6 BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Tinjauan Konsep Kebutuhan Dasar 1. Konsep Kebutuhan Dasar Manusia Abraham Maslow (1970) menyatakan kebutuhan dasar manusia terdapat beberapa kebutuhan fisiologis (physiologic needs).Kebutuhan fisiologis ini mencakup : a. Kebutuhan oksigenasi dan pertukaran gas b. Kebutuhan cairan dan elektrolit c. Kebutuhan makanan d. Kebutuhan eliminasi urine dan alvi e. Kebutuhan istirahat dan tidur f. Kebutuhan aktivitas g. Kebutuhan kesehatan temperature tubuh h. Kebutuhan seksual (Mubarak & chayatin, 2008). 2. Konsep Dasar Kebutuhan Oksigenasi Pemenuhankebutuhan oksigenasi tubuh sangat ditentukan oleh adekuatnya system pernapasan, system kardiovaskular, dan system hematologi. a. Sistem pernapasan Sistem pernapasan atau respirasi berperan dalam menjamin ketersediaan oksigen untuk kelangsungan metabolisme sel-sel tubuh dan pertukaran gas. Melalui peran respirasi, oksigen diambil dari atmosfer, ditranspor masuk ke paru-paru dan terjadi pertukaran gas oksigen dengan karbon dioksida di alveoli, selanjutnya oksigen akan didifusi masuk kapiler darah untuk dimanfaatkan oleh sel dalam proses metabolisme b. Sistem kardiovaskular Sistem kardiovaskular juga berperan dalam proses oksigenasi ke jaringan tubuh, yaitu berperan dalam proses transportasi oksigen. Oksigen ditransportasikan
28
Embed
BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. 1. - poltekkes-tjk.ac.id
This document is posted to help you gain knowledge. Please leave a comment to let me know what you think about it! Share it to your friends and learn new things together.
Transcript
6
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Tinjauan Konsep Kebutuhan Dasar
1. Konsep Kebutuhan Dasar Manusia
Abraham Maslow (1970) menyatakan kebutuhan dasar manusia terdapat
beberapa kebutuhan fisiologis (physiologic needs).Kebutuhan fisiologis ini
mencakup :
a. Kebutuhan oksigenasi dan pertukaran gas
b. Kebutuhan cairan dan elektrolit
c. Kebutuhan makanan
d. Kebutuhan eliminasi urine dan alvi
e. Kebutuhan istirahat dan tidur
f. Kebutuhan aktivitas
g. Kebutuhan kesehatan temperature tubuh
h. Kebutuhan seksual
(Mubarak & chayatin, 2008).
2. Konsep Dasar Kebutuhan Oksigenasi
Pemenuhankebutuhan oksigenasi tubuh sangat ditentukan oleh adekuatnya
system pernapasan, system kardiovaskular, dan system hematologi.
a. Sistem pernapasan
Sistem pernapasan atau respirasi berperan dalam menjamin ketersediaan
oksigen untuk kelangsungan metabolisme sel-sel tubuh dan pertukaran gas. Melalui
peran respirasi, oksigen diambil dari atmosfer, ditranspor masuk ke paru-paru dan
terjadi pertukaran gas oksigen dengan karbon dioksida di alveoli, selanjutnya
oksigen akan didifusi masuk kapiler darah untuk dimanfaatkan oleh sel dalam
proses metabolisme
b. Sistem kardiovaskular
Sistem kardiovaskular juga berperan dalam proses oksigenasi ke jaringan
tubuh, yaitu berperan dalam proses transportasi oksigen. Oksigen ditransportasikan
7
ke seluruh tubuh melalui aliran darah. Aliran darah yang adekuat hanya dapat
terjadi apabila fungsi jantung normal. Sehingga, kemampuan oksigenasi pada
jaringan sangat ditentukan oleh adekuatnya fungsi jantung. Fungsi jantung yang
adekuat dapat dilihat dari kemampuan jantung memompa darah dan perubahan
tekanan darah.
c. Sistem hematologi
Sel darah yang sangat berperan dalam oksigenasi adalah sel darah merah,
karena didalamnya terdapat hemoglobin yang mampu mengikat oksigen. (Tarwoto
& Wartonah, 2015).
