Top Banner
7 BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Baduta Baduta adalah sebutan yang ditujukan untuk anak usia bawah dua tahun atau sekitar 0-24 bulan (Depkes RI, 2006). Masa ini menjadi begitu penting karena di masa inilah upaya menciptakan sumber daya manusia yang baik dan berkualitas. Apalagi 6 bulan terakhir kehamilan dan dua tahun pertama setelah melahirkan biasanya disebut dengan masa-masa keemasan dimana sel otak dalam perkembangan dan pertumbuhan yang optimal. Saat usia baduta, anak masih tergantung penuh kepada orang tua untuk melakukan kegiatan penting, seperti mandi, buang air dan makan. Perkembangan berbicara dan berjalan sudah bertambah baik, namun kemampuan lain masih terbatas (Sutomo, 2010). Anak baru lahir (0-28 hari) dan bayi (umur 1-12 bulan) termasuk anak balita. Anak balita (umur 0-5 tahun) menjadi salah satu sasaran pelayanan kesehatan yang dilakukan oleh bidan karena di masa ini sering juga disebut masa sebagai fase “Golden Age”. Golden age merupakan masa yang sangat penting untuk memperhatikan tumbuh kembang anak secara cermat agar sedini mungkin dapat terdeteksi apabila ada kelainan (Marmi, 2012). B. Tumbuh Kembang 1. Definisi Tumbuh Kembang Anak Tumbuh kembang merupakan manifestasi yang kompleks dari perubahan morfologi, biokimia, dan fisiologi yang terjadi sejak konsepsi sampai
62

BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Badutarepository.poltekkes-tjk.ac.id/973/4/BAB II.pdf · 7 BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Baduta Baduta adalah sebutan yang ditujukan untuk anak usia bawah

Oct 18, 2020

Download

Documents

dariahiddleston
Welcome message from author
This document is posted to help you gain knowledge. Please leave a comment to let me know what you think about it! Share it to your friends and learn new things together.
Transcript
Page 1: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Badutarepository.poltekkes-tjk.ac.id/973/4/BAB II.pdf · 7 BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Baduta Baduta adalah sebutan yang ditujukan untuk anak usia bawah

7

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Baduta

Baduta adalah sebutan yang ditujukan untuk anak usia bawah dua tahun

atau sekitar 0-24 bulan (Depkes RI, 2006). Masa ini menjadi begitu penting

karena di masa inilah upaya menciptakan sumber daya manusia yang baik dan

berkualitas. Apalagi 6 bulan terakhir kehamilan dan dua tahun pertama setelah

melahirkan biasanya disebut dengan masa-masa keemasan dimana sel otak dalam

perkembangan dan pertumbuhan yang optimal. Saat usia baduta, anak masih

tergantung penuh kepada orang tua untuk melakukan kegiatan penting, seperti

mandi, buang air dan makan. Perkembangan berbicara dan berjalan sudah

bertambah baik, namun kemampuan lain masih terbatas (Sutomo, 2010).

Anak baru lahir (0-28 hari) dan bayi (umur 1-12 bulan) termasuk anak

balita. Anak balita (umur 0-5 tahun) menjadi salah satu sasaran pelayanan

kesehatan yang dilakukan oleh bidan karena di masa ini sering juga disebut masa

sebagai fase “Golden Age”. Golden age merupakan masa yang sangat penting

untuk memperhatikan tumbuh kembang anak secara cermat agar sedini mungkin

dapat terdeteksi apabila ada kelainan (Marmi, 2012).

B. Tumbuh Kembang

1. Definisi Tumbuh Kembang Anak

Tumbuh kembang merupakan manifestasi yang kompleks dari perubahan

morfologi, biokimia, dan fisiologi yang terjadi sejak konsepsi sampai

Page 2: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Badutarepository.poltekkes-tjk.ac.id/973/4/BAB II.pdf · 7 BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Baduta Baduta adalah sebutan yang ditujukan untuk anak usia bawah

8

maturitas/dewasa. Istilah tumbuh kembang sebenernya mencakup 2 peristiwa

yang sifatnya berbeda, tetapi saling berkaitan. Pengertian pertumbuhan dan

perkembangan perdefinisi adalah sebagai berikut :

a. Pertumbuhan (growth) adalah perubahan yang bersifat kuantitatif, yaitu

bertambahnya jumlah, ukuran, dimensi pada tingkat sel, organ maupun

individu. Anak tidak hanya bertambah besar secara fisik, melainkan juga

ukuran dan struktur organ-organ tubuh dan otak (Soetjiningsih 2017).

Pertumbuhan terjadi secara simultan dengan perkembangan. Berbeda dengan

pertumbuhan, perkembangan merupakan hasil interaksi kematangan susunan

saraf pusat dengan organ yang dipengaruhi nya, misalnya perkembangan

sistem neurokosmuler, kemampuan bicara, emosi dan sosialisasi. Kesemua

fungsi tersebut berperan penting dalam kehidupan manusia yang utuh

(Kemenkes RI, 2012).

b. Perkembangan (development) adalah perubahan yang bersifat kuantitatif dan

kualitatif. Perkembangan adalah bertambahnya kemampuan (skill) struktur

dan fungsi tubuh yang lebih kompleks, dalam pola yang teratur dan dapat

diramalkan, sebagai hasil dari proses pematangan/maturitas. Perkembangan

menyangkut proses diferensiasi sel tubuh, jaringan tubuh, organ, dan sistem

organ yang berkembang sedemikian rupa sehingga masing-masing dapat

memenuhi fungsinya. Termasuk juga perkembangan kognitif, bahasa,

motorik, emosi, dan perkembangan prilaku sebagai hasil dari interaksi dengan

lingkungannya. Perkembangan merupakan perubahan yang bersifat progresif,

terarah dan terpadu/koheren. Progresif mengandung arti bahwa perubahan

yang terjadi mempunyai arah tertentu dan cenderung maju ke depan, tidak

Page 3: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Badutarepository.poltekkes-tjk.ac.id/973/4/BAB II.pdf · 7 BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Baduta Baduta adalah sebutan yang ditujukan untuk anak usia bawah

9

mundur ke belakang. Terarah dan terpadu menunjukkan bahwa terdapat

hubungan yang pasti antara perubahan yang terjadi pada saat ini, sebelumnya,

dan berikutnya (Soetjiningsih 2017).

2. Ciri dan Prinsip-Prinsip Tumbuh Kembang Anak

Proses tumbuh kembang anak mempunyai beberapa ciri-ciri yang saling

berkaitan. Ciri-ciri tersebut adalah sebagai berikut :

a. Perkembangan menimbulkan perubahan

Perkembangan terjadi bersamaan dengan pertumbuhan. Setiap

pertumbuhan disertai dengan perubahan fungsi. Misalnya perkembangan

intelegensia pada seorang anak akan menyertai pertumbuhan otak dan serabut

saraf.

Seorang anak tidak akan bisa melewati satu tahap perkembangan sebelum

ia bisa berdiri. Seorang anak tidak akan bisa berdiri jika pertumbuhan kaki dan

bagian tubuh lain yang terkait dengan fungsi berdiri anak terhambat, karena itu

perkembangan awal merupakan masa kritis karena akan menentukan

perkembangan selanjutnya.

b. Pertumbuhan dan perkembangan mempunyai kecepatan yang berbeda

Sebagaimana pertumbuhan, perkembangan mempunyai kecepatan yang

berbeda-beda, baik dalam pertumbuhan fisisk maupun perkembangan fungsi

organ dan perkembangan pada masing-masing anak.

c. Perkembangan berkolerasi dengan pertumbuhan

Pada saat pertumbuhan berlangsung cepat, perkembanganpun demikian,

terjadi peningkatan mental, memori, daya nalar, asosiasi dan lain-lain. Anak sehat,

Page 4: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Badutarepository.poltekkes-tjk.ac.id/973/4/BAB II.pdf · 7 BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Baduta Baduta adalah sebutan yang ditujukan untuk anak usia bawah

10

bertambah umur, bertambah berat dan tinggi badannya serta bertambah

kepandaiannya.

3. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Kualitas Tumbuh Kembang

Anak

a. Faktor dalam (internal) yang berpengaruh pada tumbuh kembang anak

1) Ras/etnik atau bangsa

2) Keluarga

3) Umur

Kecepatan pertumbuhan yang pesat adalah pada masa prenatal,

tahun pertama kehidupan dan masa remaja.

4) Jenis kelamin

Fungsi reproduksi pada anak perempuan berkembang lebih cepat

daripada laki-laki. Tetapi setelah melewati masa pubertas,

pertumbuhan anak laki-laki akan lebih cepat.

5) Genetik

Genetik (heredokonstitusional) adalah bawaan anak yaitu potensi

anak yang akan menjadi ciri khasnya.

6) Kelainan kromosom

Kelainan kromoson umumnya disertai dengan kegagalan

pertumbuhan seperti sindrom down’s dan sindrom turner’s.

Page 5: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Badutarepository.poltekkes-tjk.ac.id/973/4/BAB II.pdf · 7 BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Baduta Baduta adalah sebutan yang ditujukan untuk anak usia bawah

11

b. Faktor eksternal

1) Faktor Prenatal

a) Gizi

Nutrisi ibu hamil terutama dalam trimester akhir kehamilan

akan mempengaruhi pertumbuhan janin.

b) Mekanis

Posisi fetus yang abnormal bisa menyebabkan kelainan

kongenital seperti club foot.

c) Toksin/zat kimia

Beberapa obat-obatan seperti aminopterin, thalidomide dapat

menyebabkan kelainan kongenital seperti palatoskisiz.

d) Endokrin

Diabetes melitus dapat menyebabkan makrosomia,

kardiomegali, hiperplasia, adrenal.

e) Radiasi

Paparan radium dan sinar rontgen dapat mengakibatkan

kelainan pada janin seperti mikroseli, spina bifida, retardasi

mental dan deformitas anggota gerak, kelainan kongenital

mata, kelainan jantung.

f) Infeksi

Infeksi pada trimester pertama dan kedua oleh TORCH

(Toksoplasma, Rubella, Sitomegalo virus, herpes simpleks)

dapat menyebabkan kelainan pada janin, katarak, bisu, tuli,

mikrosefali, retardasi mental dan kelainan jantung kongenital.

Page 6: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Badutarepository.poltekkes-tjk.ac.id/973/4/BAB II.pdf · 7 BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Baduta Baduta adalah sebutan yang ditujukan untuk anak usia bawah

12

g) Kelainan imunologi

Eritobaltosis fetalis timbul atas dasar perbedaan golongan

darah antara janin dan ibu sehingga ibu membentuk antibodi

terhadap sel darah merah janin, kemudian melalui plasenta

masuk dalam peredaran darah janin dan akan menyebabkan

hemolisis yang selanjutnya mengakibatkan hierbilirubinemia

dan kern ikterus yang akan menyebabkan kerusakan jaringan

otak.

h) Anoksia embrio

Anoksia embrio yang disebabkan oleh gangguan fungsi

plasenta menyebabkan pertumbuhan terganggu.

i) Psikologi ibu

Kehamilan yang tidak diinginkan, perlakuan salah/kekerasan

mental pada ibu hamil dan lain-lain.

2) Faktor persalinan

Komplikasi persalinan pada bayi seperti trauma kepala, asfiksia

dapat menyebabkan kerusakan jaringan otak.

3) Faktor paskasalin

a) Gizi

Untuk tumbuh kembang bayi, diperlukan zat makanan yang

adekuat.

b) Penyakit kronis/kelainan kongenital

Tuberculosis, anemia, kelainan jantung bawaan mengakibatkan

retardasi pertumbuhan jasmani.

Page 7: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Badutarepository.poltekkes-tjk.ac.id/973/4/BAB II.pdf · 7 BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Baduta Baduta adalah sebutan yang ditujukan untuk anak usia bawah

13

c) Lingkungan fisik dan kimia

Lingkungan sering disebut melieu adalah tempat anak tersebut

hidup yang berfungsi sebagai penyedia kebutuhan dasar anak

(provider). Sanitasi lingkungan yang kurang baik, kurangnya

sinar matahari, paparan sinar radioaktif, zat kimia tertentu

(Mercuri, rokok, dll) mempunyai dampak yang negatif

terhadap pertumbuhan anak.

d) Psikologis

Hubungan anak dengan orang sekitarnya. Seorang anak yang

tidak dikehendaki orangtuanya atau anak yang selalu tertekan,

akan mengalami hambatan di dalam pertumbuhan dan

perkembangannya.

e) Endokrin

Gangguan hormon, misalnya pada penyakit hipotiroidakan

menyebabkan anak mengalami hambatan pertumbuhan.

f) Sosio-ekonomi

Kemiskinan selalu berkaitan dengan kekurangan makanan,

kesehatan lingkungan yang jelek dan ketidak tahuan akan

menghambat pertumbuhan anak.

g) Lingkungan pengasuhan

Pada lingkungan pengasuhan interaksi ibu-anak sangat

mempengaruhi tumbuh kembang anak.

Page 8: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Badutarepository.poltekkes-tjk.ac.id/973/4/BAB II.pdf · 7 BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Baduta Baduta adalah sebutan yang ditujukan untuk anak usia bawah

14

h) Stimulasi

Perkembangan memerlukan rangsangan/stimulasi khususnya

dalam keluarga, misalnya penyediaan alat mainan, sosialisasi

anak, ketertiban ibu dan anggota keluarga lain terhadap

kegiatan anak.

i) Obat-obatan

Pemakaian kortikosteroid jangka lama akan menghambat

pertumbuhan, demikian halnya dengan pemakaian obat

perangsang terhadap susunan saraf yang menyebabkan

terhambatnya produksi hormon pertumbuhan.

