19 BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Kesejahteraan Psikologis 1. Definisi Kesejahteraan Psikologis Schultz (1991) mendefinisikan kesejahteraan psikologis sebagai fungsi positif individu, dimana fungsi positif individu merupakan arah atau tujuan yang diusahakan untuk dicapai oleh individu yang sehat. Sama halnya dengan yang diungkapkan oleh Ryff dan Keyes (1995) bahwa kesejahteraan psikologis tidak hanya terdiri dari efek positif, efek negatif, dan kepuasan hidup, melainkan paling baik dipahami sebagai sebuah konstruk multidimensional yang terdiri dari sikap hidup yang terkait dengan dimensi kesejahteraan psikologis itu sendiri yaitu mampu merealisasikan potensi diri secara kontinu, mampu membentuk hubungan yang hangat dengan orang lain, memiliki kemandirian terhadap tekanan sosial, maupun menerima diri apa adanya, memiliki arti dalam hidup, serta mampu mengontrol lingkungan eksternal. Snyder dan Lopez (2002) mengatakan bahwa kesejahteraan psikologis bukan hanya ketiadaan beban, namun kesejahteraan psikologis juga meliputi keterikatan aktif dalam dunia, memahami arti dan tujuan hidup, serta hubungan seseorang dalam obyek ataupun orang lain. Kesejahteraan psikologis merupakan suatu pencapaian penuh dari potensi psikologis individu, serta merupakan suatu situasi dimana individu dapat menerima kelebihan dan kekurangan diri secara apa adanya, memiliki tujuan hidup, mengembangkan
24
Embed
BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Kesejahteraan Psikologis 1 ...
This document is posted to help you gain knowledge. Please leave a comment to let me know what you think about it! Share it to your friends and learn new things together.
Transcript
19
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Kesejahteraan Psikologis
1. Definisi Kesejahteraan Psikologis
Schultz (1991) mendefinisikan kesejahteraan psikologis sebagai fungsi
positif individu, dimana fungsi positif individu merupakan arah atau tujuan
yang diusahakan untuk dicapai oleh individu yang sehat. Sama halnya dengan
yang diungkapkan oleh Ryff dan Keyes (1995) bahwa kesejahteraan psikologis
tidak hanya terdiri dari efek positif, efek negatif, dan kepuasan hidup,
melainkan paling baik dipahami sebagai sebuah konstruk multidimensional
yang terdiri dari sikap hidup yang terkait dengan dimensi kesejahteraan
psikologis itu sendiri yaitu mampu merealisasikan potensi diri secara kontinu,
mampu membentuk hubungan yang hangat dengan orang lain, memiliki
kemandirian terhadap tekanan sosial, maupun menerima diri apa adanya,
memiliki arti dalam hidup, serta mampu mengontrol lingkungan eksternal.
Snyder dan Lopez (2002) mengatakan bahwa kesejahteraan psikologis
bukan hanya ketiadaan beban, namun kesejahteraan psikologis juga meliputi
keterikatan aktif dalam dunia, memahami arti dan tujuan hidup, serta hubungan
seseorang dalam obyek ataupun orang lain. Kesejahteraan psikologis
merupakan suatu pencapaian penuh dari potensi psikologis individu, serta
merupakan suatu situasi dimana individu dapat menerima kelebihan dan
kekurangan diri secara apa adanya, memiliki tujuan hidup, mengembangkan
20
relasi positif dengan orang lain, menjadi pribadi yang mandiri, mampu
mengendalikan lingkungan serta dapat terus tumbuh secara personal (Ryff,
1989). Huppert (2009) mengemukakan bahwa kesejahteraan psikologis
merupakan kehidupan yang berjalan dengan baik serta merupakan
penggabungan dari perasaan yang positif yang dapat berfungsi secara efektif.
Berdasarkan pemaparan beberapa tokoh di atas, dapat disimpulkan bahwa
kesejahteraan psikologis merupakan situasi dimana individu merasakan
perasaan yang bersifat positif dan telah menerima segala sesuatu yang dimiliki.
Hal tersebut juga meliputi perasaan bahagia karena telah memiliki tujuan hidup
yang jelas dan pertumbuhan pribadi yang maksimal.
2. Aspek-aspek Kesejahteraan Psikologis
Ryff (1998) mendefinisikan 6 aspek yang membentuk kesejahteraan
psikologis, yaitu:
a. Penerimaan diri (self-acceptance)
Aspek ini merupakan karakteristik utama dari kesejahteraan psikologis
yang menekankan pada penerimaan diri individu terhadap pengalaman di
masa lalu, baik pengalaman pribadi maupun orang lain (Ryff & Singer,
1996). Individu yang memiliki sikap positif terhadap diri sendiri, mampu
mengakui dan menerima berbagai aspek dalam kehidupannya bahkan yang
bersifat kurang menyenangkan serta dapat memandang masa lalu sebagai
sesuatu yang positif merupakan indikator individu tersebut memiliki
penerimaan diri yang tinggi. Sebaliknya, individu yang memiliki
penerimaan diri yang rendah akan merasa tidak puas dengan dirinya, merasa
21
kecewa atas apa yang terjadi pada kehidupannya di masa lalu serta memiliki
perasaan ingin menjadi orang lain.
b. Tujuan hidup (purpose in life)
Individu yang memiliki tujuan dalam hidupnya akan merasa bahwa
kehidupan yang dijalaninya memiliki sebuah makna, merasa bahwa
kehidupan sekarang dan masa lalunya memberikan pelajaran yang berarti.