3. Pengertian Oksigenasi
Oksigenasi (O2) merupakan gas yang sangat vital dalam kelangsungan hidup
sel dan jaringan tubuh karena oksigen diperluan untuk proses metabolisme tubuh
secara terus-menerus. Oksigen diperoleh dari atmosfer melalui proses bernafas. Di
atmosfer, gas selain oksigen juga terdapat karbon dioksida (CO2), nitrogen, dan
unsur-unsur lain seperti argon dan helium (Tarwoto dan wartonah, 2015). Bersihan
jalan nafas tidak efektif merupakan ketidakmampuan membersihkan sekret atau
obstruksi jalan nafas untuk mempertahankan jalan nafas tetap paten (SDKI, 2016).
4. Fisiologi Pernafasan
Sel mendapat energi dari reaksi kimia pemakaian O2 dan pembuangan CO2.
Ada 3 mekanisme dalam fisiologi pernafasan, yaitu :
a. Ventilasi
Pergerakan udara keluar masuk paru-paru disebut ventilasi. Dibantu oleh
otot paru, toraks dan diafragma (otot inspirasi utama). Kerja pernafasan ditentukan
oleh kompliansi paru, tahanan jalan nafas, ekspirasi aktif dan otot-otot pernafasan.
Kemampuan paru distensi atau mengembang sebagai respons terhadap peningkatan
tekanan intraalveolar. Kemampuan paru mengembang menurun pada penyakit
paru. Alveolus dijaga oleh cairan surfaktan, fungsinya untuk menjaga ketegangan
permukaan alveolus. Perbedaan tekanan antara mulut dan alveoli terkait dengan
kecepatan aliran gas yang diinspirasi disebut tahanan jalan nafas. Faktor-faktor
8
yang mempengaruhi ventilasi adalah tekanan udara atmosfir, jalan nafas yang
bersih, pengembangan paru yang adekuat.
b. Perfusi
Perfusi paru adalah pergerakan aliran darah melalui sirkulasi pulmonal.
Darah dipompakan masuk ke paru-paru melalui ventrikel kanan kemudian masuk
ke arteri pulmonal. Arteri pulmonal kemudian bercabang dua (kanan dan kiri)
selanjutnya masuk ke kapiler paru untuk terjadi pertukaran gas. Sirkulasi pulmonal
mempunyai tekanan sistemik yang rendah, sehingga memungkinkan banyak terjadi
pertukaran gas sebelum masuk ke atrium kiri. Kekuatan utama distribusi perfusi
dalam paru-paru adalah gravitasi, tetapi juga dipengaruhi oleh tekanan arteri
pulmonal dan tekanan alveolus.Adekuatnya pertukaran gas tergantung pada
keadekuatan ventilasi dan perfusi, yang diukur dengan perbandingan atau rasio
antara ventilasi alveolar (V) dan perfusi (Q). pada orang dewasa yang normal, sehat,
dari dalam keadaan istirahat, ventilasi alveolar sekitar 4,0 liter/menit dan perfusinya
sekitar 5,0 liter/menit (Tarwoto dan Wartonah, 2010).
c. Difusi
Difusi merupakan gerakan molekul daerah dengan konsentrasi yang
tinggi ke daerah dengan konsentrasi rendah. Terjadi di membrane kapiler alveolar
dan dipengaruhi oleh ketebalan membrane. Pertuaran oksigen terdiri dari system
paru dan system kardio, tergantung pada jumlah oksigen yang masuk ke paru-paru
(ventilasi), aliran darah ke paru-paru dan jaringan (perfusi), kecepatan difusi, dan
kapasitas membawa oksigen. Kapasitas darah untuk membawa oksigen dipengaruhi
oleh jumlah oksigen yang larut dalam plasma, jumlah haemoglobin, dan
kecenderungan haemoglobin untu berikatan dengan oksigen.Karbon dioksida
berdifusi ke dalam sel-sel darah merah dan dihidrasi menjadi asam karbonat karena
ada enzim karbonik anhidrase. Asam karbonat kemudian berpisah menjadi ion
hidrogen dan ion karbonat. Ion hidrogen dibufer oleh haemoglobin dan ion
bikarbonat berdifusi ke plasma.
