BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Gangguan Jiwa 1. Definisi Gangguan jiwa adalah gangguan cara berfikir (cognitive), kemauan (volition), emosi (affective), tindakan (psychomotor) (Yosep, 2007). Gangguan jiwa adalah suatu perilaku klinis yang signifikan atau pola sindrom psikologis yang ditemukan pada seseorang dan dikaitkan dengan adanya distress (misalnya, gejala sakit) atau disabilitas (yaitu kerusakan pada satu atau lebih area fungsi yang penting) atau disabilitas (yaitu kerusakan pada satu atau lebih area fungsi yang penting) atau disertai peningkatan resiko kematian, rasa sakit, disabilitas, dan kehilangan kebebasan (American PsychiatriAssosiation,1994). Penyimpangan yang dialami penderita, mencakup penyimpangan pada pikiran, perilaku, dan perasaan tersebut diakibatkan oleh stressor maupun abnormalitas otak, yang menimbulkan penderitaan pada indivu dan hambatan melaksanakan peran sosial. Gangguan jiwa adalah suatu perubahan fungsi jiwa yang menyebabkan adanya gangguan pada fungsi jiwa, yang menimbulkan penderitaan pada individu dan atau hambatan dalam melaksanakan peranan sosial (Keliat, 2012). 13 Hubungan Konsep Keluarga..., Fifin Puspa Nurjanah, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2017
24
Embed
BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Gangguan Jiwarepository.ump.ac.id/4005/3/FIFIN PUSPA NURJANAH BAB II.pdf · Gangguan jiwa adalah suatu perilaku klinis yang signifikan atau pola sindrom
This document is posted to help you gain knowledge. Please leave a comment to let me know what you think about it! Share it to your friends and learn new things together.
Transcript
13
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Gangguan Jiwa
1. Definisi
Gangguan jiwa adalah gangguan cara berfikir (cognitive), kemauan
(volition), emosi (affective), tindakan (psychomotor) (Yosep, 2007).
Gangguan jiwa adalah suatu perilaku klinis yang signifikan atau pola
sindrom psikologis yang ditemukan pada seseorang dan dikaitkan dengan
adanya distress (misalnya, gejala sakit) atau disabilitas (yaitu kerusakan
pada satu atau lebih area fungsi yang penting) atau disabilitas (yaitu
kerusakan pada satu atau lebih area fungsi yang penting) atau disertai
peningkatan resiko kematian, rasa sakit, disabilitas, dan kehilangan
kebebasan (American PsychiatriAssosiation,1994). Penyimpangan yang
dialami penderita, mencakup penyimpangan pada pikiran, perilaku, dan
perasaan tersebut diakibatkan oleh stressor maupun abnormalitas otak,
yang menimbulkan penderitaan pada indivu dan hambatan melaksanakan
peran sosial.
Gangguan jiwa adalah suatu perubahan fungsi jiwa yang
menyebabkan adanya gangguan pada fungsi jiwa, yang menimbulkan
penderitaan pada individu dan atau hambatan dalam melaksanakan
peranan sosial (Keliat, 2012).
13
Hubungan Konsep Keluarga..., Fifin Puspa Nurjanah, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2017
14
Gangguan jiwa adalah sekumpulan keadaanyang tidak normal baik
yang berhubungan dengan keadaan fisik ataupun mental. Keadaan
tersebut bukan disebabkan oleh sakit atau rusaknya bagian anggota badan
tertentu meskipun terkadang gejalanya dapat terlihat oleh keadaan fisik
(Ardani dkk, 2007).
Jadi dari beberapa definisi gangguan jiwa diatas, dapat disimpulkan
bahwa gangguan jiwa adalah suatu kumpulan dari keadaan-keadaan yang
tidak normal baik pada mental maupun fisik sehingga berakibat pada
perubahan pada fungsi jiwa pada individu dan atau hambatan dalam
melaksanakan peran sosial.
2. Penyebab Gangguan Jiwa
Penyebab gangguan jiwa itu bermacam-macam ada yang
bersumber dari berhubungan dengan orang lain yang tidak memuaskan
seperti diperlakukan tidak adil, diperlakukan semenamena, cinta tidak
terbatas, kehilangan seseorang yang dicintai, kehilangan pekerjaan, dan
lain-lain.
Gangguan jiwa menurut Freud (2002), dalam Latif (2015), terjadi
karena individu tidak dapat memaikan tuntutan (dorongan instinctive
yang sifatnya seksual) dengan tuntutan super ego (tuntutan normal
sosial). Individu ingin berbuat sesuatu yang dapat memberikan kepuasan
diri, tetapi perbuatan tersebut akan memberikan celaan masyarakat.
