Page 1
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Budidaya Padi Sawah
Menurut Purwono dan Purnamawati (2009), padi tergolong dalam
famili Gramineae (rumput-rumputan).Padi dapat beradaptasi pada lingkungan
aerob dan nonaerob.Batang padi berbuku dan berongga, dari buku batang
inilah tumbuh anakan atau daun.Akar padi adalah akar serabut yang sangat
sensitif dalam penyerapan hara, tetapi peka terhadap kekeringan.Biji padi
mengandung butiran pati amilosa dan amilopektin yang mempengaruhi mutu
dan rasa nasi.
Padi merupakan bahan makanan pokok sehari hari pada kebanyakan
penduduk di negara Indonesia. Padi dikenal sebagai sumber karbohidrat
terutama pada bagian endosperma, bagian lain daripada padi umumnya
dikenal dengan bahan baku industri, antara lain : minyak dari bagian kulit luar
beras (katul), sekam sebagai bahan bakar atau bahan pembuat kertas dan
pupuk. Padi memiliki nilai tersendiri bagi orang yang biasa makan nasi dan
tidak dapat digantikan oleh bahan makanan yang lain, oleh sebab itu padi
disebut juga makanan energi (AAK, 1990).
Padi adalah komoditas utama yang berperan sebagai pemenuh
kebutuhan pokok karbohidrat bagi penduduk.Komoditas padi memiliki
peranan pokok sebagai pemenuhan kebutuhan pangan utama yang setiap
tahunnya meningkat sebagai akibat pertambahan jumlah penduduk yang
besar, serta berkembangnya industri pangan dan pakan (Yusuf, 2010).
Kajian Adopsi Inovasi …, Ade Fijar Septiana, Fakultas Pertanian UMP, 2016
Page 2
8
Ciri khusus budidaya padi sawah adalah adanya penggenangan selama
fase pertumbuhan tanaman.Budidaya padi sawah dilakukan pada tanah yang
berstruktur lumpur.Tahapan budidaya padi sawah secara garis besar adalah
penyiapan lahan, penyemaian, penanaman, pemupukan, pemeliharaan
tanaman, dan panen.Pemberian air pada tanaman padi disesuaikan dengan
kebutuhan tanaman yakni dengan mengatur ketinggian genangan.Ketinggian
genangan berkisar 2-5 cm, karena jika berlebihan dapat mengurangi jumlah
anakan.Prinsip pemberian air adalah memberikan pada saat yang tepat,
jumlah yang cukup, kualitas air yang baik, dan disesuaikan fase pertumbuhan
tanaman.
B. Sistem Tanam Jajar Legowo
Padi dibudidayakan dengan tujuan mendapatkan hasil yang setinggi-
tingginya dengan kualitas sebaik mungkin. Untuk mendapatkan hasil yang
sesuai dengan harapan maka tanaman yang akan ditanam harus sehat dan
subur. Tanaman yang sehat ialah tanaman yang tidak terserang oleh hama dan
penyakit, tidak mengalami defisiensi hara, baik unsur hara yang diperlukan
dalam jumlah besar maupun dalam jumlah kecil. Sedangkan tanaman subur
ialah tanaman yang pertumbuhan dan perkembangannya tidak terhambat, oleh
kondisi biji atau kondisi lingkungan.Adapun menanam padi dapat dilakukan
di sawah dengan pengairan sepanjang musim dan ada juga yang ditanam di
tanah tegalan (tanah kering). Terdapat beberapa teknik dalam melakukan
sistem budidaya padi salah satunya dengan cara sistem legowo. Berdasarkan
Balai Pengkajian dan Pengembangan Teknologi Pertanian (2009:1) bahwa
Kajian Adopsi Inovasi …, Ade Fijar Septiana, Fakultas Pertanian UMP, 2016
Page 3
9
cara tanam jajar legowo 2:1 adalah cara tanam berselang-seling dua baris dan
satu baris dikosongkan. Cara tanam ini telah banyak diterapkan petani karena
memberikan beberapa keuntungan, antara lain:
Semua barisan rumpun tanaman berada pada bagian pinggir yang
biasanya memberi hasil lebih tinggi (efek tanaman pinggir). Manfaat
menggunakan sistem tanam jajar legowo pada usahatani padi sawah adalah
sebagai berikut :