9
5. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Kebutuhan Oksigenasi
Menurut Tarwoto & wartonah (2010), bahwa ada beberapa faktor yang
mempengaruhi kebutuhan oksigenasi di antaranya:
a. Lingkungan
Kondisi lingkungan dapat mempengaruhi kebutuhan oksigenasi, seperti
faktor alergi, ketinggian tanah, dan suhu. Kondisi tersebut mempengaruhi
kemampuan adaptasi.
b. Faktor Fisiologi
Setiap kondisi yang mempengaruhi fungsi kerja kardiopulmonar secara
langsung akan mempengaruhi kemampuan tubuh untuk memenuhi kebutuhan
oksigen.
c. Tahap Perkembangan
Kebutuhan oksigenisasi berdasarkan tahap perkembangan antara lain :
1) Bayi dan Todler
Bayi dan toddler beresiko mengalamiinfeksi saluran pernafasan bagian
atas sebagai hasil pemaparan agen infeksi dan asap rokok. Hal ini terjadi karena
pada saat lahir terjadi perubahan respirasi yang besar yaitu paru-paru yang
sebelumnya berisi udara dan pada usia prematur kecenderungan pembentukan
surfaktan berkurang.
2) Anak usia sekolah dan remaja
Anak usia sekolah dan remaja beresiko terpapar pada infeksi saluran
pernafasan, misalnya menghisap asap rokok dan merokok. Individu yang mulai
merokok pada usia remaja dan meneruskannya sampai usia dewasa pertengahan
mengalami peningkatan resiko penyakit kardiopulmonar dan kanker paru.
3) Dewasa muda dan dewasa
Dewasa muda dan pertengahan banyak terpapar resiko kardiopulmonar
seperti: diet yang tidak sehat, stress, kurang aktifitas/aktivitas fisik, obat-obatan,
dan merokok. Dengan mengurangi faktor-faktor resiko tersebut dapat menurunkan
resiko menderita penyakit kardiopulmonar.
10
4) Lansia
Pada lansia seiring bertambahnya usia maka akan berdampak pada system
pernafasan dan system jantung. Pada system arterial akan terjadi plak aterosklerosis
sehingga tekanan darah bisa meningkat. Kompliansi dinding dada menurun,
penurunan otot-otot pernafasan, identic juga sering terjadi pada lansia. Selain itu
penurunan kerja silia dan mekanisme batuk efektif menyebabkan individu/lansia
mengalamiinfeksi saluran pernafasan.
d. Perilaku
Menurut Tarwoto & Wartonah (2010), menjelaskan bahwa perilaku atau
gaya hidup, secara langsung maupun tidak langsung akan mempengaruhi
kemampuan tubuh dalam memSnuhi oksigen. Faktor gaya hidup yang
mempengaruhi fungsi pernafasan meliputi :
1) Nutrisi
Pada seseorang yang obesitas berat akan menyebabkan penurunan
ekspansi paru dan peningkatan kebutuhan oksigen untuk memenuhi kebutuhan
metabolisme tubuh. Pada seseorang yang mengalami kekurangan gizi akan
mengalami kelemahan otot pernafasan sehingga akan menyebabkan kekuatan otot
dan kerja pernafasan menurun. Efisiensi batuk pun menurun akibat kelemahan otot
pernafasan, sehingga menyebabkan klien mengalami retensi sekresi di saluran
pernafasan.
2) Latihan fisik/Aktivitas
Latihan fisik dapat meningkatkan metabolisme tubuh kebutuhan akan
oksigen, kondisi ini akan menyebabkan frekuensi dan kedalaman pernafasan
individu meningkat, sehingga akan mempengaruhi kemampuan individu untuk
menghirup lebih banyak oksigen dan mengeluarkan kelebihan oksigen.
3) Merokok
Merokok dapat memperburuk penyakit arteri coroner dan pembuluh darah
perifer. Nikotin yang diinhalasi menyebabkan vasokontriksi pembuluh darah
perifer dan pembuluh darah coroner, dampaknya akan meningkatkan tekanan darah
dan menurunkan aliran darah kepembuluh darah perifer. Resiko kanker paru 10 kali
lebih kuat pada individu yang merokok daripada individu yang tidak merokok.
11
4) Penyalahgunaan Substansi
Penggunaan alkohol dan obat-obatan secara berlebihan dapat mengganggu
oksigenasi dengan jalan mendepresi pusat pernafasan, menurunkan kedalaman
pernafasan dan jumlah oksigen yang diinhalasi.
