9 Konsumsi Jus Belimbing..., Dita Krisdiyanti, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2019 BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Konsep Teori Hipertensi 1. Definisi Hipertensi Hipertensi adalah peningkatan tekanan darah dari arteri yang bersifat sistemik atau berlangsung terus-menerus untuk jangka waktu lama. Hipertensi tidak terjadi tiba-tiba melainkan melalui proses yang cukup lama. Tekanan darah tinggi yang tidak terkontrol untuk periode tertentu akan dapat menyebabkan tekanan darah tinggi yang permanen yang disebut hipertensi (Palmer, 2010). Hipertensi adalah suatu kondisi saat nilai tekanan darah sistolik lebih tinggi dari 140 mmHg atau nilai tekanan diastolik lebih tinggi dari 90 mmHg. Menurut InaSH (Perhimpunan Hipertensi Indonesia), untuk menegakkan diagnosis hipertensi perlu dilakukan pengukuran tekanan darah minimal 2 kali dengan jarak 1 minggu bila tekanan darah kurang dari 160/100 mmHg (Effendi, 2009). Hipertensi merupakan salah satu penyakit tidak menular yang menjadi masalah kesehatan penting diseluruh dunia karena prevalensinya yang tinggi dan terus meningkat serta hubunganya dengan penyakit kardiovaskuler, stroke, retinopati, dan penyakit ginjal (Kartikasari, 2012).
25
Embed
BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Konsep Teori Hipertensirepository.ump.ac.id/9095/3/Dita Krisdiyanti BAB II.pdf · Konsumsi yodium bisa menjadi faktor penting dalam perkembangan hipertensi,
This document is posted to help you gain knowledge. Please leave a comment to let me know what you think about it! Share it to your friends and learn new things together.
Transcript
9
Konsumsi Jus Belimbing..., Dita Krisdiyanti, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2019
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Konsep Teori Hipertensi
1. Definisi Hipertensi
Hipertensi adalah peningkatan tekanan darah dari arteri yang
bersifat sistemik atau berlangsung terus-menerus untuk jangka waktu
lama. Hipertensi tidak terjadi tiba-tiba melainkan melalui proses yang
cukup lama. Tekanan darah tinggi yang tidak terkontrol untuk periode
tertentu akan dapat menyebabkan tekanan darah tinggi yang permanen
yang disebut hipertensi (Palmer, 2010).
Hipertensi adalah suatu kondisi saat nilai tekanan darah sistolik
lebih tinggi dari 140 mmHg atau nilai tekanan diastolik lebih tinggi dari
90 mmHg. Menurut InaSH (Perhimpunan Hipertensi Indonesia), untuk
menegakkan diagnosis hipertensi perlu dilakukan pengukuran tekanan
darah minimal 2 kali dengan jarak 1 minggu bila tekanan darah kurang
dari 160/100 mmHg (Effendi, 2009).
Hipertensi merupakan salah satu penyakit tidak menular yang
menjadi masalah kesehatan penting diseluruh dunia karena
prevalensinya yang tinggi dan terus meningkat serta hubunganya
dengan penyakit kardiovaskuler, stroke, retinopati, dan penyakit ginjal
(Kartikasari, 2012).
10
Konsumsi Jus Belimbing..., Dita Krisdiyanti, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2019
2. Klasifikasi Hipertensi
Sesuai JNC-VII 2003 (The Seventh Joint National Commite) On
Prevention , Detection, Evaluation And Treatment Of High Blood
Pressure.
Tabel 2.1 Klasifikasi Hipertensi (Boestan, 2010)
JNC_VII Clasifcation of Blood Pressure For Adults Age 18 years
and older
Category Systolic (mmHg) Diastolic (mmHg)
Normal <120 <80
Prehypertention 120-139 80-89
Hypertention
Stage I 140-159 90-99
Stage II >160 >100
Menurut WHO (World Health Organization), tekanan darah
dianggap normal bila kurang dari 135/85 mmHg, dikatakan hipertensi
bila lebih dari 140/90 mmHg.