1. Jumlah rumpun padi meningkat sampai 33%/ha.
2. Meningkatkan produktifitas padi 12-22%.
3. Pengendalian hama, penyakit, dan gulma lebih mudah.
4. Terdapat ruang kosong untuk pengaturan air, pengumpulan keong emas
atau untuk mina padi; dan
5. Penggunaan pupuk lebih efisien.
6. Dapat meningkatkan pendapatan usahatani antara 30-50%.
Legowo menurut bahasa Jawa berasal dari kata “Lego” yang berarti
luas dan “dowo” yang berarti panjang. Pada prinsipnya sistem tanam jajar
legowo adalah meningkatkan populasi dengan cara mengatur jarak tanam.
Selain itu sistem ini juga memanipulasi lokasi tanaman sehingga seolah-olah
tanaman padi dibuat menjadi taping (tanaman pinggir) lebih banyak. Seperti
kita ketahui tanaman padi yang berada dipinggir akan menghasilkan produksi
lebih tinggi dan kualitas gabah yang lebih baik, hal ini disebabkan karena
tanaman tepi akan mendapatkan sinar matahari yang lebih banyak
(Anonimus, 2001a).
Kajian Adopsi Inovasi …, Ade Fijar Septiana, Fakultas Pertanian UMP, 2016
Page 4
10
Pada sistem jajar legowo dua baris semua rumpun padi berada di
barisan pinggir dari pertanaman.Akibatnya semua rumpun padi tersebut
memperoleh manfaat dari pengaruh pinggir (border effect). Pada rumpun padi
yang berada di barisan pinggir hasilnya 1,5–2 kali lipat lebih tinggi dari
produksi pada yang berada di bagian dalam. Disamping itu sistem legowo
yang memberikan ruang yang luas (lorong) sangat cocok dikombinasikan
dengan pemeliharaan ikan atau minapadi legowo (Permana, 1995).
Pendapat yang sama juga dijelaskan oleh Suharno (2013), sistem
tanam jajar legowo juga merupakan suatu upaya memanipulasi lokasi
pertanaman sehingga pertanaman akan memiliki jumlah tanaman pingir yang
lebih banyak dengan adanya barisan kosong. Tanaman padi yang berada di
pinggir memiliki pertumbuhan dan perkembangan yang lebih baik dibanding
tanaman padi yang berada di barisan tengah sehingga memberikan hasil
produksi dan kualitas gabah yang lebih tinggi. Hal ini disebabkan karena
tanaman yang berada di pinggir akan memperoleh intensitas sinar matahari
yang lebih banyak (efek tanaman pinggir).
Ada beberapa tipe cara tanam sistem jajar legowo yang secara umum
dapat dilakukan yaitu ; tipe legowo (2 : 1), (3 : 1), (4 : 1), (5 : 1), (6 : 1) dan
tipe lainnya yang sudah ada serta telah diaplikasikan oleh sebagian
masyarakat petani di Indonesia. Tipe sistem tanam jajar legowo terbaik
dalam memberikan hasil produksi gabah tinggi adalah tipe jajar legowo
(4:1) sedangkan dari tipe jajar legowo (2:1) dapat diterapkan untuk
mendapatkan bulir gabah berkualitas benih (Balai Pengkajian Teknologi
Pertanian, 2010).Keuntungan sistem tanam legowo secara prinsip
Kajian Adopsi Inovasi …, Ade Fijar Septiana, Fakultas Pertanian UMP, 2016
Page 5
11
memberikan pengaruh tanaman pinggir (border effect), yaitu semakin
luasnya jelajah perakaran tanaman sehingga memungkinkan tanaman
menjadi lebih sehat dan bernas yang pada akhirnya memberikan hasil lebih
tinggi.Populasi tanaman meningkat dari 250.000 rumpun menjadi 400.000
rumpun (60%).Lebih memudahkan pekerjaan seperti menyemprot atau
memupuk tanaman dimana petani dapat berjalan di lahan yang kosong tanpa
mengganggu tanaman.