Konflik yang tidak terselesaikan antara keinginan individu dengan
tuntutan masyarakat dapat mengantarkan individu pada gangguan jiwa.
Hubungan Konsep Keluarga..., Fifin Puspa Nurjanah, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2017
15
Menurut Yoseph (2014) Penyebab gangguan jiwa dipengaruhi oleh
beberapa faktor yang secara terus menerus saling terkait dan saling
mempengaruhi, yaitu:
a. Faktor Predisposisi
a. Faktor-faktor somatik atau organobiologis, seperti neroanatomi,
nerofisiologi, nerokimia, tingkat kematangan dan perkembangan
organik, dan faktor-faktor pre dan peri-natal.
b. Faktor-faktor psikologis atau psikoedukatif, seperti interaksi ibu
dan anak, persaingan yang terjadi antar saudara kandung,
hubungan sosial dalam kehidupan sehari-hari, kehilangan yang
menyebabkan depresi seperti rasa malu atau rasa bersalah, pola
adaptasi dan pembelaan sebagai reaksi terhadap bahaya, dan
tingkat perkembangan emosi.
c. Faktor-faktor sosial budaya atau sosiokultural, seperti kestabilan
keluarga, tingkat ekonomi, masalah kelompok minoritis yang
meliputi prasangka dan fasilitas kesehatan, pendidikan, dan
kesejahteraan yang tidak memadai, pengaruh rasial dan
keagamaan.
b. Faktor Presipitasi
Respon penderita terhadap halusinasi dapat berupa respons
curiga, ketakutan, perasaan tidak aman, gelisah dan bingung,
perilaku merusak diri, kurang perhatian, tidak mampu mengambil
keputusan serta tidak dapat membedakan keadaan nyata dan tidak
Hubungan Konsep Keluarga..., Fifin Puspa Nurjanah, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2017
16
nyata. Menurut Rawlins dan Heacock (1993) dalam Yosep (2007)
unsur-unsur biopsiko-sosio-spiritual dari halusinasi dapat dilihat dari
lima dimensi, yaitu:
a. Dimensi Fisik
Halusinasi dapat ditimbulkan oleh beberapa kondisi fisik seperti
kelelahan yang luar biasa, penggunaan obat-obatan, demam
hingga delirium, intoksikasi alkohol dan kesulitan untuk tidur
dalam waktu yang lama.
b. Dimensi Emosional
Perasaan cemas yang berlebihan atas dasar problem yang tidak
dapat diatasi merupakan penyebab halusinasi itu terjadi. Isi dari
halusinasi dapat berupa perintah memaksa dan menakutkan.
Penderita tidak sanggup lagi menentang perintah tersebut hingga
dengan kondisi tersebut penderita berbuat sesuatu terhadap
ketakutan tersebut.
c. Dimensi Intelektual
Dalam dimensi ini, menerangkan bahwa individu dengan
halusinasi akan memeperlihatkan adanya fungsi ego. Pada
awalnya halusinasi merupakan usaha dari ego sendiri untuk
melawan impuls yang menekan, namun merupakan suatu hal
yang menimbulkan kewaspadaan yang dapat mengambil seluruh
perhatian penderita dan tak jarang akan mengontrol semua
perilaku penderita.
Hubungan Konsep Keluarga..., Fifin Puspa Nurjanah, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2017
17
d. Dimensi Sosial
Penderita mengalami gangguan interaksi sosial dalam fase awal
dan comforting, penderita menganggap bahwa hidup
besosialisasi dialam nyata merupakan sangat membahayakan.
Penderita asyik dengan halusinasinya, seolah-olah individu
merupakan tempat untuk memenuhi kebutuhan akan interaksi
sosial, control diri dan harga diri yang tidak didapatkan dalam
dunia nyata. Isi halusinasi dijadikan sistem kontrol oleh individu
tersebut sehingga jika perintah halusinasi berupa ancaman,
dirinya atau orang lain individu cenderung untuk melakukannya.
e. Dimensi Spiritual
Secara spiritual, penderita halusinasi mulai dengan kehampaan
hidup, rutinitas tidak bermakna, hilangnya aktivitas ibadah dan
jarang berupaya secara spiritual untuk menyucikan diri. Irama
sirkadiannya terganggu, karena ia saring tidur larut malam dan
bangun sangat siang. Saat terbangun merasa hampa dan tidak
jelas tujuan hidupnya. Ia sering memaki takdir tetapi lemah
dalam upaya menjemput rejeki, menyalahkan lingkungan dan
orang lain yang menyebabkan takdirnya memburuk (Yosep,
2007).
