
Dibandingkan dengan metode fisik maka metode perpetual
merupakan cara yang lebih baik untuk mencatat persediaan yang dapat
membantu memudahkan penyusunan neraca dan laporan laba/rugi juga
dapat digunakan untuk mengawasi barang-barang dalam gudang.
14
Pencatatan dalam mutasi persediaan selama periode berjalan
adalah sebagai berikut:
1) Jurnal untuk mencatat pembelian
Persediaan Rp xxx
Hutang dagang / kas Rp xxx
2) Jurnal untuk mencatat penjualan
Piutang dagang / kas Rp xxx
Persediaan Rp xxx
Harga pokok penjualan Rp xxx
Persediaan Rp xxx
Sumber: (Zaki Baridwan,2015:150-152)
6. Metode Penilaian Persediaan
Penilaian persediaan barang dagangan adalah menentukan nilai
persediaan yang di cantumkan didalam neraca. Persediaan akhir bisa
dihitung harga pokok dengan menggunakan beberapa cara penentuan
harga pokok persediaan akhir, tetapi nilai ini tidak selalu nampak dalam
neraca. Jumlah yang dicantumkan dalam neraca tergantung pada metode
penilaian yang digunakan. Ada 3 metode penilaian persediaan yaitu
sebagai berikut:
a. Metode harga pokok
Dalam metode ini harga pokok persediaan akhir akan
dicantumkan dalam neraca. Di dalam laporan keuangan neraca tidak
ada perbedaan antara harga pokok persediaan dan nilai persediaan.
15
Harga pokok persediaan barang dapat ditentukan dengan cara MPKP
(LIFO), rata-rata tertimbang, MTKP (LIFO) atau lain dan hasilnya
dicantumkan dalam neraca tanpa perubahan.
b. Metode harga pokok atau harga pasar yang paling rendah
Sesuai prinsip akuntansi yang ada maka persediaan barang
yang akan dicantumkan dalam neraca dengan nilai sebesar harga
pokoknya. Tetapi dalam keadaan-keadaan tertentu penyimpangan dari
prinsip harga pokok dapat dibenarkan karena apabila pada akhir
periode terjadi perubahan harga persediaan barang dimana nilai
pengganti atau biaya produksi persediaan bisa lebih rendah dari harga
pokok barang-barang tersebut, maka dapat digunakan metode harga
pokok atau harga pasar.
Dalam rangka penerapan standar biaya atau nilai realisasi
bersih yang lebih rendah berikut ini ketentuannya:
1) Taksiran harga jual dalam kegiatan usaha sehari-hari dikurangi
biaya-biaya yang dapat diperkirakan terlebih dahulu untuk
penyelesainnya atau penjualannya.
2) Tidak boleh lebih rendah dari nilai realisasi bersih sesudah
dikurangi dengan laba normal. (Zaki Baridwan, 2015:182)
c. Metode harga jual
Penyimpangan dari harga pokok atau cost dan penilaian
persediaan dengan harga jual bersihnya dapat diterima dengan syarat:
16
1) Ada kepastian bahwa barang-barang itu akan dapat segera dijual
dengan harga yang telah ditetapkan.
2) Merupakan produk standar yang pasarnya mampu menampung
serta sulit ditentukan dengan harga pokok. (Zaki
Baridwan,2015:192)
7. Sistem Pencatatan Transaksi Barang Dagang
Secara garis besar ada 2 (dua) sistem pencatatan di dalam transaksi
barang dagang yaitu:
a. Sistem Perpetual ( sistem kontiyu)
b. Sistem Periodik
Pencatatan transaksi menggunakan kedua sistem di jelaskan pada