Menurut Pujaratno (2010), adapun cara dan teknik bercocok tanam
yang dianjurkan dalam sistem tanam legowo adalah sebagai berikut:
1. Pengolahan Tanah
Pada teknologi sistem tanam legowo pengolahan tanah harus
dilakukan hingga berlumpur dan rata yang dimaksudkan untuk
menyediakan media pertumbuhan yang baik bagi tanaman padi dan untuk
mematikan gulma.Pembajakan tanah dilakukan dua kali.Setelah
pembajakan pertama sawah digenang dahulu sekitar 7-15 hari, kemudian
dilakukan pembajakan kedua diikuti penggarukan untuk meratakan
pelumpuran.Untuk tanah yang lapisan olahnya dalam, pengolahan cukup
dilakukan dengan penggarukan tanpa pembajakan terutama pada musim
kemarau.Kemudian diberikan pupuk organik dalam bentuk jerami atau
pupuk kandang sebanyak 2 ton/ha pada saat pengolahan tanah kedua.Pada
saat pemberian pupuk organik ini dilakukan sampai tercampur dengan
rata.
Kajian Adopsi Inovasi …, Ade Fijar Septiana, Fakultas Pertanian UMP, 2016
Page 6
12
2. Sistem Tanam
Adapun sistem tanam yang digunakan adalah sistem tanam
legowo(2 : 1), (3 : 1), (4 : 1), (5 : 1), (6 : 1) dan tipe lainnya yang sudah
ada serta telah diaplikasikan oleh sebagian masyarakat petani di
Indonesia. Tipe sistem tanam jajar legowo terbaik dalam memberikan
hasil produksi gabah tinggi adalah tipe jajar legowo (4:1) sedangkan dari
tipe jajar legowo (2 : 1) dapat diterapkan untuk mendapatkan bulir gabah
berkualitas benih (Balai Pengkajian Teknologi Pertanian, 2010).
3. Jumlah Bibir Per Lubang
Pada teknologi sistem tanam legowo ini jumlah benih yang
ditanam adalah1-3 per lubang, sehingga dapat menghemat benih.
Manfaat lain dari penguranganbenih yang ditanam juga agar dapat
tumbuh dan berkembang lebih baik,perakaran lebih intensif dan anakan
lebih banyak.
4. Jumlah Benih Per Hektar
Jumlah benih per hektar pada sistem tanam legowo ini adalah
sekitar 10- 15 kg/ha.
5. Umur Bibit
Umur bibit yang ditanam pada teknologi sistem tanam legowo ini
adalah sekitar 10-15 hari.Hal ini memungkinkan bagi tanaman untuk
tumbuh lebih baik dengan jumlah anakan cenderung lebih
banyak.Perakaran bibit berumur <15 hari lebih cepat beradaptasi dan
lebih cepat pulih dan stress akibat dipindahkan dari persemaian ke lahan
Kajian Adopsi Inovasi …, Ade Fijar Septiana, Fakultas Pertanian UMP, 2016
Page 7
13
pertanaman, apalagi pada kondisi tanah macak-macak dengan irigasi
berselang dan diberi pupuk organik.
6. Dosis pupuk
Hal yang perlu dipertimbangkan dalam penetapan kebutuhan
pupuk bagi tanaman padi adalah: kebutuhan hara tanaman, ketersediaan
hara dalam tanah, pH tanah, dan adanya sumber hara lain terutama K dan
N dari bahan organik, air irigasi dan sebagainya. Bila sumber hara lain
dapat diketahui jumlahnya maka takaran pupuk perlu dikurangi.
7. Pengelolaan Air
Pengelolaan air yang digunakan pada teknologi sistem tanam
legowo adalah irigasi berselang (intermitten). Pada sistem irigasi
berselang, tanah diusahakan untuk mendapat aerasi beberapa kali agar
tidak terlalu lama dalam kondisi anaerobik yaitu dengan cara mengatur
waktu pengairan dan pengeringan atau drainase.