2. Patofisiologi

a. Pada saat antenatal

1) Kurangnya asupan nutrisi, terserang penyakit infeksi

2) Nutrisi yang diterima janin sedikit

3) Pertumbuhan otak tidak optimal

b. Pada saat intranatal

1) Bayi terlalu lama di jalan lahir, bayi terjepit di jalan lahir, bayi

menderita caput succedaneum

2) Trauma saat lahir

3) Kerusakan pada otak

c. Pada saat postnatal

1) Kurang asupan nutrisi (ASI), bayi menderita penyakit infeksi,

asfiksia dan ikterus

2) Suplai zat-zat nutrient keorgan-organ tubuh terutama otak dan

otot kurang.

Page 9: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Badutarepository.poltekkes-tjk.ac.id/973/4/BAB II.pdf · 7 BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Baduta Baduta adalah sebutan yang ditujukan untuk anak usia bawah

15

3. Komplikasi

Macam-macam penyakit yang dapat menyebabkan gangguan:

a. Gangguan bicara dan bahasa.

b. Spina Bifina

c. Cerebral palsy

d. Developmental coordination disorder

e. Sindrom Down

f. Perawakan Pendek

g. Gangguan Autisme

h. Reterdasi Mental

i. Gangguan Pemusatan Perhatian dan Hiperaktivitas (GPPH)

C. Deteksi Dini Tumbuh Kembang Anak

Deteksi dini tumbuh kembang anak adalah kegiatan/pemeriksaan untuk

menemukan secara dini adanya penyimpangan tumbuh kembang pada balita dan

anak prasekolah. Dengan ditemukan secara dini penyimpangan/masalah tumbuh

kembang anak, maka intervensi akan lebih mudah dilakukan.

Ada tiga jenis deteksi dini tumbuh kembang yang dapat dikerjakan:

1. Deteksi dini penyimpangan pertumbuhan, yaitu untuk

mengetahui/menemukan status gizi kurang/buruk dan mikro/makrosefali.

2. Deteksi dini penyimpangan perkembangan, yaitu untuk mengetahui gangguan

perkembangan anak (keterlambatan), gangguan daya lihat, gangguan daya

dengar.

Page 10: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Badutarepository.poltekkes-tjk.ac.id/973/4/BAB II.pdf · 7 BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Baduta Baduta adalah sebutan yang ditujukan untuk anak usia bawah

16

3. Deteksi dini penyimpangan mental emosional, yaitu untuk mengetahui adanya

masalah mental emosional, autism dan gangguan pemusatan perhatian dan

hiperaktivitas.

1. Deteksi Dini Penyimpangan Perkembangan Anak

Deteksi dini penyimpangan perkembangan, yaitu untuk mengetahui

gangguan perkembangan anak (keterlambatan), gangguan daya lihat, gangguan

daya dengar.

Penyimpangan perkembangan (deviansi) adalah pola tingkah laku yang

menyimpang dari norma–norma system sosial (Kementrian Kesehatan RI:2012).

Adapun pemeriksaan yang dilakukan adalah sebagai berikut :

a. KPSP (Kueisioner Pra Skrining Perkembangan)

b. Tes Daya Dengar (TDD)

c. Tes Daya Lihat (TDL)

2. Deteksi Dini Penyimpangan Pertumbuhan Anak

Deteksi dini penyimpangan pertumbuhan yaitu untuk mengetahui/

menentukan satus gizi kurang /buruk dan mikro/makrosefal.

Deteksi dini penyimpangan pertumbuhan di lakukan di semua tingkat

pelayanan. Adapun pelaksanaan dan alat yang di gunakan adalah sebagai berikut.

a. Pengukuran berat badan terhadap tinggi badan (BB/TB)

Tujuan pengukuran BB/TB adalah menentukan status gizi anak normal,

kurus, kurus sekali atau gemuk. Jadwal pengukuran BB/TB di sesuaikan dengan

jadwal deteksi dini tumbuh kembang balita. Pengukuran dan penilaian BB/TB di

lakukan oleh tenaga kesehatan terlatih.

Page 11: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Badutarepository.poltekkes-tjk.ac.id/973/4/BAB II.pdf · 7 BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Baduta Baduta adalah sebutan yang ditujukan untuk anak usia bawah

17

Cara pengukuran berat badan/tinggi badan sesuai tabel sebagai berikut:

1) Cara pengukuran berat badan/tinggi badan

No Cara pengukuran

1 Menggunakan timbangan bayi

a. Timbangan bayi di gunakan untuk menimbang anak sampai umur 2

tahun atau selama anak masih bisa berbaring/duduk tenang

b. Letakkan timbangan pada meja yang datar dan tidak mudah

bergoyang

c. Lihat posisi jarum atau angka harus menunjuk ke angka 0

d. Bayi sebaiknya telanjang tanpa topi ,kaos kaki dan sarung tangan

e. Baringkan bayi dengan hati-hati di atas timbangan

f. Lihat jarum timbangan sampai berhenti

g. Baca angka yang di tunjukan oleh jarum timbangan atau angka

timbangan

h. Bila bayi terus menerus bergerak, perhatikan gerakan jarum, baca

tengah-tengah gerakan jarum ke kanan dan ke kiri

2. Menggunakan timbangan injak

a. Letakkan timbangan di lantai yang datar sehingga tidak mudah

bergerak

b. Lihat posisi jarum atau angka harus menunjuk ke angka 0

c. Anak sebaiknya memakai baju sehari-hari yang tipis, tidak memakai

alas kaki, jaket, topi, jam tangan, kalung, dan tidak memegang sesuatu

d. Anak berdiri di atas timbangan tanpa dipegangi

e. Lihat jarum timbangan sampai berhenti

f. Baca angka yang ditunjukkan oleh jarum timbangan atau angka

timbangan

Gambar 1 Penimbangan Berat Badan

(Sumber : Kemenkes RI, 2012)

(Sumber : Kemenkes RI, 2012)

Page 12: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Badutarepository.poltekkes-tjk.ac.id/973/4/BAB II.pdf · 7 BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Baduta Baduta adalah sebutan yang ditujukan untuk anak usia bawah

18

2) Cara pengukuran panjang badan (PB) atau tinggi badan (TB) sesuai tabel

berikut.

Tabel 1

Cara pengukuran BB dan TB

No Cara pengukuran

1 Cara mengukur dengan posisi berbaring:

a. Sebaiknya dilakukan oleh 2 orang

b. Bayi dibaringkan telentang pada alas yang datar

c. Kepala bayi menempel pada pembatas angka 0

d. Petugas 1: kedua tangan memegang kepala bayi agar tetap menempel

e. pada pembatas angka 0 (pembatas kepala)

f. Petugas 2: tangan kiri menekan lutu bayi agar lurus, tangan kanan

menekan batas kaki ke telapak kaki

Petugas 2: membaca angka di tepi di luar pengukur

Gambar 2. Pengukuran Panjang Badan

(Sumber : Kemenkes RI, 2012)

2 Gara mengukur dengan posisi berdiri

1. Anak tidak memakai sandal atau sepatu

2. Berdiri tegak menghadap kedepan

3. Punggung, pantat dan tumit menempel pada tiang pengukur

4. Turunkan batas atas pengukur sampai menempel di ubun-ubun

5. Baca angka pada batas tersebut

Gambar 3. Pengukuran Tinggi Badan

(Sumber : Kemenkes RI, 2012)

(Sumber : Kemenkes RI, 2012)

Page 13: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Badutarepository.poltekkes-tjk.ac.id/973/4/BAB II.pdf · 7 BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Baduta Baduta adalah sebutan yang ditujukan untuk anak usia bawah

19

a) Ukur tinggi/panjang dan timbang berat badan anak, sesuai cara diatas.

b) Lihat kolom Tinggi/Panjang Badan anak yang sesuai dengan hasil

pengukuran.

c) Pilih kolom Berat Badan untuk laki-laki (kiri) atau perempuan (kanan) sesuai

jenis kelamin anak, cari angka berat badan yang terdekat dengan berat badan

anak.

d) Dari angka berat badan tersebut, lihat bagian atas kolom untuk mengetahui

angka Standar Deviasi (SD).

e) Untuk menentukan bagaimana dengan status gizi anak tersebut, menggunakan

grafik WHO 2006 dan terdapat pada buku KIA revisi 2015.

b. Pengukuran Lingkaran Kepala Anak (LKA)

1) Tujuan pengukuran lingkaran kepala anak adalah untuk mengetahui

lingkaran kepala anak dalam batas normal atau di luar batas normal.

2) Jadwal disesuaikan dengan umur anak. Umur 0–11 bulan, pengukuran

dilakukan setiap tiga bulan. Pada anak yang lebih besar, umur 12–72

bulan, pengukuran dilakukan setiap enam bulan. Pengukuran dan penilaian

lingkaran kepala anak dilakukan oleh tenaga kesehatan terlatih.

3) Cara mengukur lingkaran kepala

4) Alat pengukur dilingkarkan pada kepala anak melewati dahi, menutupi alis

mata, diatas kedua telinga, dan bagian belakang kepala yang menonjol,

tarik agak kencang.

5) Baca angka pada pertemuan dengan angka 0.

6) Tanyakan tanggal lahir bayi/anak, hitung umur bayi/anak.

Page 14: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Badutarepository.poltekkes-tjk.ac.id/973/4/BAB II.pdf · 7 BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Baduta Baduta adalah sebutan yang ditujukan untuk anak usia bawah

20

7) Hasil pengukuran dicatat pada grafik lingkaran kepala menurut umur dan

jenis kelamin anak.

8) Buat garis yang menghubungkan ukuran yang lalu dengan ukuran

sekarang.

Sumber : Kemenes RI, 2012

Gambar 4. Pengukuran Lingkar Kepala

a) Interpretasi

(1) Apabila ukuran lingkaran kepala anak berada di dalam ”jalur

hijau”, lingkaran kepala anak normal.

(2) Apabila ukuran lingkaran kepala anak berada di luar ”jalur hijau”,

lingkaran kepala anak tidak normal.

(3) Lingkaran kepala anak tidak normal ada 2 (dua), yaitu makrosefal

apabila berada di atas ”jalur hijau” dan mikrosefal apabila berada

di bawah ”jalur hijau”.

b) Intervensi

Apabila ditemukan makrosefal maupun mikrosefal segera dirujuk ke

rumah sakit.

Page 15: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Badutarepository.poltekkes-tjk.ac.id/973/4/BAB II.pdf · 7 BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Baduta Baduta adalah sebutan yang ditujukan untuk anak usia bawah

21

D. Status Gizi

1. Pengertian

Status gizi adalah suatu keadaan tubuh yang diakibatkan oleh

keseimbangan antara asupan zat gizi dengan kebutuhan. Keseimbangan tersebut

dapat dilihat dari variabel pertumbuhan, yaitu berat badan, tinggi badan atau

panjang badan, lingkar kepala, lingkar lengan, dan panjang tungkai (Marmi,

2012).

Status gizi di pengaruhi oleh konsumsi makanan dan peggunaan zat-zat

gizi di dalam tubuh. Bila tubuh memperoleh cukup zat-zat gizi dan di gunakan

secara efisien akan tercapai status gizi optimal yang memungkinkan pertumbuhan

fisik, perkembangan otak, kemampuan kerja dan kesehatan secara umum pada

tingkat setinggi mungkin (Marmi, 2012). Status gizi di bedakan menjadi status

gizi kurang, baik dan lebih (Emma, 2012).

2. Penilaian Status Gizi

Penilaian status gizi dapat di lihat pada bagan di bawah ini :

(Sumber: Supariasa, dkk. 2002. Penilaian Status Gizi, Jakarta.EGC)

Gambar 5.Metode Penilaian Status Gizi

Penilaian Status Gizi

Pengukuran

Langsung

Pengukuran Tidak

Langsung

1. Antropometri

2. Biokimia

3. Klinis

4. Biofisik

1. Survei Konsumsi

2. Statistic Vital

3. Faktor Ekologi

Page 16: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Badutarepository.poltekkes-tjk.ac.id/973/4/BAB II.pdf · 7 BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Baduta Baduta adalah sebutan yang ditujukan untuk anak usia bawah

22

Untuk menentukan status gizi seseorang atau kelompok populasi di

lakukan dengan interpretasi informasi dari hasil beberapa metode penilaian status

gizi yaitu: penilaian konsumsi makanan, antropometri, laboratorium atau biokimia

dan klinis (Gibson, 2005). Di antara beberapa metode tersebut, pengukuran

menggunakan antropometri adalah relatif paling sederhana dan banyak di lakukan

(Marmi, 2012).

Dalam antropomeri dapat di lakukan beberapa macam pengukuran yaitu

pengukuran berat badan (BB), tinngi badan (TB) dan lingkar lengan atas (LILA).

Dari beberapa pengukuran tersebut BB, TB, dan LILA sesuai dengan umur adalah

yang paling sering digunakan untuk survey sedangkan untuk perorangan,

keluarga, pengukuran BB dan TB atau panjang badan (PB) adalah yang paling di

kenal (Marmi, 2012).

Melalui pengukuran antropometri, status gizi anak dapat di tentukan

apakah anak tersebut tergolong status gizi baik, kurang atau buruk. Menurut SK

antropometri tahun 2011 terdapat kategori dan ambang batas status gizi anak

seperti tabel berikut.

