13 BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Balita 1. Pengertian Balita Anak balita adalah anak yang telah menginjak usia di atas satu tahun atau lebih popular dengan pengertian usia anak di bawah lima tahun (Muaris, 2006). Menurut Sutomo (2010), Balita adalah istilah umum bagi anak usia 1-3 tahun (balita) dan anak prasekolah (3-5 tahun). Saat usia balita, anak masih tergantung penuh kepada orang tua untuk melakukan kegiatan penting, seperti mandi, buang air dan makan. Perkembangan berbicara dan berjalan sudah bertambah baik. Namun kemampuan lain masih terbatas. Anak usia 1-3 tahun disebut dengan balita, sedangkan 3-5 tahun disebut prasekolah. Keduanya merupakan istilah umum dari balita, dibawah 1 tahun disebut bayi. Saat usia bayi maupun balita masih sangat bergantung pada orang tuanya (Sutomo, 2010). Balita merupakan masa pertumbuhan tubuh dan otak yang sangat pesat dalam pencapaian keoptimalan fungsinya, pertumbuhan dasar yang akan mempengaruhi serta menentukan perkembangan kemampuan berbahasa, kreatifitas, kesadaran sosial, emosional dan intelegensia (Supartini, 2004). Hubungan Faktor Predisposing..., MEVIANA RIZKI AMALIA, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2018
24
Embed
BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Balita - repository.ump.ac.idrepository.ump.ac.id/8009/3/MEVIANA RIZKI AMALIA BAB II.pdf · dibawah 1 tahun disebut bayi. Saat usia bayi maupun balita masih
This document is posted to help you gain knowledge. Please leave a comment to let me know what you think about it! Share it to your friends and learn new things together.
Transcript
13
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Balita
1. Pengertian Balita
Anak balita adalah anak yang telah menginjak usia di atas satu tahun
atau lebih popular dengan pengertian usia anak di bawah lima tahun
(Muaris, 2006). Menurut Sutomo (2010), Balita adalah istilah umum bagi
anak usia 1-3 tahun (balita) dan anak prasekolah (3-5 tahun). Saat usia
balita, anak masih tergantung penuh kepada orang tua untuk melakukan
kegiatan penting, seperti mandi, buang air dan makan. Perkembangan
berbicara dan berjalan sudah bertambah baik. Namun kemampuan lain
masih terbatas.
Anak usia 1-3 tahun disebut dengan balita, sedangkan 3-5 tahun
disebut prasekolah. Keduanya merupakan istilah umum dari balita,
dibawah 1 tahun disebut bayi. Saat usia bayi maupun balita masih sangat
bergantung pada orang tuanya (Sutomo, 2010).
Balita merupakan masa pertumbuhan tubuh dan otak yang sangat
pesat dalam pencapaian keoptimalan fungsinya, pertumbuhan dasar yang
akan mempengaruhi serta menentukan perkembangan kemampuan
berbahasa, kreatifitas, kesadaran sosial, emosional dan intelegensia
(Supartini, 2004).
Hubungan Faktor Predisposing..., MEVIANA RIZKI AMALIA, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2018
14
2. Karakteristik Balita
Septiari (2012) menyatakan karakteristik balita dibagi menjadi
duayaitu:
a. Anak usia 1-3 tahun
Usia 1-3 tahun merupakan konsumen pasif artinya anak
menerima makanan yang disediakan orang tuanya. Laju pertumbuhan
usia balita lebih besar dari usia prasekolah, sehingga diperlukan jumlah
makanan yang relatif besar. Perut yang lebih kecil menyebabkan jumlah
makanan yang mampu diterimanya dalam sekali makan lebih kecil bila
dibandingkan dengan anak yang usianya lebih besar oleh sebab itu, pola
makan yang diberikan adalah porsi kecil dengan frekuensisering.
b. Anak usia prasekolah (3-5 tahun)
Usia 3-5 tahun anak menjadi konsumen aktif, anak sudah mulai
memilih makanan yang disukainya. Pada usia ini berat badan anak
cenderung mengalami penurunan, disebabkan karena anak beraktivitas
lebih banyak dan mulai memilih maupun menolak makanan yang
disediakan orangtuanya.
c. Pertumbuhan danPerkembangan
Pertumbuhan bersifat kuantitatif seperti pertambahan sel,
pertambahan tinggi, dan berat badan. Sedangkan perkembangan
bersifat kualitatif dan kuantitatif, contohnya adalah kematangan suatu
organ tubuh (Soetjiningsih,2015).
Faktor-faktor yang mempengaruhi tumbuh kembang anak di
Hubungan Faktor Predisposing..., MEVIANA RIZKI AMALIA, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2018
15
antaranya adalah keturunan dan lingkungan. Keturunan akan
berpengaruh pada kematangan struktur dan fungsi yang optimal,
sedangkan lingkungan akan menentukan bagaimana potensi anak akan
terpenuhi (Dodge et al, 2010).