8. Pemberian Bahan Organik
Jumlah bahan organik yang digunakan bergantung pada
ketersediaan, jenisdan jumlahnya. Usahakan agar jerami dikembalikan ke
lahan sawah, dengan caradibenam atau diolah menjadi kompos, atau
dijadikan pakan ternak (sapi) yangkotorannya diproses menjadi kompos
pupuk kandang. Untuk 1 Ha lahandiperlukan 1-2 ton kompos pupuk
kandang, diaplikasikan setiap musim apabila tersedia dengan harga
murah.
Kajian Adopsi Inovasi …, Ade Fijar Septiana, Fakultas Pertanian UMP, 2016
Page 8
14
9. Panen dan Pasca Panen
Ada 4 jenis alat perontok padi yang dikenal, yaitu:
1. Krepyok, yaitu alat perontok padi tradisional dengan sistem
membanting
2. Dayung, alat perontok padi dengan cara mendayung.
3. Commant layang, yaitu alat perontok padi yang sudah lebih efisien
dari sistem dayung.
4. Power Therser, yaitu alat perontok padi modern yang dianjurkan
untuk digunakan pada sistem tanam legowo ini.
C. Adopsi
Adopsi dapat diartikan sebagai penerapan atau penggunaan suatu ide
atau alat teknologi yang baru yang disampaikan lewat pesan
komunikasi.Adopsi merupakan rangkaian kegiatan yang dilakukan oleh
seseorang terhadap sesuatu inovasi sejak mengenal, menaruh minat, memilih
sampai menerapkan inovasi tersebut (Levis, 1996).
Menurut Junaidi (2007), adopsi inovasi mengandung pengertian yang
kompleks dan dinamis. Hal ini disebabkan karena proses adopsi inovasi
sebenarnya adalah menyangkut proses pengambilan keputusan, dimana dalam
proses ini banyak faktor yang mempengaruhinya. Adopsi inovasi merupakan
proses berdasarkan dimensi waktu. Dalam penyuluhan pertanian, banyak
kenyataan petani biasanya tidak menerima begitu saja, tetapi untuk sampai
tahapan mereka mau menerima ide ide tersebut diperlukan waktu yang relatif
lama.
Kajian Adopsi Inovasi …, Ade Fijar Septiana, Fakultas Pertanian UMP, 2016
Page 9
15
Menurut Djoko (1996:12) bahwa pengalaman hidup penerima secara
mendasar berbeda dengan pengirim pesan, maka komunikasi menjadi
semakin sulit.Secara umum kemampuan untuk menyerap informasi
tergantung pada pengalaman masa lalu dan biasanya terbentuk dalam waktu
yang lama. Oleh karena itu seseorang berkomunikasi dengan orang-orang
yang memiliki pengalaman dan harapan yang serupa, maka apa yang dia
katakan secara otomatis cocok dengan kerangka berpikir mereka. Menurut
Soekartawi (2005:70) beberapa hal penting yang mempengaruhi adopsi
inovasi adalah :
1. Umur : makin muda petani biasanya mempunyai semangat untuk ingin
tahu apa yang belum mereka ketahui.
2. Pendidikan : mereka yang berpendidikan tinggi relatif lebih cepat dalam
melaksanakan adopsi inovasi.
Sedangkan menurut Jahi (1993:32) komunikasi sering menimbulkan
efek yang berbeda-beda tergantung daripada perbedaan dalam tambahan
pengetahuan, attitude, dan perubahan perilaku dapat menimbulkan
“kesenjangan efek komunikasi”.
Tingkat adopsi dipengaruhi oleh petani tentang ciri ciri inovasi dan
perubahan yang di kehendaki oleh inovasi di dalam pengelolaan pertanian
dari keluarga petani.inovasi biasanya diadopsi dengan cepat karena :
- Memilki keuntungan relatif tinggi bagi petani.
- Kompatibilitas/ keselarasan dengan nilai, pengalaman dan kebutuhan
- Tidak rumit
- Dapat dicoba
- Dapat diamati (Ginting, 2002).