Tabel 2

Kategori dan Ambang Batas Status Gizi Anak Berdasarkan Indeks

Indeks Kategori

Status Gizi Ambang Batas (Z-Score)

Berat Badan menurut Umur

(BB/U)

Anak Umur 0-60 bulan

Gizi Buruk < - 3 SD

Gizi Kurang -3 SD sammpai dengan <-2 SD

Gizi Baik -2 SD sampai dengan 2 SD

Gizi Lebih >2 SD

Panjang Badan menurut

Umum (PB/U) atau Tinggi

Badan menurut Umur (TB/U)

Anak Umur 0-60 bulan

Sangat Pendek <-3 SD

Pendek -3 SD sampai dengan <-2 SD

Normal -2 SD sampai dengan 2 SD

Tinggi >2 SD

Berat Badan menurut Panjang

Badan (BB/PB)

atau

Sangat Kurus <-3 SD

Kurus -3 SD sampai dengan <-2 SD

Normal -2 SD sampai dengan 2 SD

Page 17: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Badutarepository.poltekkes-tjk.ac.id/973/4/BAB II.pdf · 7 BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Baduta Baduta adalah sebutan yang ditujukan untuk anak usia bawah

23

Berat Badan menurut Tinggi

Badan (BB/TB) Anak Umur

0-60 bulan

Gemuk >2 SD

Indeks Massa Tubuh menurut

Umur (IMT/U) anak Umur

0-60 bulan

Sangat Kurus <- 3 SD

Kurus -3 SD sampai dengan <-2 SD

Normal -2 SD sampai dengan 2 SD

Gemuk >2 SD

Indeks Massa Tubuh menurut

Umur (IMT/U)

Anak Umur 5-18 Tahun

Sangat Kurus <-3 SD

Kurus -3 SD sampai dengan <-2 SD

Normal -2 SD sampai dengan 1 SD

Gemuk >1 SD sampai dengan 2 SD

Obesitas >2 SD

(Sumber: Kemenkes RI. 2011)

3. Kebutuhan Gizi Bagi Balita

Kebutuhan gizi seseorang adalah jumlah yang diperkirakan cukup untuk

memelihara kesehatan pada umumnya. Secara garis besar, kebutuhan gizi

ditentukan oleh usia, jenis kelamin, aktifitas, berat badan dan tinggi badan. Antara

asupan zat gizi dan pengeluaranya harus ada keseimbangan sehingga diperoleh

status gizi yang baik. Status gizi balita dapat dipantau dengan menimbang anak

setiap bulan dan dicocokkan dengan Kartu Menuju Sehat (KMS) (Proverawati,

2009).

a. Kebutuhan Energi

Kebutuhan energi bayi dan balita relatif besar dibandingkan dengan orang

dewasa, sebab pada usia tersebut pertumbuhanya masih sangat pesat.

Kecukupanya akan semakin menurun seiring dengan bertambahnya usia.

b. Kebutuhan zat pembangun

Secara fisiologis, balita sedang dalam masa pertumbuhan sehingga

kebutuhanya relatif lebih besar daripada orang dewasa. Namun, jika dibandingkan

dengan bayi yang usianya kurang dari satu tahun, kebutuhanya relatif lebih kecil.

Page 18: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Badutarepository.poltekkes-tjk.ac.id/973/4/BAB II.pdf · 7 BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Baduta Baduta adalah sebutan yang ditujukan untuk anak usia bawah

24

c. Kebutuhan zat pengatur

Kebutuhan air bayi dan balita dalam sehari berfluktuasi seiring dengan

bertambanhya usia. Makanan balita seharusnya berpedoman pada gizi yang

seimbang serta harus memenuhi standar kecukupan gizi balita. Gizi seimbang

merupakan keadaan yang menjamin tubuh memperoleh makanan yang cukup dan

mengandung semua zat gizi dalam jumlah yang dibutuhkan. Dengan gizi

seimbang maka pertumbuhan dan perkembangan balita akan optimal dan daya

tahan tubuhnya akan baik sehingga tidak mudah sakit (Febry, 2013).

d. Kebutuhan Protein

Protein merupakan zat gizi yang sangat penting, karena paling erat

hubungan dengan proses kehidupan. Semua hayat hidup sel berhubungan dengan

zat gizi protein. Nama protein berasal dari zat yunani proteios, yang artinya ”

yang pertama” atau “yang terpenting”.

Molekul protein mengandung unsur C, H, O dan unsur khusus yang

terdapat dalam protein tidak terdapat dalam molekul karbohidrat dan lemat, yakni

nitrogen.

Angka Kecukupan Energi dan Protein rata-rata yang dianjurkan (per orang

per hari) yaitu sebagai beikut:

Tabel 3

Kebutuhan Protein

Golongan

Umur (bln)

Berat Badan

(kg)

Tinggi

Badan (cm) Energi (kkal) Protein (g)

0-6 5,5 60 560 12

7-12 8,5 71 800 15

13-36 12 90 1250 23

37-47 15 100 1500 28

48-72 18 110 1750 32

(Sumber: Merryana & Bambang, 2016)

Page 19: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Badutarepository.poltekkes-tjk.ac.id/973/4/BAB II.pdf · 7 BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Baduta Baduta adalah sebutan yang ditujukan untuk anak usia bawah

25

Tabel 4

Sumber Kebutuhan Protein Hewani

Bahan Makanan Sumber Protein Hewani Protein (g%)

Daging 18,8

Hati 19,7

Babat 17,6

Jeroan 14,0

Daging Kelinci 16,6

Ikan Segar 17,0

Udang Seger 21,0

Ayam 18,2

Telur 12,8

Susu Sapi 03,2

Kerang 16,4

(Sumber : Kemenkes RI, 2012)

Tabel 5

Sumber Kebutuhan Protein Nabati

Sumber Protein Nabati Protein (g%)

Kacang Kedelai Kering 34,9

Kacang Hijau 22,2

Kacang Tanah 25,3

Beras 07,4

Jagung, Panen lama 09,2

Terigu, Tepung 08,9

Jampang 06,2

Kenari 15,0

Kelapa 03,4

Daun Singkong 06,8

Singkong, Tapioka 01,1

(Sumber : Daftar analisis bahan makanan, Merryana & Bambang, 2016)

e. Fungsi Protein

1) Sebagai sumber energi

2) Sebagai zat pembangun protein berfungsi dalam pertumbuhan dan

pemeliharaan jaringan tubuh serta meningkatakan sel-sel yang mati dan

aus terpakai

3) Sebagai badan-badan inti protein dalam mekanisme pertahanan tubuh

Page 20: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Badutarepository.poltekkes-tjk.ac.id/973/4/BAB II.pdf · 7 BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Baduta Baduta adalah sebutan yang ditujukan untuk anak usia bawah

26

4) Sebagai zat pengatur

5) Dalam bentuk kromosom protein berperan dalam menyimpan dan

meneruskan sifat-sifat keturunan dalam bentuk gen

6) Untuk membuat protein darah dan mempertahankan tekanan osmose

7) Menjaga keseimbangan asam basa dari cairan tubuh (Merryana &

Bambang, 2016).

Tabel 6

Kecukupan Gizi

No Kelompok Umur BB (kg) TB (cm) Protein (g)

Anak

1. 0-6 bulan 6,0 60 10

2. 7-11 bulan 8,5 71 15

3. 1-3 tahun 12,0 90 25

4. 4-6 tahun 17,0 110 45

(Sumber: Merryana & Bambang, 2016)

Tabel 7

Angka kecukupan gizi rata-rata yang di anjurkan bagi anak menurut Usia

Bahan Bayi 6-12 Bulan

(900 Kkal)

Anak 1-3 Tahun

(1.200 Kkal)

Anak 4-5 Tahun

(1.700 Kkal)

Nasi 11/2gelas tim halus 2 ¼ gelas 3 gelas

Daging/tempe/telur

/ikan

1 potong 1-2 potong 2-4 potong

Sayuran 2 sendok makan 1 ½ gelas 2 gelas

Buah 1 buah/potong 3 buah/potong 3 buah/potong

ASI Lanjutkan Hingga 2 tahun -

Susu - 1 gelas 1 gelas

Minyak 1 sendok makan 1 ½ sendok

makan

2 sendok makan

Gula - 2 sendok makan 2 sendok makan

(Sumber: Buku Ajar Kesehatan Ibu dan Anak, Gavi)

Page 21: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Badutarepository.poltekkes-tjk.ac.id/973/4/BAB II.pdf · 7 BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Baduta Baduta adalah sebutan yang ditujukan untuk anak usia bawah

27

4. Peran Makanan Bagi Balita

a. Makanan sebagai sumber zat gizi

Didalam makanan terdapat enam jenis zat gizi, yaitu karbohidrat, lemak,

protein, vitamin, mineral, dan air. Zat gizi ini diperlukan bagi balita sebagai zat

tenaga, zat pembangun , dan zat pengatur.

b. Zat tenaga

Zat gizi yang menghasilkan tenaga atau energi adalah karbohidrat , lemak,

dan protein. Bagi balita, tenaga diperlukan untuk melakukan aktivitasnya serta

pertumbuhan dan perkembangannya. Oleh karena itu, kebutuhan zat gizi sumber

tenaga balita relatif lebih besar daripada orang dewasa.

c. Zat Pembangun

Protein sebagai zat pembangun bukan hanya untuk pertumbuhan fisik dan

perkembangan organ-organ tubuh balita, tetapi juga menggantikan jaringan yang

aus atau rusak.

d. Zat pengatur

Zat pengatur berfungsi agar faal organ-organ dan jaringan tubuh termasuk

otak dapat berjalan seperti yang diharapkan.

Berikut ini zat yang berperan sebagai zat pengatur:

1) Vitamin, baik yang larut air (vitamin B kompleks dan vitamin C) maupun

yang larut dalam lemak (vitamin A, D, E, dan K).

2) Berbagai mineral, seperti kalsium, zat besi, iodium, dan flour.

3) Air, sebagai alat pengatur vital kehidupan sel-sel tubuh.

Page 22: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Badutarepository.poltekkes-tjk.ac.id/973/4/BAB II.pdf · 7 BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Baduta Baduta adalah sebutan yang ditujukan untuk anak usia bawah

28

5. Gizi Seimbang

Gizi seimbang yang di kenal masyarakat Indonesia adalah empat

sehat lima sempurna. Konsep ini di kenalkan sejak 1950 oleh Prof Poerwo

Soedarmo, bapak Gizi Indonesia. Saat ini, konsep tersebut dianggap tidak

sesuai lagi dengan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi gizi.

Kini di perkenalkan pedoman gizi seimbang. Pedoman gizi seimbang

(PGS) adalah susunan makanan sehari- hari yang mengandung zat gizi

dalam jenis dan jumlah yang sesuai dengan kebutuhan tubuh. Gizi

seimbang memperhatikan empat prinsip, yaitu variasi makanan,

pentingnya pola hidup bersih, pentingnya pola hidup aktif dan olahraga,

serta pemantauan berat badan ideal.

Cara memenuhi gizi (gizi seimbang) :

a. Konsumsi sumber tinggi protein

b. Variasikan makanan pokok, misalnya mengganti nasi putih dengan

makanan kaya karbohidrat lainnya seperti nasi merah, kentang, roti dan

jagung

c. Batasi makanan tinggi gula, garam, atau lemak

d. Biasakan sarapan

e. Minum air putih yang cukup (Buku Ajar Dasar Ilmu Gizi Kesmas,

2018).

6. Gizi Kurang

a. Pengertian

Gizi kurang adalah gangguan kesehatan akibat kekurangan atau

ketidak seimbangan zat gizi yang diperlukan untuk pertumbuhan,

Page 23: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Badutarepository.poltekkes-tjk.ac.id/973/4/BAB II.pdf · 7 BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Baduta Baduta adalah sebutan yang ditujukan untuk anak usia bawah

29

aktivitas berfikir dan semua hal yang berhubungan dengan kehidupan.

Kekurangan zat gizi adaptif bersifat ringan sampai dengan berat. Gizi

kurang banyak terjadi pada anak usia kurang dari 5 tahun (Afriyanto,

2010).

Pada hakikatnya keadaan gizi kurang dapat dilihat sebagai

suatu proses kurang makan ketika kebutuhan normal terhadap satu atau

beberapa nutrien tidak terpenuhi, atau nutrien-nutrien tersebut hilang

dengan jumlah yang lebih besar daripada yang didapat. Keadaan gizi

kurang dalam konteks kesehatan masyarakat biasanya dinilai dengan

menggunakan kriteria antropometrik statik atau data yang berhubungan

dengan jumlah makronutrien yang ada di dalam makanan, yaitu protein

dan energi (Gibney, dkk, 2009). Gangguan kesehatan adalah salah satu

akibat yang disebabkan kekurangan dan ketidak seimbangan antara

kebutuhan dengan asupan dan protein (Rahardjo, 2012).

b. Epidemiologi Gizi Kurang

1) Distribusi Frekuensi Gizi Kurang Berdasarkan Orang

Berdasarkan laporan Riskesdas tahun 2010, prevalensi gizi kurang

pada balita berdasarkan kelompok umur menunjukkan bahwa

prevalensi terbesar pada kelompok umur 36-47 bulan yaitu sebesar

14,6% dan terendah pada kelompok umur ≤ 5 bulan yaitu sebesar

7,2%. Prevalensi gizi kurang berdasarkan jenis kelamin yaitu

prevalensi gizi kurang pada laki-laki (13,9%) lebih besar daripada

perempuan (12,1%). Menurut Suryono dan Supardi (2004)

menyatakan bahwa jumlah anak balita yang mengalami KEP

Page 24: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Badutarepository.poltekkes-tjk.ac.id/973/4/BAB II.pdf · 7 BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Baduta Baduta adalah sebutan yang ditujukan untuk anak usia bawah

30

maupun Non-KEP mayoritas adalah perempuan (58,5%)

(Suryono,2004).