3. Penyebab Hipertensi
Faktor yang berkaitan dengan penyebab hipertensi meliputi
obesitas, diabetes, asupan garam (natrium) tinggi, alkohol dan rokok.
Faktor genetik juga memegang peranan. Tekanan darah meningkat
seiring usia dan hipertensi juga jarang terjadi pada kelompok usia
dibawah 25 tahun, kecuali mereka mengalami penyakit primer seperti
gagal ginjal (Brooker, 2009).
a. Hipertensi Esensial atau Primer menjadi penyebab utama mencapai
95%. Hipertensi esensial merupakan hipertensi yang tidak diketahui
penyebabnya.
11
Konsumsi Jus Belimbing..., Dita Krisdiyanti, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2019
b. Penyebab Sekunder dari hipertensi yaitu 5%. Penyakit yang paling
sering menjadi penyebab hipertensi sekunder adalah penyakit ginjal,
penyakit endokrin, koartasio aorta, faktor kehamilan, penyakit
syaraf, obat-obatan.
1) Penderita Penyakit Gagal Ginjal biasanya membutuhkan
perawatan tekanan darah tinggi. Tekanan drah yang tinggi pada
penderita gagal ginjal disebabkan karena kegagalan ginjal dalam
mengatur jumlah garam dan air dalam tubuh.
2) Penyakit Endokrin menyebabkan hipertensi terutama
hipertiroidisme, sindrom chusing, feokromositoma.
3) Koartasio Aorta merupakan penyempitan lokal aorta desenden,
dekat lokasi duktus arterious dan biasanya setelah arteri subklavia
kiri. Darah arteri memintas daerah obstruksi dan mencapai bagian
bawah tubuh melalui pembuluh darah kolateral yang sangat
membesar.
Sekitar 90% hpertensi dengan penyebab yang belum diketahui
pasti disebut hipertensi primer atau esensial. Ada beberapa faktor resiko
yang dapat menyebabkan hipertensi primer / esensial yaitu asupan
natrium yang meningkat dan supan kalium yang menurun, faktor
genetik, stress psikologis, pengaturan abnormal terhadap norepineprin,
dan hipersensitivtas. Sedangkan 7% disebabkan oleh kelainan ginjal
atau hipertensi renalis dan 3% disebabkan oleh kelainan hormonal atau
hipertensi normonal dan penyebab lain (Arif Muttaqin, 2014).
12
Konsumsi Jus Belimbing..., Dita Krisdiyanti, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2019
4. Tanda dan Gejala
Penderita hipertensi tidak menimbulkan gejala, meskipun secara
tidak sengaja beberapa gejala terjadi bersamaan dan dipercaya
berhubungan dengan tekanan darah tinggi (padahal sesungguhnya
tidak). Gejala yang dimaksud adalah sakit kepala, perdarahan dari
hidung, pusing, wajah kemarahan dan kelelahan; yang bisa saja terjadi
baik pada penderita hipertensi, maupun pada seseorang yang tekanan
darahnya normal.