Kajian Adopsi Inovasi …, Ade Fijar Septiana, Fakultas Pertanian UMP, 2016
Page 10
16
Menurut Ginting (2002) adopsi teknologi baru adalah merupakan
proses yang terjadi dari petani untuk menerapkan teknologi tersebut pada
usaha taninya. Hal ini biasanya di pengaruhi oleh beberapa faktor antara lain :
1. Umur petani
Makin muda petani biasanya mempunyai semangat untuk ingin
tahu apa yang belum mereka ketahui, sehingga dengan demikian mereka
berusaha untuk lebih cepat melakukan adopsi inovasi walaupun
sebenarnya mereka belum berpengalaman soal adopsi inovasi tersebut.
2. Pengalaman bertani
Petani yang sudah lebih lama bertani akan lebih muda menerapkan
inovasi dari pada petani pemula, hal ini dikarenakan pengalaman yang
lebih banyak sehingga sudah dapat membuat perbandingan dalam
mengambil keputusan.
3. Tingkat pendidikan petani
Pendidikan merupakan sarana belajar, dimana selanjutnya akan
menanamkan sikap yang menguntungkan menuju penggunaan praktek
pertanian yang lebih modern. Mereka yang berpendidikan tinggi adalah
relatif lebih cepat dalam melaksanakan adopsi.Tingkat pendidikan yang
rendah pada umumnya kurang menyenangi inovasi, sehingga sikap mental
untuk menambah ilmu pengetahuan khususnya ilmu pertanian kurang.
4. Total pendapatan
Adalah jumlah pendapatan bersih yang diterima dari usahatani serta
non usahatani lainya.
Kajian Adopsi Inovasi …, Ade Fijar Septiana, Fakultas Pertanian UMP, 2016
Page 11
17
5. Luas pemilikan lahan
Petani yang mempunyai lahan yang luas adalah lebih muda
menerapkan inovasi dari petani yang memiliki lahan sempit, hal ini
dikarenakan keefisienan dalam penggunaan sarana produksi.
6. Jumlah Tanggungan
jumlah tanggungan keluarga, akan mendorong petani untuk
melakukan banyak kegiatan/aktifitas terutama dalam upaya mencari dan
menambah pendapatan keluarga.
Berdasarkan cepat lambatnya petani menerapkan inovasi teknologi
dapat dikemukakan menjadi beberapa golongan petani, menurut
Kertasapoetra (1994) mengklasifikasikan anggota masyarakat sebagai
yang mengadopsi inovasi teknologi ke dalam 5 kategori yaitu :
a) Pembaharu (innovator).
Para inovator mempunyai sifat selalu ingin tahu, ingin
mencoba, ingin mengadakan kontak dengan para ahli untuk
memperoleh penjelasan, keterangan, bimbingan agar dalam
masyarakatnya ada pembaharuan. Golongan ini pada umumnya
merupakan petani yang berada, yang memiliki lahan pertanian luas
dari petani yang rata-rata (0,5-0,25 ha) di desanya. Oleh karena itu
berani menanggung resiko dalam menghadapi kegagalan setiap
percobaannya.Ciri-ciri golongan ini adalah.
- Lahan usaha tani luas, pendapatan tinggi.
- Status sosial tinggi.
- Aktif di masyarakat.
Kajian Adopsi Inovasi …, Ade Fijar Septiana, Fakultas Pertanian UMP, 2016
Page 12
18
- Banyak berhubungan dengan orang secara formal dan informal.
- Mencari informasi langsung ke lembaga penelitian dan penyuluh
pertanian.
- Tidak disebut sebagai sumber informasi oleh petani lainnya.
b) Pengadopsi Awal (Early Adopter).
Sifat golongan ini adalah lebih terbuka dan lebih luwes,
sehingga mereka dapat bergaul lebih rapat dengan para petani
umumnya, keberadaan dan pendidikannya cukup, suka mengungkap
buku-buku pertanian dan bersifat lokalit. Mereka lebih suka
membantu para petani, turun menjelaskan perubahan-perubahan cara
berpikir, cara bekerja dan cara hidup yang sesuai dengan
kemutakhiran. Ciri-ciri golongan ini adalah.
- Usia lebih muda.
- Pendidikan lebih tinggi.