Prevalensi gizi kurang berdasarkan tingkat pendidikan terakhir

yaitu prevalensi terbesar pada kelompok tidak tamat SD yaitu

sebesar 15,7% dan terendah pada kelompok tamat PT (Perguruan

Tinggi) yaitu sebesar 7,4%. Prevalensi gizi kurang berdasarkan

pekerjaan yang terbesar adalah pada kelompok

petani/nelayan/buruh yaitu sebesar 15,2% dan yang terendah pada

kelompok yang masih sekolah yaitu sebesar 4,7%. Menurut

Suryono dan Supardi (2004) bahwa faktor pendidikan ibu yang

kurang dari SMA memiliki kemungkinan 1,3 kali lebih banyak

terjadinya status gizi kurang pada anak balita dibandingkan ibu

yang berpendidikan lebih dari SMA (Suryono, 2004).

2) Distribusi Frekuensi Gizi Kurang Berdasarkan Tempat

Berdasarkan laporan Riskesdas tahun 2007, prevalensi gizi kurang

menurut provinsi yang tertinggi adalah Nusa Tenggara Timur

(24,2%), Sulawesi Tengah (18,7%), dan Maluku (18,5%)

(Riskesdas, 2007). Berdasarkan laporan Riskesdas tahun 2010,

prevalensi gizi kurang berdasarkan tempat tinggal yaitu di

pedesaan (14,8%) lebih tinggi daripada di perkotaan (11,3%).

Prevalensi gizi kurang pada balita menurut Provinsi terdapat 3

Provinsi dengan jumlah kasus yang paling besar berturut-turut,

yaitu Kalimantan Tengah (22,3%), Nusa Tenggara Timur (20,4%),

dan Nusa Tenggara Barat (19,9%) (Riskesdas, 2010).

Page 25: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Badutarepository.poltekkes-tjk.ac.id/973/4/BAB II.pdf · 7 BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Baduta Baduta adalah sebutan yang ditujukan untuk anak usia bawah

31

3) Distribusi Frekuensi Gizi Kurang Berdasarkan Waktu

Berdasarkan SKRT, pada tahun 2000 persentase balita dengan gizi

kurang sebesar 17%, pada tahun 2001 sebesar 20%, pada tahun

2002 sebesar 18%, pada tahun 2003 sebesar 20%, pada tahun 2005

sebesar 19% dan pada tahun 2007 sebesar 13% (Riskesdas, 2007).

Berdasarkan laporan Riskesdas, prevalensi gizi kurang pada tahun

2010 adalah sebesar 13% (Riskesda, 2010).

c. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Status Gizi Anak

1) Faktor penyebab langsung

Konsumsi makan merupakan banyaknya atau jumlah pangan,

secara tunggal maupun beragam yang dikonsumsi seseorang atau

sekelompok orang yang bertujuan untuk memenuhi kebutuhan

fisiologis, psikologis dan soiologis (Sediaoetama, 2000). Defisiensi

gizi yang paling berat dan meluas terutama dikalangan anak-anak

ialah akibat kekurangan zat gizi energi dan protein sebagai akibat

kekurangan konsumsi makan dan hambatan mengabsorbsi zat gizi.

Menurut Soekirman (1999) dalam Made et al (2004) menyatakan

bahwa penyebab dari tingginya prevalensi gizi kurang secara

langsung adalah asupan gizi yang tidak sesuai antara yang

dikonsumsi dengan kebutuhan tubuh, dimana asupan gizi secara

tidak langsung dipengaruhi oleh pola pengasuhan terhadap anak

yang diberikan oleh ibu. Hal tersebut sama dengan apa yang di

ungkapkan oleh Irawan (2004) yang menyebutkan bahwa gizi

kurang dan gizi buruk adalah manifestasi karena kurangnya asupan

Page 26: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Badutarepository.poltekkes-tjk.ac.id/973/4/BAB II.pdf · 7 BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Baduta Baduta adalah sebutan yang ditujukan untuk anak usia bawah

32

dari protein dan energi dalam makanan sehari-hari sehingga tidak

mencukupi AKG dan biasanya juga terdapat kekurangan dari

beberapa nutrisi lainnya. Konsumsi makanan yang tidak adekuat

ini erat pula kaitannya dengan keadaan infeksi pada anak. Anak

yang tidak cukup mendapatkan makanan maka daya tahan

tubuhnya akan melemah sehingga mudah diserang infeksi yang

akan mengurangi nafsu makan sehingga pada akhirnya dapat

menderita gizi kurang (Proyek Perbaikan Gizi Masyarakat). Faktor

yang berhubungan dengankonsumsi makan yaitu:

a) Umur Ibu

Hurlock (1998) menggambarkan bahwa umur ibu yang

memiliki anak dikelompokkan dalam 3 kategori, yaitu usia

muda (<20 tahun), dewasa dini (20-29 tahun), dan dewasa

madya (30-40 tahun).

b) Pengetahuan ibu tentang gizi dan kesehatan

Bagian penting dari pengelolaan gizi adalah pengetahuan,

kurangnya daya beli merupakan suatu kendala, tetapi defisiensi

gizi akan banyak berkurang bila orang mengetahui bagaimana

menggunakan daya beli yang ada. Tingkat pengetahuan akan

mempengaruhi seseorang dalam memilih makanan. Untuk

masyarakat yang berpendidikan dan cukup pengetahuan

tentang gizi, pertimbangan fisiologis lebih menonjol

dibandingkan dengan kebutuhan kepuasan psikis. Tetapi

umumnya akan terjadi kompromi antara keduanya, sehingga

Page 27: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Badutarepository.poltekkes-tjk.ac.id/973/4/BAB II.pdf · 7 BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Baduta Baduta adalah sebutan yang ditujukan untuk anak usia bawah

33

akan menyediakan makanan yang lezat dan bergizi seimbang

(Sediaoetama, 2000).

Pengetahuan ibu merupakan faktor penting, karena

mempengaruhi kemampuan ibu dalam mengelola sumber daya

yang ada untuk mendapatkan kecukupan bahan makanan.

Pengetahuan tentang kandungan zat gizi dalam berbagai bahan

makanan, kegunaan makanan bagi kesehatan keluarga dapat

membantu ibu memilih bahan makanan, kegunaan makanan

bagi kesehatan keluarga dapat membantu ibu memilih bahan

makanan yang berharga tidak begitu mahal akan tetapi nilai

gizinya tinggi (Moehji, 2003). Dalam penelitian Wonatorey et

al (2006) disebutkan bahwa peningkatan status gizi anak gizi

buruk kemungkinan dipengaruhi oleh meningkatnya

pengetahuan gizi ibu dalam pengolahan dan perawatan anak

gizi buruk melalui konseling gizi.

c) Pendidikan ibu

Tingkat pendidikan formal membentuk nilai-nilai progresif

bagi seseorang terutama dalam menerima hal-hal baru. Tingkat

pendidikan formal merupakan factor yang ikut menentukan

mudah tidaknya seseorang menyerap dan menekuni

pengetahuan yang diperoleh. Peranan orang tua, khususnya ibu,

dalam menyediakan dan menyajikan makanan yang bergizi

bagi keluarga, khususnya anak menjadi penting. Masukan gizi

anak sangat tergantung pada sumber-sumber yang ada di

Page 28: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Badutarepository.poltekkes-tjk.ac.id/973/4/BAB II.pdf · 7 BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Baduta Baduta adalah sebutan yang ditujukan untuk anak usia bawah

34

lingkungan sosialnya, salah satu yang sangat menentukan

adalah ibu. Kualitas pelayanan ibu dalam keluarga ditentukan

oleh penguasaan informasi dan faktor ketersediaan waktu yang

memadai. Kedua faktor tersebut antara lain faktor determinan

yang dapat ditentukan dengan tingkat pendidikan, interaksi

sosial dan pekerjaan (Soekirman, 2000).

d) Pendapatan keluarga

Masalah kekurangan gizi, keamanan pangan dan kemiskinan

selalu berkaitan dan sukar ditunjukkan apa penyebabnya.

Meskipun tersedia bahan makanan yang cukup, jika keluarga

miskin kelaparan masalah gizi kemungkinan masih akan

timbul. Jika tingkat pendapatan naik maka jumlah makanan

yang dikonsumsi cenderung untuk membaik juga, secara tidak

langsung zat gizi yang diperlukan tubuh akan terpenuhi dan

akan meningkatkan status gizi. Tingkat pendapatan akan

menentukan makanan apa yang akan dibeli oleh keluarga.

Orang miskin biasanya akan membelanjakan sebagian besar

pendapatannya untuk makanan. Rendahnya pendapatan

merupakan rintangan lain yang menyebabkan orang-orang

tidak mampu membeli pangan dalam jumlah yang diperlukan.

Ada pula keluarga yang sebenarnya mempunyai penghasilan

cukup namun sebagian anaknya berstatus kurang gizi

(Sayogya, 1996).

Page 29: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Badutarepository.poltekkes-tjk.ac.id/973/4/BAB II.pdf · 7 BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Baduta Baduta adalah sebutan yang ditujukan untuk anak usia bawah

35

e) Jumlah anggota dalam keluarga

Jumlah keluarga dan jarak kelahiran antar anak akan

berpengaruh dalam acara makan bersama, sering kali anak yang

lebih kecil mendapat jumlah makanan yang kurang mencukupi

karena anggota keluarga lain makan dalam jumlah yang lebih

banyak. Hubungan antara laju kelahiran yang tinggi dan kurang

gizi sangat nyata pada masing-masing keluarga. Sumber

pangan keluarga, terutama mereka yang sangat miskin, akan

lebih mudah memenuhi kebutuhan makannya jika yang harus

diberikan makan dalam jumlah keluarga yang sedikit (Moehji,

2003). Menurut Sediaoetama (2000), menyatakan bahwa

distribusi pangan yang dikonsumsi suatu keluarga sering tidak

merata, yaitu jumlah makanan yang tidak sesuai dengan tingkat

kebutuhannya menurut umur dan keadaan fisik serta jenis

kelaminnya.

f) Penyakit Infeksi

Penyakit infesksi dapat bertindak sebagai pemula terjadinya

kurang gizi sebagai akibat menurunnya nafsu makan, adanya

gangguan penyerapan dalam saluran gizi pencernaan atau

peningkatan kebutuhan zat gizi oleh adanya penyakit. Status

gizi yang rendah akan menurunkan resistensi tubuh terhadap

infeksi penyakit sehingga banyak menyebabkan kematian,

terutama pada anak, keadaan ini akan mempengaruhi angka

mortalitas (Baliwati et al., 2004). Menurut Scrimshaw et al.

Page 30: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Badutarepository.poltekkes-tjk.ac.id/973/4/BAB II.pdf · 7 BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Baduta Baduta adalah sebutan yang ditujukan untuk anak usia bawah

36

(1959) dalam Supariasa et al. (2001) menyatakan bahwa ada

hubungan yang sangat erat antara infeksi (bakteri, virus, dan

parasit) dengan malnutrisi dengan penyakit infeksi dan juga

infeksi akan mempengaruhi status gizi dan mempercepat

malnutrisi.

2) Faktor Penyebab Tidak Langsung

a) Ketahanan Pangan Keluarga

Ketahanan pangan keluarga adalah kemampuan keluarga untuk

memenuhi kebutuhan pangan seluruh anggota keluarganya

dalam jumlah yang cukup baik dalam jumlah maupun mutu

gizinya. Ketahanan pangan keluarga terkait dengan

ketersediaan pangan (baik dari hasil produksi sendiri maupun

dari pasar atau sumber lain), harga pangan dan daya beli

keluarga serta pengetahuan tentang gizi dan kesehatan.

b) Pola Asuh Anak

Penelitian yang dilakukan Made et al. (2004) menunjukkan

adanya hasil uji statistik yang bermakna antara pola asuh

dengan status gizi yang artinya semakin baik pola asuh

semakin baik status gizi. Hal ini sejalan dengan penelitian yang

dilakukan oleh Bibi (2001) dalam Made et al. (2004) bahwa

dengan adanya pola asuh yang baik utamanya asuhan gizi maka

status gizi akan semakin baik. Pola asuh yang kurang baik

berhubungan dengan pola pemberian ASI dan MP-ASI yang

kurang baik serta prioritas gizi yang salah dalam keluarga.

Page 31: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Badutarepository.poltekkes-tjk.ac.id/973/4/BAB II.pdf · 7 BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Baduta Baduta adalah sebutan yang ditujukan untuk anak usia bawah

37

Dalam penelitian Suryono dan Supardi (2004) disebutkan

bahwa jika tidak diberi ASI eksklusif akan terjadi 2,86 kali

kemungkinan balita mengalami KEP dan hal tersebut bermakna

secara statistik. Menurut Azwar (2000), masih banyak ibu yang

tidak memberikan kolostrum pada bayinya. Selain itu,

pemberian ASI terhenti karena ibu kembali bekerja. Di daerah

kota dan semiperkotaan ada kecenderungan rendahnya

frekuensi menyusui dan ASI dihentikan terlalu dini pada ibu-

ibu yang bekerja (Soekirman, 2001 dalam Rasni, 2009).