Hubungan Konsep Keluarga..., Fifin Puspa Nurjanah, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2017
18
3. Tanda dan Gejala Gangguan Jiwa
Gejala yang timbul sangat bervariasi tergantung pada tahapan
perjalanan penyakit. Ada gejala yang dapat ditemuan dalam kelainan
lain, ada yang paling sering timbul pada skizofrenia yang merupakan
tanda utama diagnosis (Ingram dkk,1993) Gejala umum gangguan jiwa
berat adalah:
a. Delusi (waham), suatu keyakinan yang salah yang tidak dapat
dijelaskan oleh latar belakang budaya pasien ataupun
pendidikannya. Pasien tidak dapat diyakinkan oleh orang
lainbahwa keyakinanya salah, meskipun banyak bukti kuat yang
dapat diajukan untuk membantah keyakinan pasien tersebut.
b. Halusinasi adalah persepsi yang salah, tidak terdapat stimulus
sensorik yang berkaitan dengannya. Halusinasi dapat berwujud
penginderaan kelima yang keliru, tetapi yang paling sering adalah
halusinasi pendengaran dan hausinasi penglihatan.
c. Pembicaraan kacau, terdapat asosiasi yang terlalu longgar. Asosiasi
mental tidak diatur oleh logika, tetapi oleh aturan-aturan tertentu
yang hanya dimiliki oleh pasien.
d. Tingkah laku kacau, bertngkah laku yang tidak terarah pada tujuan
tertentu,misalnya membuka baju di depan umum.
e. Simtom-simtom negatif, berkurangnya ekspresi emosi,
berkurangnya kelancaran dan isi pembicaraan, kehilangan minat
untuk melakukan berbagai hal.
Hubungan Konsep Keluarga..., Fifin Puspa Nurjanah, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2017
19
B. Kekambuhan
1. Defenisi Kekambuhan
Kekambuhan penderita gangguan jiwa merupakan istilah yang
secara relative merefleksikan perburukan gejala atau perilaku yang
membahayakan penderita dan atau lingkunganya. Tingkat kekambuhan
sering diukur dengan menilai waktu antara lepas rawat dari perawatan
terakhir sampai perawatan berikutnya dan jumlah rawat inap pada
periode tertentu (Pratt dkk, 2006).
Keputusan untuk melakukan rawat inap di rumah sakit pada
penderita gangguan jiwa adalah hal utama yang dilakukan atas indikasi
keamanan penderita karena adanya kekambuhan yang tampak dengan
tindakan seperti ide bunuh diri atau mencelakakan orang lain, dan bila
terdapat perilaku yang sangat terdisorganisasi atau tidak wajar termasuk
bila penderita tidak mampu memenuhi kebutuhan dasar berupa makan,
perawatan diri dan tempat tinggalnya. Selain itu rawat inap rumah sakit
diperlukan untuk hal-hal yang berkaitan dengan diagnostic san stabilitas
pemberian medikasi (Durand& Barlow, 2007)
Kekambuhan gangguan jiwa psikotik adalah munculnya kembali
gejala gejala psikotik yang nyata.Angka kekambuhan secara positif
berhubungan dengan beberapa kali masuk Rumah Sakit, lamanya dan
perjalanan penyakit (Wirnata, 2009). Kekambuhan adalah keadaan
penderita dimana jatuh sakit lagi (biasanya lebih parah dari pada yang
terdahulu) dan mengakibatkan penderita harus dirawat kembali.
Hubungan Konsep Keluarga..., Fifin Puspa Nurjanah, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2017
20
2. Faktor-Faktor Penyebab Kekambuhan
Ada beberapa hal yang bisa memicu kekambuhan penderita
gangguan jiwa antara lain tidak minum obat dan tidak kontrol ke dokter
secara teratur, menghentikan sendiri obat tanpa persetujuan dari dokter,
kurangnya dukungan dari keluarga dan masyarakat, serta adanya masalah
kehidupan yang berat yang membuat stress, (Akbar, 2008 dan Wirnata,
2009).
a. Ketidakpatuhan Meminum Obat
Faktor yang paling penting dengan kekambuhan pada
penderita gangguan jiwa adalah ketidakpatuhan meminum obat.
Salah satu terapi pada penderita skzofrenia adalah pemberian
antipsikosis. Obat tersebut bekerja bila dipakai dengan benar tetapi
banyak dijumpai penderita skizofrenia tidak menggunakan obat
mereka secara rutin.