B. ISPA (Infeksi Saluran Pernafasan Akut)
1. Pengertian ISPA
ISPA adalah infeksi akut yang menyerang salah satu bagian atau
lebih dari saluran napas mulai dari hidung hingga kantong paru (alveoli)
termasuk jaringan adneksanya seperti sinus, rongga telinga tengah dan
pleura (DepKes RI, 2009)
ISPA adalah infeksi yang disebabkan oleh mikroorganisme di
struktur saluran napas atas yang tidak berfungsi untuk pertukaran gas,
termasuk rongga hidung, faring, dan laring, yang dikenal dengan ISPA
antara lain pilek, faringitis atau radang tenggorok, laringitis, dan influenza
tanpa komplikasi. Semua jenis infeksi mengaktifkan respon imun dan
inflamasi sehingga terjadi pembengkakan dan edema jaringan yang
terinfeksi. Reaksi inflamasi menyebabkan peningkatan produksi mukus
yang berperan menimbulkan ISPA, yaitu kongesti atau hidung tersumbat,
sputum berlebihan, dan rabas hidung (pilek). Sakit kepala, demam ringan
dan malaise juga dapat terjadi akibat reaksi inflamasi. (Corwin, 2009).
Menurut WHO (2007), ISPA merupakan penyakit yang
menyebabkan infeksi pada saluran pernafasan. Penyebabnya adalah agen
infeksius yang ditularkan dari satu manusia ke manusia yang lain.
Hubungan Faktor Predisposing..., MEVIANA RIZKI AMALIA, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2018
16
2. Klasifikasi ISPA
Infeksi Saluran Pernafasan Akut diklasifikasikan dalam beberapa
diantaranya pneumonia berat, pneumonia dan bukan pneumonia (MTBS,
2008).Menurut pengklasifikasian IDAI (2014), penyakit infeksi akut pada
saluran pernafasan atas hingga parenkim paru diantaranya sebagai berikut
:
1) Rinitis / Commoncold
Penyakit rinitis ini merupakan golongan infeksi akut ringan pada
pernafasan. Namun, penyakit ini sangat mudah penularannya. Pada
daerah tropis sering terjadi pada pergantian musim bahkan pada musim
hujan. Ditandai dengan hidung tersumpat dan adanya sekret hidung
dikarenakan oleh virus. Pada masa bayi maupun balita pilek bisa
menimbulkan pneumonia.
2) Faringitis, tonsilitis, dan tonsilifaringitisakut
Faringitis merupakan infeksi yang menyerang jaringan mukosa faring
dan jaringan disekitarnya seperti tonsil dan hidung sehingga faringitis
memiliki beberapa pengertian yaitu tonsilitis, nasofaringitis, dan
tonsilifaringitis. Penyakit ini ditandai dengan sakit tenggorokan yang
disebabkan oleh virus maupunbakteri.
3) Otitismedia
Otitis media adalah salah satu infeksi yang menyerang telinga bagian
tengah karena terjadinya penumpukan cairan.
Hubungan Faktor Predisposing..., MEVIANA RIZKI AMALIA, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2018
17
4) Rinosinuitis
Para ahli sepakat dengan penyakit rinosinuitis ataupun
rinosinobronkhitis karena infeksi maupun inflamasi pada rinitis (radang
pada mukosa hidung), sinuitis (radang pada salah satu sinus di
paranasal), dan bronkhitis (radang pada bronkus) sering terjadi
bersamaan dengan pertimbangan penyakit ini menyerang saluran
pernafasan atas (hidung, laring, trakea) dan saluran pernafasan
bawah(bronkus).
5) Epiglotitis
Infeksi yang terjadi pada epiglotis sangat berbahaya jika dibiarkan. Hal
ini ditandai dengan sesak nafas berat dan bunyi nafas stridor.
Penyebabnya adalah Haemophilus influenza tipe b (Hib). Setelah ada
vaksin Hib, epiglotitis jarang terjadi.
6) Laringo trakeobronkhitis akut(CROUP)
Sindrom CROUP ini merupakan penyakit heterogen yang menyerang
laring, subglotis, trakea dan bronkus. Berawal dari laringitis yang
menyebar hingga trakea disebut laringotrakeitis, dan saat menyebar
hingga bronkus maka terjadilah laringo trakeobronkhitis. Diakibatkan
oleh beberapa organisme virulen.
7) Bronkhitis akut
Proses inflamasi yang terjadi pada trakea, bronkus utama dan
menengah yang ditandai dengan batuk berdahak. Bronkhitis disebabkan
Hubungan Faktor Predisposing..., MEVIANA RIZKI AMALIA, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2018
18
oleh virus maupun bakteri. Pada beberapa kasus, bronkhitis akan
membaik dalam 2 minggu tanpa pengobatan apapun.
8) Bronkiolitis
Bronkiolitis merupakan proses inflamasi pada saluran pernafasan
bagian bawah yang menyerang bronkiolus. Biasanya terjadi dengan
gejala ISPA pada umumnya hingga nafas wheezing pada bayi.
9) Pneumonia
Infeksi yang menyerang parenkim paru ini merupakan angka tertinggi
penyebab morbiditas dan mortalitas di negara berkembang. Terjadi
karena pada awalnya
disebabkan oleh infeksi virus hingga menyebabkan komplikasi infeksi
bakteri.
3. Etiologi
Penyakit ISPA terjadi disebabkan oleh virus dan bakteri. Virus
terbanyak yang menyebabkan ISPA di antaranya adalah Rhinovirus,