Disebutkan pula adanya mitos ataupun kepercayaan/adat-

istiadat masyarakat tertentu yang tidak benar dalam pemberian

makanan sebelum ASI, yaitu pemberian air kelapa, air tajin, air

teh, madu dan pisang. Makanan yang diberikan pada bayi baru

lahir sebelum ASI keluar sangat berbahaya bagi kesehatan bayi

dan mengganggu keberhasilan menyusui (Azwar, 2000).

c) Pola pemberian MP-ASI yang kurang baik

Azwar (2000) mengungkapkan pemberian MP-ASI yang

kurang baik meliputi:

(1) Pemberian MP-ASI yang terlalu dini atau terlambat,

dimana pemberian MP-ASI sebelum bayi berumur 4 bulan

dapat menurunkan konsumsi ASI dan gangguan

pencernaan/diare dan jika pemberian MPASI terlambat

(bayi sudah lewat usia 6 bulan) dapat menyebabkan

hambatan pertumbuhan anak.

Page 32: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Badutarepository.poltekkes-tjk.ac.id/973/4/BAB II.pdf · 7 BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Baduta Baduta adalah sebutan yang ditujukan untuk anak usia bawah

38

(2) Pemberian MP-ASI pada periode umur 4-24 bulan sering

tidak tepat dan tidak cukup baik kualitas maupun

kuantitasnya. Frekuensi pemberian MP-ASI dalam sehari

yang kurang akan berakibat kebutuhan gizi anak tidak

terpenuhi.

(3) Pemberian MP-ASI sebelum ASI pada usia 4-6 bulan,

dimana pada periode ini zat-zat yang diperlukan bayi

terutama diperoleh dari ASI. Memberikan MP-ASI terlebih

dahulu berarti kemampuan bayi untuk mengkonsumsi ASI

berkurang yang berakibat menurunnya produksi ASI, hal

ini dapat berakibat anak menderita kurang gizi.

d) Prioritas gizi yang salah dalam keluarga

Prioritas gizi yang salah pada keluarga, dimana banyak

keluarga yang memprioritaskan makanan untuk anggota

keluarga yang lebih besar (seperti ayah atau kakak tertua)

dibandingkan anak (terutama yang berusia di bawah dua tahun)

sehingga apabila makan bersama-sama maka anak yang berusia

balita akan kalah (Rasni, 2009).

e) Pelayanan Kesehatan

Ketidak terjangkauan pelayanan kesehatan (karena jauh dan

atau tidak mampu membayar), kurangnya pendidikan dan

pengetahuan merupakan kendala masyarakat dan keluarga

memanfaatkan secara baik pelayanan kesehatan yang tersedia.

Hal ini dapat berdampak juga pada status gizi anak. Pelayanan

Page 33: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Badutarepository.poltekkes-tjk.ac.id/973/4/BAB II.pdf · 7 BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Baduta Baduta adalah sebutan yang ditujukan untuk anak usia bawah

39

kesehatan adalah akses atau keterjangkauan anak dan keluarga

terhadap upaya pencegahan penyakit dan pemeliharaan

kesehatan seperti imunisasi, pemeriksaan kehamilan

pertolongan persalinan, penimbangan anak, penyuluhan

kesehatan dan gizi, serta sarana kesehatan yang baik seperti

posyandu, puskesmas, praktek bidan atau dokter, rumah sakit

dan persediaan air bersih. Menurut penelitian Husaini (1996)

dalam Made et al. (2004) yang mengemukakan bahwa dalam

upaya memperbaiki status gizi anak, dilakukan upaya

pencegahan penyakit menyangkut perawatan dasar terhadap

anak yaitu dengan pemberian imunisasi secara lengkap,

pemberian vitamin A secara berkala (mengikuti bulan

pemberian vitamin A) dan upaya perbaikan sanitasi terhadap

anak, ibu dan lingkungan.

Sumber : (Supariasa, 2002)

Gambar 6. Faktor-Faktor yang mempengaruhi Gizi Kurang

Gizi Kurang

Asupan Makanan

Persediaan makanan

di rumah

Perawatan anak dan

ibu hamil Pelayanan

Kesehatan

Kirisi ekonomi

langsung

Penyakit Infeksi

Kemiskinan, kurang pendidikan,

kurang keterampilan

Page 34: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Badutarepository.poltekkes-tjk.ac.id/973/4/BAB II.pdf · 7 BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Baduta Baduta adalah sebutan yang ditujukan untuk anak usia bawah

40

d. Gejala Gizi Kurang

Gizi kurang akut biasanya mudah untuk dilakukan

pendeteksian, adapun gejala – gejala yang biasa dikenal apabila bayi

dan balita mengalami gizi kurang adalah sebagai berikut :

1) Berat badan anak akan kurus dan kurang

2) Tinggi badan yang tidak sesuai dengan grafik pertumbuhan

3) Anak akan tumbuh dengan lambat

Apabila anak mempunyai gejala-gejala seperti di atas maka

akan berakibat pada perkembanagan otak dan psikologi anak,

pertumbuhan anak dan rentan terkena penyakit infeksi lainnya

(Alamsyah, Dedi. 2013).

e. Pencegahan Gizi Kurang Pada Balita

1) Pencegahan Primer

Pencegahan ini untuk mempertahankan orang yang sehat agar tetap

sehat atau mencegah orang yang sehat menjadi sakit (Budiarto,

2002). Pencegahan ini ditujukan untuk masyarakat umum, yaitu

(Widodo, 2009) :

a) Memberikan KIE mengenai gizi kurang dan gizi buruk,

termasuk gejala-gejala serta komplikasi yang akan timbul.

b) Menyarankan anggota keluarga untuk mengonsumsi makanan

yang bergizi seperti pada Pedoman Umum Gizi Seimbang

(PUGS) yang berisi 13 pesan, antara lain: makanlah makanan

yang beraneka ragam setiap hari, makanlah makanan yang

mengandung cukup energi, untuk sumber energi upayakan agar

Page 35: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Badutarepository.poltekkes-tjk.ac.id/973/4/BAB II.pdf · 7 BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Baduta Baduta adalah sebutan yang ditujukan untuk anak usia bawah

41

separuhnya berasal dari makanan yang mengandung zat

karbohidrat komplek, upayakan agar sumber energi dari

minyak dan lemak tidak lebihdari seperempat dari energi total

yang anda butuhkan, gunakan hanya garam beryodium untuk

memasak sehari-hari, makanlah banyak makanan yang kaya

akan zat besi, berikan hanya air susu ibu untuk bayi sampai

usia 4 bulan, biasakan makan pagi setiap hari, minum air bersih

dan sehat dalam jumlah yang cukup, berolahraga dengan teratur

untuk menjaga kebugaran badan, hindarilah minuman

beralkohol, makanlah makanan yang dimasak dan/atau

dihidangkan dengan bersih dan tidak tecemar, dan bacalah

selalu label pada kemasan makanan.

c) Memberikan penjelasan mengenai cara penanganan gizi kurang

atau gizi buruk dengan perubahan sikap dan perilaku anggota

keluarga. Bukan saja makanan yang harus diperhatikan, tetapi

lingkungan sekitar juga harus diperhatikan untuk mencegah

penyakit infeksi yang dapat menyebabkan nafsu makan

berkurang.

d) Usahakan mengikuti program kesehatan yang ada setiap bulan

di puskesmas atau di puskesmas pembantu desa.

2) Pencegahan Sekunder

Pencegahan ini untuk orang yang telah sakit agar sembuh,

menghambat progesifitas penyakit, menghindarkan komplikasi,

dam mengurangi ketidakmampuan, yaitu (Budiarto, 2002):

Page 36: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Badutarepository.poltekkes-tjk.ac.id/973/4/BAB II.pdf · 7 BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Baduta Baduta adalah sebutan yang ditujukan untuk anak usia bawah

42

a) Deteksi dini sekiranya penderita atau anggota keluarga yang

lain terjangkit penyakit yang disebabkan oleh kurangnya gizi

dalam jangka waktu yang panjang. Misalnya, melakukan

penimbangan berat badan.

b) Mendapatkan pengobatan sedini mungkin. Pengobatan yang

awal dan tepat dapat mengurangi morbiditas dan meningkatkan

produktivitas semua anggota keluarga.

3) Pencegahan tersier

Upaya pencegahan ini terus diupayakan selama orang yang

menderita belum meninggal dunia, yaitu (Budiarto, 2002):

a) Apabila penderita mengalami sakit lain, sebaiknya secepatnya

dilakukan pemeriksaan dan pengobatan.

b) Rehabilitasi sosial diberikan kepada penderita dan anggota

keluarga. Bagi penderita ditumbuh kembalikan kepercayaan

dirinya agar bisa bergaul dengan yang lain

Cara lain yang dapat di lakukan untuk mencegah gizi kurang :

(1) Membiasakan Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS) dan

memperhatikan pola makan yang teratur dengan gizi seimbang.

(2) Gizi yang baik diperlukan seorang ibu hamil agar pertumbuhan

janin tidak mengalami hambatan, dan selanjutnya akan

melahirkan bayi dengan berat normal. Dengan kondisi

kesehatan yang baik, sistem reproduksi normal, tidak menderita

sakit, dan tidak ada gangguan gizi pada masa pra hamil

maupun saat hamil, ibu akan melahirkan bayi lebih besar dan

Page 37: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Badutarepository.poltekkes-tjk.ac.id/973/4/BAB II.pdf · 7 BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Baduta Baduta adalah sebutan yang ditujukan untuk anak usia bawah

43

lebih sehat daripada ibu dengan kondisi kehamilan yang

sebaliknya.

(3) Memberikan ASI eksklusif (hanya ASI) sampai anak berumur

6 bulan. Setelah itu, anak mulai dikenalkan dengan makanan

tambahan sebagai pendamping ASI yang sesuai dengan

tingkatan umur.

(4) Rajin menimbang dan mengukur tinggi anak dengan mengikuti

program posyandu untuk mengetahui apakah pertumbuhan

anak sesuai dengan standar pada KMS. Sehingga, jika tidak

sesuai atau ditemukan adanya gejala gizi kurang maka hal

tersebut dapat segera diatasi.

(5) Meningkatkan pengetahuan masyarakat terutama orang tua

tentang gizi melalui penyuluhan kepada masyarakat luas

terutama di daerah pedesaan dan di daerah terpencil. Sebab,

menurut Samuel, dibutuhkan peningkatan pengetahuan dan

kesadaran akan pentingnya pemberian makanan bergizi yang

seimbang sejak bayi dan komposisi makanan seperti apa yang

dibutuhkan oleh anak mereka. Memberikan makanan yang

tepat dan seimbang kepada anak yang terdiri dari karbohidrat,

protein, lemak, mineral dan vitamin. Lemak minimal diberikan

10% dari total kalori yang dibutuhkan, sementara protein

diberikan 12% dari total kalori. Sisanya adalah karbohidrat.

“Kuantitas makanan yang dikonsumsi harus disesuaikan

dengan kebutuhan anak, karena masing-masing anak memiliki

Page 38: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Badutarepository.poltekkes-tjk.ac.id/973/4/BAB II.pdf · 7 BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Baduta Baduta adalah sebutan yang ditujukan untuk anak usia bawah

44

kebutuhan gizi yang berbeda tergantung usia, gender dan

aktivitas”.

(6) Diperlukan peranan baik dari keluarga, praktisi kesehatan,

maupun pemerintah. Pemerintah harus meningkatkan kualitas

posyandu dan pelayanan kesehatan lainnya, jangan hanya

sekedar untuk penimbangan dan vaksinasi, tapi harus

diperbaiki dalam hal penyuluhan gizi dan kualitas pemberian

makanan tambahan, serta meningkatkan kesejahteraan rakyat

agar akses pangan tidak terhambat.

(7) Menggerakan dan memberdayakan masyarakat untuk hidup

sehat dengan meningkatkan akses masyarakat terhadap

pelayanan kesehatan yang berkualitas dan meningkatkan sistem

surveilans, monitoring dan informasi kesehatan

f. Gangguan Akibat Gizi Kurang

Gangguan akibat kekurangan gizi bergantung pada zat gizi yang

mengalami kekurangan, tetapi secara umum gangguan tersebut

meliputi hal berikut :

1) Badan lemah, kurang energi untuk melakukan aktivitas.

2) Penurunan ketahanan tubuh terhadap serangan penyakit infeksi,

misalnya menjadi mudah terserang flu, diare dan borok kulit. Pada

penderita penyakit infeksi tertentu, penyakit tersebut menjadi tidak

sembuh atau bahkan bertambah parah.

Page 39: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Badutarepository.poltekkes-tjk.ac.id/973/4/BAB II.pdf · 7 BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Baduta Baduta adalah sebutan yang ditujukan untuk anak usia bawah

45

3) Pertumbuhan badan terhambat, terutama pada anak-anak tampak

pada pertambahan berat badan, otot lembek, dan rambut mudah

rontok.