- Lebih aktif berpartisipasi di masyarakat.
- Lebih banyak berhubungan dengan penyuluh pertanian.
- Lebih banyak menggunakan surat kabar, majalah dan buletin.
c) Mayoritas Awal (Early Majority).
Golongan ini lebih mudah terpengaruh dalam hal teknologi
yang baru itu telah meyakinkannya dapat meningkatkan usahataninya,
yaitu lebih dapat meningkatkan pendapatan dan memperbaiki cara
kerja serta cara hidupnya. Namun mereka takut gagal dan lain
sebagainya, oleh karena itu golongan ini baru mengikuti setelah jelas
adanya kenyataanyang meyakinkannya. Ciri-ciri golongan early
majority adalah.
Kajian Adopsi Inovasi …, Ade Fijar Septiana, Fakultas Pertanian UMP, 2016
Page 13
19
- sedikit di atas rata-rata dalam umur, pendidikan dan pengalaman
petani.
- Sedikit lebih tinggi dalam status sosial.
- Lebih banyak menggunakan surat, majalah dan buletin.
- Lebih sering menghadiri pertemuan pertanian.
- Lebih awal dan lebih banyak mengadopsi daripada mayoritas
lambat.
d) Mayoritas Lambat (Late Majority).
Termasuk dalam golongan ini adalah para petani yang
umumnya kurang mampu, lahan pertanian yang dimilikinya sangat
sempit, rata-rata di bawah 0,5 hektar.Oleh karena itu mereka selalu
berhati-hati karena takut mengalami kegagalan.Jadi penerapan inovasi
teknologi terhadap golongan ini sangat lambat.Adapun ciri-ciri
golongan ini adalah.
- Pendidikan kurang.
- Lebih tua.
- Kurang aktif berpartisipasi di masyarakat.
- Kurang berhubungan dengan penyuluhan pertanian.
- Kurang banyak menggunakan surat kabar, majalah, buletin.
e) Kelompok Lamban (Laggard).
Termasuk golongan ini adalah petani yang berusia lanjut,
berumur sekitar 50 tahun ke atas, biasanya fanatik terhadap tradisi dan
sulit untuk diberikan pengertian yang dapat mengubah cara berpikir,
Kajian Adopsi Inovasi …, Ade Fijar Septiana, Fakultas Pertanian UMP, 2016
Page 14
20
cara kerja dan cara hidupnya. Mereka bersikap apatis terhadap
teknologi baru.Golongan laggard memiliki ciri-ciri sebagai berikut.
- Pendidikan kurang.
- Lebih tua.
- Kurang aktif berpatisipasi di masyarakat.
- Kurang berhubungan dengan penyuluhan.
- Kurang banyak menggunakan surat kabar, majalah, buletin.
D. Inovasi
Menurut Van Dan Hawkins (1999) inovasi adalah suatu gagasan yang
menggambarkan objek yang dianggap sebagai sesuatu yang baru, tetapi tidak
selalu merupakan hasil dari penelitian mutakhir. Pengertian inovasi tidak
hanya terbatas pada benda atau barang hasil produksi saja, tetapi mecangkup
ideologi, kepercayaan, sikap hidup, informasi, perilaku, atau gerakan-gerakan
menuju kepada proses perubahan di dalam segala bentuk tata kehidupan
masyarakat. Dengan demikian, pengertian inovasi dapat semakin diperluas
menjadi: sesuatu ide, perilaku, produk, informasi, dan praktek-praktek baru
yang belum banyak diketahui, diterima, dan digunakan/diterapkan atau
dilaksanakan oleh sebagian besar warga masyarakat dalam suatu lokalitas
tertentu, yang dapat digunakan atau mendorong terjadinya perubahan-
perubahan disegala aspek kehidupan mayarakat demi selalu terwujudnya
perbaikan-perbaikan mutu hidup setiap individu dan seluruh warga
masyarakat yang bersangkutan (Mardikanto, 1996).