Hipertensi yang berat atau menahun dan tidak diobati, bisa
timbul gejala seperti berikut :
a. Sakit kepala
b. Rasa berat ditengkuk
c. Sukar tidur
d. Kelelahan
e. Mual
f. Gelisah / cemas
g. Muntah
h. Sesak nafas
i. Pandangan menjadi kabur yang terjadi karena adanya kerusakan
pada otak, mata, jantung dan ginjal. Kadang penderita hipertensi
berat mengalami penurunan kesadaran dan bahkan koma karena
terjadi pembengkakan otak. (Rokhaeni, 2001)
13
Konsumsi Jus Belimbing..., Dita Krisdiyanti, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2019
5. Patofisiologi
Dlam buku ajar keperawatan medikal bedah brunner & suddarth
(2009) menjelaskan patofisiologi hipertensi terdapat pada, mekanisme
yang mengatur atau mengontrol kontriksi dan relaksasi pembuluh darah
terletak dipusat vasonator. Pada medulla otak, dari pusat vasonator
inilah bermula jaras saraf simpatis yang berlanjut kebawah ke korda
spinalis keluar dari kolumna, medulla spinalis ganglia simpatis di
thoraks dan abdomen. Rangsangan pusat vasonator dihantarkan dalam
bentuk impuls yang bergerak ke bawah melalui system saraf simpatis
ke ganglia simpatis. Pada titik ini, neuron pre ganglion melepaskan
asetikolin, yang akan merangsang serabut saraf pasca ganglion ke
pembuluh darah. Berbagai faktor seperti kecemasan dan ketakutan
dapat mempengaruhi respon pembuluh darah terhadap rangsangan
vasokontriksi. Individu dengan hipertens sangat sensitive terhadap
norepinefrin, meski tidak diketahui dengan jelas mengapa bisa terjadi
hal tersebut.
Pada saat yang bersamaan, system saraf simpats merangsang
pembuluh darah sebagai respon rangsang emosi, kelenjar adrenal juga
terangsang. Hal ini mengakibatkan tambahan aktivitas vasokontriksi.
Medulla adrenal mensekresi efineprin yang menyebabkan
vasokontriksi. Konteks adrenal mensekresi kortisol dan steroid lainnya
untuk memperkuat respon vasokontriktor pembuluh darah.
Vasokontriksi menyebabkan penurunan aliran ke ginjal dan memicu
14
Konsumsi Jus Belimbing..., Dita Krisdiyanti, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2019
pelepasan renin. Pelepasan renin inilah yang merangsang pembentukan
angiotensin I yang akan diubah menjadi angiotensin II, suatu
vasokontriktor kuat yang nantinya akan merangsang sekresi aldosterone
oleh konteks adrenal. Hormone aldosterone ini menyebabkan retensi
natrium dan air oleh tubulus ginjal, sehingga terjadi peningkatan
volume intra vascular. Semua faktor ini dapat mencetus terjadinya
hipertensi.
6. Faktor Resiko Terjadinya Hipertensi
Menurut Barlow, 2009 faktor resiko terjadinya hipertensi
adalah:
a. Faktor Yang Tidak Dapat Diubah / Di Modifikasi
1) Riwayat Keluarga
Hipertensi dianggap poligenik dan multifaktoral, yaitu pada
seseorang dengan riwayat hipertensi keluarga, beberapa gen
mungkin berinteraksi dengan yang lainnya dan juga lingkungan
yang dapat menyebabkan tekanan darah naikdar waktu ke waktu.
Kecenderungan genets yang membuat keluarga tertentu lebih
rentan terhadap hipertensi mungkin berhubungan dengan
peningkatan natrium intraseluler dan penurunan rasio kalsium-
natrium. Klien dengan orang tua yang memiliki hipertensiberada
pada resiko hipertensi yang lebih tinggi pada usia muda.
15
Konsumsi Jus Belimbing..., Dita Krisdiyanti, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2019
2) Usia
Hipertensi primer biasanya muncul antara usa 30-50 tahun.
Peristiwa hipertensi meningkat dengan usia 50-60% klien
berumur lebih dari 60 tahun memiliki tekanan darah lebih dari
140/90 mmHg. Penelitian epidemiologi, menunjukkan prognosis
yang lebih buruk pada klien yang hipertensinya mulai pada usia
muda.
3) Jenis Kelamin
Keseluruhan insiden, hipertensi lebih banyak terjadi pada
pria dibandingkan wanita sampai kira-kira 55 tahun. Resiko pada
pria hampir sama antara usia 55 tahyn sampai 74 tahun, kemudian
setelah 74 tahun wanita lebih berisiko lebih besar.