4) Kemampuan berpikir dan perkembangan mental terhambat

sehingga seseorang tampak bodoh dan mental yang kurang wajar,

seperti mudah panik, tidak peduli, gampang tersinggung, mudah

marah, dan cepat putus asa (Widodo, 2009).

g. Program Penanggulangan Gizi Kurang

Ada 9 (sembilan) program pokok penanggulangan gizi adalah sebagai

berikut :

1) Mainstream gizi pada kebijakan dan program pembangunan

2) Meningkatkan ketahanan pangan dan gizi

3) Melindungi konsumen dengan meningkatkan kualitas dan

keamanan pangan

4) Mencegah dan menanggulangi penyakit infeksi

5) Mempromosikan ASI Eksklusif

6) Memperhatikan golongan rentan

7) Mencegah dan menanggulangi kekurangan gizi mikro

8) Mempromosikan pola hidup sehat

9) Surveilands gizi (Alamsyah, Dedi. 2013)

7. Peningkatan Status Gizi

Status gizi dalam Undang-undang RI No. 23 Tahun 1992 tentang

kesehatan adalah tingkat kecukupan gizi seseorang yang sesuai dengan

jenis kelamin dan usianya. Menurut Almatsier (2003), status gizi adalah

Page 40: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Badutarepository.poltekkes-tjk.ac.id/973/4/BAB II.pdf · 7 BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Baduta Baduta adalah sebutan yang ditujukan untuk anak usia bawah

46

keadaan tubuh sebagai akibat konsumsi dan penggunaan zat-zat gizi dan

dibedakan menjadi status gizi buruk, kurang, baik, dan lebih. Menurut

Daly dan Robertson dalam Supariasa et al. (2002) menyebutkan bahwa

dalam status gizi pada balita dipengaruhi oleh dua hal pokok, yaitu

konsumsi makanan dan kondisi kesehatan. Status gizi baik terjadi bila

tubuh memperoleh cukup zat-zat gizi yang digunakan secara efisien,

sehingga memungkinkan pertumbuhan fisik, perkembangan otak,

kemampuan kerja dan kesehatan secara umum pada tingkat setinggi

mungkin. Faktor langsung yang mempengaruhi terjadinya gizi buruk

adalah kurangnya asupan zat gizi dan penyakit infeksi. Menurut

Soekirman (1999) dalam Made et al. (2004) menyatakan bahwa penyebab

dari tingginya prevalensi gizi kurang secara langsung adalah asupan gizi

yang tidak sesuai antara yang dikonsumsi dengan kebutuhan tubuh,

dimana asupan gizi secara tidak langsung dipengaruhi oleh pola

pengasuhan terhadap anak yang diberikan oleh ibu. Berdasarkan pendapat

Baliwati et al (2004), penyakit infeksi dapat bertindak sebagai pemula

terjadinya kurang gizi sebagai akibat menurunnya nafsu makan, adanya

gangguan penyerapan dalam saluran gizi pencernaan atau peningkatan

kebutuhan zat gizi oleh adanya penyakit. Status gizi yang rendah akan

menurunkan resistensi tubuh terhadap infeksi penyakit sehingga banyak

menyebabkan kematian, terutama pada anak, keadaan ini akan

mempengaruhi angka mortalitas.

Hal tersebut juga sejalan dengan penelitian yang pernah dilakukan

oleh Nofianti (2011), dengan judul Hubungan Asupan Zat Gizi dengan

Page 41: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Badutarepository.poltekkes-tjk.ac.id/973/4/BAB II.pdf · 7 BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Baduta Baduta adalah sebutan yang ditujukan untuk anak usia bawah

47

Status Gizi Anak Balita Anak Usia 12-24 Bulan di Kabupaten Batang

dengan hasil penelitian bahwa anak dengan asupan zat gizi makro maupun

mikro mempengaruhi status gizi. Asupan energi dan zat makro seperti

protein yang tidak tercukupi baik jumlah mutunya akan mengganggu

pertumbuhan, perkembangan, dan status gizi balita. Berdasarkan keadaan

dilapangan penyakit infeksi bertindak sebagai pemula terjadinya kurang

gizi, sehingga mengakibatkan menurunya nafsu makan, adanya gangguan

penyerapan dalam saluran pencernaan atau peningkatan kebutuhan zat gizi

oleh adanya penyakit. Menurut Supariasa (2002), kaitan penyakit infeksi

dengan keadaan gizi kurang merupakan hubungan timbal balik, yaitu

hubungan sebab akibat. Penyakit infeksi dapat memperburuk keadaan gizi

dan keadaan gizi yang jelek dapat mempermudah infeksi. Asupan makan

sehari-hari yang mengandung zat-zat gizi dan atau unsu-unsur ikatan kimia

yang dapat diubah menjadi zat gizi oleh, yang berguna bila dimasukkan ke

dalam tebuh terutama bagi balita gizi kurang. Dengan asupan nutrisi yang

baik maka balita gizi kurang dapat mencapai keadaan gizi yang normal

atau baik dengan adanya pertambahan berat badan dan tinggi badan yang

sesuai dengan umur balita. Hasil penelitian dilapangan peningkatan status

gizi berdasarkan BB/TB lebih banyak dibandingkan dengan peningkatan

status gizi berdasarkan BB/U. Hal tersebut dikarenakan pengukuran status

gizi dengan menggunakan indeks BB/U digunakan untuk menggambarkan

status gizi balita BGM secara akut atau kronis. Selain itu penggunanaan

pengukuran dengan BB/U lebih sensitif dalam melihat perubahan status

gizi dalam jangka waktu pendek (Sulistiyani, 2010). Peningkatana berat

Page 42: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Badutarepository.poltekkes-tjk.ac.id/973/4/BAB II.pdf · 7 BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Baduta Baduta adalah sebutan yang ditujukan untuk anak usia bawah

48

badan dan tinggi badan belum tentu meningkat pula status gizi seseorang.

Kekurangan gizi secara kronis disebabkan karena tidak mengkonsumsi

makanan dalam jumlah yang cukup atau makanan yang baik dalam

periode atau kurun waktu yang lama untuk mendapatkan kalori dan protein

dalam jumlah yang cukup, atau juga disebabkan adanya infeksi.

8. Pemenuhan Gizi Pada Balita

a. Mengenal Balita

Secara harafiah, balita atau anak bawah lima tahun adalah anak usia

kurang dari lima tahun sehingga bayi usia dibawah satu tahun juga

termasuk dalam golongan ini. Namun, karena faal (kerja alat tubuh

semestinya) bayi usia di bawah satu tahun berbeda dengan anak usia

diatas satutahun, banyak ilmuwan yang membedakannya. Utamanya,

makanan bayi berbentuk cair, yaitu air susu ibu (ASI), sedangkan

umumnya anak usia lebih dari satu tahun mulai menerima makanan

padat seperti orang dewasa. Anak usia 1-5 tahun dapat pula dikatakan

mulai disapih atau selepas menyusu sampai dengan prasekolah. Sesuai

dengan pertumbuhan badan dan perkembangan kecerdasannya, faal

tubuhnya juga mengalami perkembangan sehingga jenis makanan dan

cara pemberiannya pun harus disesuaikan dengan keadaannya.

Menurut Persagi (1992), berdasarkan karakteristiknya, balita usia 1-5

tahun dapat dibedakan menjadi dua, yaitu anak usia lebih dari satu

tahun sampai tiga tahun yang dikenal dengan “batita“ dan anak usia

lebih dari tiga tahun sampai lima tahun yang dikenal dengan usia

Page 43: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Badutarepository.poltekkes-tjk.ac.id/973/4/BAB II.pdf · 7 BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Baduta Baduta adalah sebutan yang ditujukan untuk anak usia bawah

49

“prasekolah”. Batita sering disebut konsumen pasif, sedangkan usia

prasekolah lebih dikenal sebagai konsumen aktif.

b. Karakteristik Balita

Anak usia 1-3 tahun merupakan konsumen pasif, artinya anak

menerima makanan dari apa yang disediakan ibunya. Dengan kondisi

demikian, sebaiknya anak balita diperkenalkan dengan berbagai bahan

makanan. Laju pertumbuhan masa batita lebih besar dari masa usia

prasekolah sehingga diperlukan jumlah makanan yang relatif lebih

besar. Namun, perut yang masih lebih kecil menyebabkan jumlah

makanan yang mampu diterimanya dalam sekali makan lebih kecil

daripada anak yang usianya lebih besar. Oleh karena itu, pola makan

yang diberikan adalah porsi kecil dengan frekuensi sering.

c. Karakteristik Usia Prasekolah

Pada usia prasekolah, anak menjadi konsumen aktif, yaitu mereka

sudah dapat memilih makanan yang disukainya. Masa ini juga sering

dikenal sebagai “masa keras kepala“. Akibat pergaulan dengan

lingkungannya terutama dengan anak-anak yang lebih besar, anak

mulai senang jajan. Jika halini dibiarkan, jajanan yang dipilih dapat

mengurangi asupan zat gizi yang diperlukan bagi tubuhnya sehingga

anak kurang gizi. Perilaku makan sangat dipengaruhi oleh kedaan

psikologis, kesehatan, dan sosial anak. Oleh karena itu, kedaan

lingkungan dan sikap keluarga merupakan hal yang sangat penting

dalam pemberian makan pada anak agar anak tidak cemas dan

Page 44: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Badutarepository.poltekkes-tjk.ac.id/973/4/BAB II.pdf · 7 BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Baduta Baduta adalah sebutan yang ditujukan untuk anak usia bawah

50

khawatir terhadap makanannya. Seperti pada orang dewasa, suasana

yang menyenangkan dapat membangkitkan selera makan anak.

9. Konseling Gizi

Konseling Gizi Berdasarkan Depkes RI 2008:

a. Balita yang Mendapatkan Konseling Gizi

Balita yang kurang gizi penting untuk mendapatkan konseling gizi

untuk mencari penyebab masalah sebelum memberi nasihat kepada

ibu. Balita dengan salah satu kriteria yang berada dalam keadaan

sebagai berikut :

1) Kurus (< -2 SD untuk BB/PB atau BB/TB atau IMT/U)

2) Berat badan kurang ( < -2 SD untuk BB/U)

3) Pendek (< -2 SD untuk PB/U atau TB/U)

4) Anak yang mempunyai kecenderungan pertumbuhan ke arah salah

satu masalah tersebut di atas (Dipkes RI, 2008a).

Apabila ada masalah dalam pertumbuhan balita dan kecenderungan

yang mengarah pada suatu masalah, maka perlu mewawancarai ibu

untuk mengidentifikasi penyebab masalah yang ada. Selama konseling,

sangat penting untuk menyepakati tindakan untuk meningkatkan

pertumbuhan anak yang dapat dilaksanakan oleh ibuatau pengasuh

(Depkes RI, 2008a).

b. Teknik Konseling Gizi

Dalam konseling gizi penting dilakukannya dengan teknik konseling

yang baik, yaitu :

1) Mendengarkan dan belajar dari ibu balita :

Page 45: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Badutarepository.poltekkes-tjk.ac.id/973/4/BAB II.pdf · 7 BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Baduta Baduta adalah sebutan yang ditujukan untuk anak usia bawah

51

a) Mengajukan pertanyaan terbuka kepada ibu atau pengasuh.

b) Mendengarkan dan meyakinkan bahwa petugas memahami

yang disampaikan oleh ibu atau pengasuh.

c) Menggunakan bahasa tubuh dan isyarat untuk menunjukkan

minat.

d) Empati untuk menunjukkan pemahaman terhadap perasaan ibu

atau pengasuh.

2) Membangun kepercayaan dan berikan dukungan :

a) Memberikan pujian kepada ibu jika ibu sudah berbuat baik.

b) Menghindarkan kata yang menyalahkan ibu.

c) Menerima apa yang dipikirkan dan dirasakan oleh ibu.

d) Memberikan informasi dalam bahasa yang sederhana sehingga

mudahdimengerti oleh ibu.

e) Memberikan saran yang terbatas tetapi bukan sebuah perintah.

f) Menawarkan bantuan praktis kepada ibu (Depkes RI, 2008b).

Jika anak tumbuh dengan baik, maka memberikan pujian

pada ibu serta kaji ulang pemberian makan anak sesuai kelompok

umur anak yang terdapat pada buku GPA. Menjelaskan

rekomendasi pemberian makan anak pada kelompok umur

berikutnya sebelum kunjungan berikutnya. Rekomendasi

pemberian makan yangdiperlukan untuk pemberian bagi anak yang

sakit dan sehat serta nasehat tentang masalah pemberian makan.

Jika anak kurang gizi penting mencari penyebab masalah sebelum

Page 46: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Badutarepository.poltekkes-tjk.ac.id/973/4/BAB II.pdf · 7 BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Baduta Baduta adalah sebutan yang ditujukan untuk anak usia bawah

52

memberi nasihat pada ibu. Mencari penyebab dengan

mewawancarai ibu (Depkes RI, 2008b).

c. Langkah-Langkah Pelaksanaan Konseling Gizi

Berdasarkan Depkes RI (2008b), langkah konseling yang perlu

dikakukan adalah sebagai berikut :

1) Membacakan buku Grafik Pertumbuhan Anak (GPA)

Memberikan penjelasan dengan jelas dan sederhana tentang hasil

ploting dan garis pertumbuhan anak apakah anak tumbuh seperti

yang diharapkan atau mengalami masalah pertumbuhan. Dalam hal

ini perlu dihindarkan perkataan yang bersifat menuduh atau

menyalahkan kepada ibu. Apabila anak mengalami pertumbuhan

seperti yang diharapkan maka perlu adanya pujian yang diberikan

oleh petugas gizi kepada ibu. Membangun kepercayaan kepada ibu

dan adanya komunikasi yang dapat membantu anaknya (Depkes

RI, 2008b).