5) Stress
Keadaan yang terus menerus pada ansietas berat akan meningkatkan laju
metabolisme tubuh dan kebutuhan akan oksigen. Tubuh berespon terhadap ansietas
dan stree lain dengan meningkatkan frekuensi dan kedalaman pernafasan.
6. Tipe Kekurangan Oksigen Dalam Tubuh
Manurut Tarwoto dan Wartonah (2010), jika oksigen dalam tubuh berkurang,
maka ada beberapa istilah yang dipakai sebagai manifestasi kekurangan oksigen
tubuh, yaitu :
a. Hipoksemia
Hipoksemia merupakan keadaan dimana terjadi penurunan konsentrasi
oksigen dalam darah arteri (PaO2) atau saturasi O2arteri (SaO2) di bawah normal
(normal PaO2 85-100 mmHg, SaO2 95%). Pada neonatus, PaO2< 50mmHg atau
SaO2<88%. Pada dewasa, anak dan bayi, PaO2< 60mmHg atau SaO2< 90%.
Keadaan ini disebabkan oleh gangguan ventilasi, perfusi, difusi, pirau (shunt) atau
berada pada tempat yang kurang oksigen. Pada keadaan hipoksemia, tubuh akan
melakukan kompensasi dengan cara meningkatkan pernafasan, meningkatkan
stroke volume, vasodilatasi pembuluh darah dan peningkatan nadi.Tanda dan gejala
hipoksemia diantaranya sesak nafas, frekuensi nafas 35x/menit, nadi cepat dan
dangkal serta sianosis.
b. Hipoksia
Hipoksia merupakan keadaan kekurangan oksigen di jaringan atau tidak
adekuatnya pemenuhan kebutuhan oksigen seluler akibat defisiensi oksigen yang
diinspirasi atau meningkatnya penggunaan oksigen pada tingkat seluler. Hipoksia
dapat terjadi setelah 4-6 menit ventilasi berhenti spontan. Penyebab lain hipoksia
adalah menurunnya haemoglobin, berkurangnya konsentrasi oksigen, misalnya jika
kita berada pada puncak gunung, ketidakmampuan jaringan mengikat oksigen,
12
seperti pada keracunan sianida, menurunnya difusi oksigen dari alveoli ke dalam
darah seperti pada pneumonia, menurunnya perfusi jaringan seperti pada syok,
kerusakan atau gangguan ventilasi. Tanda-tanda hipoksia diantaranya kelelahan,
kecemasan, menurunnya kemampuan konsentrasi, nadi meningkat, pernafasan
cepat dan dalam sianosis, sesak nafas, serta clubbing.
c. Gagal nafas
Gagal nafas merupakan keadaan dimana terjadi kegagalan tubuh
memenuhi kebutuhan oksigen karena pasien kehilangan kemampuan ventilasi
secara adekuat sehingga terjadi kegagalan pertukaran gas karbon dioksida dan
oksigen. Gagal nafas ditandai oleh adanya peningkatan CO2dan penurunan O2
dalam darah secara signifikan. Gagal nafas dapat disebabkab oleh gangguan sistem
saraf pusat yang mengontrol sistem pernafasan, kelemahan neuromuscular,
keracunan obat, gangguan metabolisme, kelemahan otot pernafasan dan obstruksi
jalan nafas.
d. Perubahan pola nafas
Pada keadaan normal, frekuensi pernafasan pada orang dewasa sekitar 18-
22x/menit dengan irama teratur, serta inspirasi lebih panjang dari ekspirasi.
Pernafasan normal disebut eupnea. Perubahan pola nafas berupa:
1) Dispnea yaitu kesulitan bernafas, misalnya pada pasien dengan asma
2) Apnea yaitu tidak bernafas, berhenti bernafas
3) Takipnea yaitu pernafasan lebih cepat dari normal dengan frekuensi
lebih dar 24x/menit
4) Bradipnea yaitu pernafasan lebih lambat (kurang) dari normal dengan
frekuensi kurang dari 16x/menit
5) Kussmaul yaitu pernafasan dengan panjang ekspirasi dan inspirasi
sama, sehingga pernafasan menjadi lambat dan dalam, misalnya pada
penyakit diabetes mellitus dan uremia
6) Cheyne-stokes merupakan pernafasan cepat dan dalam kemudian
berangsur-angsur dangkal dan diikuti periode apnea yang berulang
secara teratur. Misalnya pada keracunan obat bius, penyakit jantung
dan penyakit ginjal
13
7) Biot adalah pernafasan dalam dan dangkal disertai masa apnea dengan
periode yang tidak teratur, misalnya pada meningitis.