Sementara itu, individu yang tidak memiliki tujuan dalam hidupnya, tidak
memiliki cita-cita, serta tidak memiliki keyakinan merasa bahwa
kehidupannya tidaklah berarti dan bermakna.
c. Hubungan positif dengan orang lain (positive relation with others)
Aspek ini menekankan pada pentingnya keakraban dalam hubungan
interpersonal dimana kemampuan untuk menyayangi dipandang sebagai
salah satu karakteristik dari kesehatan mental (Ryff & Singer, 1996).
Individu yang menjalin hubungan hangat dengan orang lain, mampu
menunjukkan rasa empati dan keprihatinan terhadap kesejahteraan orang
lain, serta mampu membangun keintiman yang kuat merupakan indikator
bahwa individu tersebut memiliki hubungan yang positif dengan orang lain.
Sebaliknya, individu yang tidak mampu menjalin hubungan dengan dengan
orang lain merasa sulit untuk terbuka, hangat, dan peduli kepada orang lain
serta tidak dapat berkompromi dalam mempertahankan hubungan dengan
orang lain.
d. Pertumbuhan personal (personal growth)
22
Individu dengan personal growth yang baik akan mampu terbuka dengan
pengalaman baru, memiliki kesadaran atas potensi yang dimilikinya serta
mampu melakukan perbaikan-perbaikan dalam perilaku dan kehidupannya.
Sementara itu, individu yang mudah merasa bosan, tidak melakukan
perbaikan-perbaikan dalam hidupnya, serta tidak mampu mengembangkan
sikap atau perilaku yang baru merupakan individu yang memiliki personal
growth yang rendah.
e. Penguasaan lingkungan (environmental mastery)
Environmental mastery menekankan pada kemampuan individu dalam
menciptakan dan menguasai lingkungan yang sesuai dengan kondisi
psikologisnya. Individu memiliki penguasaan lingkungan yang baik apabila
mampu mengelola dan mengendalikan lingkungan sosialnya, mampu
memanfaatkan peluang di sekitarnya secara efektif serta mampu mengontrol
aktivitas-aktivitas eksternal yang bersifat kompleks. Sebaliknya, individu
yang memiliki kesulitan dalam mengelola kebutuhan sehari-hari, kurang
mampu menyadari berbagai kesempatan yang ada di sekitarnya, serta
kurang memiliki kendali terhadap dunia luar pada umumnya memiliki
pengendalian lingkungan yang kurang baik.
f. Kemandirian (autonomy)
Autonomy adalah aspek yang menekankan pada kualitas individu dalam
menentukan nasibnya sendiri, kebebasan, pengaturan perilaku, memiliki
tujuan hidup serta mandiri. Individu yang memiliki autonomy tinggi akan
menjadi pribadi yang dapat menentukan nasibnya sendiri, dapat bertahan
23
dari tekanan di lingkungan sekitar dan dapat membuat suatu keputusan
tanpa pertimbangan dari orang lain. Sementara itu, individu yang memiiki
autonomy rendah mudah untuk bergantung kepada orang lain dalam
membuat keputusan serta membutuhkan penilaian orang lain.
Berdasarkan uraian di atas, dapat disimpulkan bahwa kesejahteraan
psikologis terbentuk atas enam aspek yaitu self-acceptance, purpose in life,
positive relation with others, personal growth, environmental mastery,
autonomy. Jika individu mampu memenuhi keenam aspek di atas, maka
individu tersebut memiliki kesejahteraan psikologis. Individu yang memiliki
skor tinggi pada keenam aspek tersebut akan memiliki kesejahteraan psikologis
yang baik
3. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Kesejahteraan psikologis
Faktor-faktor yang mempengaruhi kesejahteraan psikologis menurut Ryff
dan Keyes (1995), yaitu:
a. Faktor demografis
Faktor demografis yang mempengaruhi kesejahteraan psikologis
individu diantaranya usia, jenis kelamin, status sosial ekonomi, dan budaya.
b. Dukungan sosial
Dukungan sosial sering diartikan sebagai perasaan nyaman, perhatian,
penghargaan atau pertolongan yang dipersepsikan oleh individu dari
berbagai sumber diantaranya pasangan, keluarga, teman, rekan kerja, dokter
atau bahkan organisasi sosial.
c. Evaluasi terhadap pengalaman hidup
24
Pengalaman dalam hidup yang mencakup berbagai bidang dan periode
selama proses kehidupanya.
d. Locus of control
Diartikan sebagai keyakinan individu mengenai pengendalian terhadap
penguatan (reinforcement) yang berasal dari tindakan sendiri atau
bergantung pada tindakan orang lain dan pengaruh lain diluar kendali
individu tersebut.