2) Mewawancarai ibu untuk mencari penyebab kurang gizi

a) Menentukan anak sakit atau tidak pada saat kunjungan

Seorang anak yang kurang gizi dimungkinkan sedang

menderita penyakit (seperti diare) atau penyakit kronis yang

dapat memperberat kakurangan gizinya. Jika anak menderita

penyakit maka hal yang perlu dilakukan adalah mengobat

penyakit penyerta atau masalah yang ada apabila mampu, jika

tidak mampu rujuk anak kurang gizi ke pelayanan kesehatan

untuk memperoleh pelayanan yang sesuai. Jika diketahui atau

Page 47: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Badutarepository.poltekkes-tjk.ac.id/973/4/BAB II.pdf · 7 BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Baduta Baduta adalah sebutan yang ditujukan untuk anak usia bawah

53

dicurigai seorang anak mempunyai penyakit kronis (seperti

HIV/AIDS, TB), ibu atau pengasuh anak perlu diberikan

konseling atau melakukan tes/uji kesehatan.

b) Menanyakan pola pemberian makan atau pola menyusui

Ketika memberikan konseling pada ibu tentang pemberian

makan, perlu dilakukan dengan penjelasan yang jelas dan

sederhana untuk setiap anjuran. Salah satu saran yang diberikan

adalah menyarankan makanan lokal yang bergizi dan cara

penyiapannya. Akan lebih bermanfaat jika ditunjukkan gambar

atau poster makanan lokal serta mendemonstrasikan cara

penyiapan makanan yang bergizi. Menanyakan kepada ibu

apakah ibu mengerti dan tidak mempunyai masalah dalam

menerapkan anjuran pemberian makan. Setelah menjelaskan

anjuran makan langkah selanjutnya mengajukan pertanyaan

pemahaman (Checking Question) untuk memastikan bahwa ibu

telah memahami informasi yang diberikan. Pertanyaan

pemahaman dimaksudkan untuk mengetahui apa yang sudah

dipelajari ibu, agar dapat diberikan informasi tambahan

maupun klarifikasi yang telah disampaikan. Pertanyaan

pemahaman lanjutan perlu dilakukan kembali guna memastikan

bahwa benar-benar mengerti. Jika jawaban ibu tidak tepat atau

ibu tidak ingat, jangan membuat ibu merasa tidak nyaman.

Perjelas atau beri lebih banyak informasi, selanjutnya ajukan

pertanyaan pemahaman kembali (Dipkes RI, 2008b).

Page 48: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Badutarepository.poltekkes-tjk.ac.id/973/4/BAB II.pdf · 7 BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Baduta Baduta adalah sebutan yang ditujukan untuk anak usia bawah

54

c) Mencari penyebab lain seperti faktor sosial dan lingkungan

Ketika mewawancarai ibu, kemungkinan ditemukan beberapa

penyebab kurang gizi. Sebagai contoh adalah masalah sanitasi

yang menimbulkan penyakit, faktor sosial dan lingkungan yang

dapat mempengaruhi pemberian makan serta pola asuh anak.

Berikut merupakan beberapa contoh penyebab kurang gizi:

(1) Jika dalam satu rumah tangga tangga terdapat tiga atau

lebih balita, anak akan berisiko kurang gizi dan terabaikan.

Risiko bisa dikurangi jika ada dua atau lebih orang dewasa

yang bertanggung jawab dalam pemberian makan dan

pengasuhan anak.

(2) Jika tidak ada ibu atau ayah (misalnya karena perceraian

atau kematian), atau jika salah satu orang tua tidak

dilibatkan dalam pengasuhan anak, risiko kurang gizi dan

terabaikan akan meningkat.

(3) Jika ibu atau ayah tidak sehat, risiko anak menjadi kurang

gizi meningkat.

(4) Adanya trauma yang baru terjadi pada anak sehingga

mempengaruhi nafsu makan anak.

(5) Jika ibu menyatakan bahwa tidak cukup tersedia makanan

dalam keluarga, maka ibu akan menghadapi masalah yang

serius dan membutuhkan bantuan maupun nasihat (Dinkes

RI, 2008).

Page 49: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Badutarepository.poltekkes-tjk.ac.id/973/4/BAB II.pdf · 7 BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Baduta Baduta adalah sebutan yang ditujukan untuk anak usia bawah

55

d) Menanyakan penyakit yang sering diderita atau berulang

Menanyakan kepada ibu balita penyakit yang sering diderita

oleh anak kurang gizi, misalnya penyakit diare atau penyakit

kronis seperti TB.

e) Menentukan penyebab utama kurang gizi bersama ibu atau

pengasuh

Jika ada beberapa kemungkinan penyebab kurang gizi,

fokuskan pada penyebab utama yang dapat diubah. Setelah

melakukan wawancara, menanyakan pendapat ibu apa yang

dianggap sebagai penyebab kurang gizi. Kemudian melakukan

kesimpulan apa yang menjadi penyebab utama (Dinkes RI,

2008).

3) Memberikan nasihat sesuai penyebab kurang gizi

a) Nasihat pemberian makan

(1) Pemberian makan sesuai dengan kelompok umur anak,

yaitu denganpembagian umur sebagai berikut :

(a) Umur 0 sampai 6 bulan

Memberikan Air Susu Ibu (ASI) sesuai keinginan anak

(minimal 8 kali sehari, pagi siang maupun malam) serta

jangan diberikan makanan atau minuman selain ASI.

(b) Umur 6 sampai 9 bulan

Teruskan pemberian ASI, mulai memberikan makanan

pendamping ASI (seperti bubur susu, pisang, pepaya

lumat halus, air jeruk, air tomat saring), secara bertahap

Page 50: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Badutarepository.poltekkes-tjk.ac.id/973/4/BAB II.pdf · 7 BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Baduta Baduta adalah sebutan yang ditujukan untuk anak usia bawah

56

sesuai pertambahan umur berikan bubur tim lumat

ditambah kuning telur/ayam/ikan/tempe/tahu/daging

sapi/wortel/bayam/kacang hijau/santan/minyak. Setiap

hari diberikan makan sebagai berikut :

(1) 6 bulan : 2 x 6 sdm peres

(2) 7 bulan : 2-3 x 7 sdm peres

(3) 8 bulan : 3 x 8 sdm peres

(c) Umur 9 sampai 12 bulan

Teruskan pemberian ASI, pemberian makanan

pendamping ASI (MP-ASI) yang lebih padat dan kasar

(seperti bubur, nasi tim, nasi lembik), tambahkan telur/

ayam/ikan/tempe/tahu/dagingsapi/wortel/bayam/santan/

minyak. Setiap hari (pagi/siang/malam) diberikan

sebagai berikut :

(1) 9 bulan : 3 x 9 sdm peres

(2) 10 bulan : 3 x 10 sdm peres

(3) 11 bulan : 3 x 11 sdm peres

Memberikan makanan selingan 2 kali sehari (buah,

biskuit, kue) diantara waktu makan.

(d) Umur 12 sampai 24 bulan

Teruskan pemberian ASI serta mulai memberikan

makanan keluarga secara bertahap sesuai kemampuan

anak. Berikan 3x sehari sebanyak 1/3 porsi makan

orang dewasa terdiri dari nasi,lauk pauk, sayur dan

Page 51: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Badutarepository.poltekkes-tjk.ac.id/973/4/BAB II.pdf · 7 BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Baduta Baduta adalah sebutan yang ditujukan untuk anak usia bawah

57

buah. Berikan makanan selingan 2 kali diantara waktu

makan (biskuit, kue).

(e) Umur 24 bulan atau lebih

Memberikan makanan keluarga 3 kali sehari, sebanyak

1/3-1/2 porsi makan orang dewasa yang terdiri dari

nasi, lauk pauk, sayur dan buah. Berikan makanan

selingan kaya gizi 2 kali sehari diantara waktu makan.

(4) Pemberian ASI eksklusif yaitu 8 kali dalam sehari,

pemberian MP-ASI, pemberian makanan bergizi 3-4 kali

dalam sehari, serta dua kali makanan selingan.

(5) Meningkatkan konsumsi makanan bersumber hewani

mengandung mikronutrien tinggi dan sebagian besar

mineral diabsorpsi lebih baik dari daging dibanding dari

makanan bersumber nabati (dari tanaman).

(6) Pemberian makanan fortifikasi atau menyediakan suplemen

mikronutrien pada populasi vegetarian atau pada keadaan

dimana akses terhadap diet dengan kecukupan

mikronurtrien terbatas (Dinkes RI,2008).

b) Nasihat penyebab lain (sosial dan lingkungan)

(1) Apabila keluarga tidak mempunyai kamar kecil atau WC,

menganjurkan ibu untuk membangun WC bagi keluarga

tetapi hal tersebut sulit untuk dilakukan. Maka dengan

begitu petugas kesehatan sebaiknya menyarankan dimana

ibu dapat memperoleh bantuan.

Page 52: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Badutarepository.poltekkes-tjk.ac.id/973/4/BAB II.pdf · 7 BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Baduta Baduta adalah sebutan yang ditujukan untuk anak usia bawah

58

(2) Nasihat tentang mencuci tangan, cara memasak air minum,

menutup tempat penyimpanan air minum dan memastikan

gayung hanya digunakan untuk mengambil air tidak untuk

minum.

(3) Nasihat tentang pola pengasuhan anak, meliputi jumlah

balita dalam satu rumah, pengasuhan anak, adanya salah

satu orang tua yang sakit, serta tidak tersedianya makanan

dalam keluarga (Depkes RI, 2008b).

4) Menetapkan sasaran untuk meningkatkan pertumbuhan anak

kurang gizi. Pada akhir diskusi dengan ibu atau pengasuh untuk

menetapkan sasaran atau target peningkatan pertumbuhan balita.

Target yang diharapkan dapat berupa pertambahan berat badan dan

perubahan perilaku. Target tersebut diwujudkan berdasarkan waktu

dan capaian yang diharapakan. Dalam tahap ini penting untuk

menetapkan waktu untuk kunjungan ulang dan sasaran yang ingin

dicapai untuk meningkatkan pertumbuhan, misalnya saja adanya

kenaikan berat badan secara nyata pada saat kunjungan berikutnya.

Untuk memperbaiki pertumbuhan diperlukan 2 atau 3 kegiatan

yang dapat dilakukan oleh ibu atau pengasuh anak untuk

memperbaiki pertumbuhan anak. Jika penyebab kurang gizi karena

menderita sakit, maka sasaran yang harus dicapai adalah

mengembalikan anak pada berat badan normal dalam suatu waktu

tertentu. Jika ada penyebab lain anak kurang gizi, tujuan pertama

harus menghentikan kecenderungan menurun ke arah kurang gizi

Page 53: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Badutarepository.poltekkes-tjk.ac.id/973/4/BAB II.pdf · 7 BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Baduta Baduta adalah sebutan yang ditujukan untuk anak usia bawah

59

sambil mengembalikan ke pertumbuhan normal (Depkes RI,

2008b).

10. Menu Makanan Balita

Makanan memegang peranan penting dalam pertumbuhan fisik dan

kecerdasan anak. Oleh karenanya, pola makan yang baik dan teratur perlu

diperkenalkan sejak dini, antara lain dengan pengenalan jam-jam makan

dan variasi makanan.

Agar kebutuhan gizi seimbang anak terpenuhi, makanan sehari-hari

sebaiknya terdiri atas ketiga golongan bahan makanan tersebut, seperti

karbohidrat, protein, dan vitamin. Kebutuhan bahan makanan itu perlu

diatur, sehingga anak mendapatkan asupan gizi yang diperlukannya secara

utuh dalam satu hari. Waktu-waktu yang disarankan adalah:

a. Pagi hari waktu sarapan.

b. Pukul 10.00 sebagai selingan. Tambahkan susu.

c. Pukul 12.00 pada waktu makan siang.

d. Pukul 16.00 sebagai selingan

e. Pukul 18.00 pada waktu makan malam.

f. Sebelum tidur malam, tambahkan susu. Jangan lupa kumur-kumur

dengan air putih atau gosok gigi.

Contoh Pola Jadwal Pemberian Makanan Menjelang Anak Usia 2

Tahun. Perlu diketahui, jadwal pemberian makanan ini fleksibel (dapat

bergeser tapi jangan terlalu jauh, sebagai berikut :

1) Pukul 06.00 : Susu

2) Pukul 08.00 : Nasi, sayur, lauk

Page 54: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Badutarepository.poltekkes-tjk.ac.id/973/4/BAB II.pdf · 7 BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Baduta Baduta adalah sebutan yang ditujukan untuk anak usia bawah

60

3) Pukul 10.00 : Susu/Makanan selingan

4) Pukul 12.00 : Nasi, sayur, lauk

5) Pukul 14.00 : Susu

6) Pukul 16.00 : Makanan selingan

7) Pukul 18.00 : Nasi, sayur, lauk

8) Pukul 20.00 : Susu.

11. Makanan Selingan Balita

Pada usia balita juga membutuhkan gizi seimbang yaitu makanan

yang mengandung zat-zat gizi yang dibutuhkan oleh tubuh sesuai umur.

Makanan seimbang pada usia ini perlu diterapkan karena akan

mempengaruhi kualitas pada usia dewasa sampai lanjut. Gizi makanan

sangat mempengaruhi pertumbuhan termasuk pertumbuhan sel otak

sehingga dapat tumbuh optimal dan cerdas, untuk ini makanan perlu

diperhatikan keseimbangan gizinya sejak janin melalui makanan ibu

hamil. Pertumbuhan sel otak akan berhenti pada usia 3-4 tahun. Pemberian

makanan balita sebaiknya beraneka ragam, menggunakan makanan yang

telah dikenalkan sejak bayi usia enam bulan yang telah diterima oleh bayi

dan dikembangkan lagi dengan bahan makanan sesuai makanan keluarga.