Menurut Tambayong (2002) faktor ketidakpatuhan terhadap
pengobatan adalah kurang pahamnya penderita tentang tujuan
pengobatan yang ditetapkan sehubungan dengan prognosisnya,
sukarnya memperoleh obat diluar rumah sakit, mahalnya harga obat,
dan kurangnya perhatian dan kepedulian keluarga yang mungkin
bertanggungjawab atas pembelian atau pemberian obat kepada
penderita. Terapi obat yang efektif dan aman hanya dapat dicapai
bila penderita mengetahui seluk beluk pengobatan serta kegunaanya.
Hubungan Konsep Keluarga..., Fifin Puspa Nurjanah, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2017
21
Kriteria ketidakpatuhan terhadap pengobatan adalah jika
ditemukan salah satu keadaan dibawah ini :
1) Pada penderita rawat jalan atau rawat inap dalam 72 jam
menunjukkan, menolak obat yang diresepkan baik secara aktif
atau pasif
2) Penderita rawat inap dengan riwayat tidak patuh pada
pengobatan sewaktu rawat jalan minimal tidak patuh selama 7
hari dalam sebulan.
3) Penderita rawat jalan dengan riwayat ketidakpatuhan yang
sangat jelas seperti sudah pernah dilakukan keputusan untuk
mengawasi dengan ketat oleh orang lain dalam waktu sebulan.
4) Penderita rawat inap yang mengatakan dirinya tidak dapat
menelan obat-obatan walaupun tidak ditemukan kondisi medis
yang dapat mengakibatkan hal tersebut
b. Faktor Sehubungan dengan Pengobatan
Penderita yang tidak mengalami efek samping terhadap
pengobatan kemungkinan lebih mau melanjutkan pengobatan. Efek
samping obat neuroleptik yang tidak menyenangkan sebaiknya
diperhitungkan sebab dapat berperan dalam menurunkan kepatuhan.
Efek samping yang umum dan penting adalah efek ekstrapiramidal,
gangguan seksual dan penambahan berat badan. Namun pada data
ternyata tidak ada hubungan antara regimen terapi dan profil efek
samping dengan kepatuhan terhadap pengobatan. Kenyataanya
Hubungan Konsep Keluarga..., Fifin Puspa Nurjanah, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2017
22
penderita yang tidak patuh tidak berbeda dari penderita yang patuh
dalam melaporkan efek samping neurologic.
c. Faktor Lingkungan
Dukungan dan bantuan merupakan bagian penting dalam
kepatuhan pengobatan. Penderita yang tinggal sendirian secara
umum mempunyai angka kepatuhan yang rendah dibandingkan
dengan mereka yang tinggal dalam lingkungan yang mendukung.
Kemungkinan lain, sikap negative dalam lingkungan sosial penderita
terhadap pengobatan psikiatri atau terhadap penderita sendiri dapat
mempengaruhi kepatuhan yang biasanya bila penderita tinggal
dengan orang lain.
Menurut Agus (2001) penyebab kekambuhan penderita
gangguan jiwa adalah faktor psikososial yaitu pengaruh lingkungan
keluarga maupun sosial. Faktor yang mempengaruhi perilaku
penderita terhadap kepatuhan adalah pengaruh obat terhadap
penyakitnya. Penting untuk memberikan dukungan untuk menambah
sikap positif terhadap pengobatan pada penderita. Lingkungan
terapetik juga harus diperhitungkan. Penderita rawat inap dimana
teman sekamar pernah mengalami pengalaman buruk terhadap satu
jenis obat dan menceritakannya maka akan merubah sikap penderita
terhadap obat yang sama.
Hubungan Konsep Keluarga..., Fifin Puspa Nurjanah, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2017
23
C. Konsep Keluarga
1. Definisi Keluarga
Keluarga adalah sekelompok orang yang dihubungkan oleh
keturunan atau perkawinan. Menurut World Health Organisation (WHO),
keluarga adalah anggota rumah tangga yang saling berhubungan melalui
pertalian darah, adopsi atau perkawinan. Keluarga adalah sebuah unit
terkecil dalam kehidupan sosisal dalam masyarakat yang terdiri atas
orang tua dan anak baik yang berhubungan melalui pertalian darah
perkawinan, maupun adopsi (NasirA& Muhith A, 2011).
Menurut ahli keluarga yaitu Friedman (2010) menjelaskan bahwa
keluarga dalam memenuhi kebutuhannya memiliki fungsi dasar keluarga.
Fungsi dasar tersebut terbagi menjadi lima fungsi yang salah satu nya
adalah fungsi afektif, yaitu fungsi keluarga untuk pembentukan dan