Kajian Adopsi Inovasi …, Ade Fijar Septiana, Fakultas Pertanian UMP, 2016
Page 15
21
Menurut Van dan Hawkins (1999), mereka yang cepat menerapkan
inovasi dapat dicirikan sebagai berikut:
a. Banyak melakukan kontak dengan penyuluh dan orang lain di luar
kelompok sosialnya dan berpartisipasi aktif dalam organisasi.
b. Memanfaatkan secara intensif informasi dari media massa terutama yang
menyangkut informasi dari para ahli.
c. Memiliki pendapatan dan taraf hidup yang relatif tinggi.
d. Memiliki sikap yang positif terhadap perubahan dan memiliki aspirasi
yang tinggi bagi dirinya sendiri.
Menurut Rodgers (1995) sifat inovasi yang dapat mempengaruhi
kecepatan adopsi suatu inovasi, yaitu:
a. Relative advantages (keuntungan relatif), dimana sesuatu ide baru
dianggap sesuatu yang lebih baik dari pada ide-ide sebelumnya.
Keuntungan relatif mungkin menjadi ukuran dalam istilah ekonomi, tetapi
gengsi sosial, kenyamanan dan kepuasan menjadi faktor yang sangat
penting. Ini tidak menjadi masalah yang besar jika inovasi mempunyai
banyak obyek keuntungan.
b. Compatibility (keselarasan), inovasi yang dirasakan sesuai dengan nilai
yang ada, pengalaman masa lalu, dan memerlukan pengadopsi potensial.
Sebuah ide baru yang tidak sesuai dengan nilai dan norma sistem sosial
tidak dapat diadopsi secepat ide baru yang sesuai.
c. Complexity (kerumitan), inovasi yang dirasakan sulit untuk dimengerti dan
digunakan. Beberapa inovasi mudah dipahami oleh beberapa anggota
Kajian Adopsi Inovasi …, Ade Fijar Septiana, Fakultas Pertanian UMP, 2016
Page 16
22
dalam sistem sosial, yang lainnya lebih rumit dan akan diadopsi lebih
lambat.
d. Triability (percobaan), inovasi akan dicoba dengan skala yang kecil. Ide
baru yang dapat dicoba biasanya diadopsi lebih cepat daripada inovasi
yang tidak dapat dicoba terlebih dahulu.
e. Observability (pengamatan). Hasil inovasi yang dapat mudah dilihat oleh
komunikannya akan memungkinkan mereka untuk cepa mengadopsinya.
Menurut Ginting (2002), proses penerimaan inovasi terdapat 5 (lima)
tahapan yang dilalui sebelum seseorang bersedia menerapkan suatu inovasi
yang diperkenalkan kepadanya, yaitu :
1. Sadar, adalah seseorang belajar tentang ide baru, produk, atau praktek
baru. Dia hanya mempunyai pengetahuan umum mengenai ide baru
tersebut, tidak mengetahui kualitasnya dan pemanfaatannya secara khusus
2. Tertarik, adalah tidak seseorang tidak punya hanya mengetahui
keberadaan ide baru itu, tetapi ingin mendapatkan informasi lebih banyak
dan lebih mendetail
3. Penilaian, adalah seseorang menilai semua informasi yang diketahuinya
dan memutuskan apakah ide baru itu baik untuknya
4. Mencoba, seseorang sekali dia putuskan bahwa dia menyukai ide tersebut,
dia akan mengadakan percobaan. Hal ini mungkin terlaksana dalam kurun
waktu yang lama dan dalam skala yang terbatas
5. Adopsi atau menerapkan, adalah tahap seseorang meyakini akan
kebenaran atau keunggulan ide baru tersebut sehingga menerapkannya
Kajian Adopsi Inovasi …, Ade Fijar Septiana, Fakultas Pertanian UMP, 2016
Page 17
23
dan mungkin juga mendorong penerapan orang lain, dan inovasi biasanya
diadopsi dengan cepat karena :
- Memiliki keuntungan relatif tinggi bagi petani
- Sesuai dengan nilai-nilai sosial/ adat setempat
- Tidak rumit
- Dapat dicoba dalam sekala kecil
- Mudah diamati
Kajian Adopsi Inovasi …, Ade Fijar Septiana, Fakultas Pertanian UMP, 2016