4) Budaya
Angka kematian pada hipertensi orang dewasa, lebih rendah
pada wanita kulit putih yaitu pada angka4,7%, pria kulit putih
6,3%, pria kulit hitam 22,5%, dan yang paling tinggi adalah pada
wanita berkulit hitam yaitu 29,3%. Alasan peningkatan pada kulit
hitam tidak jelas, tetapi peningkatan ini dikaitkan dengan kadar
renin yang lebih rendah, sensivitasnya yang lebih tinggi terhadap
vasopressin, tingginya asupan garam dan stress lingkungan yang
lebih tinggi.
16
Konsumsi Jus Belimbing..., Dita Krisdiyanti, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2019
b. Faktor Yang Dapat Diubah / Dimodifikasi
1) Diabetes
Hipertensi telah terbukti terjadi dua kali lipat pada klien
dengan diabetes menurut beberapa studi penelitian terkini.
Diabetes mempercepat arterosklerosis dan menyebabkan
hipertensi karena kerusakan pada pembuluh darah besar.
2) Stress
Faktor lingkungan dan kejadian , tipe personal dan
fenomena fisik dapat menyebabkan stress. Stress meningkatkan
tekanan vaskuler perifer dan kardiak output dan merangsang
aktivitas sistem saraf simpatik, selanjutnya hipertensi dapat
terjadi. Pada hipertensi primer peran stress belum jelas, tetapi bila
sering dan berkelanjutan dapat menyebabkan hipertropi otot halus
atau mempengaruhi jalur koordinasi pusat otak.
3) Obesitas
Kegemukan pada bagian tubuh atas dimana terjadi
peningkatan jumlah lemak di pinggang, abdomen dapat
dihubungkan dengan perkembangan hipertensi. Seseorang yang
kelebihan berat badan pada daerah pantat, pinggul dan paha
beresiko lebih rendah terjadi hipertensi sekunder.
17
Konsumsi Jus Belimbing..., Dita Krisdiyanti, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2019
4) Nutrisi
Konsumsi yodium bisa menjadi faktor penting dalam
perkembangan hipertensi, 40% klien yang akhirnya terkena
hipertensi akan sensitive terhadap garam dan kelebihan garam
mungkin menjadi penyebab pencetus hipertensi pada individu.
Diet tinggi garam mungkin merangsang pengeluaran hormone
natriuretic yang mungkin secara tidak langsung meningkatkan
tekanan darah. Muatan sodium juga merangsang mekanisme
vasopressor dalam system saraf pusat. Studi juga menunjukkan
bahwa diet rendah kalsium, kalium, dan magnesium dapat
berkontribusi terhadap hipertensi.
5) Penyalahgunaan Obat
Merokok, mengkonsumsi banyak alkohol, dan beberapa
penggunaan obat terlarang merupakan faktor resiko pada
hipertensi. Pada dosis tertentu nikotin dalam rokok setara obat
seperti kokain dapat menyebabkan naiknya tekanan darah naiknya
tekanan darah secara langsung. Kejadian hipertensi juga tinggi
pada orang yang minum 3 ons etanol perhari. Pangaruh dari
kafein adalah kontroversial yang dapat meningkatkan tekanan
darah akut tetapi tidak menimbulkan efek yang berkelanjutan.
7. Manajemen Hipertensi
Hipertensi merupakan suatu kondisi kronis dan menyebabkan
komplikasi serius jika seseorang dengan hipertensi tidak dapat
18
Konsumsi Jus Belimbing..., Dita Krisdiyanti, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2019
mengontrol tekanan darah, manajemen hipertensi terdiri dari 2 bagian
utama, yaitu terapi farmakologis dan terapi komplementer salah satunya
modifikasi gaya hidup.
a. Terapi Farmakologis
Terapi farmakologis merupakan terapi untuk mengatasi
tekanan darah tinggi yang dapat membantu mencegah yang lebih
serius, bahkan mengancam kehidupan komplikasi. Jenis utama dari
obat yang digunakan untuk kontrol tekanan darah tinggi termasuk
obat diuretik, dikombinasikan alpha dan beta blocker, Beta-blocker,