Menurut Snyder dan Lopez (2002) terdapat tiga faktor yang mempengaruhi
kesejahteraan psikologis, yaitu:
a. Kesehatan
Kesejahteraan psikologis merupakan salah satu indicator kesehatan
mental, dan kesehatan mental berkaitan dengan kesehatan fisik individu.
Ketika individu mengalami permasalahan dalam hal kardiovaskular,
metabolisme, saraf, otak, dan imun, maka hal tersebut tidak hanya
mempengaruhi individu secara fisik, melainkan secara psikologis.
Munculnya perasaan tidak berharga, tidak percaya diri, menarik diri dari
lingkungan sosial, bahkan kehilangan tujuan hidup merupakan indikator
terganggunya kesejahteraan psikologis individu.
b. Kualitas hubungan dengan orang lain
Hubungan yang baik dengan orang lain merupakan salah satu syarat
penting untuk memenuhi kehidupan yang optimal, sedangkan hubungan
25
sosial yang kurang baik merupakan salah satu permasalahan yang dapat
menyebabkan kesejahteraan psikologis individu terganggu.
c. Stres kronis dan berulang
Paparan situasi yang penuh tekanan dan tuntutan secara terus menerus
akan memunculkan stres kronis pada individu. Stres kronis yang tidak dapat
di atasi akan menyebabkan kelelahan (allostatic load). Survey yang
dilakukakn kepada 57 pria dan 49 wanita menunjukkan bahwa subjek yang
memenuhi seluruh aspek kesejahteraan psikologis memiliki allostatic load
yang cenderung lebih rendah dibandingkan dengan subjek yang tidak
memenuhi seluruh aspek kesejahteraan psikologis.
Berdasarkan pemaparan yang dikemukakan oleh Ryff dan Keyes (1995)
serta Snyder dan Lopez (2002), maka dapat disimpulkan bahwa terdapat tujuh
faktor yang mepengaruhi kesejahteraan psikologis individu. Ketujuh faktor
tersebut mempengaruhi tinggi rendahnya kesejahteraan psikologis pada
individu. Faktor-faktor di atas juga memberikan kontribusi dalam perubahan
kesejahteraan psikologis pada individu sepanjang proses kehidupannya.
B. Manajemen Stres
1. Definisi Stres
Stres merupakan keadaan disaat individu merasa tegang dan tidak nyaman
yang disebabkan oleh ketidakmampuan dalam mengatasi berbagai tuntutan
26
yang ada di lingkungannya. Stres tidak hanya merupakan suatu respon dan
stimulus tetapi melebihi sebuah proses yaitu individu sebagai perantara yang
dapat mempengaruhi stresor melalui perilaku, pikiran, dan strategi emosional
(Sarafino & Smith, 2012). Stres merupakan pengalaman mengenai emosi
negatif seseorang yang disertai dengan perubahan secara biokimia, fisiologis,
kognitif, serta perubahan perilaku yang dapat disebabkan oleh situasi-situasi
yang menekan dan membuat stres (Taylor, 2009).
Selye (Brannon & Feist, 2010) terkenal sebagai peneliti yang meneliti dan
mengemukakan bahwa stres merupakan suatu sindrom yang bersifat biologis
atau jasmaniah. Selain itu, Selye juga memberikan penekanan bahwa stres
merupakan suatu reaksi penyesuaian diri terhadap stimulus yang berbeda-beda.
Smet (1994) menyebutkan bahwa stres dapat menyebabkan penyimpangan
fisiologis, seperti asma, penyakit kepala kronis, rematik artritis, dan beberapa
penyakit kulit. Penyakit kronis lainnya seperti hipertensi, jantung koroner
bahkan kanker juga dapat disebabkan oleh stres.
Stres merupakan emosi negatif yang diperoleh dari perubahan biokimia,
kognitif, fisiologis serta behavioral yang bertujuan untuk mengubah peristiwa
stressfull dan mengakomodasi akibat yang ditimbulkan. Ketika dalam kondisi
stres, tubuh memproduksi hormon adrenalin yang berfungsi untuk pertahanan
diri (Lukaningsih & Bandiyah, 2011).
2. Definisi Manajemen Stres
Manajemen stres merupakan salah satu upaya untuk mengelola stres yang
dilakukan melalui suatu pelatihan (Taylor, 2009). Menurut Surwit, dkk (2002)
27
manajemen stres merupakan bentuk pelatihan yang biasanya melibatkan