Pembentukan pola makan perlu diterapkan sesuai pola makan

keluarga. Peranan orangtua sangat dibutuhkan untuk membentuk perilaku

makan yang sehat. Seorang ibu dalam hal ini harus mengetahui, mau, dan

mampu menerapkan makan yang seimbang atau sehat dalam keluarga

karena anak akan meniru perilaku makan dari orangtua dan orang-orang di

sekelilingnya dalam keluarga. Makanan selingan tidak kalah pentingnya

Page 55: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Badutarepository.poltekkes-tjk.ac.id/973/4/BAB II.pdf · 7 BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Baduta Baduta adalah sebutan yang ditujukan untuk anak usia bawah

61

yang diberikan pada jam di antara makan pokoknya. Makanan selingan

dapat membantu jika anak tidak cukup menerima porsi makan karena anak

susah makan. Namun, pemberian yang berlebihan pada makanan

selinganpun tidak baik karena akan mengganggu nafsu makannya. Jenis

makanan selingan yang baik adalah yang mengandung zat gizi lengkap

yaitu sumber karbohidrat, protein, vitamin dan mineral, seperti arem-arem

nasi isi daging sayuran, tahu isi daging sayuran, roti isi ragout ayam

sayuran, piza, dan lain-lain.

Fungsi makanan selingan adalah :

a. Memperkenalkan aneka jenis bahan makanan yang terdapat dalam

bahan makanan selingan.

b. Melengkapi zat-zat gizi yang mungkin kurang dalam makanan

utamanya (pagi, siang danmalam).

c. Mengisi kekurangan kalori akibat banyaknya aktivitas anak pada usia

balita.

Makanan selingan yang baik dibuat sendiri di rumah sehingga

sangat higienis dibandingkan jika dibeli di luar rumah.Bila terpaksa

membeli, sebaiknya dipilih tempat yang bersih dan dipilih yang lengkap

gizi, jangan hanya sumber karbohidrat saja seperti hanya mengandung

gula saja. Makanan ini jika diberikan terus-menerus sangat berbahaya. Jika

sejak kecil hanya senang yang manis-manis saja maka kebiasaan ini akan

dibawa sampai dewasa dan risiko mendapat kegemukan menjadi

meningkat. Kegemukan merupakan faktor risiko pada usia yang relatif

muda dapat terserang penyakit tertentu.

Page 56: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Badutarepository.poltekkes-tjk.ac.id/973/4/BAB II.pdf · 7 BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Baduta Baduta adalah sebutan yang ditujukan untuk anak usia bawah

62

E. Cara-Cara Yang Dapat Dilakukan Untuk Menaikan Berat Badan

1. Pijit Bayi

Pijat bayi biasa disebut dengan stimulus touch. Pijat bayi dapat diartikan

sebagai sentuhan komunikasi yang nyaman antara ibu dan bayi. Pijat bayi sudah

dikenal sejak berabad-abad yang lalu, pada berbagai bangsa dan kebudayaan,

dengan berbagai bentuk terapi dan tujuan. Pijat bayi merupakan pengungkapan

rasa kasih sayang antara orang tua dengan anak lewat sentuhan kulit yang

berdampak luar biasa (Maharani, 2009).

Ada beberapa mekanisme yang dapat menerangkan mekanisme dasar pijat

bayi, antara lain pengeluaran beta endorphin, aktifitas nervus vagus, dan produksi

serotonin.

a. Beta Endorphin Memengaruhi Mekanisme Pertumbuhan

Pijatan akan meningkatkan pertumbuhan dan perkembangan anak. Tahun

1989, schanberg dari Duke University Medical School melakukan penelitian

bahwa terdapat hubungan antara taktil dengan enzim ODC (Ornithine

decarboxylase), suatu enzim yang peka terhadap sel dan jaringan. Rangsangan

taktil akan menurunkan pengeluaran neurochemical beta-endhorphine yang akan

meningkatkan pembentukan hormon pertumbuhan karena naiknya jumlah dan

aktifitas ODC jaringan.

1) Pijat Bayi ––> Vasodilatasi pembuluh darah ––> asupan nutrisi tersebar baik

keseluruh tubuh dan zat penyebab tubuh pegal (Asam Laktat) bisa di angkut

dan daur ulang.

2) Pijat bayi ––> Merangsang sel-sel untuk mengeluarkan endorphine (morfin

endogen: Zat yang membuat badan terasa lebih segar dan nyaman)

Page 57: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Badutarepository.poltekkes-tjk.ac.id/973/4/BAB II.pdf · 7 BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Baduta Baduta adalah sebutan yang ditujukan untuk anak usia bawah

63

3) Pijat bayi ––> Merangsang Homunculus Cerebri ––> meningkatkan proses

pertumbuhan otak

b. Aktivitas Nervus Vagus Mempengaruhi Penyerapan Makanan dan

Meningkatkan Volume ASI

Penelitian Field dan Scahnberg (1986) menunjukan pada bayi yang di pijat

mengalami peningkatan tonus vernus vagus (saraf otak ke-10) yang akan

menyebabkan peningkatan kadar enzim penyerapan gastrin dan insunlin. Dengan

demikian penyerapan makanan akan menjadi lebih baik. Itu sebabnya mengapa

berat badan bayi yang di pijat meningkat lebih banyak daripada yang tidak di

pijat. Hal tersebut juga menyebabkan bayi cepat lapar sehingga akan lebih sering

menyusu pada ibu.

c. Produksi Serotonin Meningkatkan Daya Tahan Tubuh.

Pemijatan akan meningkatkan aktifitas neurotransmitter serotonin, yaitu

meningkatkan kapasitas sel reseptor yang mengikat glucocorticoid (adrenalin).

Proses ini akan menyebabkan terjadinya kadar hormon adrenalin (hormon stress).

Penurunan kadar hormon stress ini akan meningkatkan daya tahan tubuh, terutama

IgM dan IgG.

d. Merubah Gelombang Otak

Pijat bayi akan membuat bayi tidur lebih lelab, meningkatkan kesiagaan

(alertness) dan konsentrasi. Ini karena pijatan akan mengubah gelombang otak,

yaitu dengan menurunkan gelombang alpha dan meningkatkan gelombang beta

serta tetha. Perubahan gelombang otak ini dapat dibuktikan dengan pemeriksaan

EEG (Electro encephalogram) (Griya Sehat Indonesia, Pelatihan Baby Spa

Treatment).

Page 58: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Badutarepository.poltekkes-tjk.ac.id/973/4/BAB II.pdf · 7 BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Baduta Baduta adalah sebutan yang ditujukan untuk anak usia bawah

64

2. MODISCO

MODISCO singkatan dari Modified Dried Skimmed Milk and Coconut Oil

yang banyak digunakan di indonesia merupakan modifikasi yang digunakan di

uganda (1973). Modifikasi dilakuakan dengan pertimbangan ketersediaan bahan

lokal, selera, daya cerna, kebutuhan kalori serta tingkat KEP sendiri. Modisco

dicobakan pertama kali untuk anak-anak yang mengalami gangguan gizi berat di

Uganda (Afrika) dengan hasil memuaskan (Depkes RI, 2003). Modisco diberikan

kepada:

a. Penderita KEP berat (Marasmus, Kwarshiorkor, Marasmic Kwarshiorkor)

b. Penderita penyakit infeksi menahun

c. Orang yang baru sembuh dari penyakit berat

d. Mereka yang sulit makan, karena kelainan bawaan seperti gangguan pangkal

tenggorokan

e. Anak sehat tapi kurus badannya

f. Anak yang sedang menghadapi ujian

g. Orang yang sering berolahraga berat

Keuntungan modisco:

a. Mengandung tinggi energi dan tinggi protein

b. Mudah dicerna

c. Dapat meningkatkan berat badan lebih cepat

d. Porsinya kecil sehingga memudahkan anak untuk menghabiskan kendala dan

alternatif pemberian modisco :

1) Bahan modisco tidak selalu berasal dari susu skim tetapi bisa disesuaikan

dengan bahan makanan yang ada di daerah setempat.

Page 59: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Badutarepository.poltekkes-tjk.ac.id/973/4/BAB II.pdf · 7 BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Baduta Baduta adalah sebutan yang ditujukan untuk anak usia bawah

65

2) Apabila di daerah tidak terdapat minyak kelapa, maka dapat diganti yang

ada di daerah tersebut (minyak jagung, biji kapas, kacang dll). Jika tidak

suka minyak dapat diganti dengan margarin atau minyak sayur.

3) Jika anak tidak suka susu, dalam hal ini modisco diberikan dengan sonde,

atau dicampur dengan makanan atau minuman yang disukai anak.

4) Bila nafsu makan anak kurang, ada dua cara untuk mengatasinya, yaitu:

a) Diberikan dalam bentuk yang lebih pekat energinya dengan volume

sedikit

b) Diberikan lewat sonde

5) Adanya gangguan pencernaan (diare), bisa dimulai denagn susu skim,

ditambah 5% gula pasir dan 5% tepung.

6) Modisco tidak boleh diberikan kepada anak yang gemuk, bayi berusia 6

bulan dan para penderita penyakit ginjal, hati dan jantung.

Tabel 8

Formula untuk KEP berat/gizi kurang

Macam

“modisco” Bahan Kandungan gizi Catatan

Modisco ½ Susu skim 10 gr

(1 sdm)

Gula pasir 5 gr (1

sdt)

Minyak kelapa

2½ gr (½ sdt)

Energi : 80 kkal

Protein: 3,5 gr

Lemak: 2,5 gr

Modisco I Susu skim 10 gr

(1 sdm) atau full

cream 12 gr

(2 sdm)

Gula 5 gr (1 sdt)

Minyak kelapa 5

gr (½ sdm)

Energi: 100 kkal

Protein : 3,5 gr

Lemak: 3,5 gr

Diberikan kepada

KEP berat dengan

Edema

Diberikan 100

kkal/kg BB/hari

Modisco II Susu skim 10 gr

(1 sdm) atau full

cream 12 gr

(2 sdm)

Energi: 100 kkal

Protein : 3,5 gr

Lemak: 4 gr

Diberikan pada

KEP tanpa Edema

Diberikan 125

kkal/kg BB/hari

Page 60: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Badutarepository.poltekkes-tjk.ac.id/973/4/BAB II.pdf · 7 BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Baduta Baduta adalah sebutan yang ditujukan untuk anak usia bawah

66

Gula 5 gr (1 sdt)

Margarin 5 gr

(½ sdm)

Modisco III Susu full cream

12 gr (1¼ sdm)

atau susu segar

100 cc

(½ gelas)

Gula 7,5 gr (1½

sdt)

Margarin 5 gr

(½ sdm)

Energi : 130

kkal

Protein : 3 gr

Lemak : 7,5 gr

Diberikan setelah

pemberian

Modisco I dan II

Pemberian

Modisco III±10

hari

Diberikan 150

kkal/kg BB/hari

3. Pemberian Makanan Tambahan (PMT)

Makanan tambahan adalah makanan bergizi sebagai tambahan selain

makanan utama bagi kelompok sasaran guna memenuhi kebutuhan gizi. Makanan

Tambahan Pemulihan bagi balita adalah makanan bergizi yang diperuntukkan

bagi balita usia 6-59 bulan sebagai makanan tambahan untuk pemulihan gizi

(Kementrian Kesehatan RI, 2011).

a. Prinsip PMT

Menurut panduan penyelenggaraan PMT bagi balita gizi kurang, prinsip dasar

PMT adalah sebagai berikut :

1) PMT Pemulihan diberikan dalam bentuk makanan atau bahan makanan

lokal dan tidak diberikan dalam bentuk uang.

2) PMT Pemulihan hanya sebagai tambahan terhadap makanan yang

dikonsumsi oleh balita sasaran sehari-hari, bukan sebagai pengganti

makanan utama.

3) PMT Pemulihan dimaksudkan untuk memenuhi kebutuhan gizi balita

sasaran sekaligus sebagai proses pembelajaran dan sarana komunikasi

antar ibu dari balita sasaran.

Page 61: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Badutarepository.poltekkes-tjk.ac.id/973/4/BAB II.pdf · 7 BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Baduta Baduta adalah sebutan yang ditujukan untuk anak usia bawah

67

b. Jenis dan bentuk PMT

1) Makanan tambahan pemulihan diutamakan berbasis bahan makanan atau

makanan lokal. Jika makanan lokal terbatas, dapat digunakan makanan

pabrikan yang tersedia di wilayah setempat dengan memperhatikan

kemasan label dan masa kadaluarsa untuk keamanan pangan.

2) Makanan tambahan pemulihan diberikan untuk memenuhi kebutuhan gizi

balita sasaran.

3) PMT pemulihan merupakan tambahan makanan untuk memenuhi

kebutuhan gizi balita dari makanan keluarga.

4) Makanan tambahan balita ini diutamakan berupa sumber protein hewani

maupun nabati (misalnya telur/ikan/daging/ayam, kacang–kacangan atau

penukar) serta sumber vitamin dan mineral yang diutamakan berasal dari

sayur-sayuran dan buah-buahan setempat.

5) Makanan tambahan diberikan sekali sehari selama 90 hari berturut-turut.

6) Makanan tambahan pemulihan berbasis bahan makanan/lokal ada 2 jenis

yaitu berupa:

a) MP-ASI (untuk bayi dan anak berusia 6-23 bulan)

b) Makanan tambahan untuk pemulihan anak balita usia 24-59 bulan

berupa makanan keluarga.

c) Bentuk makanan tambahan pemulihan yang diberikan kepada balita

dapat disesuaikan dengan pola makanan sebagaiman pada tabel

berikut:

Page 62: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Badutarepository.poltekkes-tjk.ac.id/973/4/BAB II.pdf · 7 BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Baduta Baduta adalah sebutan yang ditujukan untuk anak usia bawah

68

Tabel 9

Kebutuhan Jenis Makanan Menurut Umur

Umur

(Bulan) ASI

Jenis Makanan

Makanan

Lumat

Makanan

Lembek

Makanan

Keluarga

0-6* √

6-8 √ √

9-11 √ √

12-23 √ √

24-59 √

Keterangan : 6* = 5 bulan 29 hari

(Sumber : Depkes RI 2011)