B. Tinjauan Asuhan Keperawatan pada Masalah Kebutuhan Oksigenasi
1. Pengkajian Keperawatan
a. Anamnesa
Anamnesa yang dilakukan berfokus pada pasien dengan penyakit TB Paru,
menurut Muttaqin (2012), anamnesa terdiri dari :
1) Identitas
Berisi biografi pasien yang mencakup nama, umut, jenis kelamin,
pekerjaan, alamat, dan tempat tinggal. Keadaan tempat tinggal mencakup kondisi
apakah pasien tinggal sendiri atau dengan orang lain (berguna ketika melakukan
perencanaan pulang discharge planning pada pasien).
2) Keluhan utama
Keluhan utama akan membantu dalam mengkaji pengetahuan pasien
tentang kondisi saat ini dan menentukan prioritas intervensi. Keluhan utama pada
pasien TB Paru umumnya ditemukan sesak napas dan batuk dengan produksi
sputum berlebih.
3) Riwayat penyakit sekarang
Pada riwayat penyakit sekarang berisi tentang perjalanan penyakit yang
dialami pasien sampai masuk ke Rumah Sakit.
4) Riwayat kesehatan masa lalu
Pengkajian riwayat penyakit pada sistem pernapasan seperti menanyakan
tentang riwayat penyakit sejak timbulnya keluhan sehingga pasien meminta
pertolongan. Misalnya sejak kapan keluhan dirasakan, berapa lama dan berapa kali
keluhan tersebut terjadi, keadaan apa yang memperberat atau memperingan
keluhan, adakah usaha mengatasi keluhan ini sebelumnya, berhasil atau tidakkah
usaha tersebut, dan adakah pengobatan yang dilakukan sebelum masuk Rumah
Sakit.
14
5) Riwayat penyakit terdahulu
Pengkajian ini menanyakan tentang penyakit yang pernah dialami pasien
sebelumnya. Apakah pasien pernah dirawat sebelumnya, dengan penyakit apa,
apakah pernah merasakan keluhan yang sama, adakah pengobatan yang pernah
dijalani dan riwayat alergi terhadap obat dan makanan yang dikonsumsi
sebelumnyam adakah kebiasaan atau pola hidup yang menyebabkan terserang
penyakit.
6) Riwayat kesehatan keluarga
Pengkajian ini difokuskan pada anggota keluarga adakah riwayat penyakit
TB Paru, apakah ada anggota yang keluarga memiliki riwayat merokok, apakah
bertempat tinggal atau bekerja di area dengan polusi udara berat.
b. Pemeriksaan fisik
Pemeriksaan fisik menurut Andarmoyo (2012), adalah:
1) Mata, dilakukan pemeriksaan antara lain melihat adakah :
a) Lesi kuning pada kelopak mata (hiperlipidemia)
b) Konjungtiva pucat (anemia)
c) Konjungtiva sianosis (hipoksemia)
2) Hidung, melihat adanya :
a) Pernapasan dengan cuping hidung
b) Membrane mukosa sianosis (penurunan oksigen)
c) Bernapas dengan mengerutkan mulut (dikaitkan dengan penyakit paru
kronik)
3) Kulit, melihat adanya tanda-tanda :
a) Sianosis perifer (vasokontriksi)
b) Sianosis secara umum (hipoksemia)
c) Penurunan turgor (dehidrasi)
4) Jari dan kuku
a) Sianosis perifer (kurangnya suplai O2 ke perifer)
b) Clubbing finger (hipoksemia kronik)
15
5) Dada dan thoraks, dengan melakukan pemeriksaan secara :
a) Inspeksi
Dada diinspeksi terutama mengenai postur, bentuk, dan kesimetrisan
ekspansi serta keadaan kulit. Inspeksi pada dada bisa dikerjakan pada saat bergerak
atau pada saat diam. Amati juga pergerakan pernapasan pasien. Sedangkan untuk
mengamati adanya kelainan bentuk tulang punggung baik kifosis, scoliosis,
maupun lordosis, akan lebih mudah dilakukan pada saat bergerak dilakukan dengan
tujuan untuk mengetahui frekuensi (eupnea, bradipnea, takipnea), sifat (pernapasan